Kasus Pelanggaran HAM
Tragedi Trisakti
Disusun oleh
Sulistyo Wibowo
(31)
Windi Utari
(32)
Yolius Chandratama
(33)
Yuriska Nur Astuti
(34)
XI MIA 1
SMA Negeri 2 Wonogiri
Tahun Pelajaran 2014/2015
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan, dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan paper ini. Paper ini merupakan pengetahuan tentang kasus pelanggaran HAM di Indonesia, semua dirangkum dalam paper ini, agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah dipahami dan lebih singkat dan akurat .
Sistematika paper ini dimulai dari kata pengantar yang merupakan persepsi atas materi yang telah dan akan dibahas dalam bab “Kasus-kasus Pelanggaran HAM”. Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti pembahasaan kemudian diakhiri dengan kesimpulan dan saran dari paper ini. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Topik yang dibahas pada paper ini adalah kasus pelanggaran HAM tentang terjadinya tragedi Trisakti.
Dalam penyusunan paper ini dirasa banyak kekurangan baik secara teknis tulisan maupun secara materi, mengingat keterbatasan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan pembuatan paper ini. Akhir kata, semoga paper ini berguna bagi semua pihak dalam memberi tambahan informasi tentang pemahaman akan HAM.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wonogiri, 26 Agustus 2015
Tentang kasus HAM di Indonesia belum lama ini publik kembali dibuat panas dengan suara-suara HAM, sebenarnya apa HAM itu? Bagaimana sejarah asal usul HAM? Dan bagaimana perkembangan HAM serta contoh kasus HAM baik di tanah air maupun mancanegara.
HAM merupakan singkatan dari Hak Asasi Manusia yang berarti hak untuk melakukan apapun yang dimiliki oleh seseorang dari mulai ia lahir hingga ia meninggal tanpa mengganggu hak orang lain.
Menurut sumber Wikipedia, HAM juga diartikan sebagai salah satu dari bagian seseorang dari dia dalam kandungan. Hak tersebut lebih bersifat kekal, tetap, dan tak dapat diganggu gugat oleh siapapun kecuali Takdir Tuhan Yang Maha Esa.
Lebih jelasnya HAM merupakan hak setiap manusia atau warga negara untuk menentukan apapun, melakukan hal apapun namun tetap berdasarkan norma dan peraturan yang berlaku, seperti halnya hak untuk hidup, hak untuk menganut agama, hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk saling menghormati antar ras, suku, golongan dan agama.
Namun sangat disayangkan, hadirnya HAM yang sejatinya sebagai benteng kini justru disalah gunakan dan semakin banyaknya kasus pelanggaran HAM ditanah air.
Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, serta puluhan lainnya mengalami luka. Peristiwa penembakan ini yang diawali dengan aksi damai mahasiswa dalam menuntut Presiden Soeharto turun kemudian dikenal dengan Tragedi Trisakti.
Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana merupakan mahasiswa Fakultas Arsitektur 1996 (1978-1998), Heri Hertanto merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Industri 1995 (1977 - 1998), Hafidin Royan merupakan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil 1995 (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi 1996 (1975 - 1998). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Tragedi Trisakti merupakan awal dari tragedi – tragedi yang terjadi diproses peralihan dari Orde Baru menuju era Reformasi. Peristiwa trisakti ini bermula dari kondisi perekonomian Indonesia yang sedang jatuh di awal 1998. Krisis ekonomi yang menerpa Asia pada waktu itu cukup berimbas terhadap perekonomian Indonesia. Berlatar belakang krisis finansial tersebut mahasiswa menuntut Presiden Soeharto yang telah berkuasa lebih dari 3 dekade untuk turun. Demonstrasi besar – besaran pun terjadi menuntut DPR/MPR menurunkan Soeharto.
Di awali dengan mimbar bebas oleh civitas akademika Universitas Trisakti dengan rasa keprihatinan terhadap kondisi bangsa pada saat itu, mahasiswa kemudian bergerak keluar kampus menuju gedung DPR/MPR. Ketika menuju gedung DPR/MPR aksi mahasiswa di hadang oleh satuan petugas dari kepolisian dengan perlengkapan pentungan dan tameng lengkap. Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.
Setelah terjadi negoisasi kembali, akhirnya mahasiswa mundur secara teratur kembali ke kampus Trisakti. Akhirnya, pada pukul 5.15 sore hari, para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Di tengah – tengah teraturnya mahasiswa kembali ke kampus Trisakti beberapa aparat provokatif kepada mahasiswa yang menyebabkan beberapa mahasiswa terpancing emosinya. Bersamaan dengan itu aparat secara membabi buta menyerang mahasiswa dengan tembakan dan gas air mata. Kepanikan yang terjadi membuat mahasiswa lari menuju kampus, tetapi oleh aparat tetap di kejar, dipukul, diinjak dipopor senjata dan tindakan kekerasan lainnya. Tembakan dan pelemparan gas air mata semakin merajalela kearah mahasiswa. Tidak lama berselang, pasukan Unit Reaksi Cepat (URC) bermotor mengejar mahasiswa sampai gerbang kampus. Mahasiswa yang telah berada didalam kampus tak luput dari sasaran tembak, dengan formasi siap tembak dan beberapa sniper mahasiswa yang telah di dalam kampus berjatuhan oleh peluru dari aparat. Dan tidak dapat di elakkan lagi 4 mahasiswa Trisakti tewas dan puluhan lainnya luka – luka. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.
Penutup
16 tahun telah berlalu, tragedi Trisakti masih menyisahkan pilu bagi gerakan mahasiswa di tanah air. Peristiwa yang terjadi tepat pada tanggal 12 Mei 1998 itu merupakan saksi bagaimana aparat mengesampingkan rasa kemanusiaannya demi tugas komandannya. Tragedi Trisakti merupakan saksi bagaimana pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dihalalkan untuk mencapai suatu tujuan kelompok tertentu. Tragedi Trisakti merupakan tragedi kemanusiaan yang memicu tragedi kemanusiaan lainnya di tanah air.
Sampai hari ini penyelesaian tragedi Trisakti belum menemukan titik temu. Siapa dalang di balik pelanggaran HAM ini? sudah tentu diduga kuat (Almarhum) Soeharto mantan penguasa Orde Baru terlibat disini, tetapi pion – pion yang dipakainya pada waktu itu siapa saja? Wiranto selaku Panglima ABRI pada saat itu? Prabowo Subiyanto Pangkostrad sekaligus pimpinan “Tim Mawar” Kopassus TNI AD pada saat itu? Atau Timur Pradopo yang menjabat sebagai Kapolres Jakarta Barat? Beberapa nama yang disebutkan punya alibi tersendiri dengan merasa tidak bertanggung jawab terhadap tragedi kemanusiaan tersebut. Tetapi pasti dan nyata tragedi Trisakti ini ada dalang dan pion – pionnya yang harus segera di ungkap agar tidak terus – menerus mengendap. Melawan Lupa, 16 Tahun Doa untuk korban pejuang Demokrasi, Korban Tragedi Trisakti.
Kesimpulan :
Konflik sebenarnya tidak perlu terjadi sebab hal tersebut dapat menjadikan hubungan antar anggota atau individu menjadi kurang harmonis. Selain itu konflik juga menyebabkan perubahan kepribadian antar individu sehingga menimbulkan rasa dendam, benci, ketidakpengertian, kecurigaan, serta hilangnya rasa kemanusiaan.
Saran :
Pemerintah perlu mengadakan penyelidikan lebih lanjut mengenai peristiwa Trisakti 1998.
Pemerintah juga perlu menindak lanjuti kasus-kasus lain yang terkait dengan tragedi Trisakti, agar di kemudian hari peristiwa yang serupa tidak terulang lagi.
Pemerintah harus memberikan rehabilitasi dan kompensasi kepada seluruh saksi, korban, dan keluarga kerusuhan.