• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lap. Pendahuluan DED Utilitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lap. Pendahuluan DED Utilitas"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Laporan Pendahuluan ini merupakan laporan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan “DED Pembangunan Jaringan Utilitas Kota Tanjungpinang” merupakan kerjasama dengan pemerintah Kota Tanjungpinang. Berdasarkan Kontrak Kerja antara Dinas Bina Marga Kota Tanjungpinang dengan CV. Vitech Pratama Consultant tentang pelaksanaan pekerjaan DED Pembangunan Jaringan Utilitas Kota Tanjungpinang

Secara substansi Laporan Pendahuluan ini memuat tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan hingga dari Pendahuluan, Gambaran umum Wilayah, Studi literatur, Pendekatan dan Metodologi serta Organisiasi dan rencana kerja. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam membantu penetapan atau bahkan penajaman dari muatan Masterplan Jaringan Jalan dan utilitas Kota Tanjungpinag di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut membantu terlaksananya penyusunan buku laporan ini.

Tanjungpinang , Oktober 2016 CV. Vitech Pratama Consultant

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR v BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang I-1

1.2 Maksud dan Tujuan I-2

1.3 Sasaran I-3

1.4 Ruang Lingkup Wilayah Dan Lingkup Tugas I-4

Lingkup Wilayah I-4

Lingkup Subtansi I-4

1.5 Landasan Hukum I-5

1.6 Sistematika Penulisan I-6

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Sejarah Terbentuknya Tanjungpinang II-1

2.2 Letak Geografis dan Lingkungan II-2

2.3 Gambaran Jumlah Sosial Penduduk II-8

2.4 Gambaran Umum Ekonomi II-9

2.5 Gambaran Umum Utilitas II-13

2.6 Keterpaduan Perencanaan dengan RTRW Kota Tanjungpinang II-27

BAB 3 STUDI LITERATUR

3.1 Penjelasan Umum III-1

3.1.1 Jalan III-1

3.1.2 Utilitas III-7

3.2 Ketentuan Umum III-8

3.2.1 Lingkungan III-8

3.2.2 Perencanaan III-9

3.3 Ducting Utilitas III-10

3.3.1 Teknis Metoda Konstruksi III-10

3.3.2 Metoda Konstruksi Bawah Tanah (Metoda Tnunnel Boring

Machine) III-12

3.3.3 Metoda Cut and Cove III-14

3.4 Pemanfaatan Box Culvert Sebagai Media Penempatan Jaringan Utilitas Terpadu

III-16 3.5 Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait III-19

BAB 4 PENDEKATAN DAN METODOLGI

4.1 Pendekatan IV-1

4.2 Metodolgi Pelaksanaan IV-2

4.3 Tahap Inventarisasi Data Dan Studi Literatur IV-4

4.4 Tahap Survey Lapangan IV-4

4.4.1 Pengukuran Topografi IV-4

4.4.2 Survey Inventarisasi Jalan IV-6

4.4.3 Penyelidikan Tanah (Test Pit) IV-6

4.4.4 Survey Material IV-7

4.4.5 Traffic Management IV-7

(4)

BAB 5 ORGANISASI DAN JADWAL KERJA

5.1 Rencana Kerja dan Komposisi Tim V-1

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Profill Wilayah Kota Tanjungpingan II-3

2.2 Jumlah penduduk Kota Tanjungpinang II-8

2.3 Rasio Jenis Kelamin Kota Tanjungpinang II-8

2.4 Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang II-9

2.5 Perkembangan Nilai PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010, menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, 2013-2015 (juta rupiah)

II-10

2.6 Perkembangan Nilai PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, 2013-2015 (juta rupiah)

II-11

2.7 Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, 2013-2015 (persen)

II-12

2.8 Banyak Tenaga Listrik Yang Digunakan Di Kota Tanjungpinagn Menurut Kokasi (Kwh), 2015

II-13 2.9 Banyak penggunan Air Minum Menurut Golongan di Kota

Tanjungpingan,2015

II-14 2.10 Perkiraan Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi Kota

Tanjungpinang

II-14 2.11 Panjang jalan menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di kota

Tanjungpinang 2011-2015 (km)

II-17 2.12 Rencana Jalan di kota Tanjungpinang 2011-2015 (km) II-20 2.13 Arahan Fungsi Sistem Perkotaan Kota Tanjungpinang II-28 2.14 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Tanjungpinang II-30 2.15 Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang Tahun

2010-2030

II-32

3.1 Perbandingan Keuntungan dan Kerugian Metoda Tunnel Boring Machine dan Cut and Cover III-15

3.2 Jarak Kabel Tanah dengan Utilitas Lain III-17

4.1 Rincian Kegiatan Perencanaan Pembangunan Ducting Utilitas IV-3

5.1 Komposisi Tenaga Ahli V-1

5.2 Rencana Kerja Personil V-2

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Batas Kota Tanjungpinang I-4

2.1 Peta Adminstrasi Kota Tanjungpinang II-3

2.2 Dsitribusi Struktur Perekonomian Kota Tanjung Pingan Tahun 2015 II-11

2.3 Jaringan Jalan di Kecamatan Bestari II-17

2.4 Jaringan Jalan di Kecamatan Kota Tanjungpinang II-18

2.5 Jaringan Jalan di Kecamatan Tanjungpinang Timur II-18 2.6 Jaringan Jalan di Kecamatan Tanjungpinang Barat II-19

2.7 Peta Jarigan Jalan TPI II-19

2.8 Sistem Perkotaan Kota Tanjungpinang Dalam Konstelasi Perkotaan

Nasional II-29

3.1 Zona-zona pada Rumaja, Rumija dan Ruwasja III-2

3.2 Contoh Potongan Meelintang Utilitas Jalan III-8

3.3 Penempatan Utilitas di daerah Perkotaan pada jalan 4 lajur 2 arah III-11

3.4 Penempatan Utilitas pada Jembatan Beton III-11

3.5 Penempatan Utiltas menempel pada jembatan III-12

3.6 Metode Boring Machine III-13

3.7 Metode Cut and Cover dengan menggunakan Box Culvert III-14

3.8 Metode Cut and Cover secara konvensional III-15

3.9 Ducting System III-17

3.10 Walkway Integrated Common Utility III-18

(7)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 menjelaskan bahwa jalan/ jembatan sebagai bagian sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan. Dengan demikian jalan/ jembatan menduduki posisi penting yang strategis di dalam kegiatan pembangunan terutama untuk pembangunan pengembangan wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu penjabaran Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tanjungpinang Tahun 2013 adalah peningkatan kondisi jaringan jalan/ jembatan, jumlah prasarana jalan/ jembatan yang terpelihara dan berfungsi, jumlah jaringan jalan/ jembatan, akses ke kawasan baru serta jumlah kapasitas angkut dengan program pembangunan jalan dan jembatan, dan program rehabilitasi/ pemeliharaan jalan dan jembatan.

Pembangunan jaringan jalan dan jembatan telah dilakukan secara bertahap baik itu melalui Pemerintah Propinsi maupun Kabupaten/ Kota. Karena sebagai urat nadi perekonomian nasional Pembangunan Jaringan Jalan dan Jembatan diharapkan mampu menghubungkan Jalan Propinsi, menghubungkan antar kabupaten/ Kota di Propinsi Kepulauan Riau, maupun meningkatkan penanganan non lintas agar senantiasa dapat berfungsi untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas barang dan jasa.

Untuk mendukung kondisi mantap jalan di perkotaan diperlukan bangunan pelengkap jalan yang dapat difungsikan sebagai perletakan utilitas (pipa air, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan gas dan jaringan lainnya) dan selain itu juga dapat difungsikan sebagai drainase jalan.

Mencermati kondisi yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang milik jalan yang ada di Kota Tanjungpinang, dimana hampir setiap tahunnya terjadi penggalian untuk jaringan tersebut di ruas jalan utama Galan arteri sekunder dan jalan kolektor primer/ sekunder, serta beberapa jalan lokal) menimbulkan dampak negatif berupa

(8)

rusaknya keindahan kota dan terganggunya kelancaran lalu lintas serta rusaknya kondisi jalan yang ada, maka untuk jangka panjang sangat diperlukan beberapa solusi di antaranya Pemerintah harus menyiapkan sebuah sistem jaringan yang diperuntukan sebagai perletakan jaringan utilitasi tersebut. Selain itu, untuk lebih terarahnya konsep pembangunan infrastruktur khususnya jalan dan jembatan diperlukan suatu masterplan sebagai acuan. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tanjungpinang maka perlu dilakukan kajian sebagai bentuk turunan dari RTRW. Dalam melakukan perencanaan teknis (DED) Sistem Jaringan Utilitas Jalan di Kota Tanjungpinang harus memenuhi Kriteria Dasar Perencanaan Teknis berikut ini :

A. Kekuatan Unsur Struktural dan Stabilitas Keseluruhan

Setiap unsur harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban kendaraan dan struktur lainnya sebagai kesatuan dari setiap unsur harus stabil pada pembebanan tersebut.

B. Kelayanan Struktur

Struktur harus berada dalam layanan pada beban batasan kelayanan. Hal ini berarti bahwa struktur tidak boleh mengalami retakan, lendutan atau getaran sedemikian rupa sehingga masyarakat menjadi khawatir atau utilitas menjadi tidak layak digunakan.

C. Kesesuaian

Tipe struktur yang dipilih harus sesuai dengan lingkungan, kondisi alam dan lokasi utilitas.

D. Ekonomis

Rencana termurah yang sesuai dengan pendanaan dan faktor-faktor utama lainnya adalah yang umumnya terpilih. Penekanan harus diberikan pada biaya umur total struktur yang mencakup pemeliharaan dan pembangunan. Biaya

E. Bentuk Estetika

Struktur utilitas harus menyatu dengan alam sekitarnya dan menyenangkan untuk dilihat. Biasanya semakin tinggi nilai estetika struktur utilitas semakin tinggi biaya yang akan dipergunakan.

(9)

1.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari pekerjaan ini adalah menciptakan kondisi mantap jalan sehingga mendukung kondisi baik secara fungsi jalan khususnya jalan perkotaan

Tujuan kegiatan ini adalah tersediany dokumen Masterplan sistem Jaringan Jalan Perkotaan dan Sistem Jaringan Utilitas Jalan (pipa air, Jairngan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan gas dan jaringan lainya) di Kota Tanjungpinanf yang akan diusulkan pembangunan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daearah (APBD), APBD Provinsi atau APBN. Sistem Jaringan Utilitas jalan tersebut merupakan bagian dari maasterplan sisten jaringan jalan Perkotaan

1.3 Sasaran

Sasaran utama dari pekerjaan ini adalah membantu Pengguna Anggaran, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjungpinang, dalam pelaksanaan DED Pembangunan Jaringan Utilitas Jalan Kota Tanjungpinang yang direncanakan berdasarkan Masterplan Sistem Jaringan Jalan Perkotaan. Sasaran lain yang diharapkan dapat diperoleh adalah :

1. Teridentifikasi permasalahan tata ruang di wilayah kota Tanjungpinang

2. Tersusunta asuatu dokumen masterplan sistem jaringan jalan kota Tanjungpinang 3. Teridentifikasi gambaran kinerja dan permasalahan akan kebutuhan utilitas di

Kota Tanjungpinang.

4. Biaya dan tahapan pembangunan.

5. Kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan.

6. Tumbuhnya pandangan baru pentingnya perencanaan utilitas untuk menciptakan kondisi laik fungsi jalan dan metode pembangunan yang efektif dan efisien. 7. Meningkatkan kemampuan teknis perencanaan dan penguasaan teknologi

dalam pelaksanaan konstruksi utilitas.

8. Menjadikan kegiatan ini sebagai ground training bagi praktisi utilitas kita dalam mengahadapi pembangunan tipe dan bentuk utilitas di masa mendatang.

(10)

1.4 Ruang Lingkup Wilayah Dan Lingkup Tugas 1.4.1 Lingkup Wilayah

Lokasi pelaksanaan pekerjaan ini terletak wilayah Kota Tanjungpinang  Sebelah utara : Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan.  Sebelah Selatan : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.  Sebelah Barat : Kecamatan Galang Kota Batam.

 Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.

Gambar 1.1 Peta Batas Administrasi Kota Tanjungpinang 1.4.2 Lingkup Subtansi

(11)

1. Pemahaman mengenai maksud dan tujuan dari Perencanaan Sistem Jaringan Utilitas Jalan yang disejalankan dengan Masterplan Sistem Jaringan Jalan Perkotaan

2. Persiapan

3. lnventarisasi data

4. Pembuatan Peta Rencana Kerja 5. Persiapan Personil dan Peralatan

6. Pembuatan Rencana Kerja

7. Pengumpulan Data Primer dan Sekunder serta Pengolahan Data

8. Koordinasi dengan lnstansi Terkait.

9. Analisis dan penyusunan perencanaan utilitas dan masterplan sistem jaringan jalan perkotaan, dan

10. Sosialisasi dan presentasi tahapan laporan. 1.5 Landasan Hukum

Peraturan-peraturan yang di pakai adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan.

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DaerahKhusus IbuKota Jakarta Sebagai IbuKota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 5. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisa Dampak

Lingkungan.

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah beserta Petunjuk TeknisPelaksanaannya.

7. Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 91/PR, 008/PHB-87 tentang Kebijakan Umum Transportasi

8. Keputusan Menteri Perhubungan No.KM 15/1997 tentang Sistem Transportasi Nasional

(12)

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan pendahuluan ini akan dibagi menjadi beberapa bab, sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup subtansi, ruang lingkup wilayah, landasan hukum dan sistematika penyajian. BAB 2 GAMBARAN UMUM KAWASAN

Bab ini membahas membahas letak dan administrasi wilayah, profil demografi (jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penuduk), profil perekonomian (PDRB dan laju pertumbuhan PDRB).

BAB 3 Studi Literatur

Bab ini membahas pemahaman subtansi tinjuan literatur terkait pemahaman perencanaan jaringan jalan dan utilitas

BAB 4 Pendekatan dan Metodoloi

Bab ini membahas pendekatan teknis dan metodologi baik perencanaan, analisis dan pengumpulan data dalam penyusunan masterlpan jaringan jaalabn dan utilitas.

BAB 5 KONDISI EKSISTING PELABUHAN

Bab ini membahas program, jadwal kerja, membahas komposisi tim tenaga ahli, tanggung jawab perkerjaan dan penugasan tenaga ahli serta pelaksanaan penyusunan masterplan jaringan jalan Kota Tanjungpinang

(13)

GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Sejarah Terbentuknya Tanjungpinang

A. Perkembangan Terbentuknya Kota Tanjungpinang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 58 tahun 1957 setelah kemerdekaan Negara Republik Indonesia, Kota Tanjungpinang menjadi ibukota Kabupaten Kepulauan Riau dan berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 1957 dibentuklah Provinsi Riau dengan ibukotanya Tanjungpinang,namun tahun 1960 ibukota dipindahkan ke Pekanbaru. Setelah lama menjadi ibukota Kabupaten Kepulauan Riau, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1983 tanggal 18 Oktober 1983 Tanjungpinang ditetapkan sebagai Kota Administratif. Selanjutnya pada tahun 2001 sesuai dengan SK Mendagri Nomor 5 tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, Kota Administratif Tanjungpinang menjadi Kota Tanjungpinang. Dan saat ini Tanjungpinangmenjadi Ibukota Provinsi Kepulauan Riau dengan membawahi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kecamatan Tanjungpinang Kota dan Kecamatan Tanjungpinang Barat dengan 18 Kelurahan. Sedangkan sebelumnya pada tahun 2000 Kota Administratif Tanjungpinang membawahi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur serta terdiri dari 10 Kelurahan.

Kota Tanjungpinang adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Dengan Koordinat 0º5' Lintang Utara; 104º27' Bujur Timur. Kota ini memiliki pesona menarik dengan beragam kultur budaya suku dari hampir seluruh Indonesia masuk ke kota ini, dengan bahasa Melayu yang masih tergolong klasik, dan sedikit unik terdengar di telinga orang-orang dari luar kota namun memiliki daya tarik tersendiri. Kota ini memiliki cukup banyak area wisata seperti Pulau Penyengat yang hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari pelabuhan laut Tanjungpinang, pantai Trikora dengan pasir putihnya kurang lebih 65 km dari kota dan pantai Cermin di pusat kota. Tanjungpinang ditingkatkan statusnya menjadi kota dengan UU Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001. Pelabuhan laut Tanjungpinang (pelabuhan Sri Bintan Pura) memiliki kapal-kapal jenis feri dan feri cepat termasuk juga speedboat untuk akses domestik ke

(14)

pulau Tanjungpinang dan kota-kota lain di Riau daratan, kepulauan Karimun dan Kundur, serta akses internasional ke negara Malaysia dan Singapura.

B. Sejarah Kota Tanjungpinang

Sebelum kemerdekaan, Kota Tanjungpinang berasal dari Kerajaan Melayu yang didirikan sekitar Abad XVI. Menurut sejarah pusat pmerintahan berkedudukan di Pulau Penyengat, sekarang ini menjadi lokasi pariwisata budaya sebagai pusat pengembang budaya melayu. Dengan raja pertama yang memerintah adalah bernama Raja Abdul Rahman. Pada masa pemerintahan rajanya dari tahun 1722-1911 menjalankan dengan adil dan bijaksana, sehingga kesejahteraan rakyatnya meningkat dan selain itu juga berhasil menjalankan roda pemerintahannya, sehingga terkenal di Nusantara serta kawasan Semenanjung.

Setelah Sultan Riau wafat pada Tahun 1911, kerajaan tersebut diteruskan oleh keturunannya dan raja terakhir adalah Raja Jakfaar dan Istrinya bernama Engku Putri Hamidah. Kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia diperoleh dari penjajahan, maka pada era otonomi daerah wilayah kerajaan ini menjadi bagian dari Kota Tanjungpinang. Tugu proklamasi yang berada dekat dengan pelabuhan Tanjungpinang. Kota Tanjungpinang setelah depenitif dengan melalui pemilihan Walikota oleh DPRD Kota Tanjungpinang, maka sebagai Walikota yang terpilih untuk pertama kalinya, adalah Suryatati A. Manan menjadi Kepala Daerah, beliau memerintah tahun 2002. Pusat pemerintahan berada di Kota Tanjungpinang di pemukiman padat penduduk dan untuk masa akan datang pusat pemerintah dipusatkan bagian selatan yaitu di Senggarang, hal ini adalah sebagai mengimbangi kesenjangan pembangunan dan kepadatan penduduk yang selama ini berpusat di kota lama (bagian sebelah utara).

2.2 Letak Geografis 2.2.1 Letak gografis

Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dengan letak geografis berada pada 00 51' s/d 00 59' LU dan 104 23' s/d 104 34' BT. Wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 239,50 KM2 dengan keadaan geologis sebagian berbukit-bukit dan lembah yang landai sampai tepi laut. Batas Wilayah :

(15)

 Sebelah utara : Kecamatan Bintan Utara Kabupaten Bintan.

 Sebelah Selatan : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.

 Sebelah Barat : Kecamatan Galang Kota Batam.

 Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan.

Gambar 2.1. Peta Adminstrasi Kota Tanjungpinang

Luasan Kota tanjungpinang tersebar untuk wilayah daratan sebesar 150,86 km2 dan luas lautan 107,96 km2 dengan total 258,82 km2. Unutk pulau yang dihuni terdapat 4 pulau dan 5 pulau kosong, untuk lebihjelsnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1. Profill Wilayah Kota Tanjungpinang

Karateristik  Luas Kota Tanjungpinang  Luas Wilayah(km2 258,82  a.Luas Daratan(km2 150,86  b.Luas Lautan(km2) 107,96  Jumlah Pulau a.Pulau Berpehunib.Pulau Kosong 

(16)

2.2.2 Topografi

Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0- 2% hingga 40% pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0-50 meter di atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar, umumnya didominasi kelerengan yang berkisar antara 0-2% dengan luas wilayah mencapai 75,30 Km², dan kemiringan lereng 2-15% mempunyai luas sekitar 51,15 Km². Sedangkan kemiringan lereng 15- 40% memiliki luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km².

2.2.3 Iklim

Kondisi iklim dan curah hujan di Kelurahan Dompak dan Senggarang secara umum memiliki kondisi yang sama dengan Kota Tanjungpinang. Perubahan angin di wilayah ini dapat dilihat dari musim angin. Musim angin utara berlangsung dari Bulan Desember sampai dengan Bulan Februari. Angin musim timur berlangsung dari Bulan Desember sampai dengan Bulan Febuari. Angin musim selatan berlangsung Bulan Maret sampai dengan Bulan Mei. Musim Angin Selatan berlangsung dari Bulan September sampai November. Pergantian musin yang terjadi setiap waktu ini menyebabkan arah angin tidak menentu atau disebut musim pancaroba. (RDTRK BWK IV Kota Tanjungpinang,2009) Pada umumnya daerah Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan temperatur berkisar antara 18-30oC. Rata-rata kelembaban udara pada tahun 2008 sekitar 86%, sedangkan yang tertinggi mencapai 99% dan terendah 58%. Gugusan kepulauan di Tanjungpinang mempunyai curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara 2000-2500 mm/th. Rata-rata curah hujan per hari ± 17,0 milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak ± 16,8 per bulan. (RTRW Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030, 2011).

Curah hujan tertinggi tahun 2008 terjadi pada bulan Maret Desember (472,5 mm), sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei (135,2 mm). Temperatur rata- rata terendah 22,50C dengan kelembaban udara 83-89%.Kota Tanjungpinang mempunyai 4 (empat) macam perubahan arah angin yaitu (RTRW Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030, 2011):

(17)

 Bulan Desember-Februari : Angin Utara

 Bulan Maret-Mei : Angin Timur

 Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan

 BulanSeptember-November : Angin Barat

2.2.4 Hidrografi

Keberadaan air permukaan di area FTZ Dompak terdistribusi oleh sungai Dompak dan Sungai Belading sedangkan Kelurahan Senggarang terdistribusi oleh sungai Papah dan sungai Senggarang. Dalam siklus hidrologi, keberadaan air tanah dipengaruhi oleh air permukaan. Sungai-sungai yang mengalir di Kota Tanjungpinang kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, seperti halnya sungai-sungai yang ada di Pulau Bintan, dan tidak sepenuhnya dipergunakan untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Selain sebagai saluran drainase sungai yang cukup besar dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi penduduk kota dan sekitarnya. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kota Tanjungpinang antara lain adalah: Sungai Gugus, Sungai Terusan, Sungai Papah, Sungai Senggarang, Sungai Sei Payung, dan Sungai Dompak.(RTRW Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030, 2011)

Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari (RTRW Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030, 1)

a. Air Bawah Tanah Dangkal

Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya.

(18)

Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2-3 m. Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13 m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.

b. Air Bawah Tanah Dalam

Air bawah tanah dalam di Kota Tanjungpinang tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar sekitar 26 m. Sedangkan keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang.Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum penduduk sekitarnya.

2.2.5 Geologi

Kondisi jenis dan tekstur tanah berpengaruh terhadap kondisi eksisiting wilayah terkait dengan daya dukung lahan terhadap aglomerasi wilayah setempat, dan erat kaitannya dengan tingkat kesuburan tanah, kepekaan terhadap erosi, maupun permeabilitas tanah dalam penyerapan air hujan maupun dalam distribusi air tanah. Berdasarkan material penyusunnya, tanah diklasifikasikan menjadi 3(tiga) yaitu pasir, lumpur, dan lempung. Secara garis besar jenis tanah yang mendominasi di Kota Tanjungpinang termasuk di Kelurahan Dompak dan Senggarang berjenis Podsolik Merah Kuning yaitu tanah masam

(19)

2030,2011). Kondisi tekstur tanah menunjukan karakteristik tanah menurut tingkat kehalusan tanah. Kondisi tekstur tanah diKota Tanjungpinang di bagi menjadi 3(tiga) jenis, yaitu:

 Tekstur tanah halus. Menyebar hanya sedikit, yaitu di sebagian tanah dengan kelerengan 0-2% pada daerah pantai.

 Tekstur tanah sedang. Menyebar pada sebagian tanah di Kota Tanjungpinang dengan kelerengan 0-2%, sebagian besar tanah dengan kelerengan 2-15%, seluruh tanah dengan kelerengan 15-25%, sebagian kecil tanah dengan kelerengan 25- 40%.

 Tekstur tanah kasar. Menyebar di sebagian kecil tanah dengan kelerengan 2-15%, sebagian besar tanah dengan kelerengan 25-40% dan sebagian tanah dengan kelerengan > 40.

Kondisi tekstur tanah di Kelurahan Dompak sebagian besar didominasi oleh tekstur tanah halus yang memiliki luas 838,5 Ha atau 63,5% (Sedangkan Kondisi tekstur tanah yang dominan di Kelurahan Senggarang sebagian besar berupa tekstur tanah halus yang memiliki luas 837 Ha atau 64,3% (Peta Jenis dan Karakter Tanah Kota Tanjungpinang, 2008).

2.2.6 Penggunaan Lahan dan Pemanfaatan Ruang

Ada beberapa kelurahan yang memiliki tanah yang bisa dikembangkan untuk sektor pertanian bukan sawah, diantaranya yaitu Kelurahan Batu Sembilan, Kelurahan Melayu Kota Piring, Kelurahan Pinang Kencana, Kelurahan Penyengat, Kelurahan Kampung Bugis dan Kelurahan Senggarang. Kelurahan yang memiliki lahan sektor pertanian bukan sawah terbesar yaitu Kelurahan Senggarang Kecamatan Tanjungpinang Kota dengan perkiraan luas lahan sebesar 1.725 Ha. Hal ini memberikan gambaran kepada kita mengenai kelurahan yang memiliki potensi pertanian bukan sawah yang bisa dikembangkan menjadi sentra pertanian di Kota Tanjungpinang . Pada umumnya lahan pertanian bukan sawah tersebut merupakan lahan yang digunakan untuk sektor perkebunan, palawija dan juga hutan lindung.

(20)

2.3 Gambaran Jumlah Penduduk

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2015, jumlah sementara penduduk Kota Tanjungpinang sebesar 202.215 orang. Dengan 102.331 orang penduduk laki-laki dan 99.884 orang penduduk perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2. Jumlah penduduk Kota Tanjungpinang

Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Jumlah Penduduk

Bukit Bestari 29.713 29.265 58.978 Tanjungpinang Timur 40.467 39.046 79.513 Tanjungpinang Kota 8.994 8.567 17.561 Tanjungpinang Barat 23.157 23.006 46.163 2015 102.331 99.884 202.215 2014 101.137 98.586 199.723 2013 99.769 972.111 1.071.880 2012 98.417 95.682 194.099 2011 97.037 94.250 191.287

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah2016

Sex Ratio merupakan Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan sebagai jumlah laki-laki per 100 perempuan. Kegunaan dari indikator ini yaitu untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis kelamin. Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil serta penentuan kebijakan di bidang kependudukan lainnya. Pada tahun 2015, seluruh kecamatan di Kota Tanjungpinang memiliki angka sex ratio diatas 100. Sex ratio Kecamatan Tanjungpinang Kota merupakan sex ratio terbesar dengan nilai yaitu 104,98. Hal ini berarti dari 100 penduduk perempuan terdapat 104-105 penduduk laki-laki.

Tabel 2.3. Rasio Jenis Kelamin Kota Tanjungpinang Kecamatan Rasio Jenis Kelamin

Bukit Bestari 101,53 Tanjungpinang Timur 103,64 Tanjungpinang Kota 104,98 Tanjungpinang Barat 100,66 2015 102,45

(21)

2014 102,59

2013 102,63

2012 102,86

2011 102,96

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah 2016

Dengan adanya data mengenai distribusi penduduk hal ini memungkinkan untuk melihat sebaran penduduk per wilayah. Informasi tentang distribusi kepadatan penduduk secara geografis dan terkonsentrasinya penduduk di suatu tempat memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk.Kepadatan penduduk yang tertinggi di Kecamatan Tanjungpinang Barat dengan kepadatan penduduk sebesar 10.035,43 km2 dan terrendah di Kecamatan Tajungpinang Kota sebesar 442,23 km2, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.4. Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang Kecamatan Luas Daratan

(km) Penduduk Kepadatan Penduduk Bukit Bestari 46,51 58.978 1.268,07 Tanjungpinang Timur 60,04 79.513 1.324,33 Tanjungpinang Kota 39,71 17.561 442,23 Tanjungpinang Barat 4,60 46.163 10.035,43 2015 150,86 202.215 1.340,41 2014 150,86 199.723 1.323,90 2013 131,54 196.980 1.497,49 2012 131,54 194.099 1.475,59 2011 131,54 191.287 1.454,21

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah 2016 2.4 Gambaran Sosial Ekonomi

Pada tahun 2015 Kota Tanjungpinang berdasarkan nilain PDRB Harga Belaku sebesar 14.767.188 juta rupiah. Nilai PDRb atas harga berlaku Kota Tanjungpinang dari tahun 2013 sampai dengan tahun 22015 sudah mulai menggunakan tahun dasar 2010 sehingga mengakibatkan adanya perubahan angka PDRB dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 secara fluatuasi. Sektor yang memberikan kontribusi kepada PDRB Kota Tanjungpinang adalah sektor kontruksi sebesar 34,85 % dan sektor Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor sebesar 22,56 %. Sedangkan yang terendah adalah sektor Pertambangan Dan Penggalian 0,02 %,

(22)

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Dan Daur Ulang sebesar 0,06 % dan Pertanian 0,83 %, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.5. Perkembangan Nilai PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010, menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, 2013-2015 (juta

rupiah) Lapang Usaha/Sektor

Ekonomi Nilai(jt) 2013 Persen Nilai (jt) 2014 Persen Nilai (jt) 2015 Persen

Pertanian 118.390 0,64 125.287 0,85 135.753 0,83

Pertambangan Dan

Penggalian 918.695 4,99 50.938 0,34 3.320 0,02

Industri Pengolahan 918.695 4,99 999.195 6,77 1.096.191 6,73 Pengadaan Listrik Dan

Gas 24.792 0,13 20.592 0,14 22.184 0,14

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah Dan Daur Ulang 8.541 0,05 9.664 0,07 10.431 0,06 Kontruksi 4.811.764 26,16 5.418.790 36,69 5.839.969 35,85 Perdagangan Besar Dan

Eceran; Reparasi Mobil

Dan Sepeda Motor 2.634.097 14,32 3.162.440 21,42 3.675.572 22,56 Transportasi Dan

Pergudangan 764.070 4,15 895.503 6,06 1.083.420 6,65

Penyediaan Akomodasi

Dan Makan Minum 150.331 0,82 170.389 1,15 194.785 1,20 Informasi Dan

Komunikasi 404.628 2,20 412.944 2,80 474.725 2,91

Jasa Keuangan Dan

Asuransi 430.969 2,34 475.963 3,22 526.194 3,23

Real Estate 4.980.625 27,07 460.401 3,12 517.295 3,18

Jasa Perusahaan 1.694 0,01 1.842 0,01 2.076 0,01

Administrasi

Pemerintah, Pertahanan Dan Jamninan Sosial

1.260.610 6,85 1.490.731 10,09 1.521.694 9,34 Jasa Pendidikan 497.113 2,70 549.136 3,72 603.663 3,71 Jasa Kesehatan Dan

Kegiatan Sosial 325.050 1,77 360.473 2,44 397.039 2,44

Jasa Lainya 147.042 0,80 162.902 1,10 185.631 1,14

PDRB 18.397.105 100 14.767.188 100 16.289.943 100,00

(23)

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah 2016

Gambar 2.2. Dsitribusi Struktur Perekonomian Kota Tanjung Pingan Tahun 2015

Jika dilihat dari perkembangan laju pertumbuhan ekonomi berdasarkan harga konstan tahun 2010, Kota tanjungpingan memiliki nilai PDRB untuk tahun 2013 sebesar 11.295.842,50  juta, tahun 2014 sebesar 11.996.617,00  juta dan tahun 2015 sebesar 12.642.751,20 juta. Dengan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 seberar 5,58 % dan tahun 2015 sebesar 5,59 %. Untuk lebih jelasnya dpat dilihat pada tabel dbiawa ini

Tabel 2.6. Perkembangan Nilai PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, menurut lapangan usaha/sektor ekonomi,

2013-2015 (juta rupiah)

Lapang Usaha/Sektor Ekonomi  2013  2014  2015 

Pertanian 101.653,00 106.331,40  109.482,20

Pertambangan Dan Penggalian 373.334,70  42.010,10  1.147,80 

Industri Pengolahan 795.766,90  845.296,90  891.228,10 

Pengadaan Listrik Dan Gas 24.193,00  25.385,50  26.664,50 

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Dan Daur

Ulang 7.884,40 8.454,80  8.715,40

(24)

Lapang Usaha/Sektor Ekonomi 2013 2014  2015 Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda

Motor 2.288.861,50  2.579.407,80  2.771.105,20 

Transportasi Dan Pergudangan 651.834,50  707.656,00  777.299,80 

Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum 134.046,60  145.812,50  156.002,40 

Informasi Dan Komunikasi 386.809,10  421.486,30  465.793,90 

Jasa Keuangan Dan Asuransi 377.758,10 401.635,40  416.991,10

Real Estate 368.266,50 393.366,40  419.400,80

Jasa Perusahaan 1.683,20  1.780,00  1.880,50 

Administrasi Pemerintah, Pertahanan Dan Jamninan Sosial 1.025.003,80  1.096.105,50  1.176.181,50 

Jasa Pendidikan 430.946,80  461.566,20  491.388,60 

Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial 290.613,80 380.405,50  327.344,20

Jasa Lainya 134.125,00  140.453,30  147.982,90 

PDRB 11.295.842,50  11.996.617,00  12.642.751,20

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah 2016

Tabel 2.7. Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tanjungpinang Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010, menurut lapangan usaha/sektor ekonomi,

2013-2015 (persen) Lapang Usaha/Sektor Ekonomi 2014 2015

Pertanian 4,6 2,96

Pertambangan Dan Penggalian -88,72 97,27

Industri Pengolahan 6,22 5,43

Pengadaan Listrik Dan Gas 4,93 5,04

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah Dan Daur Ulang 7,18 3,08

Kontruksi 8,62 5,06

Perdagangan Besar Dan Eceran;

Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor 12,69 7,43 Transportasi Dan Pergudangan 8,56 9,23

Penyediaan Akomodasi Dan

Makan Minum 8,78 7

Informasi Dan Komunikasi 8,97 10,5

Jasa Keuangan Dan Asuransi 6,32 3,82

Real Estate 6,81 6,63

Jasa Perusahaan 5,57 6,65

Administrasi Pemerintah,

Pertahanan Dan Jamninan Sosial 9,94 7,31

Jasa Pendidikan 7,11 6,46

Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial

6,12 6,14

Jasa Lainya 4,72 5,36

PDRB 5,58 5,99

(25)

2.5 Gambaran Utilitas Sarana dan Prasarana 2.5.1 Listrik

Energi listrik merupakan salah satu prasarana kota dan merupakan kebutuhan pokok bagi suatu kota guna menunjang berbagai kegiatan usaha dan aktivitas lainnya dalam rangka untuk mengadakan pertumbuhan dan perkembangan kota yang hasilnya akan dirasakan oleh penduduk itu sendiri. Seabgaian besar penduduk kota Tanjungpinang telah menimati listrik PLN. Sekitar 89,18% rumaha tangga di kota tanjungpinang menggunakan listrik PLN, sebagai sumber penerangan. Saat ini sebaran penggungan tenaga lisitrik berdasarakan lokasi tersebar rayon kota dengan tenaga listrik sebesar 139.441.584 KWH, dan bintan center sebesar 101.037.239 kwh, untuk lebih jelasnya dpat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 2.8. Banyak Tenaga Listrik Yang Digunakan Di Kota Tanjungpinang Menurut Kokasi (Kwh), 2015

Lokasi Pabrik Kantor,Sekolah,Hotel,Ruko Rumah

Tangga Lampun Jalan Jumlah Rayon Kota 20.009.826 70.886.336 42.211.250 6.334.172 139.441.584 Bintan Center (termasuk Kantor jaga senggarang) 4.681.018 40.897.486 52.201.828 3.256.907 101.037.239 Sub.Rtg.Penyegat - 151.840 857.370 66.339 1.075.549 Jumlah 24.690.844 111.935.662 95.270.448 9.657.418 241.554.372

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah 2016

Rencana pengembangan jaringan prasarana energi terutama prasarana energi listrik di Kota Tanjungpinang diarahkan untuk terlaksananya penyediaan dan keseimbangan pemasokan kebutuhan listrik di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang terutama bagi kegiatan sosial ekonomi dan kebutuhan rumah tangga. Adapun rencana dari sistem jaringan energi di Kota Tanjungpinang dilakukan dengan sistem interkoneksi jaringan energi Pulau Bintan. Dalam rangka meningkatkan daya listrik dan keandalan layanan tegangan listrik bagi pemenuhan kebutuhan yang diperkirakan meningkat pesat di masa datang. Dalam rangka mendukung keperluan transmisi listrik tegangan tinggi (150 KV) dari rencana pembangunan PLTU baru yang dilokasikan di sebelah Barat Kawasan Industri Lobam, direncanakan untuk membangun 1 Gardu Induk (GI) di GI Air Raja, Kota Tanjungpinang, selain baru 2 Gardu Induk (GI) lainnya, yaitu GI-Lobam danGI-Kijang. Selain rencana pembangunan PLTG juga terdapat rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Galang Batang (30 MW), PLTU Tanjungpinang, dan PLTU Tanjung Kasam (60 MW) serta pembangunan jaringan PLTU interkoneksi Batam – Bintan (60 MW) dan pengembangan jaringan interkoneksi Pulau Bintan – Pulau Penyengat. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik di Kota Tanjungpinang sampai tahun 2030, direncanakan dikembangkan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Air Raja dan PLTD Suka Berenang (43 MW).

(26)

2.5.2 Air Minum

Untuk memenughi kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Tanjungpinang di kelola Oleh perushaan daerah air minum (PDAM) Tirta Janggi tanjungpinang. Produksi air bersih tahun 2015 mencapai 5,40 juta m3 denga mengalaim peningkatan dari tahun sebelumnya. Sedangakan dari sebara penggunaan pemakaian air bersih terbanyak adalah rumah tangga sebesar 10.976, perusahaan niaga sebear 376, dan sosial sebesar 202, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebal dibawah ini

Tabel 2.9. Banyak penggunan Air Minum Menurut Golongan di Kota Tanjungpingan,2015

Golongan Pemakaian Jumlah Perushaan Niaga 376 Rumaha Tangga  10976 Hotel/Objek Wisata/Industri  220 Sosial/Umum  202 Instansi  Pemerintahn/Pelabuhan  146 lainya  0

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015,diolah 2016

Terbatasnya sumber air di Kota Tanjungpinang khususnya dan Pulau Bintan pada umumnya, menuntut perlunya dicari alternatif lokasi yang dapat dijadikan sebagai catchment area/waduk guna dapat menampung buangan air hujan dengan kapasitas yang cukup besar. Pembuatan waduk baru di Kota Tanjungpinang sangat memungkinkan mengingat struktur batuan yang ada umumnya mempunyai tingkat permeabilitas rendah, sehingga sulit untuk diresapkan ke dalam tanah. Waduk dan kolong yang terdapat di Kota Tanjungpinang, seperti waduk Sei Timun dan Kolong Sungai Nyirih di Kelurahan Senggarang yang berfungsi sebagai reservoir air agar betul-betul layak dikonsumsi sebagai air minum perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai kualitas air tersebut

Di samping itu ke depan diharapkan seluruh Kota Tanjungpinang sudah terlayani air bersih dari PDAM. Arahan rencana pengembangan pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Tanjungpinang, adalah :

1. Pembangunan dan pengembangan Kolong-kolong yang potensial sebagai reservoir air, seperti: Kolong Komplek Korem dan Kolong Sungai Nyirih sebagai alternatif sumber air bersih.

2. Sebelum disalurkan ke konsumen, air perlu diolah sehingga sesuai dengan standar kualitas air bersih yang ditangani oleh perusahaan tertentu, seperti: PAM atau PDAM.

(27)

3. Menjaga dan melindungi sumber air bersih dengan memberi kawasan perlindungan pada setiap wilayah sumber air.

Sumber air baku alternatif untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Tanjungpinang adalah pemanfaatan waduk dan kolong-kolong pasca tambang. Adapun waduk/kolong yang dapat dijadikan alternative sumber air baku adalah sebagai berikut :

a) Waduk Teluk Sungai Gesek b) Waduk Sungai Dompak c) Kolong Sei Nyirih d) Kolong Sei Timun e) Sei Toucang

Secara garis besar rencana pengembangan air bersih di Kota Tanjungpinang dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air bersih jangka pendek – menengah dilakukan melalui :

 Mempertahankan pelayanan waduk Sei Pulai dengan diperkuat intake Sei gesek untuk pelayanan ± 80.000 jiwa (405 saat ini) dan interkoneksi dengan waduk Galang Batang.

 Pemanfaatan kolong-kolong tambang dan tampungan lainnya sebagai sumber air baku.

 Pemanfaatan air laut sebagai air baku diarahkan di Gudang Minyak dan Tanjung Ayun Sakti.

2. Rencana pengembangan sistem jaringan air berih di Kota Tanjungpinang jangka panjang dilakukan melalui pembangunan Estuari DAM muara Sungai Dompak sebagai sumber air baku untuk pelayanan seluruh Kota Tanjungpinang,

2.5.3 Jaringan Telepon

Pada dasarnya untuk jaringan telepon sendiri yang dapat melayani kebutuhan masyarakat Kota Tanjungpunang saat ini telah tersedia. Selama ini jaringan telepon yang sering digunakan oleh sebagian masyarakat wilayah kajian masih berupa jaringan komunikasi telepon selular. Sejauh ini jaringan telepon belum menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat wilayah kajian. Meskipun demikian, dalam rangka mengembangkan serta merencanakan pengembangan wilayah kajian tersebut tetap harus dapat memberikan

(28)

kemudahan pelayanan khususnya di bidang komunikasi, terutama bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.

Tabel Error! No text of specified style in document..1 Perkiraan Kebutuhan Prasarana Telekomunikasi Kota Tanjungpinang Tahun 2015

No Kecamatan Jumlah Penduduk

2015 (jiwa)

Jumlah Rumah (unit) Jumlah

(Unit) Perkiraan Keb. SST Jumlah (SST) Pelayan. Umum dan Komersial Telepon Umum Kav. Besar Kav. Sedang Kav. Kecil Kav. Besar Kav. Sedang Kav. Kecil 1 Bukit Bestari 58,978 1,300 3,901 7,802 13,003 1,300 1,950 1,950 5,201 780 65 2 Tanjungpinang Timur 79,513 1,554 4,663 9,326 15,544 1,554 2,332 2,332 6,218 933 78 3 Tanjungpinang Kota 17,763 511 1,534 3,068 5,114 511 767 767 2,045 307 26 4 Tanjungpinang Barat 46,163 1,323 3,969 7,937 13,229 1,323 1,984 1,984 5,292 794 66 Kota Tanjungpinang 202,215 6,559 4,689 14,067 28,134 46,890 4,689 7,033 7,033 18,756 2,813

Sumber : RTRW Kota Tanjungpinang 2011,diolah 2016

Berdasarkan pengamatan pertumbuhan pengembangan sambungan telepon dengan teknologi sambungan kabel agaknya merupakan kendala. Mengingat dalam pelaksanaannya memerlukan waktu dan biaya yang cukup besar. Tetapi hal itu masih merupakan peluang/potensi bagi PT. Telkom untuk mengembangkan jaringan teleponnya sebagai upaya untuk memberikan dukungan atas perkembangan wilayah. Kendala yang dihadapi adalah memberikan pelayanan pada suatu kegiatan yang letaknya secara geografis sulit untuk dicapai. Pada tempat-tempat yang sulit dicapai, mungkin hanya bisa dicapai dengan menggunakan teknologi khusus seperti pemanfaatan gelombang microwave.

Dengan melihat kecenderungan pertumbuhan teknologi informasi yang berkaitan dengan telekomunikasi sangat pesat, sehingga mendorong pertumbuhan pembangunan sarana dan prasarana telekomunikasi, termasuk pembangunan menara, maka untuk meningkatkan jaringan pelayanan telekomunikasidi Kota Tanjungpinang direncanakan penataan pemanfaatan ruang untuk prasarana telekomunikasi melalui pengembangan menara bersama telekomunikasi. Pengembangan menara bersama telekomunikasi ini bertujuan agar pembangunan menara telekomunikasi dapat lebih efisien dan efektif serta memperhatikan kaidah penataan ruang, keamanan dan ketertiban lingkungan, estetika, dan kebutuhan kegiatan usaha. Lokasi pengembangan menara bersama telekomunikasi di Kota Tanjungpinang direncanakan di 28 titik ynag tersebar di seluruh Kota Tanjungpinang.

(29)

2.5.4 Jaringan Jalan

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan dalam bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya, yang diperuntukan bagi lalu lintas. Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan. Saat ini kondisi prasarana jalan Kota Tanjungpinang tahun 2015 untuk permukaan aspal sebesar 239,92 km, kerikil/semen 120,96 km dan tanaha 399,57 km, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah. Begitu juga kondisi jalan di Kota Tanjungpinang yang mengalami rusak berat dari tahun 2011 sebesar 60,08 km, tahun 2012 sebesar 35,68 km, 2014 149,42 km dan tahun 2015 sebesar 155,10. Gambaran tersebut menunjukan dari tahun ke tahun kondisi jalan Kota tanjungpingan mengalami peningkatan kerusakan jalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel Error! No text of specified style in document..2 Panjang Jalan menurut Jenis Permukaan dan Kondisi Jalan di kota Tanjungpinang 2011-2015 (km)

Tahun Jenis Permukaan (km) Kondisi Jalan (km)

Aspal Kerikil/semen Tanah Baik Sedang Rusak Rusak Berat 2011 314,14 22,81 391,95 227,59 39,63 64,65 60,08 2012 220,22 33,02 305,92 211,41 19,87 28,96 35,68 2013 - - 500,98 - - - - 2014 367,93 26,33 415,91 126,01 53,36 87,12 149,42 2015 239,92 120,96 399,57 124,21 68,28 51,98 155,10

Sumber : BPS Kota Tanjungpinang 2015, diolah 2016

(30)

Gambar 2.4. Jaringan Jalan di Kecamatan Kota Tanjungpinang

(31)

Gambar 2.6. Jaringan Jalan di Kecamatan Tanjungpinang Barat

(32)

Peningkatan kondisi jalan di Kota Tanjungpinang merupakan perbaikan kondisi jalan yang sudah ada dan pelebaran jalan. Adanya peningkatan kondisi jalan ini akan meningkatkan aksesibilitas pada dua wilayah yang dihubungkan oleh ruas jalan tersebut. Adapun rencana penetapan fungsi jaringan jalan di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel Error! No text of specified style in document..3 Rencana Jalan di kota Tanjungpinang

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status

Jl. Tanjung Mocoh 2.917 Primer Arteri Strategis

Nasional

Jl. Kelam Pagi – Sp. Wacopek – Sp. Km 13 Jl. Nusantara

11,049 Primer Arteri Strategis

Nasional

Jl. Sp. Wacopek – Sp. Km 13 Jl. Nusantara –

Sp. Km 14 Jl. Tanjung Uban (Senggarang) 8,640 Primer Arteri Strategis Nasional

Jl. Sp. Km 14 Jl. Tanjung Uban (Senggarang)

– Sp. Madong 6,650 Primer Arteri Strategis Nasional

Jl. Sp. Madong – Jl. Tanjung Geliga 7,765 Primer Arteri Strategis Nasional

Jl. Bandara Rhf 2,530 Primer Arteri Strategis

Nasional

Jl. Wiratno 1.100 Sekunder Arteri Nasional

Jl. Basuki Rahmat 1.300 Sekunder Arteri Nasional

Jl. A.Yani 0.850 Sekunder Arteri Nasional

Jl. Sukorejo / Jl. Rh. Fisabilillah 4.640 Sekunder Arteri Nasional

Jl. D.I Panjaitan Km 8-Km 10 1.950 Sekunder Arteri Nasional

Jl. Rh. Fisabilillah (Kp. Haji) - Sp. Dompak Lama

2.420 Sekunder Arteri Nasional

Jl. Sp. Dompak Lama - Sp. Wacopek 7.630 Sekunder Arteri Nasional

Sp. Jl. Adi Sucipto (Km. X) - Batas Kota (Tg. Uban)

6.290 Sekunder Arteri Nasional

Jl. Merdeka 0.580 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Ketapang 0.400 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Bakar Batu 0.950 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Brigjen Katamso 1.100 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Mt. Haryono 1.300 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Gatot Subroto 2.000 Primer Kolektor Provinsi

Jl. D.I Panjaitan Km 6-Km 8 2.050 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Adi Sucito 4.600 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Tg.Sebauk 6.500 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Sei Carang - Senggarang 9.350 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Baru Km.8 - Km. 13 (Tugu Kebulatan

Tekad) 3.500 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Nusantara 2.500 Primer Kolektor Provinsi

(33)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status Jl. Dompak Lama - Dompak Seberang 11.900 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Teuku Umar – Teratai 0.300 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Sm. Amin 0.100 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Diponegoro 0.700 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Sunaryo 0.400 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Tugu Pahlawan 0.800 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Dr. Sutomo 0.650 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Ir. Sutami 2.000 Primer Kolektor Provinsi

Jl. Re. Martadinata 1.100 Primer Kolektor Provinsi

Sp. Jl. Senggarang - Sp. Jl. Senggarang Besar - Sp. Jl. Tg. Sebauk

4.100 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Kamboja 0.900 Sekunder Kolektor Kota

Jl. A. Yani Ii 0.950 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Rumah Sakit 0.480 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Pos 0.500 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Pasar Ikan 0.350 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Yusuf Khahar 0.230 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Masjid 0.100 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Ir. Juanda 0.850 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Dokabu 0.200 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sumatera 0.620 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Riau 0.300 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sukarno Hatta 0.800 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sei Jang 1.300 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Raja Ali Haji 0.400 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Kijang Lama 1.350 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Merpati 1.200 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Ganet 4.600 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sukaramai 1.700 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Lingkar Walikota 2.000 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Bintan 0.200 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sultan Mahmud 1.300 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sultan Sulaiman 1.900 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sekolahan Rawasari 1.100 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Rawasari 0.450 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Pramuka 0.890 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Arif Rahman Hakim 0.650 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Pemuda 0.800 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Hang Lekir 2.800 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sungai Ladi 3.500 Sekunder Kolektor Kota

(34)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status

Jl. Kapitan 0.150 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sp. Lembah Asri Kp. Sukajaya Kel. Bt. Ix 3.500 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sei Ladi - Jl. Tanjung Lanjut 1.400 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Terminal Sei Carang 1.050 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sulaiman Abdullah 0.500 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Dewa Ruci 0.300 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Engku Putri 0.450 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Kuantan 0.983 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Peralatan 1.500 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Kp. Madung 1.600 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Tanjung Lanjut 3.700 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sei Payung 0.910 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Lembah Merpati 1.500 Sekunder Kolektor Kota

Jl. Sidomulyo 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Maharani 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kampung Melayu 0.380 Sekunder Lokal Kota

Jl. Cipta Damai 0.900 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bhayangkara 1.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Gambir 0.325 Sekunder Lokal Kota

Jl. Teratai 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Temiang 0.180 Sekunder Lokal Kota

Jl. Tambak 0.650 Sekunder Lokal Kota

Jl. Mawar 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nelayan 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sei Jang Laut 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sidorejo 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Akasia 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kartika 0.600 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bayan Ii 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Belakang Kantor Bupati 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Mekar Baru Depan Surau Al-Gopar 2.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pelajar 0.800 Sekunder Lokal Kota

Jl. Hanaria 1.000 Sekunder Lokal Kota

Jl. Triwijaya Kp. Banjar 3.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sei Nyirih 1.310 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pelantar I 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pelantar Ii 0.230 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pelantar Iii 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pelantar Iv 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Potong Lembu 0.839 Sekunder Lokal Kota

(35)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status

Jl. Tabib 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sultan Abdul Rahman 0.550 Sekunder Lokal Kota

Jl. Memet 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kesatria Bawah 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kesatria Atas 0.600 Sekunder Lokal Kota

Jl. Hasanudin 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sudirman 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Cut Nyak Din 0.310 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kesehatan 0.220 Sekunder Lokal Kota

Jl. Penjara/Pemasyarakatan 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Taman Bahagia 0.780 Sekunder Lokal Kota

Jl. Prambanan 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kapas 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pukat 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Darussalam 0.650 Sekunder Lokal Kota

Jl. Taruna 1.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Matador 0.740 Sekunder Lokal Kota

Jl. Anggrek 0.321 Sekunder Lokal Kota

Jl. Borobudur 0.314 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pompa Air 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Gudang Minyak 0.750 Sekunder Lokal Kota

Jl. Puncak Indah 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bukit Cermin 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Swadaya 0.210 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bukit Semprong 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bali 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Raja Wali 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Timbul Jaya 0.800 Sekunder Lokal Kota

Jl. Imam Bonjol 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Patimura 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pati Unus 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Beringin 0.350 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sutan Syahrir 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bahari 0.350 Sekunder Lokal Kota

Jl. Rambutan 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Ciku 1.060 Sekunder Lokal Kota

Jl. Cempedak 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Delima 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pantai Indah 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pantai Impian 0.900 Sekunder Lokal Kota

(36)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status

Jl. H. Ungar 0.800 Sekunder Lokal Kota

Jl. Anggrek Merah 1.800 Sekunder Lokal Kota

Jl. Citra 0.550 Sekunder Lokal Kota

Jl. Batu Kucing 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Damai 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Wonosari 0.900 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bukit Galang 1.850 Sekunder Lokal Kota

Jl. Singkong 1.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Transito 0.680 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kota Piring 0.900 Sekunder Lokal Kota

Jl. Masjid 0.234 Sekunder Lokal Kota

Jl. Balai Adat 0.490 Sekunder Lokal Kota

Jl. Gurindam 12 0.217 Sekunder Lokal Kota

Jl. Lapangan Bola 0.438 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nahkoda Ninggal 0.167 Sekunder Lokal Kota

Jl. Indrasakti 0.239 Sekunder Lokal Kota

Jl. Tabib 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. R. Jafar 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Manunggal I 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Manunggal Ii 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Manunggal Iii 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Istana Laut 0.392 Sekunder Lokal Kota

Jl. Engku Putri 0.180 Sekunder Lokal Kota

Jl. Ali Sambang 0.462 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bakak + Jl. R. Ali Kelana 0.930 Sekunder Lokal Kota

Jl. Ydm Abdusrrahman 0.268 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sungai Papah 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kampung Bebek 0.900 Sekunder Lokal Kota

Jl. Karang Rejo 3.112 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bestari 1.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Abdul Rahim 1.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Daeng Salili 1.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Tembesu 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nangka 0.360 Sekunder Lokal Kota

Jl. Anggrek Merah - Bt. Kucing 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bayan I 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bumi Indah (Nusantara - Km. 14) 3.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bunguran 1.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Cemara (Kp. Terendam) 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Ciptadi 0.400 Sekunder Lokal Kota

(37)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status

Jl. Gatra 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Ikroq (Smu Muhammadiyah) 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Jemaja 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kenanga Ii 0.200 Sekunder Lokal Kota

Gg. Kerkop I 0.100 Sekunder Lokal Kota

Gg. Kerkop Ii 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kompl. Navigasi 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Abdul Rahim - Jl. Senggarang 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Lapangan Diana 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Lingga 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Lorong Gambir 0.050 Sekunder Lokal Kota

Jl. Lr. Teladan 0.265 Sekunder Lokal Kota

Jl. Meranti 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Merbulan 1.000 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nila 1.000 Sekunder Lokal Kota

Jl. Peralatan - Sp. Ktr. Camat 1.127 Sekunder Lokal Kota

Jl. Perintis 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Perum. Taman Seraya 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl Proyek Air Minum Km. 14 1.000 Sekunder Lokal Kota

Jl. Rri Lama 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sambu 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sawi 0.700 Sekunder Lokal Kota

Gg. Sederhana 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Senayang 0.550 Sekunder Lokal Kota

Jl. Siantan 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sidomakmur 1.572 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sp. Garden - Sp A. Yani 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sp. Smp 1 0.050 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sultan Mahmud - Al Ikhlas 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Tambak - Potong Lembu 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Telkom Bt. Hitam 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Waru ( Tg. Unggat) 0.300 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kepodang I 2.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kepodang Iii 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Menteng 0.400 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kauman Muhammadiyah Km. 8 0.250 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kendal Sari 0.350 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sumber Rejo Km. 12 Kijang 2.500 Sekunder Lokal Kota

Jl. Mkm D. Marewa - D. Celak 0.700 Sekunder Lokal Kota

Jl. Durian 0.200 Sekunder Lokal Kota

(38)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status

Jl. Natuna 0.280 Sekunder Lokal Kota

Jl. Bukit Raya 0.210 Sekunder Lokal Kota

Jl. Jahan 0.500 Sekunder Lokal Kota

Jl.Gg. Beringin I 0.280 Sekunder Lokal Kota

Jl. Politeknik Senggarang 0.615 Sekunder Lokal Kota

Jl. Pinang Merah 0.240 Sekunder Lokal Kota

Jl. Smp 7 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nuri Indah Km.13 1.362 Sekunder Lokal Kota

Jl. Simpang Ganet 0.450 Sekunder Lokal Kota

Jl. Mahardika 0.286 Sekunder Lokal Kota

Jl. Lingkungan Perumahan Kijang Kencana 2.550 Sekunder Lokal Kota

Jl. Menuju Smp 12 Kel. Air Raja 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kenari (Gg. Putri Bima - Jl. Anggrek Bulan) Sekunder Lokal Kota

Jl. D.I Panjaitan Gg. Cipta Damai 0.350 Sekunder Lokal Kota

Jl. Perkutut Kel. Pinang Kencana 0.150 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kp. Mekar Jaya Kel. Pinang Kencana 1.270 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nuri Kp. Mekar Jaya 0.415 Sekunder Lokal Kota

Jl. Menuju Kampus Stisipol 0.187 Sekunder Lokal Kota

Jl. Menur 0.738 Sekunder Lokal Kota

Jl. Menuju Tpa Ganet 1.050 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sri Andana - Jl. Abadi Kp. Mekar Jaya 1.725 Sekunder Lokal Kota

Jl. Menuju Vihara Km. Viii Kel. Batu Ix 0.280 Sekunder Lokal Kota

Jl. Nias 0.725 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kampung Baru Madong 0.800 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sp. Kp. Dompak Menuju Kp. Kelam Pagi 2.000 Sekunder Lokal Kota

Jl. Radar 0.800 Sekunder Lokal Kota

Jl. Komplek Pelindo Kel. Tg. Unggat 0.146 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kp. Mekarsari Menuju Perum Bintan Permai

0.358 Sekunder Lokal Kota

Jl. Abadi - Jl. Mekar Baru 0.625 Sekunder Lokal Kota

Jl. Irian 1.350 Sekunder Lokal Kota

Jl. Sabang 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kartini 0.200 Sekunder Lokal Kota

Jl. Karimun 0.525 Sekunder Lokal Kota

Jl. Kundur 0.100 Sekunder Lokal Kota

Jl. Subi 0.100 Sekunder Lokal Kota

Lr. TANAMA 0.515 Sekunder Lokal Kota

Lr. BUNYU 0.575 Sekunder Lokal Kota

Lr. SUMBA 0.300 Sekunder Lokal Kota

Lr. LOMBOK 0.290 Sekunder Lokal Kota

(39)

Nama Ruas Jalan / Jembatan Panjang (Km) Sistem Fungsi Status Sumber :1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 630-631/KPTS/M/2009

2. Keputusan Gubernur Kepulauan Riau No. 530.a Tahun 2010 Pembangunan Jembatan

Dalam rangka menghubungkan kawasan yang dibatasi oleh sungai dengan pusat-pusat kegiatan lainnya, maka pembangunan jembatan di Kota Tanjungpinang mutlak dilakukan. Untuk itu, selain pengembangan jaringan jalan, juga dilakukan pembangunan jembatan yang berfungsi untuk meningkatkan aksesibilitas antar dua wilayah yang dipisahkan oleh sungai. Disamping itu pembangunan jembatan ini juga bertujuan untuk mendukung perkembangan kota di masa datang. Dengan adanya aksesibilitas yang lebih baik, diharapkan perkembangan kota akan menjalar ke kawasan-kawasan tersebut.

Adapun kebutuhan pembangunan jembatan yang direncanakan meliputi:

 Jembatan Gugus berlokasi di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

 Jembatan Terusan berlokasi di perbatasan Kec. Tanjungpinang Timur dan Kec. Tanjungpinang Kota.

 Jembatan Sei Ladi dan Jembatan Tanjung Lanjut di Kec. Tanjungpinang Kota.

 Jembatan Sungai Timun atau Pinang Marina yang menghubungkan Kec. Tanjungpinang Kota dengan Tanjungpinang Barat.

 Jembatan Tanjung Unggat – Kampung Bulang;

 Jembatan Pulau Dompak – Kawasan Pantai Impian;

 Jembatan Dompak Seberang – Kampung Lama Dompak; dan

 Jembatan Madong – Sei Nyirih.

2.6 Keterpaduan Perencanaan dengan RTRW Kota Tanjungpinang 2.6.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

Rencana pengembangan pusat kegiatan di Kota Tanjungpinang mengacu pada kriteria sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Untuk Pusat Kegiatan Nasional yang dipromosikan oleh kota disebut PKNp, Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh kota disebut PKWp dan Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan disebut PKLp.

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar 1.1  Peta Batas  Administrasi Kota Tanjungpinang  1.4.2  Lingkup Subtansi
Tabel 2.1. Profill Wilayah Kota Tanjungpinang  Karateristik  Luas Kota Tanjungpinang  Luas Wilayah(km 2 )  258,82  a.Luas Daratan(km 2 )  150,86  b.Luas Lautan(km 2 ) 107,96  Jumlah Pulau  9  a.Pulau Berpehuni 4  b.Pulau Kosong  5 
Tabel 2.3. Rasio Jenis Kelamin Kota Tanjungpinang  Kecamatan  Rasio Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait