• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Narkoba dan Penggolongannya Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya. Narkoba merupakan bahan atau zat yang dimasukkan ke tubuh manusia dengan cara diminum, dihirup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Narkoba dan Penggolongannya Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya. Narkoba merupakan bahan atau zat yang dimasukkan ke tubuh manusia dengan cara diminum, dihirup"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Narkoba dan Penggolongannya

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif berbahaya lainnya. Narkoba merupakan bahan atau zat yang dimasukkan ke tubuh manusia dengan cara diminum, dihirup, ataupun disuntikkan dapat mengubah pikiran, perasaan, perilaku, serta menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologis.9,10

Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.9-13 Narkotika digolongkan sebagai berikut:

a. Golongan I: Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contohnya heroin, kokain, ganja.12,13

Heroin memiliki rumus molekul C21H23NO5 dan nama lainnya diacetylmorphine. Narkotika jenis ini sangat adiktif dengan meniru endorfn pada

sistem saraf pusat dengan mengganggu kemampuan tubuh untuk merasa sakit dengan cara menimbulkan perasaan senang untuk pengguna. Endorfin mengaktifkan reseptor tubuh opioid yang merupakan protein dalam sel membran. Opioid seperti heroin adalah agonis karena molekul heroin mengikat reseptor untuk memulai efek. Jumlah

yang banyak dari reseptor ini terdapat di daerah limbik yang merupakan wilayah otak yang mengontrol memori, emosi, bau, dan rasa lapar. Reseptor opioid lainnya ditemukan di daerah lain dari tubuh termasuk sumsum tulang belakang, saluran pencernaan, dan daerah lain di otak seperti wilayah perikonduktal dan medula oblongata.14

(2)

Efek ini juga melibatkan GABA dengan cara menghambat interneuron pada daerah tegmental ventral. Ketika heroin mengikat reseptor, sejumlah GABA yang dikeluarkkan berkurang. GABA biasanya mengurangi jumlah dopamin yang dikeluarkan di nucleus accumbens tapi heroin meningkatkan jumlah produksi dopamin dan menimbulkan perasaan senang. Konsumsi secara terus-menerus dari heroin menghambat produksi cAMP. Ketika heroin tidak dikonsumsi oleh pengguna, akan terjadi peningkatan cAMP yang menyebabkan hiperaktivitas saraf dan hasrat untuk mengonsumsi obat tersebut.14

Kokain disalahgunakan dengan cara dihirup, yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian bergaris lurus diatas permukaan kaca atau benda yang mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas atau cara lain yang dapat digunakan dengan cara dibakar bersama tembakau.Efek dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, hilang nafsu makan, menambah rasa percaya diri, dan juga dapat menghilangkan rasa sakit serta lelah.13

Kokain meningkatkan kadar dopamin yang hadir pada jarak diantara sel-sel saraf dengan menghalangi penghapusan kembali ke sel. Jumlah dopamin yang berlebihan menghasilkan reseptor dalam jumlah yang cukup banyak yang muncul pada beberapa sel-sel otak, menyebabkan efek hiperaktif dan menstimulasi otak sama kuatnya seperti mengaktifasi reward pathway yang menyebabkan perasaan senang dan menyebabkan kecanduan. Efek stimulan ini juga memberikan rasa

tegang yang berlebihan pada jantung.15

Kanabis nama lainnya ganja, marijuana, grass, cimeng, dan lain-lain. Ganja berasal dari tanaman Canabis sativa dan Canabis indica. Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau menggunakan pipa rokok. Efek ganja tergolong cepat, yaitu cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebih atau euforia, sering berfantasi, aktif berkomunikasi, selera akan tinggi, sensitif, kering pada mulut dan tenggorokan.13

(3)

daun. THC merangsang reseptor cannabinoid (CBRs), yang terletak di permukaan neuron untuk menghasilkan efek psikoaktif. CBRs merupakan bagian dari sistem endocannabinoid, sebuah jaringan komunikasi di otak yang berperan dalam pengembangan dan fungsi saraf. CBRs biasanya diaktifkan secara alami oleh neurotransmitter dan anandamid. THC meniru anandamid dengan mengikat CBRs dan mengaktifkan neuron, tetapi efek dari THC yang lebih kuat dan lebih lama aktif daripada neurotransmitter endogen. CBRs tersebar luas di otak, tapi sangat lazim di hipocampus, cerebelum, korteks prefrontal, dan amygdala yang merupakan daerah otak yang terlibat dalam kesenangan, kognisi, konsentrasi, memori, persepsi nyeri, dan koordinasi motorik.16

Reseptor CBRs mengatur aktivasi pelepasan beberapa neurotransmiter, termasuk noradrenalin, GABA, serotonin, dan dopamin. Beberapa penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa paparan THC meningkatkan pelepasan noradrenalin yang menyebabkan perilaku kecemasan pada hewan pengerat. Salah satu efek keuntungan yang mungkin dari efek ganja yaitu meningkatkan jumlah serotonin sedangkan GABA bertanggung jawab atas defisit memori dilakukan oleh THC sama seperti stres.16

b. Golongan II: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat juga digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya

morfin.12,13

(4)

Hasilnya bahwa morfin memblok sinyal sakit dari kedua sistem saraf pusat dan perifer. Lebih jauh lagi, obat tidak berhenti menransmisi rasa sakit, melainkan mengubah persepsi rasa sakit pengguna. Efek euforia yang dihasilkan oleh morfin merupakan bagian dari mekanisme lain yang melibatkan inhibitor gamma-aminobutyric acid (GABA) dan neuron masing-masing. Dalam kondisi selular,

GABA mengurangi jumlah dopamin yang merupakan neurotransmitter di otak yang berhubungan dengan kesenangan dan dikeluarkan di otak. Morfin menghambat jumlah GABA yang dilepaskan di otak. 17

Seiring waktu, secara bertahap akan meningkatkan tingkat dopamin otak yang menghasilkan perasaan euforia. Selain itu, penggunaan jangka panjang morfin menghambat produksi siklik adenosin monofosfat (cAMP). Ketika morfin tiba-tiba menjadi tidak tersedia, tubuh manusia memproduksi lebih cAMP sebagai hasil yang mengarah ke hiperaktif dan rasa ingin mengonsumsi obat tersebut.17

c. Golongan III: Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya kodein.12,13

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah: a. Opiat : morfin, heroin.

b. Ganja. c. Kokain.13

(5)

a. Golongan I: psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya ekstasi, shabu.13

MDMA (3,4 - methylenedioxy-- methamphetamine) populer sebagai ekstasi atau lebih sering sebagai Molly merupakan sintetis atau obat psikoaktif yang menimbulkan perasaan euforia, emosional, empati kepada orang lain, dan distorsi pada persepsi indrawi dan waktu. Ekstasi dikonsumsi secara oral, biasanya dalam bentuk tablet atau kapsul.18

Mekanisme keja ekstasi dengan cara meningkatkan aktifitas dari tiga neurotransmiter, yaitu serotonin, dopamin, dan norepinefrin. Efek emosional dan lebih sosial akibat penggunaan ekstasi biasanya dikarenakan secara langsung atau tidak langsung oleh pelepasan serotonin dalam jumlah yang cukup besar yang mempengaruhi suasana hati seperti fungsi lainnya untuk meningkatkan nafsu makan dan tidur. Serotonin juga memicu pelepasan hormon oksitosin dan vasopressin yang mempunyai peranan penting dalam hal kasih sayang, kepercayaan, gairah seksual, dan hubungan sosial.18

Shabu merupakan zat adiktif yang cepat dan ampuh menstimulasi sistem saraf pusat yang menyebabkan pelepasan norepinefrin dan dopamin pada celah sinaptik serta saat memblokir reuptake. Ini mengakibatkan menipisnya neurotransmiter yang tersedia dan kemungkinan berkontribusi untuk toleransi yang cepat dan akhirnya terjadi gejala withdrawal. Shabu secara struktural terkait dengan epinefrin dan akan

menyebabkan meningkatnya tekanan darah baik sistolik maupun diastolik yang biasanya disertai dengan refleks bradikardia.19

(6)

norepinefrin bertanggung jawab untuk kewaspadaan dan efek anti-kelelahan, serta serotonin dapat menyebabkan kerusakan kognitif yang akhirnya depresi.20

b. Golongan II: psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya metilfenidat atau ritalin.13

c. Golongan III: psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya fenobarbital, flunitrazepam.13

d. Golongan IV: psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya diazepam, bromazepam, dan lain-lain.13. Psikotropika yang sering disalahgunakan yaitu ekstasi dan shabu13.

Bahan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan, contohnya kelompok alkohol dan inhalasi. Minuman beralkohol mengandung etanol yang berpengaruh menekan susunan saraf

pusat. Jika diigunakan sebagai campuran dengan narkotika ataupun psikotropika akan memperkuat pengaruh zat tersebut didalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu 1. Golongan A : kadar etanol 1-5%

2. Golongan B : kadar etanol 5-20% 3. Golongan C : kadar etanol 20-45%

(7)

2.2 Dampak Penggunaan Narkoba Pada Tubuh 2.2.1 Dampak Pada Kesehatan Umum

Dampak penyalahgunaan narkoba seseorang sangat bergantung pada jenis narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum dampak kecanduan narkotika dapat terlihat pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang.12

Dampak fisik yang terjadi dapat berupa gangguan pada sistem saraf atau neurologis, gangguan pada jantung dan pembuluh darah, gangguan pada kulit atau dermatologis, gangguan pada paru-paru atau pulmoner, sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, serta sulit tidur. 12

Selanjutnya dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, gangguan fungsi seksual, kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe atau tidak haid.12

Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal jika terjadi kelebihan dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya sehingga kelebihan dosis bisa menyebabkan kematian.12

Dampak psikologi dan sosial yang ditimbulkan yaitu sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, menjadi pemarah,

(8)

2.2.2 Dampak Pada Kesehatan Rongga Mulut

Efek kesehatan mulut dari narkoba dapat dijelaskan dengan gambaran klinis dan proses patologis yang sering terihat pada rongga mulut. Orang dewasa dengan penyalahgunaan narkoba lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit mulut termasuk penyakit periodontal dan karies gigi.20

Terjadi peningkatan kerusakan gigi dan kelainan gusi karena pengabaian diri, merokok, kebersihan mulut yang buruk, dan gizi yang kurang sehingga frekuensi makan dan menyikat gigi menjadi tidak teratur disamping mempunyai kebiasaan mengemil yang sangat berhubungan dengan terjadinya penyakit pada rongga mulut dan gigi.21

Beberapa dampak yang terjadi antara lain: A. Xerostomia

Shabu merupakan stimulan adiktif yang kuat yang dapat memberikan efek terhadap sistem saraf pusat. Shabu merupakan amin simpatomimetik yang bekerja pada reseptor α dan β adrenergik. Stimulasi dari reseptor α pada vaskularisasi kelenjar saliva menghasilkan vasokontriksi dan menurunkan laju aliran saliva. Hiposalivasi ini meminimalkan kemampuan normal protektif dari saliva dan meningkatkan risiko karies dan demineralisasi.20

Xerostomia mempunyai beberapa kemungkinan penyebabnya. Obat yang paling sering berhubungan yaitu shabu, ekstasi, antipsikotik seperti phenothiazines, penekan nafsu makan, atropin, benzodiazepin, hypnotic, opioid, dan obat terlarang

(9)

B. Kelainan Pengecapan

Obat dapat merusak pengecapan rasa. Obat mungkin menyebabkan hilangnya ketajaman rasa atau hypogeusia, penyimpangan rasa atau dysgeusia, serta hilangnya sensasi rasa atau augesia walaupun ini jarang terjadi.22 Dalam hal ini opioid23, shabu, dan kokain dapat menyebabkan gangguan dalam pengecapan rasa.22

Efek dari kebiasaan cara penggunaan opioid juga diartikan secara langsung oleh reseptor pusat opioid, kebanyakan terjadi pada reseptor kappa dan mu. Beberapa perubahan termasuk perantaraan dari peningkatan kenikmatan dan penghargaan terhadap aspek substansi manis oleh pengguna opioid dimana opioid ini lebih menginduksi rasa manis, terlebih untuk sukrosa. Konsekuensi dari kemampuan opioid untuk langsung menginduksi secara cepat rasa manis dari karbohidrat mungkin menjadi faktor yang berkontribusi secara signifikan.24

C. Kelainan Mukosa 1. Ulserasi mukosa

Merokok kokain dapat menyebabkan ulserasi atau lesi eksopitik pada palatum. Lesi ini kemungkinan disebabkan oleh panas secara langsung pada mukosa karena merokok dibandingkan efek bahan kimia lainnya. Efek oral dari penggunaan kokain berhubungan dengan jalur masuknya obat secara inhalasi nasal, merokok, dan pengolesan langsung pada oral mukosa, terutama gingiva. Kokain mempunyai efek vasokontriksi yang dapat menyebabkan ulserasi dan atrofi dari jaringan. Itu mungkin

juga menjadi efek stimulan pada otot wajah dan pengunyahan.25

(10)

menyebabkan infeksi sekunder dan membuat kemampuan terbatas untuk berbicara dan makan.26

2. Pigmentasi mukosa

Perubahan warna transient superfisial dorsum lidah, jaringan lunak lainnya, dan gigi mungkin terjadi dalam berbagai warna, biasanya kekuningan atau coklat, serta mungkin disebabkan oleh beberapa kebiasaan seperti tembakau, sirih, penggunaan kokain, beberapa obat seperti iron salts, bismut, klorheksidin atau antibiotik, terutama jika ini juga menyebabkan xerostomia (agen seperti psikotropika) serta heroin juga dapat menyebabkan pigmentasi pada mukosa oral.22

3. Kanker rongga mulut

Ganja dapat berhubungan dengan terjadinya kanker rongga mulut dimana biasanya terjadi pada bagian depan dasar mulut dan lidah. Mekanisme yang terjadi pada penggunaan ganja dengan cara merokok bekerja seperti zat karsinogen yang berhubungan dengan hadirnya aromatik hidrokarbon, benzopyrene, dan nitrosamine dalam jumlah 50% lebih besar dibandingkan jumlah yang terkandung dalam rokok tembakau.27

4. Kandidiasis oral

Pada pengguna ganja dengan cara merokok terjadi peningkatan insiden kandidiasis rongga mulut yang disebabkan adanya hidrokarbon yang terkandung,

(11)

D. Kelainan Gigi 1. Karies

Akibat mulut kering yang disebabkan oleh metadon dapat menyebabkan peningkatan risiko karies gigi atau berpotensi terkena infeksi candida. Tingginya kandungan gula atau asam dalam metadon dapat berkontribusi terhadap kerusakan atau erosi langsung dari enamel, baik yang mengandung gula ataupun bebas gula dapat menghambat sekresi saliva yang merupakan salah satu pertahanan alami tubuh terhadap plak. 21

Berkontak lama dengan metadon yang mengandung gula berhubungan dengan kerusakan gigi dan karies gigi. Bukan hanya metadon yang menyebabkan karies yang parah tetapi buruknya kebersihan rongga mulut dikalangan pecandu opioid dan pengguna metadon dapat memperburuk masalah yang sudah ada daripada memicu masalah baru.21

Pengguna heroin menunjukkan kesehatan mulut yang buruk dalam hal karies dan penyakit periodontal. Sebuah studi pada heroin injektor melaporkan bahwa terlepas dari kebersihan mulut mereka, pasien-pasien ini menderita progresif karies gigi.Daerah ini meliputi area yang lebih luas daripada tipe lesi servikal, karies pada pasien ini lebih gelap dan biasanya terbatas pada permukaan bukal dan labial. Pola ini mungkin menjadi patognomonik untuk penyalahgunaan heroin.23

Pada penggunaan ganja, gaya hidup yang dikombinasikan dengan penurunan jumlah saliva membuat sangat rentan terjadi karies halus pada permukaan gigi. Pada

pengguna shabu menghadapi peningkatan risiko karies yang lebih dikenal sebagai meth-mouth, terkait dengan kurangnya kebersihan mulut, tinggi asupan gula, dan

penurunan sekresi saliva.23

(12)

Pada penggunaan ekstasi berhubungan dengan konsumsi minuman bersoda yang berlebihan. Gula pada minuman mengandung asam yang dapat meningkatkan terjadinya karies dan gigi lebih berpotensi menjadi erosi. Risiko erosi enamel meningkat dengan berkurangnya sekresi saliva dan kapasitas buffer saliva. Mual dan muntah akibat efek ekstasi juga dapat meningkatkan erosi enamel pada gigi.30

Pada opioid, ketidakpedulian terhadap kebersihan rongga mulutnya mengakibatkan status oral higiene yang jelek dan perubahan rasa yang lebih menyukai makanan manis berpengaruh pada perkembangan lesi karies dan juga disebabkan oleh xerostomia akibat efek opioid dan obat lainnya.24

2. Bruxism

Mengasah atau mengertakkan gigi dapat terjadi akibat penggunaan ekstasi, shabu, dan kokain. Pada pengguna shabu mengasah atau mengertakkan gigi terjadi karena peningkatan aktivitas motorik. Beberapa pengguna shabu yang menderita bruxism terjadi keretakan pada setengah gigi, terutama pada gigi seri atas lateral, gigi

taring, dan premolar pertama.29

Penggunaan shabu dapat menyebabkan pengguna merasa cemas dan gugup, sehingga menyebabkan mengertakkan dan mengasah gigi. Tanda-tanda bruxism, termasuk fraktur gigi dan erosi yang parah sering terjadi. Vasokonstriksi juga dapat mempengaruhi vitalitas gigi yang dapat meningkatkan kemungkinan fraktur enamel.26

Mengasah gigi dikenal sebagai bruxism dan dapat menjadi ekstrim, terutama bila dikombinasikan dengan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan gigi retak dan

(13)

2.3 Kerangka Teori

NARKOBA

Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif Lainnya

Pengaruh Terhadap Kesehatan Tubuh

Kesehatan Umum Kesehatan Rongga Mulut

Xerostomia Kelainan

Pengecapan

Kelainan Mukosa

(14)

2.4 Kerangka Konsep

Narkoba

Manifestasi oral

1. Xerostomia

2. Kelainan pengecapan 3. Kelainan Mukosa 4. Kelainan Gigi

1. Jenis narkoba 2. Jumlah narkoba

3. Frekuensi penggunaan 4. Cara Pemakaian 5. Lama Pemakaian

Referensi

Dokumen terkait

Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi.. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar,

Variabel penelitian ini adalah ketepatan penggunaan obat penurun panas oleh ibu pada balita yang terdiri dari tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis

Sedangkan mahasiswa yang mempunyai tipe kepribadian terbuka (extrovert) cenderung mengungkapkan dirinya tentang hal-hal personal, masalah ketidakpuasan dimasa lalunya

Agar propaganda ideologi dan cara hidup liberalis dan pluralis itu diterima oleh orang Islam, maka diikuti pula dengan bantuan fasilitas, popularitas dan juga

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah diujikan dengan menggunakan metode active contour adalah informasi evolusi kurva yang melingkupi sebuah

Meminta bukti transfer kepada pelanggan yang dilakukan secara non tunai (transfer) bahwa biaya pengujian telah dibayar ke rekening Kas Umum Daerah melalui bank jatim.. 3

Tepung kelopak bunga marigold dapat digunakan sebagai alternatif pengganti karotenoid sintetis (astaxantin sintetis) untuk meningkatkan kualitas warna ikan koki yaitu dengan nilai

Sehubungan dengan itu telah dilakukan penelitian Komposisi Pohon Di Hutan Batu Busuak Kelurahan Lambuang Bukit Kecamatan Pauh Padang.. Dengan diketahuinya komposisi pohon di hutan