• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN SURVEILANS PUSKESMAS KOTAPADANG TAHUN 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN SURVEILANS PUSKESMAS KOTAPADANG TAHUN 2006"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN SURVEILANS

PUSKESMAS KOTAPADANG TAHUN 2006

(2)

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT

DAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTAPADANG

TAHUN 2006

I. PENDAHULUAN

Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat kecamatan Kotapadang.

Pada Tahun 2006 di wilayah puskesmas Kotapadang KLB diare dan kasus gigitan hewan tersangka rabies mengalami peningkatan. KLB penyakit dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian yang besar, disamping juga berdampak pada ekonomi dan social masyarakat.

Daerah yang beresiko tinggi terjadinya suatu KLB penyakit tertentu dapat diidentifikasi, ditetapkan prioritasnya dan kemudian disusun suatu rancangan penanggulangan KLB berkelanjutan dalam suatu program penanggulangan KLB.

II. TUJUAN PROGRAM PENANGGULANGAN KLB

1.Tujuan Umum

KLB penyakit tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. 2. Tujuan Khusus

a. Menurunnya frekuensi KLB

b. Menurunya jumlah kasus pada setiap KLB c. Menurunya Jumlah kematian pada setiap KLB d. Memendeknya periode KLB

e. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

III. PENGERTIAN

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah (UU No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular).

(3)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang sedang terjadi.

Program Penanggulangan KLB adalah suatu proses manajemen yang bertujuan agar KLB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.

IV. PENYELIDIKAN KLB

Penyelidikan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan pada suatu KLB untuk memastikan adanya KLB, mengetahui penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-sumber penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektip dan efesien.

Pelaksanaan penyelidikan KLB adalah :

1. Pada saat pertama kali mendapat informasi adanya KLB atau adanya dugaan KLB.

2. Penyelidikan perkembangan KLB atau penyelidikan KLB lanjutan.

3. Penyelidikan KLB untuk mendapatkan data epidemiologi KLB atau penelitian lainya yang dilaksanakan sesudah KLB berakhir.

Penyelidikan epidemiologi KLB dimanfaatkan untuk melaksanakan upaya-upaya penanggulangan suatu KLB yang sedang berlangsung, dan atau untuk mendapatkan data epidemiologi serta gambaran pelaksanaan upaya-upaya penanggulangan KLB yang dimanfaatkan sebagai bahan referensi dalam penanggulangan KLB dimasa yang akan datang.

PELAKSANAAN KEGIATAN

Di Kecamatan Kotapadang pada tahun 2006 telah terjadi beberapa kasus penyakit menular (Diare) dan kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies (GHTR) yang menimbulkan KLB atau dugaan KLB. Dari beberapa laporan yang diterima dari periode bulan Januari sampai Desember 2006 hasil kegiatan dapat dilihat pada table berikut :

(4)

1. Diare

Diare merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, difesiensi dan sebab-sebab lain. Diare sering menimbulkan KLB dengan jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan. KLB sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk, tidak tercukupinya air bersih, status gizi buruk.

Upaya penanggulangan KLB diarahkan terutama mencegah terjadinya dehidrasi dan kematian dan menekan terjadinya penyebaran kasus.

Penegakan system rujukan dari keluarga – pos pelayanan kesehatan dilakukan dengan cepat dan menjangkau semua penderita. Apabila diagnosis etiologi dapat teridentifikasi dengan tepat, maka pemberian antibiotika dapat mempercepat penyembuhan dan sekaligus menghilangkan sumber penularan dengan cepat. Bagaimanapun juga identifikasi faktor resiko lingkungan sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit.

Penyelidikan Epidemiologi

Penyelidikan epidemiologi dilakukan terhadap adanya laporan penderita diare dimana telah terjadi peningkatan kejadian atau adanya kematian disebabkan oleh diare.

Terjadinya KLB diare pada suatu wilayah tertentu apabila memenuhi salah satu criteria:

1. Angka kesakitan dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukan kenaikan mencolok selama 3 kurun waktu observasi (harian atau mingguan).

2. Jumlah penderita dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukan kenaikan 2 kali atau lebih dalam periode waktu tertentu (harian, mingguan dan bulanan) dibandingkan dengan angka rata-rata dalam satu tahun terakhir.

3. Peningkatan CFR (case fatality rate) pada suatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang lalu.

4. KLB kolera berlaku ketentuan :

a. Daerah endemis, peningkatan jumlah penderita dengan gejala klinis kolera terutama yang menyerang golongan umur > 5 tahun atau dewasa.

b. Daerah bebas, terdapat satu atau lebih penderita atau kematian karena diare dengan gejala klinis kolera dalam satu kecamatan, desa/kelurahan.

c. Apabila ada peningkatan kasus diare dan ditemukan satu spesimen positif vibrio cholera dari pemeriksaan usap dubur.

(5)

Disamping penegakkan diagnosa KLB, penyelidikan KLB diare dapat menggambarkan kelompok rentan dan penyebaran kasus yang memberikan arah upaya penanggulangan. Pada penyelidikan KLB dapat juga menggambarkan hubungan epidemiologi kasus-kasus dan faktor resiko tertentu, sanitasi dan sebagainya yang diperlukan dalam upaya pencegahan perkembangan dan penyebaran KLB diare. Hubungan kasus dengan faktor resiko tidak selalu diperoleh berdasarkan hubungan asosiasi, tetapi dapat diperkirakan dari pola penyebaran kasus dan pola sanitasi daerah-daerah KLB dalam suatu peta atau grafik.

Gambaran Klinis

Diare adalah buang air besar lembek, cair bahkan seperti air yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, pada umumnya 3 kali atau lebih dalam sehari. Sesuai dengan etiologinya, disamping gejala diare, dapat disertai terjadinya muntah, dehidrasi, sakit perut yang hebat, lendir dan darah dalam tinja serta beberapa gejala lainnya.

Etiologi

Ada beberapa macam penyebab diare, dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 1 Penyebab Diare

No Etiologi Masa Inkubasi Gejala Sumber dan Cara

Penularan

1. V. Cholerae Beberapa jam – 5

hari

Diare mendadak tanpa rasa sakit perut, muntah-muntah,tinja mengucur seperti air cucian beras, berbau amis, dehidrasi atau shock

Makanan dan minuman yang terkontaminasi

2. Salmonella 12 – 24 jam Diare, demam, sakit perut Daging, unggas, susu & telur yang

terkontaminasi 3. Shigella dysentery 2 – 3 hari Diare, sakit perut, tenesmus dan tinja

berlendir Makanan saus & kaleng yang terkontaminasi 4. E. coli

Strain Escherichia coli penyebab diare terdiri dari 6 kategori utama :

1. Entero-hemorrhagic 2. Enterotoxigenic 3. Enteroinvasive 4. Enteropathogenic 5. Enteroeggregative 6. Diffuse adherent

3 – 4 hari Diare Makanan dan minuman

(6)

Sumber dan Cara Penularan

Cara penularan diare adalah secara fecal oral. Tinja penderita diare mengandung kuman yang dapat mencemari sumber air bersih dan makanan. Penyebaran melalui lalat, tangan tercemar dan sanitasi buruk.

Kronologis

Berdasarkan laporan lisan dari Bidan desa dan petugas kesehatan yang bertempat tiggal didesa Lubuk Belimbing I, telah terjadi peningkatan kasus diare secara bermakna didesa Lubuk Belimbing I pada tanggal 19 Juni 2006. Jumlah 16 kasus dengan 1 kematian.

Gambaran Umum Desa Lubuk Belimbing I

Desa Lubuk Belimbing I adalah salah satu dari 19 desa yang berada diwilayah kerja Puskesmas Kotapadang Kecamatan Kotapadang Kabupaten Rejang Lebong.

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kotapadang Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2006 adalah 18.847 jiwa, degan jumlah penduduk di desa Lubuk Belimbing I berjumlah 1.623 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 831 jiwa dan perempuan 769 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini. 0 100 200 300 400 500 Jum la h < 1 Th 1 - 4 Th 5 - 14 Th 15 - 44 TH 45 - 64 Th >=65 Um ur Grafik 1

Distribusi Frekuensi Penduduk Laki-Laki dan Perem puan Berdasarkan Kelom pok Um ur Desa Lubuk Belim bing I Kecam atan Kotapadang

Tahun 2006

Berdasarkan data mingguan (W2) khususnya di desa Lubuk Belimbing I dari minggu 1 – 22 tidak terlihat ada peningkatan kasus yang bermakna, artinya kasus yang muncul masih dalam kondisi normal, tetapi pada minggu ke 23 – 25 terjadi peningkatan kasus yang bermakna, dapat dilihat pada grafik 2 di bawah ini.

(7)

Grafik 2

Frekuensi Kasus Diare Minggu Ke 1 - 25 Tahun 2006 Di Desa Lubuk Belimbing I Kecamatan Kotapadang

0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 9 16 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kasus M in g g u

Sumber : data W2/PWS KLB Puskesmas Kotapadang

Berdasarkan grafik 2 data mingguan diare di atas, dapat disimpulkan bahwa di desa Lubuk Belimbing I “ Telah Terjadi KLB Diare”. Berdasarkan kriteria KLB yaitu angka kesakitan dan atau kematian disuatu kecamatan, desa/kelurahan menunjukan kenaikan yang mencolok selama 3 kurun waktu observasi (harian/mingguan).

Kenaikan yang terjadi dari minggu ke 23 ke 24 lebih dari 4 kali dan minggu ke 24 ke 25 hampir 2 kali.

Grafik 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Um ur dan Jenis Kelam in KLB Diare Di Desa Lubuk Belim bing I Kecam atan Kotapadang

Tanggal 5 Juni - 23 Juni 2006

0 10 20 30 Laki-laki 7 5 0 0 0 1 0 0 0 0 13 Perempuan 4 9 0 0 0 0 0 0 1 0 14 Total 11 14 0 0 0 1 0 0 1 0 27 < 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 >70 total

Sumber : Data Puskesmas Kotapadang, Perawat dan Bidan

(8)

Tabel 2 Distribusi Gejala dan Tanda KLB Diare

No. Gejala dan Tanda Jumlah Kasus %

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Diare

BAB seperti air cucian beras BAB bau amis

Diare encer Diare Berdarah Demam Muntah Mules Dehidrasi 7 7 9 13 5 15 15 11 1 8,43 8,43 10,84 15,66 6,02 18,07 18,07 13,25 1,20

Sumber : wawancara terhadap kasus

Dari keseluruhan kasus diare yang terjadi, yang meninggal sebanyak 1 orang bayi berumur 9 bulan jenis kelamin perempuan,

Kronologisnya adalah sebagai berikut :

Pada tanggal 4 Juni 2006 penderita bersama dengan orang tuanya berobat ke bidan desa setempat dengan diagnosa bukan diare tetapi demam biasa. Pada hari itu penderita dengan orang tuanya pergi ke Lubuk Linggau dan di perjalanan penderita diberikan orang tuanya jajanan. (jajanan tidak diketahui dengan pasti). Pada tanggal 6 Juni 2006 pagi penderita bersama orang tuanya berobat kembali ke bidan desa setempat dengan gejala diare, dan sore harinya dibawa berobat ke perawat dengan gejala diare berat. Pada tanggal 7 Juni 2006 dibawa kembali berobat ke dukun dan pada tanggal 8 Juni 2006 penderita meninggal dunia.

Kasus pertama muncul di dekat hulu sungai, dan menyebar kesekeliling desa.

Penderita kebanyakan tidak berobat ke Puskesmas Kotapadang akan tetapi berobat ke bidan desa atau perawat yang ada di desa Lubuk Belimbing I. Penanganan yang dilakukan menberikan Oralit dan Cotrimoxazole.

Data Prilaku Kesehatan

Sebagian besar penduduk desa Lubuk Belimbing I tidak memiliki jamban dan menggunakan air sungai sebagai aktivitas sehari-hari, termasuk kebiasaan buang air besar di sungai, mencuci alat-alat makan dan pakaian, dan mandi.

(9)

Kegiatan yang telah dilakukan oleh Surveilans Puskesmas Kotapadang sehubungan dengan peningkatan kasus diare di Desa Lubuk Belimbing I Kecamatan Kotapadang adalah :

1. Menerima laporan dari petugas Bidan desa, Pustu dan tenaga kesehatan di desa Lubuk Belimbing I. 2. Mengirimkan Laporan mingguan (W2) ke Dinas Kesehatan Kab. Rejang Lebong.

3. Mengumpulkan data penderita yang berobat di Bidan desa, Pustu dan tenaga kesehatan setempat. 4. Melakukan kunjungan ke lokasi untuk mencari kemungkinan penyebab terjadinya peningkatan kasus diare yang cukup signifikan.

Kesimpulan

Setelah melakukan serangkaian kegiatan pengamatan terhadap peningkatan kasus diare di desa Lubuk Belimbing I, maka dapat disimpulkan :

1. Telah terjadi KLB Diare di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang yaitu di Desa Lubuk Belimbing I dengan jumlah 27 kasus dengan 1 kematian.

2. Distribusi kasus banyak terjadi pada kelompok usia < 5 tahun serta berjenis kelamin laki-laki.

3. Index Case diduga terjadi pada minggu ke 24 dan bersumber dari air sungai yang tercemar, dan pola epidemiologi membentuk common source yang menunjukan penularan terjadi dari sumber yang sama. 4. Kurangnya pemahaman penduduk tentang kebersihan dan prilaku yang menggunakan sumber air sungai untuk aktivitas sehari-hari (mandi, cuci, kakus) merupakan faktor resiko utama yang dapat menyebabkan diare dan terhadap terjadinya KLB diare di desa Lubuk Belimbing I.

5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya peningkatan kasus diare di desa Lubuk Belimbing I, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.

Saran

Dari hasil temuan adanya peningkatan kasus dan telah terjadinya KLB Diare di desa Lubuk Belimbing I, maka dapat disarankan beberapa hal :

1. Perlu penelitian dan analis lebih lanjut terhadap peningkatan kasus/KLB Diare di desa Lubuk Belimbing I pada minggu ke 23 – minggu ke 25 tahun 2006.

2. Perlu pemeriksaan kualitas air pada sumber air yang biasa digunakan oleh penduduk sebagai sumber air bersih maupun air minum seperti sumur maupun air sungai yang mengalir disepanjang desa Lubuk Belimbing I.

3. Perlu diadakan penyuluhan bagi penduduk mengenai sanitasi lingkungan serta penggunaan air yang layak sebagai sumber air minum dan penggunaan fasilitas jamban.

(10)

Penyakit Rabies merupakan penyakit menular akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Ditularkan oleh hewan penular Rabies terutama anjing, kucing dank era melalui gigitan, aerogen, trnsplantasi atau kontak dengan bahan yang mengandung virus rabies pada kulit yang lecet atau mukosa. Angka kematian (CFR) mencapai 100% dengan menyerang pada semua umur dan jenis kelamin. Kekebalan alamiah pada manusia sampai saat ini belum diketahui.

a. Gambaran Klinis

Gejala klinis rabies terbagi 4 stadium berdasarkan diagnosa klinik :

• Stadium Prodroma, dengan gejala awal demam, malaise, mual dan rasa nyeri tenggorokan. Dan biasanya sulit didiagnosa.

• Stadium sensoris, rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka. Diikuti gejala cemas dan reaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik.

• Stadium exitasi, tonus otot-otot aktifitas simpatis jadi meninggi, gugup, kejang, sakit kepala berat, sulit menelan, hipersalivasi, keringat banyak (hiperhidrosis), hidrophobi, photophobi, aerophobia.

• Stadium Paralyse, terjadi inkontinensia urine, paralyse ascendens, koma dan meninggal karena kelumpuhan otot pernafasan.

b. Etiologi

Virus Rabies termasuk golongan Rhabdovirus, berbentuk peluru dengan komposisi RNA, Lipid, Karbohidrat dan Protein. Sifat virus rabies cepat mati dengan sinar ultraviolet dan zat pelarut lemak serta di luar jaringan hidup, dapat diinaktifkan dengan B-propiolakton, phenol, halidol azirin, tahan hidup dalam beberapa minggu di dalam gliserin pada suhu kamar.

c. Masa Inkubasi

Masa inkubasi dari penyakit Rabies 2 minggu samapi 2 tahun.

d. Sumber dan Cara Penularan

Sumber penyakit Rabies adalah anjing, kucing, kera serta hewan liar lainnya (fox, raccoon, harimau, kelelawar). Cara penularan melalui gigitan dan non gigitan (aerogen, transplantasi, kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa).

e. Pengobatan

Setiap kasus gigitan hewan penular rabies ditangani dengan cepat melalui pencucian luka gigitan dengan sabun/detergen lain, kemudian diberikan antibiotic. Penyuntikan dengan Vaksin Anti Rabies diberikan pada hari ke 0 sebanyak 2 dosis secara intramuskuler (i.m) di lengan kiri dan kanan. Suntikan kedua dilanjutkan pada hari ke 7 sebanyak 1 dosis dan hari ke 21 sebanyak 1dosis.

(11)

Kombinasi VAR dan SAR, SAR diberikan saat bersamaan dengan VAR pada hari ke 0, sebagian disuntikan pada bekas luka gigitan dan sisanya disuntikan secara i.m pada bagian tubuh lain yang letaknya berbeda dengan penyuntikan VAR. Pemberian booster VAR pada hari ke 30 sebanyak 1dosis.

Telah terjadi KLB jika memenuhi salah satu kriteria :

• Peningkatan jumlah kasus gigitan hewan tersangka rabies menurut periode waktu (mingguan/harian) di suatu kecamatan, desa/kelurahan dibandingkan dengan periode sebelumnya.

• Terdapat satu kasus klinis Rabies pada manusia yang ditandai denga Hydrophobia.

Pada tahun 2006 telah terjadi kasus rabies (gigitan anjing) di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang Kecamatan Kotapadang sebanyak 12 kasus tanpa kematian.

Pada grafik di bawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi kasus rabies (Gigitan Hewan Tersangka Rabies) mulai minggu ke 25 – minggu ke 50 tahun 2006.

Frekuensi Kasus Gigitan Hew an Tersangka Rabies Minggu Ke 25 - 50 Tahun 2006

Di Desa Lubuk Belimbing I Kecam atan Kotapadang

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 0 0 1 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Minggu Ka su s

Sumber : Data laporan W2/PWS KLB Puskesmas Kotapadang

Data yang diperoleh didapat dari laporan Puskesmas Pembantu (Pustu), tenaga kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang dan laporan Poliklinik Umum Puskesmas Kotapadang. Dari kasus rabies yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang tidak terjadi kasus kematian.

(12)

1. Menerima laporan dari petugas Puskesmas Pembantu, bidan desa, perawat dan Poliklinik umum Puskesmas Kotapadang.

2. Mengirimkan laporan mingguan (W2) ke Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong. 3. Mengumpulkan data penderita yang berobat di Pustu, Bidan desa dan perawat.

Penanganan Penderita

Penanganan yang dilakukan terhadap penderita yaitu :

1. Perlu dilakukannya kewaspadaan terhadap penderita terkena gigitan hewan tersangka rabies. 2. Melakukan disinfektan atau membersihkan luka bekas gigitan hewan tersangka rabies

menggunakan air dan sabun/deterjen.

3. Memberikan bantuan obat-obatan atau memberikan vaksin anti rabies yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.

Saran

Dari kasus rabies (gigitan anjing) yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang dapat disarankan beberapa hal :

1. Perlu dilakukannya kerjasama lintas sektoral dengan Dinas Peternakan dalam halpelaksanaan vaksinasi pada anjing-anjing yang berpemilik dan eliminasi terhadap anjing yang tidak berpemilik.

2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai tanda – tanda atau gejala dari anjing rabies dan cara penanggulangan dini apabila terjadi gigitan hewan tersangka rabies.

3. Perlunya penyediaan stock obat vaksin anti rabies (VAR) di puskesmas yang akan dapat membantu pengobatan lanjutan dari penderita kasus rabies.

Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB Diare di desa Lubuk Belimbing I dengan jumlah kasus dari tanggal 5 Juni sebanyak 27 kasus dengan 1 kematian.

2. Pada tahun 2006 terjadi Kasus Rabies (gigitan anjing) dengan jumlah kasus sebanyak 12 Kasus dengan tanpa kematian.

3. Penyakit terbanyak dari data STP Puskesmas selama tahun 2006 yang sering terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kotapadang adalah :

ISPA sebanyak 371 kasus, Diare 104 kasus, Malaria Klinis 75 kasus, Tifus perut klinis 13 kasus dan Diare berdarah 10 kasus. ( Grafik lihat lampiran )

Gambar

Tabel 2 Distribusi Gejala dan Tanda KLB Diare

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kinerja Keuangan Perusahaan, terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur

Kumpulan file yang tidak saling terkait satu sama lain tidak dapat disebut database , misalnya file data induk karyawan, file tamu undangan perkawinan, file barang

Pendek kata, kelompok gerakan ini memprioritaskan sasaran utamanya, yaitu perubahan sosial dari pada sasaran pemikiran, karena politik -dalam perspektif kelompok ini-

a. Kas di Bendahara Penerimaan, merupakan saldo kas yang dikelola oleh bendahara penerimaan untuk tujuan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian/lembaga

Penelitian sebelumnya, bertujuan untuk untuk mengetahui hubungan peran fasilitator terhadap tingkat kepuasan mahasiswa keperawatan selama proses diskusi dengan

Ekstrusion moulding adalah suatu proses pembuatan plastik (termoplastik) yang berbentuk profil atau bentukan yang sama dengan ukuran panjangnya yang cukup

Dikarenakan pada simulasi simulink ini menggunakan persamaan dinamik pelontar peluru yang dimana tegangan pada sudut azimuth akan mempengaruhi output sudut elevasi