EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.110/DIKTI/Kep/2009
PENGARUH PENDAPATAN, LAMA KERJA DAN STATUS FAMILI
TERHADAP REMITAN TENAGA KERJA WANITA
PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT
Hj. Titiek Herwanti
Fakultas Ekonomi Universitas Mataram
ABSTRACT
This research took place in West Praya subdistrict (Mangkung Village), Jonggat subdistrict (Puyung Village). All places was in Central Lombok Region, West Nusa Tenggara Province. The objective of this research is to know the factors that influence the number of remittance including it’s contribution toward household income, the changes of attitude according to environmetal perception and working ethos and also to know the influence of workers mobility toward the sustainable development in their region. This research have 90 respondents. 30 respondents represent return migrants, 30 respondents represent potensial migrants and 30 respondents respresent household migrant. The data of income, working period, and family’s status is taken from labor department. The result of this research shows that the income factors of destination country, working period and family’s status, influence the numbers of remittance. The income of household migrant and return migrants (which are 75,73% and 76,74%) increased because of the workers mobility. This situation also can bring positvef influence toward the environmental perception and working ethos, as well as giving contribute to sustainable development in their region.
Keywords: Remittance, Indonesia Female Workers, Middle East, Houseold Income, Central Lombok Region.
PENDAHULUAN
Hatmadji (2004) mengatakan bahwa pergerakan atau mobilitas Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri disebabkan karena adanya perbedaan dalam bentuk tingkat pendapatan yang lebih tinggi maupun kemudahan untuk memperoleh fasilitas tertentu. Selama masih ada perbedaan tersebut, arus pergerakan atau mobilitas Tenaga Kerja akan tetap berlangsung. Oleh karena itu pergerakan atau mobilitas sering dipandang sebagai kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup Tenaga Kerja itu sendiri.
Salah satu yang menarik dari pergerakan atau mobilitas pekerja ini adalah banyaknya Tenaga Kerja sebagai migran ke luar negeri untuk mencari peluang kerja terutama ke Timur Tengah atau Malaysia. Perpindahan penduduk dari negara pengirim (sending country) ke negara penerima tenaga kerja migran (receiving country) akan membuat negara pengirim mendapat keuntungan remittance, sedangkan negara penerima akan mendapat keuntungan pasokan tenaga kerja murah.
Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang menghadapi masalah kependudukan diantaranya adalah pertumbuhan angkatan kerja yang kurang diimbangi dengan penciptaan kesempatan kerja sehingga menimbulkan pengangguran setiap tahun, yang selanjutnya akan menimbulkan kemiskinan. Menurut Tjiptoherijanto (1998) bahwa pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dan pertumbuhan populasi yang tinggi sangat tidak mungkin aktivitas perekonomian negara mampu menyerap kelebihan tenaga kerja. Dengan demikian pengiriman tenaga kerja merupakan suatu solusi atas masalah ketenagakerjaan. Hal ini sesuai dengan teori the first stage labor.
Dalam upaya mengatasi masalah penyediaan kesempatan kerja dan menaikkan pendapatan masyarakat desa, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat selain berusaha untuk menciptakan dan pemanfaatan kesempatan kerja di dalam negeri juga berusaha untuk memanfaatkan kesempatan Kerja yang ada di luar negeri. Pada hakekatnya yang melakukan migrasi internasional sebagian besar mempunyai hasrat setidaknya mempunyai ikatan batin dengan keluarga yang biasanya dinyatakan melalui pendapatan yang mereka peroleh dari Negara tujuan. Pendapatan yang mereka peroleh tersebut dapat dikirim ke Negara asal (remitan) maupun dapat dibawa pada saat Tenaga Kerja tersebut kembali ke daerah asal. Pendapatan ini merupakan sumber untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga Tenaga Kerja dalam memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan informasi dari BP3TKI Provinsi Nusa Tenggara Barat besarnya pendapatan yang dikirim ke daerah asal (remitan) secara umum mengalami fluktuasi dari tahun 2004–2009. Pada tahun 2005, besarnya remitan mengalami penurunan dari Rp457.961.647.177 menjadi Rp400.311.152.083, dan pada tahun 2006–2007 meningkat dari Rp45.503.313.407 menjadi Rp683.941.867.450, menurun kembali pada tahun 2008 menjadi Rp533.115.857.930, dan pada tahun 2009 meningkat kembali menjadi Rp645.346.007.459,-
Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Nusa Tenggara Barat, dengan kondisi ketenagakerjaannya masih diwarnai dengan persoalan masih rendahnya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada, sehingga berimplikasi langsung pada kemampuan berkompetisi dalam merebut kesempatan kerja yang ada. Memperhatikan latar belakang pendidikan pencari kerja pada tahun 2009 sebagian besar berpendidikan SD (68,88%), dan kecil memiliki ketrampilan tambahan. Dengan pendidikan dan ketrampilan yang rendah maka akses pada peluang kerja juga rendah.
Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja di Kabupaten Lombok Tengah adalah 15.572 orang dan yang mampu ditempatkan sejumlah 10.964 orang atau 70,41%. Meningkatnya jumlah penduduk memang tidak otomatis diikuti oleh peningkatan jumlah pencari kerja yang tercatat pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Tengah, karena jumlah pencari kerja yang tercatat lebih dipengaruhi oleh faktor ketersediaan lapangan kerja. Pada era sekarang banyak penduduk yang membutuhkan pekerjaan tetapi tidak melakukan aktivitas mencari kerja. Kebanyakan di antara mereka cenderung pasif. Mereka akan aktif bila lowongan pekerjaan tersedia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa banyaknya pencari kerja yang tercatat tidak bisa dijadikan satu-satunya indikator jumlah pengangguran yang terjadi dan kemungkinan yang terjadi pengangguran tersebut justru lebih banyak dari pada yang tercatat di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kabupaten Lombok Tengah. Negara–negara di Timur Tengah menjadi salah satu negara tujuan Tenaga Kerja Indonesia yang berasal dari Kabupaten Lombok Tengah. Menurut Raharto (2003), terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi mereka untuk bekerja disana, namun penyebab utamanya adalah alasan ekonomi. Fenomena ini seperti pernyataan Hugo (2000), bahwa jumlah orang Indonesia yang menjadi migran meningkat dari tahun-ketahun. Lebih lanjut dikatakan dalam beberapa dekade ini jumlah migran perempuan internasional dari Indonesia meningkat secara substansial. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi provinsi Nusa Tenggara Barat, jumlah pengiriman Tenaga KerjaWanita Indonesia (TKWI) asal Lombok Tengah pada tahun 2008 sejumlah 4.646 orang, dan tahun 2009 terjadi penurunan menjadi 3.990 orang, sedangkan pada tahun 2010 (data sampai bulan September) 3.365 orang, seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jumlah TKWI Asal Kabupaten Lombok Tengah yang Bekerja di Timur Tengah Tahun 2008-2010
Negara Tujuan 2008 2009 2010
Abu Dhabi 12 0 0
Saudi Arabia 4.634 3.897 3.269
Uni Emar Arab 0 0 45
Jordan 0 0 12 Oman 0 0 6 Syria 0 1 0 Libya 0 0 0 Qatar 0 10 23 Total 4.646 3.990 3.365
Pengiriman TKWI ke Negara-Negara di Timur Tengah didominasi oleh Saudi Arabia. Kesertaan perempuan sebagai Tenaga Kerja menunjukkan kenyataan di era globalisasi sekarang ini perempuan dituntut untuk berperan dalam kegiatan ekonomi yaitu dengan terjun ke lapangan kerja. Hal ini disebabkan karena adanya tuntutan akan kebutuhan hidup yang lebih baik. Pada mulanya perempuan diprediksi hanya melakukan mobilitas dalam jarak dekat, namun pada sekarang ini peningkatan arus mobilitas Tenaga Kerja Wanita telah melewati batas Negara, dan bahkan telah menyumbangkan pendapatan daerah yang cukup besar bagi daerah asal mereka (Raharto, 2003). Perempuan yang terjun ke pasar kerja bukan disebabkan oleh keinginan untuk mengalahkan laki–laki tetapi lebih kepada mencari keselarasan dalam kehidupan bersama antara laki–laki dan perempuan di dalam rumahtangga dalam menghadapi berbagai persoalan pemenuhan kebutuhan hidup. Keterlibatan perempuan dalam mengatasi kesulitan ekonomi keluarga ini bertujuan agar kehidupan keluarga tetap bertahan dan memperlancar ekonomi rumah tangga.
Dampak positif pengiriman TKWI ke Timur Tengah bila ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan budaya adalah remitan dan perubahan sikap, yaitu perubahan persepsi sikap dan etos kerja. Pada hakekatnya orang yang pergi ke luar negeri sebagian besar mempunyai hasrat, setidaknya mempunyai ikatan batin dengan keluarga nya yang biasanya dinyatakan melalui arus kiriman yang berupa uang atau barang yang mereka peroleh dari Negara tujuan. Remitan merupakan sumber yang cukup penting yang digunakan untuk biaya pendidikan anak-anaknya maupun keluarga dekatnya dan juga untuk keperluan akumulasi modal keluarga dan untuk keperluan yang bersifat konsumtif. Manfaat remitan dalam arti yang lebih luas lagi akan membawa dampak bahwa mereka akan dapat memenuhi kewajiban sebagai penduduk, membayar iuran Desa atau pajak. Selain itu dengan adanya remitan berarti jumlah uang yang beredar di daerah asal tersebut menjadi lebih banyak dan keadaan ini membantu pembangunan yang sedang dilakukan di daerah asal, juga diharapkan adanya perubahan sikap pada pelaku mobilitas tersebut, yaitu perubahan pada persepsi terhadap lingkungan serta etos kerja. Oleh karena itu sejalan dengan uraian–uraian di atas, eksistensi mobilitas dan remitan pekerja wanita mempunyai arti yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga yang akhirnya akan membantu pembangunan di daerah asal.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Apakah terdapat pengaruh secara simultan pendapatan, lama kerja, dan status famili terhadap remitan Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Barat? 2) Apakah terdapat pengaruh secara parsial pendapatan, lama kerja, dan status famili terhadap remitan Tenaga Kerja di Provinsi Nusa Tenggara Barat?
Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk menguji pengaruh secara simultan pendapatan, lama kerja, dan status famili terhadap remitan tenaga kerja di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. 2) untuk menguji pengaruh secara parsial pendapatan, lama kerja, dan status famili terhadap remitan tenaga kerja di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
TINJAUAN TEORETIS
Haris (2004), mengatakan bahwa seseorang melakukan mobilitas disebabkan oleh adanya motivasi tertentu. Perkembangan ekonomi antar daerah, secara rasional akan mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas, dengan harapan di daerah baru akan memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Lee (1997) menyatakan bahwa faktor yang melatar belakangi migrasi tenaga kerja ke daerah tujuan adalah faktor makro yang lebih dikenal dengan daya tarik di daerah tujuan dan daya dorong dari daerah asal. Hingga saat ini motif ekonomi dipandang sebagai faktor pendorong utama bagi seseorang untuk melakukan mobilitas (Todaro,1998; Lee, 1997).
Menurut Mantra (1995), pada dasarnya orang mengambil keputusan untuk bemrigrasi karena beberapa alasan, diantaranya dan yang paling menonjol adalah yang disebut sebagai teori kebutuhan dan tekanan (need and stress). Tiap individu pada dasarnya mempunyai kebutuhan (ekonomi, sosial, psikologi) yang harus dipenuhi. Apabila tidak terpenuhi maka terjadilah tekanan atau stress. Apabila stress yang dialami seseorang sudah di luar batas toleransinya maka orang tersebut akan berfikir untuk pindah ke daerah yang kebutuhannya dapat terpenuhi, atau dengan kata lain ke daerah yang mempunyai nilai kefaedahan (place utility) yang lebih tinggi. Todaro(1998), menyatakan bahwa gerak penduduk terutama dirangsang oleh pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomis yang rasional. Keputusan–keputusan untuk melakukan migrasi tergantung pada upah riil yang lebih besar yang bisa diharapkan antara di desa dan kota, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk migrasi berbeda-beda dan kompleks. Menurut Mantra dan Mallo dalam Abustam (1989), bahwa perkawinan merupakan salah satu faktor pendorong bagi mobilitas potensial untuk mengambil keputusan pindah atau tidak. Status kawin, tidak kawin, duda, atau janda, akan mempengaruhi besar kecilnya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Menurut Abustam (1989), pendidikan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kualitas penduduk, baik secara formal maupun informal. Ternyata ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan minat melakukan mobilitas. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar pula minat untuk melakukan mobilitas (Maliki, 2009). Pengertian remitan menurut Forbes dalam Herwanti (1996) Remitan adalah jumlah uang dan barang yang dikirim oleh para migran ke kampung halaman yang biasanya dikirim kepada istri dan orang tua atau keluarga mereka di desa. Kiriman biasanya digunakan untuk membeli tanah sawah, hewan peliharaan, pendidikan dan investasi lainnya. Hubungan remitan dan pembangunan di daerah asal memang sulit diukur secara statistik, tetapi secara sepintas adalah nyata. Abustam (1989) menyatakan bahwa dampak gerak penduduk terhadap
kebutuhan sosial, ekonomi dan kultural bukan hanya pada individu migran tetapi lebih khusus lagi bagi komunitas dan daerah asal. Menurut Wiyono, Nur Hadi (1996), jika upah dan fasilitas di negara lain lebih, maka yang terjadi adalah mobilitas dari satu negara ke negara lain lebih menguntungkan. Implikasi dari mobilitas internasional memberikan dampak yang berbeda bagi pekerja. Menurut Samuelson (1982), pendapatan merupakam seluruh uang yang diperoleh seseorang atau rumah tangga dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri atas upah atau penerimaan serta pembayaran transfer dari pemerintah, seperti tunjangan sosial atau asuransi penganngguran.
Rerangka Berpikir
Pekerja selalu dihadapkan pada masalah pemenuhan kebutuhan. Kondisi kelangkaan sumberdaya alam, terbatasnya lapangan pekerjaan, perbedaan tingkat upah serta pengaruh lingkungan sosial menyebabkan penduduk berusaha mencari kesempatan bekerja di daerah lain atau di daerah tujuan yang dapat memberi peluang yang baik untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan memperoleh pekerjaan ditempat tujuan, diharapkan bisa mengubah keadaan kehidupan rumah tangga yang lebih baik. Uang dan barang yang dikirimkan ke daerah asal disebut remitan, yang besar kecilnya akan dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang diperoleh, lama bekerja, dan status hubungan famili. Mobilitas tenaga kerja ini akan menumbuhkan budaya baru yaitu persepsi lingkungan, yang akhirnya akan mempengaruhi pembangunan di daerah asal. Uraian di atas dapat disajikan dalam skema rerangka berpikir pada Gambar 1 berikut ini.
Kondisi Sb. Daya Alam Perubahan Sikap
Migran Ke Luar Negeri Peluang Kerja
Gambar 1
Skema Rerangka Berpikir Hubungan Pendapatan, Lama Kerja, dan Status Hubungan Famili Terhadap Remitan
Tingkat Upah Persepsi Lingkungan Pendapatan Remitan Lama Kerja
Hipotesis:
H1 : Terdapat pengaruh secara simultan antara pendapatan, lama kerja, dan status hubungan famili terhadap remitan
H2a: Terdapat pengaruh pendapatan dari negara tujuan terhadap remitan H2b: Terdapat pengaruh lama kerja terhadap remitan
H2c: Terdapat pengaruh status hubungan famili terhadap remitan
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dengan mengambil sampel secara purposive di tiga Kecamatan dari 12 Kecamatan yang ada, masing-masing Kecamatan diambil satu Desa. Kecamatan dan Desa tersebut adalah: Kecamatan Praya Barat dengan Desa Mangkung, Kecamatan Praya Timur dengan Desa Beleka, dan Kecamatan Jonggat dengan Desa Puyung. Desa-desa tersebut terbanyak mengirim TKW ke Timur Tengah bila dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di Kabupaten Lombok Tengah.
Penentuan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut: Sampel responden dikelompokkan atas tiga kelompok Yaitu: 1. Rumah Tangga Migran, 2. Rumahtangga Migran Kembali, 3. Calon Migran.
1. Rumah tangga Migran yaitu rumah tangga yang mempunyai seorang atau lebih anggota rumah tangga yang sedang bekerja di Timur Tengah.
Responden adalah mereka yang mempunyai hubungan, misalnya pasangan kawin bagi migran yang berstatus kawin, orang tua migran dan sebagainya.
2. Migran kembali, yaitu mereka yang telah kembali dari Timur Tengah.
3. Calon migran (migran potensial) yaitu mereka yang belum mendapatkan kesempatan sebagai pekerja di luar negeri.
Sampel ditentukan secara purposive sampling dari tiga kelompok responden, pada tiga Desa, kemudian akan dipilih 30 responden untuk masing-masing desa yang terdiri atas, 10 responden dari rumah tangga migran, sepuluh responden dari rumahtangga migran kembali dan sepuluh responden dari calon migran, sehingga satu Kecamatan berjumlah tiga puluh responden. Jumlah responden secara keseluruhan adalah sembilan puluh responden.
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survey dan observasi sebagai metode utama dan metode kepustakaan sebagai metode pelengkap. Data pendapatan,
lama kerja, dan status hubungan famili diperoleh dari Dinas Ketenagakerjaan (Dinas Ketenagakerjaan, 2010).
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dapat dianalisis dengan pendekatan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan responden sesuai dengan kondisi objektif di lapangan dan analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menguji kecenderungan jawaban responden secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS untuk pengolahan data. Sebelum uji regresi linier berganda data diuji dengan uji asumsi klasik. Fungsi regresi dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
R = a0 :+ a1P + a2LK+ a3St + ei
Keterangan:
R = besarnya remitan, P = besarnya pendapatan, LK = lama bekerja, St= status hubungan
famili, S1 = 1, jika kawin, S0 = 0 jika yang lainnya, a0 = parameter intercept.
Kemudian untuk mengetahui/menguji pengaruh secara signifikan secara keseluruhan (serentak) dari pendapatan tenaga kerja, lama bekerja dan status hubungan famili terhadap besarnya remitan digunakan F test. Sedangkan untuk mengetahui/ menguji pengaruh secara parsial digunakan t test.
Definisi Operasional
1. Pendapatan migran adalah pendapatan yang diperoleh migran selama satu bulan yang berasal dari Negara tujuan.
2. Pendapatan rumah tangga migran adalah penghasilan kotor yang diperoleh rumahtangga migran selama sebulan ditambah dengan remitan.
3. Lama kerja adalah lama waktu tenaga kerja bekerja di Timur Tengah
4. Remitan adalah kiriman yang berupa uang atau barang-barang ke daerah asal dan remitan akan diukur dalam bentuk rupiah selama satu tahun terakhir.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Karakteristik demografi yang akan dijelaskan dalam tulisan ini meliputi umur responden, jenis kelamin, status perkawinan dan jumlah anggota keluarga. Rata-rata umur setiap kelompok responden termasuk dalam kelompok umur produktif, artinya secara fisik mereka memiliki kemampuan bekerja untuk memperoleh pendapatan. Pada kelompok rumahtangga migran terdapat 61% merupakan kelompok umur muda dan selebihnya 39% termasuk kelompok umur tua. Pada kelompok migran kembali 87% tergolong dalam kelompok umur muda dan pada calon migran kelompok ini sebanyak 95% dan hanya
sekitar 5% merupakan kelompok umur tua (40 tahun ke atas). Melihat proporsi ini memberi indikasi bahwa sebagian besar pada ketiga kelompok tersebut benar–benar berada pada usia kerja utama (prime age), saat potensinya untuk berproduksi mulai mencapai puncak.
Proporsi mereka yang berstatus kawin yang melakukan mobilitas pada setiap kelompok responden menunjukkan prosentase yang tinggi yaitu rata–rata 94%. Dari hasil wawancara terungkap bahwa hal ini disebabkan karena kesulitan ekonomi yang mereka rasakan dan kurangnya kesempatan kerja yang tersedia yang dapat menjanjikan upah yang memadai dan rasa tanggung jawab terhadap keluarga membantu suami/orang tua untuk dapat menjamin kehidupan yang layak.
Apabila dilihat dari jumlah anggota rumah tangga yang dimiliki, maka ketiga kelompok responden terbanyak mempunyai rata–rata anggota rumah tangga sebanyak 5 orang. Besarnya jumlah anggota rumah tangga ini menunjukkan besarnya beban keluarga, dan ini merupakan pendorong bagi mereka untuk meninggalkan daerah asalnya dan mencari pekerjaan di Timur Tengah. Selain banyaknya mereka yang berstatus kawin, hal lain yang patut dicurigai sebagai penyebab tingginya jumlah anggota rumah tangga pada setiap kelompok responden adalah karena dalam satu rumah tangga tidak hanya terdiri atas anggota keluarga inti tetapi juga anggota keluarga lain yang ikut tinggal bersama-sama dalam satu rumah tangga.
Rata-rata responden dalam penelitian ini sebagian besar telah memiliki pekerjaan di daerahnya sendiri. Jenis pekerjaan yang digeluti adalah sebagai petani, pengrajin, dagang, buruh dan lain-lain. Jenis pekerjaan ini merupakan pekerjaan tidak tetap.
Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Tenaga Kerja Wanita Indonesia ke Timur Tengah.
Faktor Sumber Daya Alam
Pada dasarnya mobilitas pekerja yang terjadi berasal dari kondisi yang kurang mendu-kung di daerah asal serta adanya daya tarik di daerah tujuan, dan sebelum melakukan mobilitas, pekerja tersebut terlebih dahulu mengetahui dengan yakin konsekuensi– konsekuensi bagi dirinya dan masyarakat.Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk mobilitas berbeda-beda dan komplek. Salah satu kondisi yang kurang mendukung yang mempengaruhi mobilitas pekerja tersebut adalah faktor fisik di daerah asal, yaitu yang berhubungan dengan kondisi tipografi, iklim serta kekeringan.
Kantong-kantong potensial untuk program ekspor jasa tenaga kerja di Kabupaten Lombok Tengah adalah berasal dari Kabupaten Lombok Tengah bagian Selatan, diantaranya sebagian berada di Kecamatan Praya Barat, Kecamatan Praya Timur, dan Kecamatan Janapria. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan Kecamatan yang penulis
teliti karena merupakan bagian dari daerah kritis yang ada di Lombok Tengah dengan kondisi alam yang kurang menguntungkan untuk usaha pertanian. Kondisi ini merupakan faktor negatif di daerah asal yaitu faktor-faktor yang kurang menyenangkan yang cenderung mendorong orang di daerah tersebut untuk melakukan mobilitas guna mengantisipasi keterbatasan sumber daya alam di daerah asal yang merupakan sumber mata pencahariannya
Faktor Tingkat Upah
Pengambilan keputusan untuk seseorang melakukan mobilitas paling tidak akan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di daerah asal, daerah tujuan, faktor pribadi, dan hambatan. Dari sisi tinjauan ekonomi, faktor-faktor positif (daya tarik) di suatu daerah dapat berupa terdapatnya peluang–peluang usaha, luasnya kesempatan kerja, tingginya upah nyata, dan lainnya.
Pada umumnya faktor yang mendorong munculnya kehendak untuk menjadi tenaga kerja di Timur Tengah ialah faktor ekonomi yang merupakan faktor yang dominan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari seluruh responden (100%) yang menyatakan bahwa, mereka bekerja di Timur Tengah ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik untuk dapat memperbaiki/membantu ekonomi keluarga yaitu melalui upah yang diterima. Dengan jenis pekerjaan yang sama upah yang diterima oleh pekerja di luar negeri jauh berbeda jumlahnya. Misalnya sebagai pembantu rumahtangga di Timur Tengah upah yang paling rendah adalah: Rp1.800.000.-, sedangkan pembantu rumah tangga di Kabupaten Lombok Tengah upah sebulannya rata- rata Rp400.000,-. Adanya perbedaan upah yang tinggi inilah yang menarik TKWI untuk mencari peluang kerja di Timur Tengah.
Ada beberapa tujuan lain selain memperoleh upah yang tinggi, mereka menginginkan mendapat pengalaman kerja (17%), ingin dapat naik haji (98%) dan ingin dapat melihat luar negeri (15%). Keputusan untuk bekerja di Timur Tengah banyak dipengaruhi oleh suami, anak, orang tua. Pada kelompok rumah tangga migran maupun kelompok rumah tangga migran kembali, keputusan untuk bekerja banyak dipengaruhi oleh pasangan atau suami dan orang tua.
Faktor Peluang Kerja
Banyak peluang kerja yang ditawarkan, khususnya untuk tenaga kerja wanita yaitu sebagai pembantu rumah tangga. Peluang kerja untuk memperoleh pekerjaan di Timur Tengah harus melalui prosedur dan persyaratan yang telah ditetapkan, juga didahului oleh adanya informasi mengenai ada atau tidaknya peluang kerja serta jenis pekerjaan yang ditawarkan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa sebagian besar dari seluruh kelompok responden memperoleh informasi tentang adanya peluang kerja di Timur tengah bersumber dari orang-orang yang baru kembali dari Timur Tengah dan dari sumber lain yaitu dari tekong/calo. Informasi yang bersumber dari aparat pemerintah
justru jauh lebih sedikit, yang seharusnya pemerintah diharapkan dapat memberi informasi yang lebih luas dan sempurna kepada masyarakat untuk peluang yang ada maupun kemudahan-kemudahan serta jaminan keselamatan kerja terhadap pekerja di luar negeri.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi klasik
Uji ini merupakan salah satu langkah penting dalam proses analisis model regresi, terutama dalam rangka menghindari munculnya regresi yang tidak bermakna sekaligus untuk mendapatkan hasil estimasi yang tidak bias, linier dan terbaik. Suatu model statistik linier berganda yang menggunakan metode OLS dikatakan layak apabila hasil yang diperoleh tidak mengandung pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik terutama multikolinieritas, autokolerasi dan heteroskedastisitas. Karena ketiga hal tersebut akan terjadi bias dalam mengambil simpulan analisis berganda. Berkaitan dengan hal itu hasil regresi di atas diuji lebih lanjut untuk melihat terjadi atau tidak terjadi pelanggaran terhadap asumsi klasik tersebut. Dari uji asumsi klasik yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk memberikan jaminan bebasnya antar veriabel independent yang dikaji. Uji ini dilakukan, agar terbentuk fungsi regresi yang efisien, karena fungsi yang terkena gejala multikolinearity mempunyai standar error yang tinggi. Adapun hasil yang diperoleh disajikan pada tabel 3 berikut:
Tabel 3
Tabel Colliniearity Statistics
No. Variabel Independent Tolerance VIF
1. Pendapatan 0,391 2,555
2. Lama kerja 0,348 2,873
3. Status 0,712 1,347
Sumber : Pengolahan SPSS
Hasil data pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF (Variance Inflaction Factor) masing-masing variable independent tidak ada yang melebihi 10 dan nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 sehingga dapat dikatakan tidak terdapat multikolinearity variable independent dalam model regresi. Pada sisi lain gejala multikoleniaritas dapat
dilihat dari R2, F-Ratio dan T
hitung. Dalam kajian ini terlihat bahwa nilai R2 = 0, 410,
dan 10%. Berdasarkan hal ini maka dalam model ini tidak terdeteksi terjadinya multikolinieritas.
Autokorelasi
Pendeteksi autokorelasi dengan menggunakan pengujian Durbuin-Watson. Dari hasil perhitungan regresi diketahui nilai Durbin Watson (DW) sebesar 2,241. Dengan = 5%
dengan n = 30 maka diperoleh nilai D0,05,du = 1,21 dan D0,05, dL = 1,65 yang berarti nilai D
lebihh besar dari nilai DU maupun DL sehingga dapat dikatakan bahwa dalam model ini tidak terjadi autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini atau uji homogenitas merupakan uji untuk memberikan jaminan bahwa sampel yang diambil dari populasi yang homogen dengan varians yang sama. Untuk menguji ini
dapat menggunakan Uji White yang dirumuskan X2 hitung = n R2, dengan keputusan,
bila:
X2 hitung ≥ X2 tabel, berarti terdapat heteroskedastisity
X2 hitung ≤ X2 tabel, berarti tidak terdapat heteroskedastisity (homoskedastisity)
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS nilai koefisien Determinasi (R2 ) = 0,410, sehingga
nilai X2 hitung = 41 dengan X2 tabel = 43,77. Karena nilai X2 hitung lebih kecil dari X2
tabel, maka dapat dinyatakan bahwa sampel diambil dari populasi dengan varians yang sama (homogen).
Motivasi dominan seseorang untuk melakukan mobilitas adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro (1998), menyebutkan motif utama tersebut sebagai pertimbangan yang rasional. Pelaku mobilitas tersebut mempunyai dua harapan yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan harapan untuk memperoleh pendapatan.
Tingginya upah di Timur Tengah menjadi alasan utama pelaku mobilitas TKWI. Para pelaku mobilitas tersebut tidak pernah pergi jauh dari rumah, tidak bisa berbahasa asing rela meninggalkan keluarga dan kampung halaman demi keinginan memutus belenggu kemiskinan dengan jalan pintas, ditambah bukti meningkatnya taraf kehidupan TKWI asal desanya yang sukses. Oleh karena itu remitan sebagai hasil jerih payah selama bekerja di Timur Tengah merupakan satu–satunya harapan dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi rumah tangga.
Begitu kuatnya keinginan TKWI untuk memperbaiki kondisi ekonomi rumah tangganya terdapat 6 responden dari responden yang berstatus kawin, menyatakan bahwa mereka akan minta cerai apabila tidak diijinkan oleh suaminya. Hal ini juga dibenarkan suami dari responden yang mengatakan bahwa sebenarnya mereka tidak mengijinkan istrinya bekerja jauh dari keluarga, tetapi bila istrinya tidak diijinkan maka akan memunculkan masalah baru.
Pelaku mobilitas (TKWI) ke Timur Tengah membawa dampak positif bagi kesejahteraan rumah tangga dan pembangunan di daerah asal. Dalam arti sempit mereka dapat membantu perekonomian rumah tangganya, membangun rumah dan membiayai pendidikan anak/saudara mereka. Dalam arti luas, mereka dapat memenuhi kewajiban sebagai penduduk membayar iuran desa atau pajak. Selain itu dengan adanya remitan berarti jumlah uang yang beredar di daerah asal menjadi lebih banyak dan keadaan ini membantu pembangunan yang sedang dilakukan di daerah asal tersebut.
Secara teoretis remitan pada setiap pelaku mobilitas berbeda-beda, hal ini dipengaruhi antara lain oleh tingkat pendidikan, besarnya pendapatan di negara tujuan, lamanya bekerja, dan sistem hubungan famili. Teori human capital mengasumsikan bahwa seseorang dapat meningkatkan penghasilan melalui peningkatan pendidikan. Mengingat pelaku mobilitas dalam penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan yang hampir sama yaitu setingkat SD, maka pendidikan dianggap tidak berpengaruh terhadap pendapatan di negara tujuan.
Uji Hipotesis
Analisis hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus regresi berganda terhadap kelompok responden rumah tangga migran kembali; yaitu dengan menggunakan program SPSS. Hasil uji regresi linier berganda disajikan dalam tabel tabel 2.
Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh persamaan sebagai berikut: R = -3,494 + 0,192 P + 0,189 LK + 2,139St
(-1,75) (2,106) (0,987) (1,711)
Tabel 2
Hasil Perhitungan Regresi Berganda (Program SPSS)
Variabel Koefisien Standar
error t-hitung sig
Konstanta (a0) Pendapatan (P) Lama Kerja (LK) Status (St) -3,494 0,192 0,189 2,139 2,974 0,091 0,192 1,251 -1,175 2,106 * 0,987 1,711** 0,251 0,045 0,333 0,099 R R2 Standar error Estimate F-hitung D-W 0,640 0,410 2,360 6,019 * 2,241 *Sig pada
α
= 5 % **Sig padaα
= 10 % 0,003Dari persamaan ini terlihat bahwa nilai R2 = 0,41 artinya variabel pendapatan, lamanya
bekerja, dan status hubungan famili menjelaskan pengaruhnya sebesar 41% terhadap remitan, sedangkan selebihnya sebesar 59% dipengaruhi oleh variable yang tidak termasuk dalam model ini, seperti faktor demografis, jenis kelamin, kesehatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga dan lain-lain. Besarnya koefisien korelasi adalah 0,64 mengindikasikan hubungan antara variabel bebas (pendapatan, lama bekerja serta status hubungan famili) dengan remitan adalah cukup kuat artinya bila variable-variabel tersebut mengalami perubahan, akan menyebabkan terjadinya perubahan pada besarnya remitan.
Uji F (Uji Simultan)
Uji ini untuk melihat pengaruh secara simultan variabel pendapatan, lama kerja, dan status hubungan famili terhadap remitan. Berdasarkan hasil uji F yang disajikan pada tabel 2 nilai F hitung sebesar 6,019 dengan nilai probabilitas 0,003 (kurang dari α = 0,05) berarti secara statistik siknifikan pada 5%, yang berarti variabel pendapatan, lama kerja, dan status hubungan famili secara simultan berpengaruh terhadap remitan
Uji t (Uji Parsial)
Uji ini untuk melihat pengaruh secara parsial variabel pendapatan (P), lama kerja (LK), dan status hubungan famili (St) terhadap remitan. Secara parsial dapat ditunjukkan nilai koefisien variabel pendapatan (P) sebesar 0.192, artinya jika pendapatan naik sebesar Rp 10.000,00 maka remitan akan bertambah Rp 1.920,00 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Variabel ini secara statistik siknifikan yang ditunjukkan oleh nilai t hitung untuk pendapatan (P) sebesar 2,106 dengan nilai probabilitas (signifikan) sebesar 0,045 (kurang dari α = 0,05). Hal ini berarti Ho2 berhasil ditolak atau Ha2 diterima berarti bahwa pendapatan secara parsial berpengaruh pada remitan.
Nilai koefisien variabel lama kerja (LK) sebesar 0,189 artinya jika terjadi penambahan lama kerja (perpanjangan kontrak kerja) 1 tahun, maka akan menambah remitan sebesar Rp0,189 dengan asumsi variabel lain tidak berubah. Berdasarkan tabel 2 nilai t sebesar 0,987 dengan probabilitas sebesar 0,333 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti H02b berhasil ditolak atau Ha2b diterima yang berarti bahwa variabel lama kerja secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap remitan. Nilai koefisien status hubungan famili dapat terlihat sebagai berikut:
Jika responden berstatus kawin persamaan regresinya menjadi:
R = -3,494 + 0,192 P + 0,189 LK+ 2,139 St
= -1,355 + 0,192 P+ 0,189 LK
Jika responden berstatus tidak kawin persamaan regresinya menjadi: R = -3,494 + 0,192 P + 0,189 LK + 2,139St
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2nilai t sebesar 0,987 dengan nilai probabilitas sebesar 0,099 (kurang dari α = 0,10). Hal ini berarti Ho2c berhasil ditolak yang berarti bahwa variabel status hubungan famili secara parsial mempunyai pengaruh terhadap pendapatan.
Pendapatan Pekerja di Timur Tengah
Adapun yang menjadi alasan mengapa TKWI asal Lombok Tengah pergi ke Timur Tengah yang paling dominan adalah alasan ekonomi yaitu untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi sehingga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan rumah tangganya. Di Timur Tengah responden semuanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga yaitu sebagai baby sitter, merawat orang tua serta sebagai tukang masak.
Pendapatan yang dikirim oleh TKWI kepada rumah tangga migran kembali per bulan, setelah dikurangi dengan seluruh pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan se hari-hari, dan untuk tabungan bervariasi antara Rp1.800.000,- yang terendah sampai Rp2.750.000, yang tertinggi atau rata-rata perbulan Rp2.072.000,- Kisaran terbanyak jumlah pengiriman remitan (68%) adalah pada kisaran pengiriman Rp2.000.000,- Rp2.500.000,- perbulan .Pengiriman ini dilakukan rata-rata 4 bulan sekali.
Pada kelompok responden rumah tangga migran diperoleh informasi bahwa remitan yang dikirim bervariasi antara Rp1.700.000,- yang terendah dan Rp2.350.000,- yang tertinggi. Terbanyak pengiriman tersebut (73%) pada kisaran Rp2.000.000,-Rp2.400.000,- dan rata-rata pengiriman remitan per bulan Rp1.969.000,- dengan frekuensi pengiriman terbanyak 4 kali dalam satu tahun.
Adapun rata-rata pengeluaran di Timur Tengah untuk kelompok responden rumah tangga migran kembali rata-rata adalah Rp628.000,- atau 23,11% dari total pendapatannya per bulan. Sedangkan rata-rata pengeluaran untuk kelompok rumah tangga migran adalah Rp631.000,- atau 24,29 % dari total pendapatannya. Pengeluaran tersebut dapat dikatagorikan tidak besar jumlahnya karena untuk kebutuhan makan dan tempat tinggal menjadi tanggungan majikannya.
Analisis Sensitivitas
Pendapatan Rumah tangga
1. Pendapatan RumahTangga Migran Tanpa dan Dengan Remitan
Pendapatan rumahtangga migran diperoleh melalui pekerjaan pokok sebagai petani dan pekerjaan sampingan sebagai buruh, tukang, pengrajin dan berdagang kecil-kecilan. Hasil penelitian diperoleh data bahwa pendapatan kelompok responden rumah tangga migran tanpa remitan rata-rata Rp631.000,-, dengan pendapatan bervariasi dari yang paling rendah sebesar Rp 450.000,- sampai dengan yang tertinggi Rp 750.000,.
Bila kita kaitkan dengan UMP (upah minimal Provinsi), maka pendapatan rata-rata tersebut masih dibawah UMP (UMP tahun 2009 sebesar Rp879.000,-) Lebih-lebih apabila rata-rata pendapatan tersebut kita kaitkan dengan KHL (kebutuhan hidup layak), maka rumah tangga TKWI masih berada dibawah tingkat hidup layak. Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari pengeluaran kelompok rumah tangga migran dalam satu bulan rata-rata sebesar Rp725.000,- dengan kisaran pengeluaran yang terendah adalah Rp650.000,- dan sampai yang tertinggi Rp1.050.000,- pengeluaran rata-rata kelompok responden ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata–rata pendapatannya.
Dengan kondisi tersebut yang menyebabkan TKWI termotivasi dengan kuat untuk membantu pekerjaan suami/orang tua dengan melakukan mobilitas ke Timur Tengah. Dengan mobilitas ke Timur tengah yang dilakukan oleh TKMI maka kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat tercukupi bahkan dapat menyisakan uang untuk menabung dan modal usaha.
Besarnya remitan pada setiap pelaku mobilitas berbed-beda. Adapun rata-rata remitan yang dikirim kepada kelompk responden rumahtangga migran adalah Rp1.969.000,-/ bulan dengan kisaran pendapatan antara Rp1.800.000,- yang terendah, dan Rp2.750.000,- yang tertinggi. Remitan yang dikirim tersebut merupakan sisa perolehannya yang telah dikurangi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Timur Tengah dan untuk ditabung yang diperuntukkan untuk biaya pulang. Bila kita jumlahkan pendapatan rata-rata rumahtangga migran dengan remitan maka pendapatan rata-rata rumahtangga migran adalah Rp2.600.000,-
2. Pendapatan Rumahtangga Migran Kembali Tanpa dan Dengan Remitan
Dalam analisis pendapatan rumahtangga migran kembali akan meliputi pendapatan tanpa remitan dan pendapatan dengan remitan. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa rata– rata pendapatan rumah tangga tanpa remitan adalah Rp628.000,- pendapatan ini tidak jauh berbeda dengan rata-rata pendapatan rumah tangga migran. Pendapatan rata–rata rumah tangga migran kembali bervariasi antara Rp515.000,- yang terendah dan Rp750.000,- yang tertinggi pendapatan tersebut masih di bawah standar UMP maupun KHL Provinsi Nusa tenggara Barat.
Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari pengeluaran-pengeluaran kelompok responden migran kembali dalam satu bulan rata-rata adalah Rp775.000, dengan kisaran Rp700.000,- untuk pengeluaran yang terendah dan Rp1.100.000,- untuk pengeluaran yang tertinggi. Remitan yang diperoleh oleh kelompok rumah tangga migran kembali rata–rata Rp2.072.000,- dengan kisaran antara Rp1.800.000,- sampai dengan Rp2.750.000,-. Adapun pendapatan terbanyak (63%) adalah berkisar antara Rp2.000.000,- sampai dengan Rp2.250.000,-, apabila pendapatan rata-rata rumah tangga migran kembali ini dijumlahkan dengan remitan maka akan menjadi Rp 2.700.000,-
3. Pendapatan Rumah tangga Calon Migran
Pendapatan responden rumah tangga calon migran diperoleh dari pekerjaan pokok petani dan pekerjaan sampingan sebagai buruh, perajin, dan tukang. Pekerjaan tersebut tidak jauh berbeda dengan yang digeluti oleh responden pada rumah tangga migran maupun responden pada migran kembali.
Namun pendapatan yang diperoleh lebih kecil bila dibandingkan dengan pendapatan dari responden rumah tangga migran ataupun responden rumah tangga migran kembali. Rata– rata pendapatan perbulan dari responden calon migran adalah Rp620.000,-
Dari yang telah diuraikan di atas ternyata gerak tenaga Kerja Wanita ke Timur Tengah dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga migran maupun rumah tangga migran kembali. Terlihat bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga migran kembali lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan rumah tangga migran maupun rumah tangga calon migran.
Berdasarkan data yang terkumpul pada penelitian ini bahwa responden rumah tangga migran maupun rumah tangga migran kembali (97%) menyatakan bahwa kehidupan ekonomi rumah tangga mereka menjadi lebih baik dan selebihnya (3%) menyatakan kehidupan ekonomi rumah tangganya tidak menjadi lebih baik dengan melakukan mobilitas ke Timur Tengah, hal ini disebabkan karena pendapatan yang mereka peroleh sebagian besar dipergunakan untuk membayar hutang dan juga mereka kurang dapat memanfaatkan pendapatannya untuk hal-hal yang bersifat produktif. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa perbaikan kehidupan ekonomi di kalangan rumah tangga pelaku mobilitas telah menjadi pendorong sebagian penduduk lainnya untuk mengadu nasibnya mencari peluang kerja di Timur Tengah untuk meningkatkan atau untuk memperbaiki kehidupan di lingkungan rumah tangganya.
Remitan dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumahtangga
Dampak gerak penduduk pada rumah tangga migran maupun rumah tangga migran kembali di daerah asal antara lain menambah pendapatan rumah tangga, meningkatkan status sosial, atau mutu hidup rumah tangga, berkurangnya pengangguran di daerah asal, serta mempercepat proses penerimaan ide. Keterbatasan sumber daya alam di lokasi penelitian yaitu dengan kondisi tanah yang kurang subur karena keterbatasan air, sempitnya pemilikan lahan pertanian, remitan akan mempunyai peran yang sangat penting terhadap pendapatan rumahtangga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remitan yang dikirim dari Timur Tengah kepada rumah tangga migran dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan sebesar 75,73% sedangkan kontribusi remitan terhadap migran kembali sebesar 97%. (Data disajikan pada tabel 3).
Tabel 3
Kontribusi Remitan TKWI Terhadap Pendapatan (Hasil Survei Lapangan Tahun 2010)
Jenis Kelompok Responden Rata-rata Pendapatan Tanpa Remitan Rata-rata Remitan Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga & Remitan Kontribusi Remitan (%) Rumah Tangga Migran Rp631.000 Rp1.969.000 Rp2.600.000 75,73% Rumah Tangga Migran Kembali Rp628.000 Rp2.072.000 Rp2.700.000 76,74% Rumah Tangga Calon Migran Rp620.000 - - -
Responden rumah tangga migran kembali setelah kembali ke daerah asal diharapkan dapat mempertahankan jumlah pendapatannya yang telah dicapai saat responden bekerja di Timur Tengah. Namun ternyata sebagian besar (95,75%) responden menyatakan bahwa setelah pulang (suami/orang tua) masih bermata pencaharian pokok sebagai petani dan dengan beberapa jenis pekerjaan sampingan yang masih sama seperti pekerjaan sampingan semula yaitu sebagai pengrajin, buruh/tukang bangunan, dan berdagang kecil-kecilan.
Seluruh responden menyatakan bahwa pendapatannya sekarang lebih kecil bila dibandingkan dengan pendapatan semasa responden masih berada di Timur tengah, namun bila dibandingkan pendapatan sebelum ke Timur Tengah (tanpa remitan) dengan pendapatan setelah pulang dari Timur Tengah terdapat kenaikan sebesar Rp975000,-- Rp628.000,- = Rp347.000,- atau terdapat kenaikan sebesar 55,25%. Begitu pula terdapat 91% responden yang menyatakan keinginannya untuk dapat kembali bekerja di Timur Tengah. Dan untuk itu mereka telah mulai menabung kembali serta mereka berharap hasil kerja pada waktu yang akan datang akan dapat dipergunakan untuk hal–hal yang lebih produktif. Selebihnya 9,9% responden menyatakan sementara ini belum berkeinginan untuk bekerja kembali ke Timur Tengah, ia ingin selalu berkumpul dengan keluarga dan ingin berusaha dengan modal yang telah diperoleh dari Timur Tengah tersebut.
Remitan dan Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Asal
Mengalirnya kiriman uang ke daerah asal dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan rumah tangga migran maupun rumah tangga migran kembali. Hal ini tentunya akan dapat mempengaruhi proses perputaran uang di dalam masyarakat, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian di daerah asal. Dalam hal sumber daya manusia,
ternyata TKWI yang telah kembali ke daerah asalnya mempunyai andil yang cukup besar dalam pembangunan sosial ekonomi dan budaya di desa asalnya (Haryati, 2009). Dengan ketrampilan dan pengalaman yang diperolehnya di Timur Tengah dapat disalurkan kepada masyarakat disekitar daerah asal sehingga masyarakat di daerah asal tersebut dapat memiliki berbagai pengalaman, pengetahuan, dan ketrampilan untuk membangun daerahnya. Dari sisi penerimaan pendapatan pemerintah melalui remitan tersebut, dapat meningkatkan pendapatan melalui kemampuan dalam membayar pajak seperti pajak kekayaan, PBB, pajak ijin bangunan, retribusi, dan sebagainya.
Pemanfaatan remitan selain untuk memenuhi kebutuhan pokok juga dialokasikan untuk pembangunan desa, dan ini dinyatakan oleh seluruh responden (100%) baik rumah tangga migran maupun migran kembali, yang menyatakan selalu memenuhi kewajiban untuk pembangunan desanya. Sumbangan terwujud secara langsung antara lain saat responden menerima kiriman uang dimohon kesediaannya oleh Kepala Desanya untuk menyumbang untuk kas desa yang selanjutnya dialokasikan untuk berbagai kegiatan didesanya, seperti untuk sanitasi lingkungan, perbaikan jalan lingkungan, pembuatan MCK, penanaman pohon pelindung, dana kebersihan desa, pembuatan rumah ibadah, menyantuni anak yatim piatu.
Yang jelas dapat terlihat dilokasi penelitian adalah pembangunan masjid merupakan hasil dari sumbangan yang berasal dari pelaku mobilitas dan migran kembali. Dalam hal pembayaran pajak, seluruh responden menyatakan selalu memenuhi kewajibannya. Penggunaan kiriman uang untuk investasi kekayaan seperti beli sawah, kebun, memperbaiki/membeli rumah, paling menonjol. Untuk pembelian barang–barang rumahtangga, seperti radio, TV, dan perabot lainnya terlihat relatif merata. Selain itu remitan juga dialokasikan untuk pendidikan.
Tidak seluruh responden mengalokasi remitan untuk pendidikan. Terlihat terdapat 40% dari kelompok rumah tangga migran dan 20% migran kembali yang tidak mengalokasi remitan untuk biaya pendidikan, mereka mempunyai alasan karena anak–anaknya pada saat ini masih kecil sehingga tidak terlalu mendesak untuk mengadakan dana untuk pendidikan. Namun apabila responden ditanya tentang masalah pendidikan maka seluruh responden menyatakan yang paling mereka pentingkan adalah biaya untuk sekolah. Hal ini menunjukkan telah adanya kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan mengingat sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang rendah.
Hal ini sangat menggembirakan karena pendidikan akan terkait dengan produktivitas khususnya sikap kerja yang merupakan segi kualitas sumberdaya manusia. Memberikan etos kerja dalam rumahtangga merupakan suatu human investment meskipun bukan dalam bentuk dana.
SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN Simpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas ke Timur Tengah adalah sebagai berikut: (a) Kondisi sumber daya alam yang kurang mendukung, yaitu karena daerah ini merupakan kering, berbukit-bukit, curah hujan yang rendah dengan musim hujan yang terlambat dan sering kali berakhir lebih cepat. (b) Adanya perbedaan tingkat upah yang cukup tinggi di Timur Tengah untuk jenis pekerjaan yang sama. (c) Kesempatan kerja yang ditawarkan. (d) Motivasi agama (naik haji) merupakan salah satu faktor pendorong yang kuat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan mobilitas ke Timur Tengah (Arab Saudi), mengingat status haji mendapat tempat yang tinggi di dalam masyarakat. TKWI akan beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru, baik mengenai sikap kerja, sikap terhadap lingkungan maupun terhadap lingkungan sosialnya. Hal-hal positif yang diserap oleh pelaku mobilitas akan terbentuk dan akan menjadi sikap baru menggantikan pandangan lama yang sebelumnya melekat pada pekerja tersebut.
Besarnya pendapatan di Negara tujuan, lama bekerja dan status hubungan famili merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya remitan. Namun lama bekerja mempunyai pengaruh yang kecil terhadap besarnya remitan. Remitan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan rumah tangga bila dibandingkan dengan pendapatan rumahtangga sebelum pekerja melakukan mobilitas. Untuk kelompok migran kembali remitan memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga sebesar 97%. Dan mobilitas ini membawa pengaruh terhadap peningkatan pendapatan sebesar 55,25%. Remitan berpengaruh positif terhadap pembangunan di daerah asal.
Saran
1. Penggunaan remitan oleh rumah tangga responden pada umumnya masih bersifat konsumtif, oleh karena itu dipandang perlu pengarahan oleh aparat desa mengenai pemanfaatan remitan untuk hal-hal yang bersifat produktif.
2. Tenaga Kerja Wanita Indonesia diharapkan dapat mempertahankan etos kerja dan persepsi lingkungan yang sudah mereka peroleh dari Timur Tengah sehingga dapat diterapkan di daerah asal setelah mereka kembali.
3. Pemerintah harus dapat meningkatkan penyebarluasan informasi yang dapat dipahami kepada masyarakat tentang kesempatan kerja di luar negeri, tentang peraturan-peraturan pemerintah yang bertujuan untuk melindungi para pekerja. Hal ini perlu lebih dikoordinasikan oleh aparat yang berwenang dengan menggunakan berbagai media komunikasi massa yang tersedia. Informasi sedapat mungkin realististis.
4. Diharapkan pemecahan masalah ketenaga kerjaan yang ada sekarang ini bersifat sementara dan akan hilang jika kondisi memungkinkan wanita kembali ke rumah tangganya dan tidak menjadi TKWI lagi. Pemerintah harus mengkaji lebih mendalam
lagi manfaat pengiriman TKWI secara makro dan untuk penurunan kemiskinan dalam jangka panjang.
Implikasi
Penelitian ini mengidentifikasi dampak peningkatan rumah tangga di negara asal yang berasal dari pendapatan di negara tujuan (TKW) karena tenaga kerja wanita tersebut penghasil devisa negara.
Keterbatasan
1. Jumlah responden masing-masing kelompok responden rumah tangga migran kembali, dan calon migran relatif sedikit, yaitu 10 responden
2. Pengaruh remitan terhadap pendapatan rumah tangga belum dilakukan uji secara statistik.
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, H.M.I. 1989. Gerak Penduduk dan Perubahan Sosial, Kasus Tiga Komunitas Padi Sawah di Sulawesi Selatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Dinas Ketenagakerjaan. 2010. Data Base Ketenagakerjaan 2010. Mataram: Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Haris Abdul. 2004. Migrasi Internasional dan Pembangunan Daerah: Realitas dan Dualisme Kebijakan. Jurnal LIPI. 8(1): 37-63.
Haryati, Remitansi Tenaga Kerja Indonesia: Dampaknya Terhadap Inflasi, dan Kontribusinya Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Masyrakat. Ekuitas,13(3): 399-419.
Hatmadji, Profil Tenaga Kerja Migran Indonesia Beberapa Karakteristik dan Permasalahannya, Warta Demografi, 3(1): 6-16.
Herwanti T. 1996. Analisis Mobilitas Pekerja ke Luar Negeri dan Remitan serta Pengaruhnya terhadap Kontribusi Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis, Universitas Hasanuddin Ujung Pandang.
Hugo. G.J., The Impact of the Crisis on International Population Movement in Indonesia, in BIES, 2: 42-64
Lee E S. 1997. Suatu Teori Migrasi. Terjemahan. Yogyakarta: PPK-Universitas Gajah Mada.
Maliki, Z. 2009. Pendidikan Berbasis Keunggulan lokal, LITERASI: Jurnal Reformasi Pendidikan. 1(2): 2085-4641.
Mantra I B. 1995. Pengantar Studi Demografi. Yogyakarta: Nurcahaya.
Nur Hadi, Wiyono,. International & Fenomena Tenaga Kerja Asing, Warta Demigrafi UI. 26(1): 96-116
Raharto Aswatini. 2003. Indonesia Female Labor Migrant: Experiences Working Overseas (A Case Study Among Retrurned Migrants in West Java). Journal of Population. 8(1): 40-63
Samuelson, P. 1982. Economic an Introductory Analysis. Introdusir dalam Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Lektur Mahasiswa.
Tjiptoherijanto P. 1998. International Migration: Process, Sistem and Policy Issues. Presented in A Workshop on International Migration at The Population Studies Centre Gadjah Mada University. Yogyakarta.
Todaro M P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.