KAJIAN TENTANG SKEMA BEDA HINGGA
KOMPAK ORDE-4
Eko Prasetya Budiana1
1Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNS
Abstract : Fourth order compact finite-difference scheme is based on low-storage Runge-Kutta schemes for temporal discretization and fourth order compact finite-difference schemes for spatial discretization. Fourth order compact schemes was devised with nearly the resolution quality of spectral methods, but retaining the flexibility of finite-difference methods
Keywords : Finite difference, fourth order compact
PENDAHULUAN
Suatu metode numerik orde tinggi telah dikembangkan untuk penyelesaian persamaan Navier-Stokes aliran tak mampat 2-D dan 3-D. Metode ini didasarkan pada skema Runge-Kutta untuk diskritasi waktu(temporal discretization). dan skema beda-hingga kompak(compact finite difference scheme) untuk diskritasi ruang(spatial discretization). Metode orde-tinggi yang akurat digunakan untuk mengurangi galat dispersi dan galat disipasi.
Lele[1] telah menganalisa bahwa skema kompak memiliki resolusi yang lebih baik dari skema ekpilsit yang umum untuk orde ketelitian dan stensil komputasi yang sama .
Diskritasi waktu(temporal discretization)
Diskritasi waktu untuk persamaan Navier-Stokes adalah menggunakan skema Runge-Kutta sebagai berikut :
M i M i M i
b
tH
1 1Re
1
M i M M i j L M i j j M iu
x
u
xx
u
a
H
H
Diskritasi ruang(spatial discretization)
Metode beda-hingga standar orde-dua untuk turunan pertama memiliki dispersion error yang besar, sedangkan metoda beda-hingga kompak memiliki kelebihan yaitu akurasi tinggi, fleksibel dan pengoperasiannya lebih mudah.
Diskritasi waktu(temporal discretization)
Diskritasi waktu untuk persamaan Navier-Stokes adalah menggunakan skema Runge-Kutta sebagai berikut :
M i M i M i
b
tH
1 1Re
1
M i M M i j L M i j j M iu
x
u
xx
u
a
H
H
32
Mekanika, Volume 3 Nomor 3, Mei 2005 Metode beda-hingga standar orde-dua untuk turunan pertama memiliki dispersion error yang besar, sedangkan metoda beda-hingga kompak memiliki kelebihan yaitu akurasi tinggi, fleksibel dan pengoperasiannya lebih mudah.
dimana :
x
L
x/
N
x
N
x= jumlah grid point'
i
= turunan pertama dari variabel
iterhadap x
,
a
,
b
= koefisien skema kompakTurunan terhadap y dan z dapat dilakukan dengan cara yang sama. Untuk skema orde-empat maka ;
1
/
4
,a
3
/
2
,dan b=0. Untuk skema orde-enam maka;
1
/
4
,9
/
14
a
, dan b=1/9.Perbandingan pendekatan skema beda-hingga ekplisit dan skema kompak dari turunan pertama ditunjukkan dalam tabel 1. Di sini terlihat bahwa skema kompak memiliki stensil yang lebih sedikit, koefisien kesalahan pemenggalan(truncation error) berkurang menjadi ¼ untuk orde-empat dan 1/9 untuk orde-enam dari koefisien beda tengah ekplisit untuk orde yang sama.
Tabel 1. Perbandingan jumlah stensil skema beda-hingga ekplisit dan skema kompak dari turunan pertama.
Skema Kesalahan
pemenggalan Jumlah stensil Beda tengah orde-4(skema beda hingga) (-4/5!)( 4
)
x
5 5Beda tengah orde-4(skema kompak) (-1/5!)( 4
)
x
5 3Beda tengah orde-6(skema beda hingga) (-36/7!)( 4
)
x
7 7Beda tengah orde-4(skema kompak) (-4/7!)( 4
)
x
7 5Menurut Hu dkk[2] resolusi dari pendekatan numerik turunan pertama dapat dianalisa dengan mentrnsformasi persamaan konveksi 1-D sebagai berikut :
0
x
c
t
N N l l j l ja
x
x
1
Dalam mode Fourier ikx
e
t
)
(
~
maka : ikxe
t
t
~
) (~
ik x x l je
Sehingga persamaan konveksi 1-D menjadi :
0
~
~
0
~
~
0
~
~
* ) (
ick
t
e
a
x
c
t
e
a
x
c
e
t
x ikl N N l l x l x ik N N l l ikxdimana : ikl x N N l l
e
a
x
i
k
*Numerical wavenumber k*adalah bilangan komplek, sedangkan exact wavenumber k
adalah riil. Untuk pendekatan numerik terhadap penyelesaian eksak maka dua kondisi di bawah ini harus dipenuhi, yaitu :
Real(k*) = k
Imag(k*) = 0
Deviasi dari real(k*) terhadap k menunjukkan galat dispersi yang disebabkan oleh
turunan genap dan deviasi dari imag(k*) menunjukkan galat disipasi yang disebabkan
oleh turunan ganjil. (a) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 -0,5 0,5 1,5 2,5 3,5 kdx re a l( k *d x ) eksak 2nd-order central 4th-order central 4th-order compact 6th-order compact (b) -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 kdx Im a g (k *d x )
Gambar2. (a) Galat dispersi dan (b) galat disipasi untuk pendekatan numerik turunan pertama
Kondisi batas diselesaikan dengan skema kompak orde-tiga dengan persamaan sebagai berikut :
3 1 ' 2 ' 11
i i bsi bsa
x
2
bs
dana
bs1
5
/
2
,a
bs2
2
,a
bs1
1
/
2
adalah koefisien orde-tiga dari skema batas(boundary scheme) pada i=1. Persamaan yang sama juga digunakan untuk skema batas pada i=N.34
Mekanika, Volume 3 Nomor 3, Mei 2005 Untuk skema orde-enam, kondisi batas diselesaikan dengan skema ekplisit beda-hingga orde-lima untuk titik i=1 dan i=N. Persamaan kondisi batas adalah sebagai berikut :
8 1 ' 11
i i bsia
x
dimana :48
/
985
8
/
125
48
/
415
105
/
296
4 3 2 1
bs bs bs bsa
a
a
a
336
/
145
8
/
25
80
/
791
12
/
215
8 7 6 5
bs bs bs bsa
a
a
a
Untuk kondisi batas pada i=2 dan i=N-1 juga digunakan skema ekplisit orde-lima sebagai berikut :
8 1 ' 11
i i nbia
x
dimana :24
/
35
48
/
109
180
/
211
16
/
3
4 3 2 1
nb nb nb nba
a
a
a
72
/
1
40
/
23
3
/
1
144
/
115
8 7 6 5
nb nb nb nba
a
a
a
Turunan keduaPersamaan skema kompak untuk turunan kedua dalah sebagai berikut :
2
1 1
2
2 2
" 1 " " 12
4
2
i i i i i i i i ix
b
x
a
dimana : " i
= turunan kedua dari variabel
i terhadap xb
a
,
,
= koefisien skema kompak turunan kedua Untuk orde-empat, =1/10,a
6
/
5
, dan b=0Untuk orde-enam, =2/11,
a
12
/
11
, dan b=3/11Perbandingan antara skema beda-hingga ekplisit dan skema beda hingga kompak ditunjukkan dalam tabel 2. Di sini terlihat bahwa skema kompak memiliki stensil lebih sedikit, koefisien kesalahan pemenggalan(truncation error) berkurang menjadi ½ untuk orde-empat dan ¼ untuk orde-enam dari koefisien explicit central difference untuk orde yang sama.
Tabel 2. Perbandingan pendekatan beda-hingga ekplisit dan kompak implisit untuk turunan kedua.
Skema Kesalahan pemenggalan Jumlah
Stensil Beda tengah orde-4(skema beda hingga) (-8/6!)(x)4(6) 5
Beda tengah orde-4(skema kompak) (-3.6/6!)(x)4(6) 3
Beda tengah orde-6(skema beda hingga) (-72/8!)(x)6(8) 7
Analisa resolusi untuk turunan kedua dari pendekatan numerik skema kompak dilakukan dengan cara yang sama dengan analisa turunan pertama.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 kdx (k *d x )* *2 Eksak "2nd-order central" "4th-order central" "4th-order compact" "6th-order compact"
Gambar 3. Galat dispersi pendekatan numerik turunan kedua
Galat dispersi dari berbagai skema beda-hingga tampak pada gambar 3. Dapat diketahui bahwa nilai numerical wavenumber untuk skema kompak lebih mendekati nilai exact wavenumber.
Kondisi batas pada i=1 dan i=N diselesaikan dengan skema kompak orde-tiga sebagai berikut:
4 1 2 " 2 "1
i i bsi bs ia
x
dimana, bs =11 dan abs1=13, abs2=-27, abs3=15 dan abs4 =-1 adalah koefisien skema kompak
orde-tiga. Contoh Kasus Persamaan konveksi 1D
2
;
20
450
;
0
.
5
,
0
.
25
,
1
ln
3
exp
5
.
0
)
0
,
(
0
2
c
t
x
x
x
x
u
x
u
c
t
u
Penyelesaian persamaan konveksi 1D dilakukan dengan pendekatan beda hingga dan pendekatan skema kompak orde-4. Untuk pendekatan beda hingga digunakan pendekatan beda maju untuk turunan waktu dan pendekatan beda tengah untuk turunan ruang. Untuk pendekatan skema kompak beda hingga digunakan skema Runge-Kutta orde-4 untuk turunan waktu dan skema kompak orde-4 untuk turunan ruang. Hasil penyelesaian numerik dibandingkan dengan hasil penyelesaian eksak seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. menunjukkan grafik penyelesaian numerik saat t=400 pada x=400. Grafik penyelesain dengan skema kompak orde-4 menempel dengan grafik penyelesaian eksak. Grafik penyelesaian dengan pendekatan beda hingga terdapat osilsi numerik dan jauh libih rendah dari penyelesaian eksak.
Kajian Tentang Skema Beda Hingga Kompak Orde-4 – Eko Prasetya Budiana
37
t=400 detik, dx=0.5 dt=0.25 -3,00E-01 -2,00E-01 -1,00E-01 0,00E+00 1,00E-01 2,00E-01 3,00E-01 4,00E-01 5,00E-01 6,00E-01 380 385 390 395 400 405 410 415 420 ==> x ==> u Eksak 4th-order kompak 2nd-order centralGambar 4. Penyelesaian persamaan konveksi 1D pada t=400 detik
KESIMPULAN
1. Skema kompak memiliki resolusi yang lebih baik dari skema beda hingga biasa dengan stensil komputasi yang sama .
2. Untuk penyelesaian persamaan konveksi 1D skema kompak memiliki akurasi yang lebih baik dibandingkan pendekatan beda hingga.
DAFTAR PUSTAKA
Hirsch, C. 1990, Numerical Computation of Internal and External Flows, Vol. I & II, John Wiley & Sons, Chichester, England.
Hu, F.Q., Hussaini, M.Y. and Manthey, J., 1996, Low-Dissipation and Dispersion Runge-Kutta Schemes for Computational Acoustics, ICASE Report 94-102, and Journal of Computational Physics. Vol 124.1, pp.177-191, 1996
Wilson,R.V.,Demuren, A.O. and Carpenter M.,1998, Higher-Order Compact Schemes for Numerical simulation of Incompressible Flows, ICASE Report No. 98-13.