• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN DOSEN YAYASAN"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN

DOSEN YAYASAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VARIASI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS MANDIANGIN KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2015

Peneliti

Nikmatullah Wahida, S.ST

Dana bersumber dari Institusi STIKes Prima Nusantara tahun 2015

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK

STIKES PRIMA NUSANTARA

BUKITTINGGI

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Ketua STIKes Prima Nusantara Bukittinggi

2. Para staf dosen yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu 3. Kepada staf administrasi dan unit penunjang STIKes Prima Nusantara 4. Kepada pihak Puskesmas Nilam Sari Bukittinggi selaku tempat penelitian 5. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan, baik moril

maupun materil pada penulis

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitian ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini di kemudian hari. Mudah-mudahan laporan penelitian ini bermanfaat bagi kita semua khusus bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak yang telah membantu semoga mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan. Amin

Bukittinggi, September 2015

(3)

Nama : Nikmatullah Wahida, S.ST Program Studi : D-IV Bidan Pendidik

Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Kota Bukittinggi Tahun 2015

xvi + 38 Halaman + 4 Tabel + 2 Skema + 10 Lampiran

ABSTRAK

Angka kejadian gizi di bukittinggi pada tahun 2011 kejadian gizi kurang pada balita sebanyak 675 orang balita (5.61%), dan kejadian gizi buruk sebanyak 155 orang balita (1,33%). Gizi merupakan salah satu penentu untuk kualitas sumber daya manusia, gizi kurang akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian, khususnya kematian terhadap anak dan balita. Penelitian ini bertujuan mengetahui Hubungan Pengeahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi Tahun 2014. Design rancangn penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (Cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin yaitu berjumlah 37 orang dengan jumlah balita 37 orang ibu pada bulan Februari 2014. Sampel dipilih dengan tehnik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara dengan alat bantu berupa kuesioner. Analisis data melalui dua tahapan, yaitu analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan. Analisis univariat dilakukan dengan uji kai kuadrat (Chi Square) serta perhitungan Odd Ratio. Hasil penelitian menunjukkan 56,8 % ibu anak balita memiliki pengetahuan yang tinggi dan 51,4 % anak balita memiliki status gizi baik, Hasil analisis bivariat pengetahuan berhubungan dengan status gizi balita di wilayah kerja puskesmas mandiangin bukittinggi tahun 2014 (p= 0.002;OR=13.86). Hasil ini dapat disimpulkan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, degan status gizi di wilayah kerja puskesmas mandiangin Bukittinggi tahun 2014 diharapkan pada petugas kesehatan untuk meningkatkan kualitas penyuluhan tentang gizi kurang pada orang tua yang mempunyai anak balita yang berada di Wilayah Kerja Puskemas Mandiangin Bukittinggi.

Daftar Bacaan : 25 (2000 – 2012) Kata Kunci : Pengetahuan, Status Gizi

(4)

Name : Nikmatullah Wahida, S.ST Study Program : Midwife Science

Title : The relationship of Knowledge about the variety of food And Nutritional Status of Infants in the region Work Mandiangin Health Center Bukittinggi 2015

xvi + 38 pages + 4 Table + 2 Schemes + 13 Attachment ABSTRACT

Amount of nutrition numbers in bukittinggi in 2011 Genesis nutrition less on as many as 675 people toddler toddlers (5.61%), and incidence of malnutrition is as much as 155 people toddler (1.33 percent). Nutrition is one of the determinant for the quality of human resources, lack of nutrition will cause failure of physical growth and development of the intellect, improves pain and mortality figures, particularly the death of a child and toddler. This research aims to know the Relationships Knowledge About Mother Of variety of food with nutritional Status in the region work Health Center Mandiangin, Bukittinggi In 2014. Research Design used was Cross sectional. The population in this research is the Moms who have Babies in the region work healthcenter Mandiangin which amounted to 37 people with a total of 37 people are toddlers mom in February 2014. The sample was selected with the total sampling techniques. Data collection was carried out with the technical interview with the form of a questionnaire. Data analysis through two stages, namely the univariate analysis to find out the frequency distribution analysis and bivariat to figure out the relationship. Univariate analysis done with test Chi Square as well as the calculation of the Odd Ratio. The results showed 56,8% moms toddlers have a high knowledge and 51.4% of toddlers have a good nutritional status, bivariat analysis results of knowledge related to the nutritional status of infants in the region work health center mandiangin bukittinggi 2014 (p = 0.002; OR = 13.86). These results can be concluded there is a meaningful relationship between knowledge, with nutritional status in the region work heslth center mandiangin Bukittinggi 2014 expected on health workers to improve the quality of counseling about nutrition less on parents who have toddlers in the working area Puskemas Mandiangin Bukittinggi.

Refference : 25 (2000-2012)

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

HALAMAN PERSETUJUAN KTI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL ... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN PUBLIKASI ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR SKEMA ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan penelitian ... 5 D. Manfaat penelitian ... 6 E. Ruang Lingkup ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pengatahuan ... 8 B. Variasi Makanan ... 12 C. Status Gizi ... 17 D. Kerangka Teori……... ... 33 E. Karangka Konsep ... 34 F. Defenisi Operasional ... 23 G. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 25

E. Cara Pengolahan Data ... 26

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 29

B. Hasil Penelitian ... 29 C. Pembahasan ... 32 D. Keterbatasan Penelitian ... 34 BAB V PENUTUP ... 35 A. Kesimpulan ... 35 B. Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Defenisi operasional ... 22 Tabel 4.1 Distribusí Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu Variasi

Makanan di Wilayah Kerja Puskemas Mandiangin Bukittinggi

Tahun 2014 ... 22 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Batita

Di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi

Tahun 2014 ... 22 Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Anak

Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandianginn Kota

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori... 33 Skema 2.2 Kerangka Konsep... 34

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ghanchart

Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 5 Kuesioner Lampiran 6 Master Tabel

Lampiran 7 Hasil Pengolahan dan Analisis Data

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian LPPM STIKes Prima Nusantara Lampiran 9 Balasan Surat Penelitian

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah penngkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan dan mengetaskan masalah gangguan gizi pada balita. Menurut UNICEF-World Health Organitation (WHO) dalam The World Bank Joint Child Malnutrition Estimates 2012 diperkirakan 165 juta anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia mengalami gangguan gizi, kejadian ini menurun di bandingkan dengan tahun 1990 yaitu sebanyak 253 juta anak. Tingkat kejadian tinggi di kalangan anak di bawah usia 5 tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%) dan sering belum di akui dalam masalah kesehatan masyarakat (WHO, 2012).

Pada tahun 1990 di Indonesia, kejadian gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. Berdasarkan hasil dari Riskesdas 2010, kejadian gizi lebih pada balita sebesar 14,0%, meningkat dari keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2%. Masalah gizi lebih yang paling mengkhawatirkan terjadi pada perempuan dewasa yang mencapai 26,9% dan laki-laki dewasa sebesar 16,3% (WHO, 2012).

Sedangkan di Bukittinggi pada tahun 2011 kejadian gizi kurang pada balita sebanyak 675 orang balita (5.61%), dan kejadian gizi buruk sebanyak 155 orang balita (1,33%).

(11)

Beberapa kasus gizi buruk yang terjadi selama ini baik di Indonesia maupun secara Global menemukan implikasi bahwa tingkat pendidikan rendah orangtua dan kurangnya nafsu makan pada balita yang tidak tepat memiliki resiko besar dalam penderita gizi kurang dan gizi buruk.

Sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, rencana strategis (Restra) Dinas Kesehatan Tahun 2011-2015, Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar telah membuat program-program pembangunan kesehatan dengan penekanan pada pencapaian sasaran prioritas nasional, Standar Pelayanan Nasional (SPM) bidang kesehatan di kabupaten/ Kota serta Milenium Development Goal (MDGs).(Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar 2012).

Untuk itu prioritas program pembangunan kesehatan Tahun 2011, dititik beratkan pada (a) Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan keluarga berencana, (b) Perbaikan kasus gizi masyarakat, (c) Pengendalian penyakit menular serta penakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan, (d) Pemenuhan, Pengembangan dan pembrdayaan SDM kesehatan, (e) Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan pengguna obat serta pengawasan obat dan makanan, (f) Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), (g) Pemberdayaan Masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, (h) Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier (Profil Dinas Kesehatan Sumbar 2011).

Menurut data dari Dinas Kesahatan Provinsi Sumatraa Barat 2007 angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 28,4/1000 Kelahiran Hidup. Sedangkan di kota Bukittinggi AKB yaitu 28,6/1000 Kelahiran hidup. AKB menurut umur ibu yaitu

(12)

pada ibu umur 20-35 tahun adalah 25,8/1000 Kelahiran Hidup, sedangkan AKB pada kelompok ibu umur < 20 tahun dan >35 tahun atau kelompok resiko tinggi sangat tinggi, yaitu 40,8/1000 Kelahiran Hidup.

Berdasarkan data prevelensi bailita menurut Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, negara Indonesia mempunyai permasalahan gizi akut (BB/TB>10%) dengan prevelensi gizi kurang (BB/U) 18,4%, TB/U 36,8%, BB/TB 13,6%, sedangkan Provinsi Sumatra Barat mempunyai permasalahan gizi akut dan kronis dengan prevelensi gizi kurang (BB/U) 20,2%, TB/U 36,5%, BB/TB 15,3%.

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian gizi kurang dan gizi buruk pada balita. Status gizi kurang dan gizi buruk dapat di sebabkan oleh dua penyebab, yaitu penyebab tak langsung dan penyebab secara langsung. Penyebab tak langsung yaitu kurang nya jumlah dan kwalitas makanan yang di konsumsi, menderita penyakit infeksi dan cacat bawaan. Penyebab secara langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan tetapi juga merupakan masalah kemiskinan, pendidikan rendah, ktersediaan pangan dan kesempatan kerja (Arisman, 2007).

Masalah gizi dikenal sebagai masalah multi kompleks, karena di samping banyak nya faktor satu dengan yang lain nya. Gizi kurang dan gizi buruk terjadi karena defesiensi atau ketidakseimbangan energi atau zat gizi. Di negara maju masalah yang umum di hadapi adalah obesitas yang di akibakan konsumsi zat gizi yang berlebihan tetapi kurang aktifitas fisik nya. Gizi kurang menurunkan produktifiktas sehingga pedapatan menjadi rendah. Selan itu gizi kurang

(13)

menyebabkan daya tahan tubuh (resistens) terhadap penyakit menjadi rendah (suharjo, 2005).

Sesuai dengan teori kesehatan dan gizi bahwa variasi makanan mempengaruhi kualitas gizi anak. Ketika pendidikan kepala rumah tangga rendah, maka pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan gizi menjadi rendah, sehingga pola konsusmsi gizi untuk anak menjadi tidak baik.

Dari temuan di atas terdapat implikasi bahwa variasi makanan dan tingkat pendidikan yang rendah merupakan resiko terbesar dalam persoalan status gizi pada balita.

Pada peneliti sebelum nya yang dilakukan oleh Risca Wina Nofreta tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang nutrisi dan pola makan bayi dengan status gizi bayi menurut berat badan dan umur di jorong muaro wilayah kerja puskesmas gambok Kabupaten Sijunjung tahun 2011. Menemukan bahwa ada nya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kecamatan Mandi Angin, wilayah kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi jumlah balita sebanyak 71 orang, 32 orang mengalami kurang gizi dan 5 orang mengalami gizi buruk. Berdasarkan survey yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Februari 2014 terhadap 10 orang balita, didapatkan 2 orang yang menderita gizi buruk. Sedangkan pihak puskesmas sudah melakukan program penyuluhan kesehatan pada saat dilakukan posyandu, bahkan pihak puskesmas telah membagikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) kepada 40 balita gizi kurang dan gizi buruk. Dari survei yang telah dilakukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang bervariasi.

(14)

Sedangkan perbandingan data yang di peroleh dari kecamatan Lintau Buo Kabupaten Tanah Datar, wilayah kerja Puskesmas Lintau Buo 1 jumlah balita di jorong mawar 1 sebanyak 61 orang, 17 orang mengalami gizi kurang dan 9 orang menderita gizi buruk. Berdasarkan survei peneliti terhadap 10 orang balita, di dapatkan 2 orang yang menderita gizi buruk.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarikk untuk membuat Karya Tulis Ilmah tentang ‘’Hubungan Pengeahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi Tahun 2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui Apakah Ada Hubungan Pengeahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengeahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi.

(15)

b. Diketahui distribusi frekuensi Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittnggi.

c. Diketahui distribusi frekuensi Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittnggi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Membangkitkan peran serta mahasiswa dalam kegiatan masyarakat, sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku perkuliahan dan dapat meningkatkan pembelajaran serta wawasan dalam memahami dan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat nantinya.

2. Bagi Penelitian Lain

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian ini dengan menambah variabel lain dan sampel yang lebih banyak tentang variasi makanan dan status gizi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan bagi institusi pendidikan dan lembaga pemerintah untuk meningkatkan pemeliharaan dan pelayanan ibu balita.

4. Bagi Ibu Balita

Diupayakan untuk memperhatikan pola konsumsi makanan untuk balitanya dan memperbanyak asupan gizi pada balitanya sehingga terhindar dari gizi kurang.

(16)

a. Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai variasi makanan dan status gizi balita. Selain itu, bidan juga harus menyarankan kepada pasien agar rutin melakukan kunjungan antenatal sebagai deteksi dini adanya gizi kurang. b. Disarankan agar rekam medis untuk lebih meningkatkan teknologi

pengarsipan data pasien sehingga tidak kesulitan mendapatkan data sewaktu diperlukan.

(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni penglihatan : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour) (Notoadmodjo, 2012).

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyaienam tingkatan yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

(18)

tentang apa yang dipelajari antara lain :menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskansecara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materiyang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (rill). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atausuatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dam masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

(19)

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya :dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2012).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mencapai keselamatan dan kebahagian

(Wawan, A, 2010:16). 2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

(20)

keluarganya.Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat melahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b. Faktor Eksternal 1. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial budaya

Sistem social budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan, A, 2010; 16-17).

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atauangket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur

(21)

dari subjekpenelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kitaukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoadmodjo, 2012).

Hasil ukur pengetahuan diukur dengan menggunakan dua kategori, yaitu:

a. Tinggi ≥ mean b. Rendah < mean (Arikunto, 2010).

Variasi Makanan

Variasi makanan atau campuran makanan yang menggunakan dengan dua jenis bahan (campuran sederhana) dan tiga atau empat jenis bahan (campuran majemuk).

Variasi atau campuran makanan yang mempunyai tiga atau empat macam bahan makananan yang mungkin terlalu mahal untuk beberapa keluarga.Namun tidak terlalu penting pengadaan golongan kacang dan hewan dalam satu campuran. Jika balita sudah dapat memakan makananan yang dibuat dari dua bahan makanan, tentu saja dalam berbagai variasi campuran atau setidak nya dua jenis dari campuran tiga bahan, makanan tersebut sudah sama baik dengan campuran empat bahan.

Yang selalu diingat ialah penambahan minyak atau lemak kedalam setiap setiap campuran. Jika kedua bahan tersebut tidak tidak tersedia , dapat digantikan

(22)

dengan madu. Bagaimanapun, minyak dan madu jauh lebih baik karena di samping memasok energi, kedua bahan ini dapat melunakkan dan melezatkan makananan.Yang tidak boleh dilupakan ialah bah-buahan atau air buah pada setiap waktu makananan selingan diantara dua waktu makananan.

Pola campur makananan

1) Campuran sederhana :

Makanan pokok+kacang-kacangan, atau Makanan pokok+hewan, atau

Makanan pokok+sayuran. 2) Campuran majemuk :

a. Menggunakan tiga bahan :

Makanan pokok+kacang-kacangan+hewan, atau Makanan pokok+kacang-kacangan+sayuran, atau Makanan pokok+hewan+sayuran.

b. Menggunakan empat bahan :

Makanan pokok+kacang-kacangan+hewan+sayuran.

Makanan yang di konsumsi, yang dianjurkan makanan yang seimbang yang terdiri atas : (santoso:2004)

a. Sumber zat tenaga, misalnya : nasi, roti, bihun, jagung, ubi, singkong, tepng-tepungan, gula dan sebagainya.

b. Sumber zat pembangun, misalnya : ikan, telur, ikan, daging, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe dan sebagainya.

(23)

c. Sumber zat pengatur, misalnya : sayur-sayuran dan buah-buahan terutama yang bewarna hijau dan kuning.

1. Energi

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik.Energi yang diperoleh dari karbohirat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan yang menentukan energinya.Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO

adalah konsumsi energi yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai ukuran dan konsumsi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang.

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan yang kurang dari energi yang dikeluarkan akibatnya, berat badan kurang dari yang seharusnya (ideal). Bila terjadi pada bayi dan balita akan menghambat pertumbuhan dan pada keadaan kronis akan mengakibatkan penyakit gizi yang disebut dengan marasmus.

2. Protein

Protein adalah molekul makro dan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air.Sumber protein dapat berasal dari protein nabati dan hewani.Protein hewani biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan protein nabati.

3. Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup.Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan

(24)

resiko anak terhadap penyakit infeksi, seperti penyakit saluran pernafasan dan diare (almatsier. 2001). Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, seperti hati, kuning telur, susu dan mentega. Vitamin A berperan dalam berbagai faali fungsi tubuh, antara lain: fungsi prnglihatan, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan perkembangan.

4. Karbohidrat

Fungsi utama dalam karbohidrat adalah sebagai sumber energi, mengatur metabolisme lemak, menghemat penggunaan protein dan membantu pengeluaran feses. Karbohidrat tersimpan dalam berbagai bahan makanan pokok manusia, misalnya padi, jagung, gandum, ubi, singkong dan sagu.

5. Lemak

Lemak merupakan senyawa organik yang tidak dapat larut dalam pelarut organik. Fungsi lemak yaitu, merupakan penghasil energi yang paling besar bagi tubuh, seperti memelihara suhu tubuh, melindungi tubuh, memberi rasa kenyang dan kelezatan, mengangkut vitamin larut lemak dan sebagai bahan penyusun membran sel. Lemak terbagi atas tiga bagian, lemak sederhana, lemak majemuk, dan lemak turunan. Lemak sederhana meliputi lemak daging hewan dan minya. Lemak majemuk merupakan gabungan antara lemak dan senyawa ( misalnya fosfat dan protein ). Sedangkan lemak turunan merupakan senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisi lemak.

(25)

Mineral merupakan senyawa organik yang diperlukan dalam pemeliharaan fungsi tubuh. Mineral dibedakan atas mineral mikro dan mineral makro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100mg perhari. Sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100mg.

7. Air

Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh. Pada umumnya, kandungan air pada orang dewasa berkisar antara 50 hingga 70% berat badan dan pada bayi adalah 75% berat badan.

Status Gizi

Gizi (nutrien) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankankehidupan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi ( Supariasa, 2002 : 17 )

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik atau lebih (Almatsier, 2003 : 3).

Menurut Suhardjo (2005), status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan aenergi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makana yang dampak fisiknya diukur secara antropometri.

(26)

1. Penilaian status gizi

Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian penyakit tertentu.

Anamnesis tentang asupan mangan yang harus mencantumkan pertanyaan yang berkait dengan status gizi. Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipata kulittriseps.Pemeriksaan ini penting terutama pada anak prasekolah yang berkelas ekonomi dan sosial rendah.Pengamatan pada anak usia sekolah dipusatkan terutama pada kecepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan usia ini setidaknya diselenggarakan 1 tahun sekali karena laju pertumbuhan pada fase ini relatif lambat. Sebagai patokan pertambahan berat anak usia 5-10 tahun berkisar sampai 10%-nya, sementara tinggi badan hanya bertambah sekitar 2 cm setahun.

2. Kartu Menuju Sehat

a. Pengertian Kartu Menuju Sehat

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang membuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat.

(27)

KMS di Indonesia telah digunakan pada tahun 1970-an sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari :

1.) Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui pertimbangan berat badan setiap bulan.

2.) Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.

b. Fungsi Kartu Menuju sehat

1) Sebagai alat untuk memantau pertmbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat menentukan apakah seorang anak tumbuh normal atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak mungkin beresiko mengalami gangguan pertumbuhan.

2) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.

3) Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak, seperti pemberian makan anak, perawatan anak bila menderita diare.

(28)

c. Kegunaan Kartu Menuju Sehat 1) Bagi orangtua

Orangtua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuhan berat badan tidak naik atau kelebihan gizi, orangtua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.

2) Bagi kader

KMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat.

3) Bagi Petugas Kesehatan

Petugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan ksehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menrima pelayanan, maka petugas harus memberikan imunisasi dan vitamin A sesuai dengan jadwal nya. Petugas kesehatan juga dapat menggerakan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.

(29)

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.(Notoatmodjo, 2003).

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : a. Faktor internal 1. Pendidikan 2. Pekerjaan 3. Umur b. Faktor Eksternal 1. Lingkungan 2. Sosial Campuran makanan : 1. Campuran sederhana ( menggunakan 2 jenis makanan) 2. Campuran majemuk (Menggunakan 3 atau 4 jenis makanan Status Gizi : 1. Pengertian Status Gizi 2. Penilaian Status Gizi 3. Kartu Menuju Sehat a. Pengertian KMS b. Fungsi KMS c. Kegunaan KMS

Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan Notoadmodjo, 2012

Status Gizi Pada Balita Suhardjo, 2005

(30)

Skema 2.2 Kerangka Konsep F. Defenisi Operasional

Defenisi operasional berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide, hal dan kata-kata yang digunakan agar orang lain memahami maksud sesuai dengan keinginan peneliti.

Tabel 1

Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 2 Pengetahuan Ibu tentang Variasi Makanan Status gizi Pengetahuan ibu tentang bagaimana cara membuat variasi makanan yang menggunakan sumber zat tenga, pembangun, dan pengatur. Gizi (nutrien) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorsi, transportasi, penyimpanan, metabolism. (Supariasa, Wawancara terpimpin Observasi Kuisioner KMS Tinggi Jika Mean 16,19 >16,19 Rendah Jika Mean <16,19 Gizi lebih (0%) Gizi baik (51,4%) Gizi kurang (48,6%) Gizi buruk (0%) Ordinal Ordinal

(31)

2002 : 17)

G. Hipotesis

Ho: Tidak Ada nya Hubungan PengetahuanIbu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi 2014.

Ha: Ada nya Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan Dengan Status Gizi Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin, Bukittinggi 2014.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat korelasi yaitu suatu penelitian dengan desain cross sectional di mana variabel indepeden dan variabel dapenden di kumpulkan secara bersamaan untuk melihat hubungan pengetahuan ibu tentang variasi makanan dengan status gizi pada balita di wilayah kerja puskesmas mandiangin, Bukittinggi 2014.(Notoatmodjo,2005)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penilitian ini dilakukan di Wilayah Puskesmas Mandiangin 18 Maret 2014.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Hidayat,2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai Balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin yaitu berjumlah 37 responden pada bulan Agustus 2014.

(33)

Sampel adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita yang berusia 0-60 bulan pada balita bulan februari 2013 dan bertempat tinggal wilayah kerja pukesmas Mandiangin, Bukittinggi tahun 2014. Penulis berencana memilih tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik sampling, yaitu total sampling, yang mana maksudnya adalah semua populasi di jadikan sampel sebanyak 37 orang.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data 1. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti yang di dapat langsung dari responden dengan memberikan kuesioner kepada responden setelah di isi dengan benar oleh responden kemudian di kembalikan kepada peneliti. 2. Data sekunder

Data sekunder yaitu jumlah balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin yaitu 42 orang balita.

E. Cara Pengolahan Data 1. Editing

Dalam proses editing dilakukan mengamati apakah semua pertanyaan sudah terjawab kejelasan dan konsistensi jawaban untuk mempersiapkan proses pengolahan selanjutnya.

(34)

Pemberian kode jawaban secara angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana, pemberian coding dapat dilakukan sebelum atau sesudah pengumpulan data dilaksanakan.

3. Entry

Setelah semua jawaban responden dikode, jawaban dimasukkan dalam tabel distrisbusi frekuensi yang dianalisis secara komputerisasi.

4. Processing

Setelah isian kuisioner terisi penuh dan benar dan juga sudah melewati pengkodingan dan pengantrian maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.

F. Analiasa Data 1. Analisis Univariat

Distribusi frekuensi dari variabel independen sehingga diketahui variasi dari masing-masing variabel dengan menggunakan rumus :

P= Keterangan :

P= Nilai presentase F= Frekuensi

N= Jumlah seluruh item

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dilakukan wawancara tidak langung kepada ibu dengan hasil :

(35)

Tinggi ≥ rata-rata Rendah < rata-rata

Untuk menentukan status gizi anak balita dilakukan pengukuran BB, TB, Lingkar Dada, Lingkar Kepala, Lingkar Lengan Atas, Tebal Lemak di bawah kulit (KMS).

2. Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara 2 variabel independen dan dependen analisa ini menggunakan uji chi square dan di olah dengan menggunakan komputerisasi. Jika nilai p>0,05 maka secara statistik bermakna (ada hubungan) dan jka p>0,05 maka hasil perhitungan disebut tidak bermakna (tidak ada hubungan). (Notoadmodjo, 2010).

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Gambaran Geografis

Secara georgrafis Puskesmas Mandiangin Bukittinggi berada pada wilayah kerja ± 59,31 KM dengan jumlah penduduk lebih dari 80 ribu jiwa. Puskesmas Mandiangin Bukittinggi terletak dalam wilayah Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) yang berupa daratan dimana terdiri dari 3 Kelurahan, Kelurahan Mandiangin, Kelurahan Koto Selayan, dan Kelurahan Gantiang.

Adapun sarana dan prasarana kesehatan yang lain terdapat di Puskesmas yaitu klinik keluarga berancana 6 buah, rumah sakit swasta 1 buah, praktek dokter umum 23 orang, praktek dokter spesialis 1 orang, bidan 75 orang, bidan praktek swasta 58 orang, posyandu 76 buah, Posyandu lansia 10 buah. Untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat Puskesmas Mandiangin mempunyai 2 buah kendaraan roda 4 (Puskesmas Keliling) dan 8 buah kendaraan roda 2.

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mandiangin Bukittinggi berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kel. Gulai Bancah 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel. Parit Putus 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Aur Kuning 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kel. Tarok

(37)

B. Hasil Penelitian 1. Analisis Univariat

a. Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan Tabel 4.1.

Distribusí Responden berdasarkan Pengetahuan Ibu Variasi Makanan di Wilayah Kerja Puskemas Mandiangin Bukittinggi tahun 2014

Pengetahuan n % Tinggi Rendah 21 16 56,8 43,2 Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat, dari 37 orang responden, 21 orang diantaranya (56,8%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang

b. Status Gizi Balita

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Batita Di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi Tahun 2014

Status Gizi n % Baik Kurang 19 18 51,4 48,6 Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.3. dapat dilihat, dari 37 orang responden sebagian ibu (51,4 %) memiliki status gizi baik di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2014.

(38)

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Anak Balita

Tabel 4.3.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Anak Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Mandianginn Kota Bukittinggi tahun 2014

No Pengetahuan

Status Gizi Jumlah

p Value OR Baik Kurang F % f % F % 1 2 Tinggi Rendah 16 3 76,2 18,8 5 13 23,8 81,3 21 16 100 100 0,002 13,86 (2,77-69,20) Jumlah 19 51,4 18 48,6 37 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dengan status gizi baik sebanyak 16 responden (76,2 %) dan dari 16 orang responden yang berpengetahuan rendah dengan status gizi kurang sebanyak 13 (81,3 %).

Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang variasi makanan dengan status gizi anak batita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi Tahun 2014 (p value < 0,05).

Nilai OR = 13,86 artinya ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi mempunyai kecendrungan (berpeluang) akan mempunyai balita dengan status gizi yang baik sebanyak 13,86 kali dibandingkan dengan ibu yang

(39)

berpengetahuan rendah di wilayah kerja puskesmas mandiangin Bukittinggi tahun 2014

C. Pembahasan

1. Pengetahuan tentang Variasi Makanan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1. ditemukan sebesar 56,8 % ibu anak batita memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang variasi makanan balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh ibu-ibu yang memiliki anak batita memiliki pemahaman yang tinggi tentang variasi makanan.

Pengetahuan adalah wawasan seseorang tentang suatu objek atau suatu hal. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Suatu tindakan yang didasari oleh pengetahuan yang baik, akan lebih langgeng bila dibandingkan tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan yang baik (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang tinggi akan mempengaruhi perilaku atau tindakan seorang ibu dalam memberikan makan terhadap anaknya.

Penelitian yang hampir sama diperoleh oleh Darmaneli (2008) dan Dewita (2005) yang melaporkan hasil penelitiannya di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir dimana ditemukan masing-masing hanya sebesar 65,5 % dan 55,4 % ibu-ibu anak balita memilki pengetahuan yang tinggi tentang gizi.

(40)

Menurut asumsi tingginya persentase tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tentang variasi makanan disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya yaitu pendidikan (rata-rata SMA). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, baik informasi secara formal maupun informal.

Namun masih adanya pengetahuan rendah bisa disebabkan factor pengalaman dan informasi yang kurang tentang variasi makanan pada balitanya. Hal ini juga bisa disebabkan factor kebudayaan atau kebiasaan orang tua yang selalu menentukan makanan yang baik menurut informasi yang belum jelas manfaatnya

2. Status Gizi Anak Batita

Berdasarkan hasil penelitian pada table 4.2. diperoleh sebesar 51,4 % memiliki status gizi baik di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2014. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari separoh anak batita di wilayah tersebut berada pada kategori status gizi baik

Status gizi anak balita adalah keadaan tubuh yang menggambarkan status kesehatan seorang anak balita dalam kehidupan sehari-hari akibat interaksi makanan, tubuh dan lingkungan hidupnya (Supariasa, 2002).

Status Gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan bekerja secara umum pada tingkat setinggi

(41)

mungkin (Almatsier, 2003).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2004).Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002)

Status gizi balita menurut WHO adalah mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat atau tinggi badan standar tabel WHO-NCHS (World Health Organization-National Center for Health Statistics).Jika hasil berat badan anak setelah dicocokkan dengan tabel WHO-NCHS masih kurang maka status gizi balita tersebut dinyatakan kurang. Begitu pula dengan tinggi badan. Jika setelah dicocokkan tinggi badan balita masih kurang, maka termasuk pendek (stunted) (WHO, 2009).

Hasil ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Dina Afriani (2007) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Didapatkan bahwa lebih dari separuh (57,2 %) yang memiliki status gizi kurang.

Darmaneli (2008) pada penelitiannya di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir Padang menemukan hasil yang sama dimana ditemukan sebesar 74,5 % anak balita menderita gizi kurang. Pada penelitian lain Srinilasari (2008) menemukan pula anak balita dengan gizi kurang sebesar 66,7 % di Kelurahan Lubuk Minturun Kecamatan Koto Tangah Padang

(42)

kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi pada balita, juga tindakan untuk pemberian gizi yang baik untuk balita, dari seluruh ibu-ibu masih banyak yang tingkat ekonomi rendah sehingga untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi masih kurang, dari masalah faktor di atas sangatlah berpengaruh terhadap gizi yang diberikan kepada balita. Perlu diupayakan peningkatan gizi balita dengan memberikan gizi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan balita tersebut untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya.

3. Hubungan Pengetahuan dengan Status Gizi Anak Batita

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang mempunyai pengetahuan tinggi dengan status gizi baik sebanyak 16 responden (76,2 %) dan dari 16 orang responden yang berpengetahuan rendah dengan status gizi kurang sebanyak 13 (81,3 %).Hasil uji chi square didapatkan ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang variasi makanan dengan status gizi anak batita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi Tahun 2014 (p value < 0,05).

Nilai OR = 13,86 artinya ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi mempunyai kecendrungan (berpeluang) akan mempunyai balita dengan status gizi yang baik sebanyak 13,86 kali dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah di wilayah kerja puskesmas mandiangin Bukittinggi tahun 2014.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Srinilasari (2008) di Kelurahan Lubuk Minturun Bukittinggi dimana dilaporkan tidak ada

(43)

hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi anak balita.

Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman. Dari penelitian ini terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bermakna dari pada tidak didasari oleh pengetahuan.

Sering kita melihat dalam lingkungan masyarakat, yaitu kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Status gizi yang baik adalah penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui dan anaknya. Setiap orang akan memiliki gizi yang cukup jika makanan yang kita makan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan tubuh. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemberian bahan makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang (Suhardjo, 1996 ).

Tingkat pengetahuan seseorang berhubungan dengan latar pendidikannya. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. Peranan ibu dalam melindungi keadaan gizi anak adalah dengan meningkatkan pengetahuannya mengenai gizi. Sesuatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya

(44)

pengetahuan gizi adalah bahwa status gizi yang cukup merupakan hal penting bagi kesehatan dan kesejahteraan serta masa depan generasi masa depan. Oleh karena itu, gangguan gizi bias diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan gizi dalam upaya menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan gizi ibu adalah tingkat pengetahuan tentang bahan makanan yang berhubungan dengan sumber-sumber zat gizi, pengetahuan yang kurang tentang makanan sehat akan menimbulkan anggapan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang mahal dan sulit didapatkan. Tingkat pengetahuan ibu banyak menentukan sikap dan keterampilan dalam menghadapi berbagai masalah gizi karena memiliki peran besar dalam keluarga ; yang mengatur pangan keluarga, mengatur menu keluarga, mengolah makanan keluarga, dan mendistribusikan makanan. (Budiman, 2012)

Namun dalam penelitian ini, ditemukan adanya pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi anak balita. Depkes RI (2007) menjelaskan bahwa status gizi yang baik pada anak balita dipengaruhi oleh konsumasi zat gizi yang cukup, status kesehatan yang baik, ketersediaan pangan yang cukup dalam rumah tangga, pola asuh ibu yang baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

Masih adanya pengetahuan yang rendah tapi mempunyai status gizi batita yang baik menurut asumsi peneliti disebabkan oleh faktor konsumasi zat gizi yang cukup, status kesehatan yang baik, ketersediaan pangan yang

(45)

cukup dalam rumah tangga, pola asuh ibu yang baik dan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.

(46)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

1. Lebih dari separoh responden sebesar 56,8 % ibu anak balita memiliki pengetahuan yang tinggi tentang variasi makanan pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2014

2. Lebih dari separoh responden 51,4 % anak balita memiliki status gizi baik di wilayah Kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2011

3. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang variasi makanan dengan status gizi anak balita di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Bukittinggi tahun 2011 (p=0,002 dan OR=13,86)

B. Saran-Saran

1. Bagi Petugas Puskesmas

Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Mandiangin untuk terus melakukan penyuluhan gizi secara periodik baik di puskesmas maupun di posyandu-posyandu menggunakan leaflet, poster, dan alat-alat peraga lainnya.

2. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan penelitian ini dapat menjadi modal dasar untuk dapat melaksanakan penelitian-penelitian berikutnya. Kepada peneliti lain

(47)

diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mengetahui variable-variabel lain yang kemungkinan berhubungan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja Puskesmas Mandiangin Kota Bukittinggi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah penelitian ilmiah di STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi calon peneliti-peneliti lain yang berminat mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2012. Indonesia Sehat 2015, Jakarta

Dinas Kesehatan Kota Padang, 2007. Laporan Seksi Gizi, Padang I Dewa Nyoman Supriasa, 2002. Penilaian Status Gizi, Jakarta : EGC Irianto Aritonang, 2004. Majalah Kesehatan, Jakarta : EGC

Kartasapoetra, 2008. Ilmu Gizi, Jakarta : Rineka Cipta

Mardalis, 2008. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal), Jakarta : Bumi Aksara

Mien Karmini, 2007. Prevalanesi Gizi Kurang Di Dunia, http://www.google.com Ninik Handayani, 2007. Berita Hot Ibu Bekerja dan Dampak Bagi Perkembangan

Anak, http://www.google.com

RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2003. Penuntun Didik Anak, PT. Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta.

Soekidjo Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Sugeng Santoso, 2004. Kesehatan dan Gizi, Jakarta : Rineka Cipta

Sunita Almatsier, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta : Gramedia Putaka Utama Suharsimi Arikunto, 2009. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta

Suharjo, 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi, Jakarta : Bumi Aksara Sunita Almatsier, 2003. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Jakarta : Rineka Cipta Sjahmien. M, 2002. Ilmu Gizi, Jakarta : Bharata

(49)

Syaifuddin Azhar, 1995. Perilaku Sehat Manusia, Jakarta ; EGC

Tri Susanto, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Pangan dan Gizi, Yogyakarta : Akademi Yogyakarta.

(50)

LAMPIRAN 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth. Ibu : Ditempat.

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Nikmatullah Wahida, S.ST

Adalah Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi yang akan melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Mandiangin Wilayah Kota Bukittinggi Tahun 2015”.

Penelitian ini tidak merugikan bagi ibu-ibu yang menjadi responden. Kerahasiaan dari informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya dilakukan untuk kepentingan penelitian.

Apabila ibu menyetujui silahkan ibu menandatangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan. Atas perhatian dan kerja samanya saya ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, Februari 2015

(51)

LAMPIRAN 4

FORMAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Setelah dijelaskan maksud dari penelitian ini, maka saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Nimatullah Wahida, S.ST Dosen STIkes Prima Nusantara Kebidanan Bukittinggi dengan judul

”Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Mandiangin Wilayah Kota Bukittinggi Tahun 2015”.

Demikian persetujuan ini saya tanda tangani dengan suka rela dan tanpa paksaan dari siapapun.

Bukittinggi, Februari 2015 Responden

(52)

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Variasi Makanan dengan Status Gizi Pada Balita di Puskesmas Mandiangin

Wilayah Kota Bukittinggi Tahun 2015

1. Petunjuk pengisian

- Bacalah setiap pertanyaan dengan baik

- Silangkan salah satu jawaban yang dianggap tepat dan benar - Kuesioner yang telah di isi dengan lengkap tolong di kembalikan

kembali kepada peneliti

- Jawaban di jamin kerahasiaanya.

2. Idetitas responden a. No respondent : b. Umur : c. Pendidikan : d. Pekerjaan : e. Alamat :

(53)

Lampiran 6

Kisi – Kisi Koesioner

Variabel Aspek yang dinilai Jumlah soal No soal

Pengetahuan ibu Variasi Makanan Status Gizi Pengertian pengetahuan Pengertian Status Gizi

Pola Menu Seimbang Balita

Lebih Baik Kurang Buruk

(54)
(55)

Gambar

Tabel 2.1   Defenisi operasional .......................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Buka file word yang Tidak Bisa di Edit / Copy , lalu klik Save As lalu simpan dengan type web page, setelah itu tutup file word

[r]

Tabel di atas menunjukkan beberapa dampak dari penghapusan program Rintisin Sekolah Bertaraf Internasional oleh Mahkamah Konstitusi. Hasil tersebut didapat

Menurut pendapat Bapak/Ibu, apabila nantinya diterapkan teknologi pengelolaan sampah perkotaan maka aktifitas teknologi tersebut harus mampu menumbuhkan lapangan usaha lain yang

Sirup buah talok dapat dijadikan peluang usaha yang menjanjikan karena bahan baku yang digunakan mudah diperoleh dan murah, sirup buah talok tidak mengandung pengawet

Motivasi kerja adalah sikap dan nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai kebutuhan, sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang memberikan kekuatan untuk

Selama pengamatan di kelas dan/atau di luar kelas, penilai wajib mencatat semua kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran atau pembimbingan,

Precancerous lesions of the upper digestive tract that can be found are Barrett's esophagus, chronic gastritis with or without Helicobacter pylori infection, atrophic gastritis,