• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori 2.1.1. Komunikasi Massa

2.1.1.1.Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi dimana komunikasi tersebut dilakukan melalui media massa baik cetak maupun elektronik dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas ( Bungin, 2008: 71). Berdasarkan defenisi ini terdapat enam unsur penting dari komunikasi massa yaitu komunikator, media massa, informasi massa, gatekeeper, khalayak (publik) dan umpan balik. Komunikator dalam komunikasi massa merupakan pihak yang menggunakan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga informasi yang disebarkan dapat cepat ditangkap oleh publik. Informasi tersebut berupa pesan yang diterima oleh komunikan secara massa. Informasi yang sampai pada khalayak merupakan informasi yang telah diseleksi terlebih dahulu oleh gatekeeper dalam suatu organisai media massa. Khalayak dalam komunikasi massa adalah publik atau pemirsa yang bersifat heterogen dimana mereka telah menerima informasi yang disebarkan oleh media massa (Bungin, 2008: 72). Sementara umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda, namun seiring dengan perkembangan jaman yang disertai dengan perkembangan teknologi komunikasi seperti telepon dan internet maka umpan balik yang tertunda ini sudah mulai ditinggalkan.

Terdapat beberapa defenisi komunikasi massa menurut para ahli yang dirangkum menjadi satu kesatuan oleh Rakhmat, komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak serta elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2004: 7).

(2)

Berdasarkan defenisi komunikasi massa tersebut terdapat karakteristik komunikasi massa yang membedakannya dengan jenis komunikasi lainnya. Perbedaan yang dimaksud meliputi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya dan proses berlangsungnya komunikasi tersebut (Ardianto, 2004: 7). Adapun yang menjadi karakteristik komunikasi massa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Komunikator terlembagakan (Ardianto, 2004: 8).

Komunikator dalam komunikasi massa adalah media massa itu sendiri. Artinya adalah semua pihak yang bekerja dalam sebuah media massa mulai dari wartawan, reporter hingga pada pimpinan redaksi yang bekerja dalam suatu sistem yang telah terlembagakan sebagai suatu kesatuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa merupakan kumpulan individu-individu yang memiliki perannya masing-masing dalam sebuah sistem media massa.

2. Informasi atau pesan yang disampaikan bersifat umum (Nurudin, 2004: 21).

Informasi atau pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa ditujukan kepada semua orang tidak hanya untuk sekelompok orang tertentu saja. Dengan kata lain, pesan yang disampaikan tidak boleh bersifat khusus karena pesan tersebut akan disampaikan kepada masyarakat luas.

3. Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen (Ardianto, 2004: 9).

Komunikasi massa bersifat anonim artinya pada komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikan karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Selain bersifat anonim komunikan pada komunikasi massa juga bersifat heterogen artinya adalah komunikan terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda karakteristik seperti pendapatan, usia, jenis kelamin, agama dan latar belakang budaya.

(3)

Keserempakan media massa yang dimaksud adalah keserempaan kontak dengan khalayak dalam jarak yang jauh dengan komunikator dimana khalayak tersebut berada dalam keadaan yang terpisah satu sama lainnya. 5. Komunikasi berlangsung satu arah ( Nurudin, 2004: 23).

Komunikator tidak dapat melihat secara langsung respon dari komunikannya atas informasi yang diberikan karena bersifat tertunda. Dalam komunikasi massa tidak dapat terjadi pengendalian arus informasi. 6. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (Nurudin, 2004: 28).

Gatekeeper adalah orang atau pihak yang sangat berperan dalam penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper yang dimaksud antara lain pimpinan redaksi, wartawan dan editor. Informasi yang berasal dari media massa telah terlebih dahulu diseleksi oleh gatekeeper apakah informasi tersebut layak atau tidak untuk disebarkan.

2.1.1.3.Fungsi Komunikasi Massa

Secara umum fungsi komunikasi massa adalah menginformasikan pesan-pesan lewat media massa yang digunakan. Namun secara spesifik Burhan Bungin dalam bukunya “Sosiologi Komunikasi” (2008 : 79-81) menjelaskan beberapa fungsi dari komunikasi massa, sebagai berikut :

1. Fungsi Pengawasan

Fungsi pengawasan ini dapat berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif sebagai aktivitas preventif. Dalam hal ini adalah upaya memberi reward dan punishment kepada masyarakat. Media massa dapat memberikan reward kepada masyarakat yang bermanfaat dan fungsional bagi anggota masyarakat lainnya, namun akan memberi punishment apabila aktivitasnya tidak bermanfaat bahkan merugikan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

2. Fungsi Social Learning (Pembelajaran Sosial)

Fungsi utama dari komunikasi massa melalui media massa adalah melakukan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. Komunikasi massa

(4)

dimaksudkan agar proses pencerahan itu berlangsung efektif dan efisien dan menyebar secara bersamaan di masyarakat luas.

3. Fungsi Penyampaian Informasi

Komunikasi massa yang mengandalkan media massa memiliki fungsi utama yaitu menjadi proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu cepat sehingga fungsi informatif tercapai dalam waktu cepat dan singkat.

4. Fungsi Hiburan

Komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena

komunikasi massa menggunakan media massa sehingga fungsi hiburan yang ada pada media massa juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Fungsi hiburan tidak lepas dari fungsi-fungsi lainnya dalam komunikasi massa.

2.1.2. Media Massa

2.1.2.1.Pengertian Media Massa

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002: 131). Media massa dibagi menjadi dua yakni media cetak dan media elektronik. Media massa cetak terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid dan lain-lain, sedangkan media massa elektronik terdiri dari televisi dan radio.

Media massa merupakan alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah media massa dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nuruddin, 2004: 104).

(5)

2.1.2.2.Fungsi Media Massa

Menurut Muhtadi dalam bukunya “Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek” (1999: 84-85), fungsi dari media massa adalah sebagai berikut :

a. Menyiarkan informasi

Fungsi ini merupakan fungsi utama media massa, sebab masyarakat membeli media tersebut adalah karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia ini.

b. Mendidik

Dalam fungsi ini media memperlihatkan bahwa pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang disajikan oleh media massa mengandung pengetahuan serta sekaligus dapat dijadikan media pendidikan massa.

c. Menghibur

Dalam memainkan fungsinya untuk menghibur, media massa biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan. d. Mempengaruhi

Melalui fungsi mempengaruhi pers memegang peranan penting dalam tatanan

kehidupan masyarakat. Secara luas fungsi ini juga digunakan oleh media untuk menguasai pendapat dan tanggapan dari masyarakat.

Ditinjau dari sasaran/komunikan media massa maka setiap manusia menerima pesan apakah dari media cetak, elektronik atau online akan mengadakan reaksi yang berbeda-beda karena setiap manusia mempunyai karakter dan kepentingan yang berbeda pula.

2.1.3. Televisi

2.1.3.1.Pengertian Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa berasal dari dua suku kata yaitu tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (Olii, 2007: 69). Sebagai salah satu media komunikasi massa, televisi merupakan media komunikasi yang paling efektif dibandingan dengan media komunikasi lainya

(6)

seperti koran, majalah, radio dll. Hal ini dikarenakan khalayak yang menjadi komunikan televisi dapat menerima informasi visual dan audiovisual secara bersamaan.

2.1.3.2.Sejarah Pertelevisian di Indonesia

Kegiatan penyiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan status sampai sekarang. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi TPI yang merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan RCTI, SCTV, Indosiar dan ANTV. Sejak tahun 2000 muncul hampir serentak lima stasiun televis swasta baru (Metro TV, Trans TV, Trans7, Tv One dan Global TV) dan banyak lagi televisi lokal (Morrisan, 2004: 3).

2.1.3.3.Karakteristik Televisi

Sebagai salah satu bentuk media massa televisi memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan dengan bentuk media massa lainnya. Adapun karakteristik televisi yang dimaksud adalah sebagai berikut (Usman, 2009 : 23) :

1. Media pandang dengar (audio visual)

Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar dimana orang-orang memandang gambar yang ditayangkan dan sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar.

2. Mengutamakan gambar

Kekuatan dari televisi adalah dari gambar yang hidup sehingga lebih menarik dibanding dengan media cetak.

(7)

Deadline atau tenggat televisi bisa disebut setiap detik karena televisi mengutamakan kecepatan dan ini menjadi salah satu unsur yang menjadikan berita televisi bernilai.

4. Bersifat sekilas

Jika media cetak mengutamakan dimensi ruang, televisi mengutamakan dimensi waktu atau durasi.

5. Bersifat satu arah

Bersifat satu arah dalm arti pemirsa tidak bisa pada saat itu juga memberi respons balik terhadap siaran televisi yang ditayangkan.

6. Daya jangkau luas

Televisi dapat menjangkau segala lapisan masyarakat, dengan berbagai latar belakang sosial dan ekonomi.

2.1.4. Pemberitaan

2.1.4.1.Defenisi Berita dan Pemberitaan

Banyak orang mendefinisikan berita sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing. Dengan kata lain, dapat dikatakan belum ada defenisi berita secara universal. Untuk memperkuat penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai defenisi sendiri mengenai lingkup pekerjaannya.

Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian baru, penting, dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka (Olii, 2007:25).

Defenisi berita tersebut mengandung unsur yang : a) Baru dan penting

b) Bermakna dan berpengaruh c) Menyangkut hidup orang banyak d) Relevan dan menarik

Kategori berita merupakan kategori terbesar dalam sajian media. Berita bisa saja berupa propaganda, informasi salah, dan informasi yang menyimpang atau berita yang noninformatif. Menurut Walter Lippman (Mcquail, 1996: 190),

(8)

berita bukanlah cermin kondisi sosial, tetapi laporan tentang salah satu aspek yang telah menonjolkannya sendiri. Dengan demikian, perhatian masyarakat diarahkan pada hal-hal yang menonjol dan bernilai untuk diperhatikan.

Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun interpretatif (telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan) ataupun berupa pemberitaan penyelidikan (investigatif reporting) yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trend/kecenderungan, yang mungkin terjadi di masa mendatang.

2.1.4.2.Kriteria Umum Nilai Berita

Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria umum nilai berita merujuk pada 9 hal di bawah ini, yaitu:

1. Keluarbiasaan (Unusualness)

Berita adalah sesuatu yang luar biasa.Oleh karena itu semakin besar suatui peristiwa, semakin besar nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa dapat dilihat dari 5 aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut.

2. Kebaruan (Newness)

Berita adalah semua apa yang terbaru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru. Oleh karena itu, semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita.

3. Akibat (impact)

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas.Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat.

4. Aktual (Timeliness)

Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda

(9)

dengan opini sebelumnya sehingga opini tersebut mengandung informasi penting dan berarti.

5. Kedekatan (Proximity)

Berita adalah kedekatan.Kedekatan mengandung dua arti.Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal.Kedekatan Psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan dan kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa.

6. Informasi (Information)

Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang menghilangkan ketidakpastian.

7. Konflik (Conflict)

Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan.Konflik dan pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak pernah habis.

8. Orang Penting (Prominence)

Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figure publik. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita.

9. Ketertarikan Manusiawi (Human Interest)

Suatu peristiwa terkadang tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan pada masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya.

10. Kejutan (Surprising)

Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.

2.1.4.3.Kategorisasi Riset Pemberitaan

Dalam melakukan riset terhadap suatu bentuk pemberitaan pada sebuah media dibutuhkan tolak ukur yang tepat. Oleh karena itu Mcquail (1992) membuat kategorisasi untuk mengukur “Media Performance” dalam meriset mengenai pemberitaan (Kriyantono, 2008: 241-242), yaitu :

(10)

a) Faktualitas (Factualness)

Maint-point (apakah ada pencampuran antara fakta dan opini), nilai informasi (kedalaman berita), kemudahan untuk dipahami (readability),dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita (checkability).

b) Keakuratan (Accuracy)

Verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita, dan akurasi penyajian. c) Kelengkapan isi berita (Completeness)

Mencakup 5W+1H (What, Who, Where, Why, When, How) d) Hubungan (Relevance)

Proximity psikografis, proximity geografis, timeless, significance, prominence, dan magnitude. Dengan kata lain, yang dimaksud relevan adalah berkaitan dengan nilai berita.

e) Keseimbangan (Balance)

Ada atau tidak ada “Source Bias” (penampilan satu sisi dalam penampilan, seperti ketidak seimbangan sumber berita), ada atau tidak ada “Slant” (kecenderungan/berita miring), dan ketidakseimbangan.

f) Netralitas (Neutrality)

Sensionalism, stereotype, junxtaposition (membandingkan dua hal yang tidak sebanding), dan linkages (membandingkan dua hal yang tidak relevan).

2.1.5. Teori S-O-R

2.1.5.1.Pengertian Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi yang kemudian menjadi teori komunikasi karena objek dan material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Teori stimulus-respons ini pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dengan demikian, seseorang dapat menjelaskan suatu kaitan erat antara pesan-pesan media dan reaksi audience. Dengan kata lain, menurut Effendy efek yang

(11)

terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan menyesuaikan antara pesan dan reaksi komunikan (Effendy, 2003:254).

2.1.5.2.Elemen-Elemen Teori S-O-R

McQuail (Bungin, 2008: 277) menjelaskan elemen-elemen utama dari teori ini adalah:

(a) pesan (Stimulus);

(b) seorang penerima atau receiver(Organism); dan (c) efek (Respons).

Dalam penelitian ini dapat digambarkan unsur-unsur teori S-O-R (Stimulus-Organism-Response) sebagai berikut:

Gambar 1

Unsur-unsur Teori S-O-R

2.1.6. Motivasi Belajar

2.1.6.1.Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri inividu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak dan berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau

STIMULUS

Pemberitaan

ORGANISM

Siswa SMK Negeri 2 Medan

RESPONSE

(12)

pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu (Adi, 1994: 154). Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practise) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar pada mulanya adalah suatu kecenderungan alamiah dari diri umat manusia, tapi kemudian terbentuk sedemikian rupa dan secara berangsur-angsur, tidak hanya sekedar menjadi penyebab dan mediator belajar tetapi juga sebagai hasil belajar itu sendiri (Wlodkowski, 2004:19).

Motivasi mengacu pada apa yang dapat dicapai oleh seseorang sedangkan “kemampuan” mengacu kepada apa yang dapat dilakukan seseorang. Oleh karena itu, tujuan dari teori motivasi adalah untuk menjelaskan perilaku siswa dan pengaruh dari perilaku tersebut di masa yang akan datang.

Dalam jurnal Tina Heafner (2004) yang berjudul Using Technology to Motivate Students to Learn Social Studies dikatakan bahwa teori-teori motivasi sebelumnya dapat dikategorikan sebagai bentuk-bentuk dari model nilai harapan motivasi. Model ini berfokus pada tiga bagian yaitu :

• nilai (kepercayaan siswa akan kepentingan atau nilai sebuah tugas)

• harapan (kepercayaan siswa tentang kemampuan atau keahlian mereka untuk melaksanakan sebuah tugas)

• sikap (reaksi emosional terhadap tugas dan evaluai harga diri)

Terdapat dua perspektif teoritis yang berbeda tentang belajar (Uno, 2008: 14), yaitu:

1. Teori Stimulus-Response (S-R).

Teori ini menunjukkan bahwa performa terampil berasal dari rantai unit-unit S-R diskrit dan dipelajari secara terpisah.

2. Teori pemprosesan informasi kognitif.

Para peneliti menunjukkan bahwa suatu program motor (gerak) hierarkis bukanlah suatu unit rantai Stimulus-Respons, tetapi ia dipelajari secara internal.

(13)

2.1.6.2.Jenis-jenis motivasi

Dalam jurnal Hallgeir Nilsen (2009) yang berjudul Influence on Student Academic Behavior through Motivation, Self-Efficacy and Value Expectation: An Action Research Project to Improve Learning dikatakan bahwa teori self-determination (penetapan diri) membedakan antara berbagai jenis motivasi berdasarkan pada alasan atau tujuan yang berbeda yang mengakibatkan berkembangnya sebuah tindakan

Perbedaan yang paling tampak adalah antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik:

 Motivasi intrinsik adalah kecenderungan untuk melibatkan diri pada tugas-tugas karena seseorang menganggapnya sebagai suatu hal yang menarik dan menyenangkan. Siswa dengan motivasi intrinsik cenderung bertahan dalam masalah-masalah yang rumit dan belajar dari kesalahan mereka. Sebagai tambahan, motivasi intrinsik merupakan pusat dari proses penggabungan melalui elemen pengetahuan eksternal seseorang yang tergabung dengan pengetahuan baru.

 Motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan untuk terlibat dalam tugas-tugas karena faktor yang tidak berhubungan dengan tugas-tugas tersebut seperti adanya penghargaan atau hukuman. Contohnya untuk melewati ujian atau mendapat nilai yang bagus.

2.1.6.3.Indikator Motivasi Belajar

Secara spesifik Uno dalam bukunya “Teori Motivasi & Pengukurannya” (2008: 31) menyatakan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4) Adanya penghargaan dalam belajar

(14)

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

2.2. Kerangka Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti (Bungin, 2005: 57).

Adapun yang menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel lainnya (Kriyantono, 2008: 21).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “Pemberitaan mobil Kiat Esemka”.

2. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1998: 56).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Motivasi belajar siswa SMK Negeri 2 Medan”.

2.3. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Operasional Variabel NO Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Variabel Bebas (X) Faktual

(15)

Esemka Kelengkapan isi berita Relevasi

Keseimbangan Netralitas 2 Variabel Terikat (Y)

Motivasi Belajar Siswa

Hasrat dan keinginan berhasil

Dorongan dan kebutuhan dalam belajar Harapan dan cita-cita masa depan Penghargaan

3 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Usia

Kelas

2.4 Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (X), yaitu Pemberitaan Mobil Kiat Esemka di tvOne. a) Faktual (Factualness)

Maint-point (apakah ada pencampuran antara fakta dan opini), nilai informasi (kedalaman berita), kemudahan untuk dipahami (readability),dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita (checkability).

b) Keakuratan (Accuracy)

Verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita, dan akurasi penyajian. c) Kelengkapan isi berita (Completeness)

Mencakup 5W+1H (What, Who, Where, Why, When, How) d) Relevasi (Relevance)

Proximity psikografis, proximity geografis, timeless, significance, prominence, dan magnitude. Dengan kata lain, yang dimaksud relevan adalah berkaitan dengan nilai berita.

(16)

Ada atau tidak ada “Source Bias” (penampilan satu sisi dalam penampilan, seperti ketidakseimbangan sumber berita), ada atau tidak ada “Slant” (kecenderungan/berita miring), dan ketidakseimbangan.

f) Netralitas (Neutrality)

Sensionalism, stereotype, junxtaposition (membandingkan dua hal yang tidak sebanding), dan linkages (membandingkan dua hal yang tidak relevan).

2. Variabel terikat (Y), yaitu Motivasi Belajar Siswa. a) Hasrat dan keinginan berhasil

Terdapat hasrat serta keinginan untuk berhasil dalam diri masing-masing siswa setelah melihat pemberitaan Mobil Kiat Esemka.

b) Dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Masing – masing siswa memiliki dorongan yang muncul baik dari dalam diri sendiri maupun dorongan dari luar untuk belajar sehingga belajar pun menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi.

c) Harapan dan cita – cita masa depan

Adanya harapan dan cita – cita yang hendak diraih pada masa depan yang dapat dicapai dengan belajar dan berprestasi.

d) Penghargaan

Adanya penghargaan atas hasil belajar dan prestasi yang diraih siswa dalam belajar.

3. Karakterisitik responden

a) Jenis kelamin: Jenis kelamin responden (pria atau wanita) b) Usia: Umur responden

c) Kelas: Bangku kelas responden di SMK Negeri 2 Medan

2.5. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis merupakan

(17)

membuktikan kebenaran hipotesis itu lewat cara menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2005:90).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh pemberitaan mobil Kiat Esemka di tvOne terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 2 Medan.

Ha : Ada pengaruh pemberitaan mobil Kiat Esemka di tvOne terhadap motivasi belajar siswa SMK Negeri 2 Medan.

Gambar

Tabel 2.1  Operasional Variabel  NO  Variabel Teoritis  Variabel Operasional  1  Variabel Bebas (X)    Faktual

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat yang ada padanya yaitu simpanan likuid dalam bentuk giro. Yang dapat bertindak sebagai bank primer ini adalah bank umum.. Bank sekunder, yaitu bank-bank yang

Standar I: Pengkajian Keperawatan. Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria

Tingkat total utang mengalami kenaikan ditahun 2010 dan 2011, sedangkan ditahun 2012 mengalami penurunan sebesar 8,00 persen, dan meningkat kembali sebesar Rp768.186.000.000,00

namun jika kita terus melatih diri untuk selalu memuji Tuhan, kita akan beroleh kekuatan untuk memuji dia apa pun keadaan kita seperti daud yang memuji Tuhan bukan hanya

Ilmu feng shui adalah salah satu ilmu yang yang berkaitan erat dengan dunia arsitektur, maka dengan ini penulis berharap penelitian ini juga bisa membantu orang – orang yang bekerja

(1) Yang  dimaksud  dengan  Surat  Perjanjian  Kerja  Sama  ini  adalah  perjanjian  dimana  PIHAK  KESATU  mengikat  PIHAK  KEDUA    sebagaimana  pula  PIHAK 

Penelitian dilakukan dengan variasi komposisi tepung glukomannan (2 gr, 3 gr, dan 4 gr), jenis plasticizer (sorbitol dan gliserol), dan komposisi plasticizer (1 modulus young,

Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi Logaritma Natural Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Dependent