• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN LEGISLATIF 2014 DI DESA BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN LEGISLATIF 2014 DI DESA BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILIHAN LEGISLATIF 2014 DI DESA

BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Perilaku Pemilih dalam Pemilihan Legislatif 2014 di Desa Buhu kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.

Hasil penelitian ini adalah: (1) Dalam bentuk partisipasi pemilih baik antara pemilih di Dusun Tahele (Pedalaman Desa Buhu) dan Pemilih di Dusun Sentral dan Dusun Alo (Jln Traans Sulawesi Desa Buhu) keseluruhan dari mereka berpartisipasi memberikan hak suaranya dalam memilih pada pemilihan umum legislatif 2014, ada juga yang berpartisipasi sebagai penyelenggara pemilu (KPPS), sedangkan untuk berpartisipasi dalam menghadiri kegiatan kampanye politik para caleg ternyata hanya sebagian yang ikut berpartisipasi dan lainnya tidak ikut berpartisipasi, karena alasan sebagai PNS/Guru, sebagai anggota KPPS, tidak adanya pelaksanaan kampanye oleh caleg dukungan mereka di Dusun/Desa mereka, bahkan sampai tidak adanya kesempatan, tapi mereka aktif mencarai dan memperoleh informasi pemilu karena dianggap penting, baik melalui sosialisasi dari penyelenggara pemilu dan melalui media. Untuk “pemilih pemula”, baik antar ketiga Dusun tersebut mereka rata-rata berpartisipasi memberikan hak suaranya dalam memilih calon legislatif 2014, dan mereka aktif mencari dan memperoleh informasi mengenai pemilu legislatif 2014 baik melalui sosialisasi penyelenggara pemilu maupun melalui media karena informasi mengenai pemilu mereka anggap sangat penting untuk diketahui. (2) Perilaku pemilih di Desa Buhu, baik di Dusun Tahele, Dusun Sentral, dan Dusun Alo termasuk dalam model pendekatan sosiologis dan pendekatan rasional, karena para pemilih cenderung kritis dalam memilih calon-calon yang ada baik calon DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten. Khusus memilih calon DPR RI, DPD, dan DPRD Provinsi, model perilaku pemilih termasuk model pendekatan rasional karena memilih berdasarkan pertimbangan mereka terhadap calon yang ada, baik mempertimbangkan kepopuleran seorang calon, pengalaman, dan kepedulian sosial terhadap masyarakaat. Untuk calon DPRD Kabupaten, perilaku pemilih Desa Buhu termasuk dalam pendekatan sosiologis, karena memilih calon dengan pertimbangkan calon yang berada di dusun mereka sendiri atau calon yang berada di Desa Buhu.

Kata Kunci: Perilaku Pemilih, Pemilihan Legislatif.

RICKI RIANTO KADIR.1 NIM 281 410 009. “Perilaku Pemilih dalam Pemilihan

Legislatif 2014 di Desa Buhu Kecamatan Tibawa kabupaten Gorontalo”. Jurusan Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah

bimbingan Bapak Dr. Rauf A. Hatu, M.Si2 dan Bapak Ridwan Ibrahim, S.Pd,

M.Si3

1 Peneliti

2 Pembimbing 1 (Satu) 3 Pembimbing 2 (Dua)

(3)

3

Tahun 2014 merupakan tahun pemilu bagi masyarakat indonesia, dimana masyarakat indonesia akan merayakan pesta demokrasi yaitu pemelihan umum secara langsung, baik pemilihan Presiden/Wakil Presiden dan pemilihan Legislatif. Namun peneliti hanya menfokuskan pada pemilihan Legislatif saja mengingat pemilihan Legislatif sangat meriah dan menarik karena melibatkan beberapa calon dan melibatkan beberapa partai politik besar serta menggunakan dana anggaran besar untuk mencari dukungan dari para pemih. Hal ini telah diatur dalam undang-undang pemilu yaitu UU No 8 Tahun 2012, Pemilu Legislatif 2014 adalah pemilihan untuk calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Kabupaten/Kota.4

Dalam pemilihan legislatif 2014 ini, realitas masyarakat Desa Buhu cenderung ingin mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi, yang pastinya ingin berpartisipasi dalam pemilihan legislatif tersebut. Melihat masyarakat dari berbagai Dusun yang ada di Desa Buhu, baik masyarakat yang ada di Dusun Dengilo, Tahele, Sentral, Alo, Kopi, Durian, Ilanthala, dan Dusun Helumo, kesemuanya akan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi dalam pemilihan legislatif ini. Menariknya adalah dengan banyaknya dusun tersebut tentunya menggambarkan bagaimana perbedaan perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif ini. Sehingganya dengan berbagai macam perbedaan, baik dilihat dari lokasi tempat tinggal pemilih dan sosial ekonomi; pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan akan menggambarkan perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif tersebut.

Pada pemilu legislatif 2014 ini, dimana terdapat tiga calon legislatif DPRD Kabupaten Gorontalo dari Desa Buhu, baik dari Dusun Sentral, Dusun Alo, dan Dusun Tahele yang diusung oleh partai politik yang berbeda, dengan Daerah pemilihan yang sama, yaitu dapil IV (Tibawa-Pulubala). Hal ini menggambarkan begitu menariknya pemilihan Legislatif 2014 di Desa Buhu, baik dari masing-masing calon yang ada dan maing-masing pendukung dari ketiga calon tersebut, yang

4.Brawono, Muhammad, Persepsi dan Perilaku Pemilih Terhadap Partisipasi Politik Dalam

(4)

4

nantinya akan berpartisipasi dalam memilih. Sehingganya dengan perbedaan tersebut menjadi sesuatu hal yang menarik dalam pemlihian legislatif 2014 di Desa Buhu. Disamping ketiga calon tersebut, terdapat juga banyak calon yang mulai memperkenalkan diri baik melalui sosialisasi maupun melalui tim sukses masing-masing baik dari calon legislatif DPR RI, DPRD Propinsi, Maupun DPRD Kabupaten, serta calon DPD. Sehingganya hal ini sangat meramaikan pemilihan legislatif kali ini khsusunya di Desa Buhu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.

Dengan banyaknya calon legislatif tersebut, yang mulai dikenal oleh masyarakat Desa Buhu, tentunya memperoleh respon dari masyarakat Desa Buhu tersebut, entah itu respon positif maupun respon negatif. Karena persoalan tersebut akan berpengaruh pada perilaku pemilih masyarakat Desa Buhu. Karena pemilih merupakan subjek partisipasi sehingganya memiliki kewenangan dalam memilih dalam menentukan pilihannya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif 2014 di Desa Buhu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo?

Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif 2014 di Desa Buhu Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.

Manfaat dalam penelitian ini adalah: Secara teoritis; Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu kajian Sosiologis terutama berkaitan dengan perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif. Secara praktis; Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi semua pihak dan khususnya politisi dalam pemilu mendatang terkait dengan perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif. Bagi peneliti; Kegiatan Penelitian ini dapat menjadi wahana untuk menambah pengetahuan dibidang penelitian yang juga merupakan bentuk implementasi tanggung jawab akademik terhadap dharma penelitian perguruan tinggi.

(5)

5 KAJIAN PUSTAKA

Pemilih

pemilih adalah sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para kontestan untuk mereka pengaruhi dan keyakinan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konstituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstituen adalah kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideology tertentu yang kemudian termanisfestasi dalam institusi politik seperti partai politik.5

Pemilih di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori. Yang pertama pemilih

rasional, yakni pemilih yang benar-benar memilih partai berdasarkan penilaian

dan analisis mendalam. Kedua, pemilih kritis emosional, yakni pemilih yang masih idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yakni pemilih yang baru pertama kali memilih karena usia mereka baru memasuki usia pemilih. pemilih

pemula adalah warga negara yang didaftar oleh penyelenggara pemilu dalam

daftar pemilih, dan baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama kali sejak pemilu yang diselenggarakan di Indonesia dengan rentang usia 17-21 tahun.6

Teori Perilaku Pemilih (Voting Behavior)

Perilaku pemilih (voting behavior) dapat dianalisis dengan tiga pendekatan, antara lain adalah :

(a) Pendekatan Sosiologis. Keterkaitan antara model sosiologis dengan

perilaku pemilih terhadap keanggotaan kelompok mengatakan bahwa pemilih cenderung mengadopsi pola-pola pemungutan suara dicerminkan oleh faktor ekonomi dan kedudukan sosialnya dimana ia berada, terutama dalam kelompoknya. Pengaruh sosiologis terhadap perilaku pemilih yakni identifikasi kelas sosial yakni kesamaan yang dalam pandangan pemilih ada diantara kedudukan sosial dirinya dengan

5.Prihatmoko, Joko, J, Pilkada secara langsung, Yogyakarta: Pustaka belajar, 2005, hlm. 46.

6.Fenyapwain, Marlein, Marissa, Pengaruh Iklan Politik Dalam Pemilukada Minahasa

Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Desa Tounelet Kecamatan Kakas, Acta Diurna: Volume I. No. 1 Tahun 2013, hlm. 6.

(6)

6 kedudukan sosial partai politik. Namun juga aspek agama, kelas sosial, etnisitas, gender, dan juga aspek daerah tempat tinggal (kota atau Desa).7

Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik social dan pengelompokan-pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama dan semacamnya, dianggapmempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku pemilih. Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi keagamaan, orga-nisasi-organisasi-organisasi profesi, kelompok-kelompok okupasi dan sebagainya, maupun pengelompokan - pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik, karena kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang.8

Atau dengan perspektif lain, pendekatan sosiologis lebih cenderung pada analisis sistem sosial atau stratifikasi sosial seperti misalnya kelompok muda mudi, tua muda, dipercayai berpengaruh terhadap perilaku pemilih. Disamping dengan memperhatikan kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi seperti; organisasi kaum buruh, perkumpulan umat gereja, klub-klub dan sebagainya, adalah juga sangat penting dicatat disini, disebabkan semua kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi yang telah disebutkan terdahulu adalah organisasi-organisasi atau perkumpulan yang mempunyai tujuan kepemimpinan, system komunikasi internal. Sifat ini akan memberikan pengaruh terhadap persepsi individu atau kelompok dengan lingkungannya. Pendekatan sosiologis yang lebih cenderung untuk menempatkan posisi kegiatan memilih dalam konteks sosial. Preferensi politik sesorang pemilih

7.Sitepu, P. Anthonius, Studi Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, hlm. 183.

8.Sudaryanti, Analisis Tentang Perilaku Pemilih Pada pilkada Tahun 2005 di Surakarta, Studi

Deskriptif Tentang Perilaku PNS Pemerintah Kota Surakarta Dalam Pilkada Tahun 2005 di Surakarta, Spirit Publik: Volume 4, Nomor 2: ISSN. 1907 – 0489, 2008, hlm. 206.

(7)

7

dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang demokgrafis, sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal, jenis pekerjaan, pendidikan, kelas sosial, pendapatan, dan agama.9

(b) Pendekatan Psikologis. Pemilih yang secara psikologis terikat dengan

partai politik, atau berupa kesamaan psikologis yang terlihat antara diri dan keadaan seseorang dengan partai yang hendak dipilihnya. Lalu kemudian ada lagi yang namanya identifikasi kelas sosial yaitu kesamaan yang dalam pandangan pemilih, ada diantara kedudukan sosial dirinya dan kedudukan sosial partai politik. Para pemilih dilihat sebagai orang yang menidentifikasikan dirinya dengan satu partai politik tertentu. Jadi, intinya adalah bahwa identifikasi seseorang pemilih dengan partai-partai politik tidak didasarkan kepada kesamaan kelas sosial akan tetapi didasarkan pada kesamaan orientasi budaya.10

(c) Pendekatan Rasional. Alasan pilihan rasional berupa perhitungan tentang

untung dan rugi secara pribadi jikalau seseorang memilih sebuah partai politik (suatu hal yang dapat menjelaskan mudahnya perpindahan seseorang dari partai satu kepartai yang lainnya). Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi. Oleh sebab itu yang menjadi pertimbangan adalah tidak hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat memengaruhi hasil yang diharapkan. Bagi pemilih, pertimbangan untung rugi dipergunakan untuk membangun kepurusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memilih.11

Teori Partisipasi Politik Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang, kelompok, atau masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yakni dengan cara memilih pimpinan Negara dan, secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kebijakan

9.Sitepu, P. Anthonius, Teori-teori Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, Hlm. 91.

10.Sitepu, P. Anthonius, Studi Ilmu Politik, Op.Cit, hlm. 183.

(8)

8

pemerintah.12 Kegiatan ini mencangkup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum atau kepala daerah, menghadiri kegiatan kampanye, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen, dan sebagaainya. Oleh sebab itu, partisipasi politik merupakan kehendak sukarela masyarakat baik individu maupun kelompok dalam mewujudkan kepentingan umum.13 Partisipasi politik itu

berbeda-beda pada satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, juga bisa bervariasi didalam masyarakat-masyarakat khusus.14

Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

(a) Konvensional: Adapun bentuk partisipasi politik yang bersifat konvensional antara lain adalah: pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan, dan komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif. (b) Non-Konvensional:

Adapun bentuk partisipasi politik yang bersifat non-konvensional antara lain adalah: pengajuan petisi, berdemonstrasi, konfrontasi, mogok, tindakan kekerasan politik terhadap harta benda (pengeruskan, pembomam, pembakaran), tindakan kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan), dan perang gerilya dan revolusi.15

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dan bersifat studi kasus yang dikaji secara kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggambarkan mengenai perilaku pemilih dalam pemilihan legislatif 2014 di Desa Buhu Kecamatan Tibawa kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Buhu, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo. Sumber data dalam penelitian ini meliputi: (1) Data Sekunder; berupa data hasil pemilu legislatif yang diperoleh dari internet/KPU Provinsi Gorontalo/Kabupaten Gorontalo/PPS Desa Buhu, serta buku

12.Gatara, Said & Said, Dzulkiah, Sosiologi Plitik, Konsep dan Dinamika Perkembangan

Kajian, Bandung: Pustaka Setia, 2007, hlm. 38. 13. Op.Cit, hlm. 129.

14.Rush, Michael & Althoff, Phillip, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2007, hlm. 23.

(9)

9

dan jurnal sebagai bahan banding dan referensi dalam penelitian ini. (2) Data Primer; data yang diperoleh langsung melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan pada informan yang terdaftar dalam DPT dan ikut terlibat dalam pemilihan legislatif 2014 di Desa Buhu.

PEMBAHASAN

Partisipasi Politik Pemilih Antar Dusun

(1) Partisipasi Politik Pemilih Dusun Tahele (a) Pemberian Suara

Pemberian suara dalam pemilihan umum merupakan salah satu bentuk partisipasi dalam partisipasi politik. Hal demikian merupakan bentuk sukarela masyarakat dan merupakan peran tersendiri berdasarkan keinginan baik secara individu maupun kelompok.

Di Dusun Tahele, Partisipasi politik dalam pemilihan umum cukup tinggi terutama dalam menggunakan hak suaranya dalam memilih, antusias masyarakat ikut serta dalam memilih calon legislatif dikatakan relatif tinggi, hal ini dibuktikan dengan jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPT TPS I yang terletak di Dusun Tahele sebanyak 397 dan yang memerikan hak suaranya berjumlah 334 pemilih.

(b) Partisipasi Lainnya

Partisipasi pemilih di Dusun Tahele, disamping mereka menggunakan hak pilihnya dalam memilih, mereka juga ternyata ikut andil dalam mencari informasi mengenai pemilihan legislatif ini, karena informasi mengenai pemilihan tersebut mereka anggap penting untuk diketahui, baik melalui media cetak, elektronik, maupun sosialisasi dari Panitia Penyelenggara Pemilu di tingkat Desa (PPS) Desa Buhu. Disamping itu pemilih di Desa Buhu masih banyak yang tidak berpartisipasi dalam kampanye politik para caleg yang ada dengan berbagai macam hal yang ada mulai dari anggota KPPS, tenaga pendidik, sampai dengan hal lainnya.

Pemilih Pemula

Pemilih pemula adalah warga Negara yang terdaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih, dan baru mengikuti pemilu (memberikan suara) pertama

(10)

10

kali. Di Dusun tahele pemilu pemula juga aktif berpartisipasi dalam pemilu legislatif 2014 ini khususnya dalam hal memberikan suaranya dalam memilih, namun mereka tidak aktif berpartisipasi dalam kegiatan kampanye politik tetapi aktif dalam hal mencari informasi-informasi mengenai pemilu legislatif 2014 ini.

(2) Partisipasi Politik Pemilih Dusun Sentral (a) Pemberian Suara

Di Dusun Sentral, Partisipasi politik dalam pemilihan umum cukup tinggi terutama dalam menggunakan hak suaranya dalam memilih, antusias masyarakat ikut serta dalam memilih calon legislatif dikatakan relatif tinggi, hal ini dibuktikan dengan jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPT TPS II yang terletak di Dusun Sentral sebanyak 430 dan yang memberikan hak suaranya berjumlah 329 pemilih.

(b) Partisipasi Lainnya

Dusun Sentral merupakan Dusun yang terletak di Jalan Trans Sulawesi Desa Buhu. Partisipasi pemilih di Dusun sentral, disamping mereka menggunakan hak pilihnya dalam memilih, mereka juga ternyata ikut andil dalam mencari informasi mengenai pemilihan legislatif ini, karena informasi mengenai pemilihan tersebut mereka anggap penting untuk diketahui; disamping untuk memperoleh informasi yang jelas, informasi pemilu juga dianggap dapat memenuhi standar kepuasan dari pemilih yang ada di Dusun Sentral, dan juga untuk memperoleh kejelasan dan transparansi dari pemilu legislatif 2014, baik melalui media cetak dan elektronik. Disamping itu pemilih di Dusun Sentral Desa Buhu ada yang berpartisipasi menghadiri kegiatan kampanye dan ada juga tidak ikut menghadiri kegiatan kampanye, karena kurangnya kesempatan dan sudah dapat memahami dan sudah ada pilihan caleg yang akan dipilihnya walaupun tidak menghadiri kegiatan kampanye.

Pemilih Pemula

Di Dusun Sentral juga pemilih pemula aktif dalam hal berpartisipasi dalam pemilihan legislatif 2014, namun hanya dalam memberikan suaranya dalam memilih calon legislatif, sedangkan berpartisipasi dalam bentuk lainnya seperti berpartisipasi

(11)

11

dalam kegiatan kampanye politik tidak ada namun mereka aktif dalam mencari dan memperoleh informasi mengenai pemilu legislatif 2014 ini.

(3) Partisipasi Politik Pemilih Dusun Alo (a) Pemberian Suara

Di Dusun Alo, Partisipasi politik dalam pemilihan umum cukup tinggi terutama dalam menggunakan hak suaranya dalam memilih, antusias masyarakat ikut serta dalam memilih calon legislatif dikatakan relatif tinggi, hal ini dibuktikan dengan jumlah pemilih yang terdaftar dalam DPT TPS III yang terletak di Dusun Alo sebanyak 456 dan yang memberikan hak suaranya berjumlah 323 pemilih.

(b) Partisipasi Lainnya

Disamping berpartisipasi dalam menggunakan hak pilih, para pemilih di Dusun Alo juga aktif mencari informasi mengenai pemilu legislatif karna informasi mengenai pemilu legislatif sangat penting untuk mereka ketahui, ada juga yang berpartisipasi sebagai panitia penyelenggara pemilu ditingkat Desa, tapi yang sangat menarik adalah kurangnya partisipasi pemilih terhadap kampanye politik, karena menurut mereka kampanye politik hanya sebagai janji-janji politik para caleg, ada juga karena sebagai PNS, sebagai penyelenggara pemilu, bahkan tidak adanya kesempatan mereka untuk ikut.

Pemilih Pemula

Di Dusun Alo juga pemilih pemula aktif dalam hal berpartisipasi dalam pemilihan legislatif 2014, namun hanya dalam memberikan suaranya dalam memilih calon legislatif, sedangkan berpartisipasi dalam bentuk lainnya seperti berpartisipasi dalam kegiatan kampanye politik tidak ada namun mereka aktif dalam mencari dan memperoleh informasi mengenai pemilu legislatif 2014 ini, baik melalui media maupun sosialisasi dari masyarakat maupun panitia pemungutan suara di Desa Buhu.

Perilaku Pemilih

Pemilih merupakan aktor yang menyusun rencana keputusan politiknya dalam memilih dan memberikan hak suaranya kepada kontestan atau calon yang dipilihnya. Keikutsertaan masyarakat Desa Buhu dalam pemilihan legislatif merupakan

(12)

12

serangkaian kegiatan membuat keputusan dalam memilih calon legislatif, baik DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten.

Sebelum memutuskan untuk memilih, para pemilih Desa Buhu mempertimbangkan calon-calon yang akan mereka pilih baik DPR RI, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten, dengan pertimbangan apakah memilih partai atau kandidat/figur? Sehingganya dengan adanya pertimbangan demikian tersebut, maka mereka akan memperoleh keputusan untuk memilih calon atau figur yang sesuai dengan pilihan mereka.

(1) Pertimbangan Pemilih

Secara teoritis preferensi politik seseorang pemilih dalam pemilihan umum dipengaruhi oleh latar belakang demografis atau tempat tinggal seseorang pemilih. Di Desa Buhu, terdapat Dusun yang berada di pedalaman Desa Buhu dan Dusun Yang berada di jalan trans Sulawesi. Untuk Dusun yang berada di pedalaman Desa Buhu adalah Dusun Tahele dan untuk dusun yang berada di jalan trans Sulawesi adalah Dusun Sentral dan Dusun Alo, mengingat ketiga Dusun tersebut secara demografis berbeda dan ketiga dusun tersebut memiliki calon yang mencalonkan diri di DPRD Kabupaten Gorontalo.

(a) Dusun Tahele

perilaku pemilih di Dusun Tahele termasuk dalam pendekatan sosiologis dan pendekatan rasional. Hal tersebut sangat jelas karena para pemilih mempertimbangkan kandidat/figur atau partai yang akan mereka pilih. Khusus untuk calon legislatif Kabupaten Gorontalo, perilaku pemilih Dusun Tahele termasuk dalam pendekatan sosiologis, karena mereka memilih berdasarkan latarbelakang tempat tinggal mereka, para pemilih memilih caleg yang sedusun dengan mereka. Sedangkan untuk caleg DPR RI, DPD, dan DPRD termasuk dalam pendekatan rasional karena memilih berdasarkan mempertimbangkan untung dan rugi, memilih sesuai figur yang dikenal, aktif mensosialisaikan diri mereka, dan melihat visi/misi para caleg.

Sebelum menetukan pilihannya kepada para calon legislatif yang ada; baik calon legislatif DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten para pemilih lebih

(13)

13

dulu mempertimbangkan sebelum menentukan pilihan. Untuk calon DPR, DPD, dan DPRD Provinsi, pemilih Dusun Tahele cenderung menilai masing-masing calon yang berdatangan langsung mensosialisasikan diri ke mereka, dengan mempertimbangkan kedekatan calon/figur yang ada seteleh terpilih, sebab mereka cenderung lebih memilih pada calon yang mereka kenal dan dekat dengan mereka karena persoalan memudahkan mereka datang menyampaikan keluhan-keluhan atau masalah-masalah yang mereka alami. Untuk Calon Legislatif DPRD Kabupaten mereka lebih memilih calon yang selingkungan atau sedusun dengan mereka, karena petimbangan kekerabatan, kedekatan, dan sudah terbiasa berinteraksi bersama dalam sehari-hari. o Pemilih Pemula

Di Dusun Tahele pemilih pemula memilih caleg dengan mempertimbangkan caleg yang mereka kenal sebelumnya dan khususnya untuk DPRD Kabupaten mereka memilih dengan pertimbangan memilih caleg yang sedusun dengan mereka karena lebih mereka kenal.

(b) Dusun Sentral

perilaku pemilih di Dusun Sentral termasuk dalam pendekatan sosiologis dan pendekatan rasional. Hal tersebut sangat jelas karena para pemilih mempertimbangkan kandidat/figur atau partai yang akan mereka pilih. Khusus untuk calon legislatif Kabupaten Gorontalo, perilaku pemilih Dusun Tahele termasuk dalam pendekatan sosiologis, karena mereka memilih berdasarkan latarbelakang tempat tinggal mereka, para pemilih memilih caleg yang sedusun dan sedesa dengan mereka. Sedangkan untuk caleg DPR RI, DPD, dan DPRD termasuk dalam pendekatan rasional karena memilih berdasarkan mempertimbangkan untung dan rugi, memilih sesuai figur yang dikenal, aktif mensosialisaikan diri mereka, dan melihat visi/misi para caleg.

Sama halnya dengan pemilih yang ada di Dusun Tahele, pemilih di Dusun Sentral cenderung menentukan pilihannya pada caleg yang ada dengan melihat figur dari masing-masing calon, dengan mempertimbangkan caleg yang memang sudah

(14)

14

mereka kenal dengan perilaku, sikap, tindakan dan tingkah laku yang baik dari seorang caleg itu sendiri.

o Pemilih Pemula

Di Dusun sentral pemilih pemula memilih caleg dengan mempertimbangkan caleg yang mereka kenal sebelumnya, yang pernah datang ke Dusun mereka untuk mensosialisasikan diri dan khususnya untuk DPRD Kabupaten mereka memilih dengan pertimbangan memilih caleg yang sedusun dengan mereka karena lebih mereka kenal.

(c) Dusun Alo

perilaku pemilih di Dusun Alo termasuk dalam pendekatan sosiologis dan pendekatan rasional. Hal tersebut sangat jelas karena para pemilih mempertimbangkan kandidat/figur atau partai yang akan mereka pilih. Khusus untuk calon legislatif Kabupaten Gorontalo, perilaku pemilih Dusun Sentral termasuk dalam pendekatan sosiologis, karena mereka memilih berdasarkan latarbelakang tempat tinggal mereka, para pemilih memilih caleg yang sedesa dengan mereka, mereka memilih caleg yang lebih mereka kenal terutama dalam hal tempat tinggal. Sedangkan untuk caleg DPR RI, DPD, dan DPRD termasuk dalam pendekatan rasional karena memilih berdasarkan mempertimbangkan untung dan rugi, memilih sesuai figur yang dikenal, aktif mensosialisaikan diri mereka, dan melihat visi/misi para caleg.

Dalam hal memilih dalam pemilihan legislatif 2014 ini, para pemilih di Dusun Alo lebih cenderung memilih dengan dasar atas kemauan sendiri tanpa petunjuk dan paksaan dari orang lain, bahkan dalam satu keluarga alasan dan pilihan mereka pun berbeda-beda sesuai dasar kemauan sendiri.

o Pemilih Pemula

Di Dusun sentral pemilih pemula memilih caleg dengan mempertimbangkan caleg yang mereka kenal sebelumnya, yang pernah datang ke Dusun mereka untuk mensosialisasikan diri dan khususnya untuk DPRD Kabupaten mereka memilih

(15)

15

dengan pertimbangan memilih caleg yang sedusun dengan mereka karena lebih mereka kenal.

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

(1) Dalam bentuk partisipasi pemilih baik antara pemilih di Dusun Tahele (Pedalaman Desa Buhu) dan Pemilih di Dusun Sentral dan Dusun Alo (Jln Traans Sulawesi Desa Buhu) keseluruhan dari mereka berpartisipasi memberikan hak suaranya dalam memilih pada pemilihan umum legislatif 2014, ada juga yang berpartisipasi sebagai penyelenggara pemilu (KPPS), sedangkan untuk berpartisipasi dalam menghadiri kegiatan kampanye politik para caleg ternyata hanya sebagian yang ikut berpartisipasi dan lainnya tidak ikut berpartisipasi, karena alasan sebagai PNS/Guru, sebagai anggota KPPS, tidak adanya pelaksanaan kampanye oleh caleg dukungan mereka di Dusun/Desa mereka, bahkan sampai tidak adanya kesempatan, tapi mereka aktif mencarai dan memperoleh informasi pemilu karena dianggap penting, baik melalui sosialisasi dari penyelenggara pemilu dan melalui media.

Sedangkan untuk “pemilih pemula”, baik antar ketiga Dusun tersebut mereka

rata-rata berpartisipasi memberikan hak suaranya dalam memilih calon legislatif 2014, dan mereka aktif mencari dan memperoleh informasi mengenai pemilu legislatif 2014 baik melalui sosialisasi penyelenggara pemilu maupun melalui media karena informasi mengenai pemilu mereka anggap sangat penting untuk diketahui. (2) Perilaku pemilih di Desa Buhu, baik di Dusun Tahele, Dusun Sentral, dan Dusun Alo termasuk dalam model pendekatan sosiologis dan pendekatan rasional, karena para pemilih cenderung kritis dalam memilih calon-calon yang ada baik calon DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten. Khusus memilih calon DPR RI, DPD, dan DPRD Provinsi, model perilaku pemilih termasuk model pendekatan rasional karena memilih berdasarkan pertimbangan mereka terhadap calon yang ada, baik mempertimbangkan kepopuleran seorang calon, pengalaman, dan kepedulian sosial terhadap masyarakaat. Sedangkan untuk calon DPRD Kabupaten, perilaku pemilih Desa Buhu termasuk dalam pendekatan sosiologis, karena memilih calon dengan

(16)

16

pertimbangkan calon yang berada di dusun mereka sendiri atau calon yang berada di Desa Buhu.

SARAN

Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah:

(1) Kepada politisi/calon legislatif pada proses pemilu masa mendatang hendaknya lebih aktif lagi dalam memberikan sosialisasi baik secara langsung maupun melalui media dan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat dapat mengenal sosok caleg yang akan mereka pilih, karena kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti kampanye politik.

(2) Seharusnya para politisi/calon legislatif pada proses pemilu mendatang hendaknya lebih kreatif lagi dalam menentukan visi/misi serta program-program yang tepat sasaran terutama dalam hal membawa apsirasi bagi masyarakat Desa Buhu, sehingganya para pemilih di Desa Buhu cenderung tertarik memilih calon legislatif yang bersangkutan khususnya caleg DPRD Kabupaten, karena mengingat di Desa Buhu pula terdapat caleg DPR Kabupaten di tiga dusun tersebut, dan sudah tiga periode terkhir ini terdapat anggota DPRD Kabupaten Gorontalo, jadi mereka cenderung memilih yang sedesa dengan mereka, sehingganya caleg yang berasal dari luar Desa Buhu lebih kreatif lagi dalam menentukan visi/misi serta program-program yang tepat sasaran terutama dalam hal membawa apsirasi masyarakat Desa Buhu dan lebih aktif mensosialisasikan diri serta melakukan pendekatan kepada masyarakat.

(17)

17 DAFTAR PUSTAKA

Brawono, Muhammad, 2008. Persepsi dan Perilaku Pemilih Terhadap Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 di Kabupaten Gganjuk, M'POWER: No. 8 Vol. 8.

Prihatmoko, Joko, J, 2005. Pilkada secara langsung, Yogyakarta: Pustaka belajar. Roni, Herkulanus, 2013. Pola perilaku pemilih pemula pada pemilihan Gubernur

Kalimantan Barat Tahun 2012, Studi di Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang, Program Studi ilmu politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura, Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik: Volume 2 Nomor 2.

Fenyapwain, Marlein, Marissa, 2013. Pengaruh Iklan Politik Dalam Pemilukada Minahasa Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Desa Tounelet Kecamatan Kakas, Acta Diurna: Volume I. No. 1 Tahun 2013.

Sitepu, P. Anthonius, 2012. Teori-Teori Politik Yogyakarta: Graha Ilmu. Sitepu, P. Anthonius, 2012. Studi Ilmu Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gatara, Said & Said, Dzulkiah, 2007. Sosiologi Plitik, Konsep dan Dinamika Perkembangan Kajian, Bandung: Pustaka Setia.

Sudaryanti, 2008. Analisis Tentang Perilaku Pemilih Pada pilkada Tahun 2005 di Surakarta, Studi Deskriptif Tentang Perilaku PNS Pemerintah Kota Surakarta Dalam Pilkada Tahun 2005 di Surakarta, Spirit Publik: Volume 4, Nomor 2: ISSN. 1907 – 0489.

Rush, Michael & Althoff, Phillip, 2007. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi dan mengatasi berbagai kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada proses belajar

Hasil penelitian (Kurniani, 2007) menunjukkan bahwa kawasan ekosistem mangrove Teluk Awur mempunyai potensi sebagai daerah ekowisata mangrove berbasis pendidikan dan

(2) Dalam hal Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3) tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan dalam pengenaan PBB

Sedangkan pengajian umumnya yang diberi nama MAJLAZ (Majelis Ta’lim dan Dzikir Al Azhaar) dilaksanakan pada hari Ahad sebulan sekali dengan mendatangkan mu’allim

Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu desain aplikasi sistem pakar yang digunakan untuk mempermudah dalam penanganan, saat orang tua belum bisa membawa balita

Butir soal tersebut mungkin mengukur aspek lain di luar bahan yang diajarkan (soal tidak sesuai dengan tujuan pengajaran), maka sebaiknya direvisis atau

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang Dan

Bank BNI menerbitkan saham dengan harga perdana Rp 850,- Hari pertama diperdagangkan di bursa efek Jakarta ditutup dengan harga Rp 1.250,- Berapa nilai indeks individual saham