• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tugiyono (2005), tanaman tomat (Lycopersium escelentum Mill) adalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tugiyono (2005), tanaman tomat (Lycopersium escelentum Mill) adalah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Tomat

2.1.1 Morfologi Tanaman Tomat

Menurut Tugiyono (2005), tanaman tomat (Lycopersium escelentum Mill) adalah tanaman yang tergolong tanaman tahunan yang termasuk dalam golongan

tanaman berbunga dan berbentuk semak. Tanaman tomat memiliki bentuk daun yang menyirip dengan jumlah ganjil antara 5-7 helai dan memiliki bentuk batang segi empat sampai bulat. Tanaman tomat berakar tunggang yang mana akar samping menjalar di seluruh permukaan tanah. Klasifikasi tanaman tomat secara sistematik yaitu:

Kelas (clasis) : Dicotyledoneae (berkeping 2) Bangsa (ordo) : Tubiflorae

Suku (family) : Solanaceae Marga (genis) : Solanum

(2)

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Tanaman tomat dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang baik tanaman tomat memerlukan tanah yang gembur dengan pH antara 5-6.selain itu tanah yang gembur sedikit mengandung pasir dan banyak

mengandung humus serta pengairan yang teratur. Agar tanaman tomat dapat tumbuh dengan baik, tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk produksi yang menguntungkan. Selain itu suhu yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman tomat yaitu 230C pada siang hari dan 170C pada malam hari. Suhu pada tanaman tomat mempengaruhi pembentukan bunga. Menurut Tugiyono (2005), penanaman tomat yang baik dapat dilakukan 2 bulan sebelum musim hujan berakhir sehingga menjelang musim kemarau tomat sudah berbuah.

2.1.3 Pemupukan tanaman tomat

Tanaman tomat sama halnya dengan tanaman sayur lain yaitu membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan memperoleh hasil produksi yang baik. Pemupukan adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman tomat. Dua macam pemupukan yaitu pemupukan dasar dan pemupukan ulangan. Pemupukan dasar dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang dan kompos sebanyak 20 ton/ha . Pemupukan ulangan dilakukan setelah tomat berusia 2 minggu dengan menggunakan pupuk urea, TSP, dan KCL dengan perbandingan 1:3:2 sebanyak 5-10 gram per tanaman yang diberikan pada jarak 5 cm dari

(3)

batang tanaman kemudian pemupukan ulangan dilakukan kembali 3 minggu setelah pemupukan pertama dengan 150 kg urea/ha, 500 kg TSP/ha, dan 450 kg KCL/ha (Lingga, 2001).

2.2 Media Tanam

2.2.1 Tanah

Tanah adalah tempat tersedianya air dan unsur hara dimana tanah sebagai tempat tumbuhnya tumbuhan. Selain sebagai penyedia air dan unsur hara tanah

menyediakan lingkungan bagi akar agar dapat berfungsi. Pertumbuhan akar dipengaruhi oleh lingkungan yaitu pori-pori tanah. Porositas tanah tersebut dipengaruhi dengan tekstur tanah.

Sifat Fisik Tanah a. Kerapatan Tanah

Kerapatan tanah dinyatakan dengan 2 istilah yaitu kerapatan partikel dan

kerapatan massa. Kerapatan partikel merupakan suatu ukuran kerapatan partikel tanah. Kerapatan partikel tanah adalah massa tiap unit volume partikel tanah yang dinyatakan dalam gram/cm3. Tanah mineral memiliki kerapatan partikel rata-rata berkisar 2,6 gram/cm3. Kerapatan partikel tanah tidak memiliki banyak perbedaan pada jenis tanah yang berbeda. Sedangkan kerapatan massa merupakan ukuran kerapatan dari tanah tersebut kondisi alami. Kerapatan massa (bulk density) adalah berat perunit volume tanah yang dikeringkan dengan oven yang dinyatakan dalam gram/cm3 (Foth, 1998).

(4)

b. Tekstur Tanah

Tekstur tanah yaitu perbandingan relatif partikel pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan. Tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah untuk menyimpan dan

menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Menurut AAK (1983), fraksi penyusun tanah memiliki ukuran yang berbeda yaitu:

1. Pasir merupakan partikel yang memiliki ukuran paling besar yaitu berukuran 2 mm-20 mµ. Pasir memiliki bentuk yang beragam di dalam tanah yaitu kebulat-bulatan,bersudut, dan berkeping. Pasir di dalam tanah diselimuti liat atau debu dan bersifat mengikat.

2. Debu merupakan partikel yang berukuran lebih kecil daripada pasir dan lebih besar daripada liat yang memiliki ukuran 20 mµ - 2 mµ.

3. Liat adalah fraksi penyusun tanah paling halus yang memiliki ukuran sangat kecil yaitu kurang dari 2mµ.

Tiga partikel pembentuk tekstur tanah tersebut memiliki ukuran yang berbeda-beda, yang perbandingan persentase relatifnya menentukan tekstur tanah. Tekstur tanah yang terbentuk dari banyaknya fraksi pembentuknya digolongkan menjadi tiga yaitu:

 Tanah berpasir merupakan tanah dengan kandungan pasir lebih dari 70% memiliki porositas yang rendah yaitu kurang dari 40% memiliki ruang pori yang besar sehingga aerasinya baik, daya hantar yang cepat namun

kemampuan menyimpan air dan unsur hara yang dimiliki rendah.  Tanah berliat yaitu tanah yang memiliki kandungan liat lebih dari 35%

(5)

sehingga sirkulasi udara kurang lancar dan daya hantar air sangat lambat dan memiliki kemampuan menyimpan air dan unsur hara yang tinggi.  Tanah berlempung yaitu tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat

dengan perbandingan yang sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat, dimana tanah berlempung memiliki aerasi, tata udara, dan air yang cukup baik untuk tanaman, serta

kemampuan menyimpan dan menyediakan air dan unsur hara yang tinggi untuk tanaman (Islami dan Utomo, 1995)

c. Struktur Tanah

Struktur tanah yaitu susunan agregat primer tanah secara alami menjadi bentu-bentuk tertentu yang dibatasi oleh beberapa bidang. Struktur tanah terbentu-bentuk karena adanya penggabungan butir-butir primer tanah oleh pengikat koloid tanah menjadi agregat primer. Agregat primer tersusun dari butir-butir mineral atau pecahan batuan berbagai bentuk dan ukuran yang diselimuti oleh senyawa-senyawa hasil pelapukan. Agregat primer disebut pula dengan struktur mikro, sedangkan struktur makro adalah agregat sekunder. Agregat sekunder adalah gumpalan-gumpalan kecil yang memiliki berbagai bentuk.

Struktur tanah memiliki peran penting dalam pertumbuhan tanaman, hal ini karena (a) secara langsung struktur remah memudahkan akar tanaman menembus tanah dan dapat tumbuh dengan pesat, (b) pengaruh tidak langsung terletak pada kesuburan tanah, (c) adanya tata udara dan air yang baik memberikan kondisi sehat bagi mikrobia tanah dalam menguraikan bahan organik yang dapat melepas

(6)

unsur hara, (d) struktur remah mantap tidak mudah larut oleh air hujan yang artinya tanah tidak mudah mengalami erosi.

Menurut AAK (1983), lapisan tanah pertanian pada umumnya memiliki tiga bentuk struktur yaitu:

1. Struktur gumpal

Struktur gumpal terdapat pada tanah liat yang memiliki ukuran tanah lebih besar daripada struktur tanah yang lain. Struktur tanah gumpal memiliki pori mikro yang berisi air lebih banyak dibandingkan dengan pori-pori makro sehingga tata udara di dalamnya kurang baik.

2. Struktur remah

Struktur remah memiliki gumpalan yang lebih kecil dibandingkan dengan struktur gumpal. Struktur remah memiliki pori-pori makro non-kapiler yang tidak terisi air, tetapi terisi oleh udara. Sedangkan pori-pori mikro bersifat kapiler yang dapat menahan air dan tidak merembes ke bawah. Pada struktur remah terdapat keseimbangan yang baik antara udara dan air tanah sebagai medium larutnya unsur hara.

3. Struktur butir

Merupakan campuran butir-butir primer yang kasar tanpa adanya bahan pengikat agregat. Struktur butir terdapat pada tanah pasir, pasir

berlempung atau pasir berdebu. Struktur butir memiliki porositas yang tinggi sehingga mudah merembeskan air.

Struktur tanah yang baik yaitu memiliki kandungan udara dan air dalam jumlah cukup dan seimbang atau dengan kata lain struktur tanah yang baik memiliki

(7)

perbandingan yang sama antara air, padatan, dan udara. Kandungan air dan udara dalam jumlah yang cukup dipengaruhi oleh ruang pori makro dan mikro.

d. Porositas tanah

Porositas tanah yaitu jumlah ruang volume seluruh pori-pori makro dan pori mikro dalam tanah yang dinyatakan dengan persentase volume tanah di lapangan. Porositas tanah dapat juga diartikan volume tanah yang tidak ditempati oleh padatan. Porositas tanah terdiri dari ruang (pori) mikro dan pori makro. Pori makro yaitu ruang yang terletak antara agregat agregat tanah, sedangkan pori mikro yaitu ruang yang terletak antar partikel-partikel pembentuk tanah di dalam agregat tanah. Porositas tanah terbentuk karena adanya bentuk dan ukuran agregat tanah serta gumpalan tanah yang tidak dapat saling merapat.

Menurut AAK (1993), terdapat formula yang dapat digunakan untuk mengetahui porositas tanah, yaitu:

... (1)

Keterangan:

p = porositas tanah

D = berat jenis tanah kering yaitu 2,5-2,6 g/cm3

D’ = berat jenis tanah di lapanganyang biasanya berkisar 1,2 -1,3 g/cm3

Porositas menurut ukuran pori dibagi menjadi 2 yaitu (a) makro porositas yang dibentuk oleh rongga-rongga besar, bila keadaan normal berisi udara dan bila terisi air terlalu basah menyebabkan tanaman mati atau tumbuh kerdil. (b)

(8)

mikroporositas yaitu rongga-rongga paling halus yang terisi air kapiler. Tiap jenis tanah memiliki tingkat porositas yang berbeda. Tanah pasir memiliki porositas <50% dengan jumlah pori makro lebih besar dari pori mikro sehingga mudah meloloskan air. Tanah berliat memiliki porositas >50% dengan pori mikro lebih banyak dan mudah menangkap air. Tanah yang dikehendaki untuk tumbuhnya tanaman dengan baik yaitu memiliki porositas makro dan mikro yang seimbang yaitu memiliki 60% porositas mikro.

Porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. Tekstur tanah

Yaitu tanah berliat memiliki porositas yang lebih tinggi daripada tanah berpasir.

2. Struktur tanah

Struktur tanah yang baik yaitu struktur remah karena pori makro dan mikro lebih seimbang.

3. Kedalaman tanah

Semakin dalam, porositas tanah semakin berkurang. 4. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah mampu meningkatkan porositas tanah mencapai 70% (AAK,1993).

2.2.2 Air Tanah Tersedia

Air tanah tersedia yaitu air yang terdapat dalam tanah yang berada antara keadaan kapasitas lapang dan titik layu permanen. Air tanah tersedia dipengaruhi oleh

(9)

tekstur, struktur, kandungan bahan organik tanah, kedalaman tanah, dan sifat-sifat tanaman berupa perakaran, kerapatan, kedalaman, dan laju pertumbuhan tanaman. Air tanah tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tanpa hambatan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman disebut air siap tersedia.

Menurut James ((1988) Rosadi 2012), air tersedia dapat dihitung dengan persamaan:

...(2) Keterangan:

AW = air tanah tersedia (cm)

Drz = kedalaman zona perakaran (cm) Fc = field capacity dalam % volume

Pwp = permanen wilting point dalam % volume

Air di dalam tanah berada di dalam ruang pori tanah di antara padatan tanah. Kadar air tanah dapat dinyatakan dengan kandungan air massa dan kandungan air volume. Kandungan air massa merupakan perbandingan massa air dalam tanah dengan massa padatan yang dinyatakan dalam persen. Kandungan air tanah dapat diketahui dengan cara menimbang sejumlah sampel tanah dalam keadaan lembab kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam dan

ditibang kembali yang dikenal dengan cara Gravimetri. Persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan kadar air tanah yaitu:

(10)

Dimana

KATm = kadar air tanah basis massa

BB = berat tanah lembab atau basah (gram) BK = berat tanah kering oven (gram)

Tanah menyimpan air dalam pori-pori tanah dala jumlah tertentu. Kapasitas penyimpanan air tanah yaitu jumlah air maksimum yang dapat disimpan oleh tanah. Jumlah maksimum ar yang tersimpan dalm tanah dapat diketahui dengan memberi air secara lebih lalu kelebihan air dibiarkan terbuang. Pada saat itu ruang pori penuh terisi air tanpa udara, pada saat itu status energy air tanah memiliki matrik potensial 0 (ψm = 0). Jika tanah tersebut dibiarkan sela 2-3 hari mengalir secara gravitasi setelah hujan ataupun sengaja diberi air berlebih, keadaan air tanah berada dalam kapasitas lapang. Apabia kehilangan air dibiarka secara terus menerus kandungan air tanah akan semakin rendah yang dapat menyebabkan tanaman tidak dapat menggunakan air yang dapat menyebabkan tanaman layu terus menerus. Keadaan air tanah tersebut dikatakan sebagai titik layu permanen. Keadaan air tanah yang dapat digunakan oeh tanaman yaitu berada antara keadaan kapasitas lapang dan titik layu permanen. Keadaan air tanah antara kapasitas lapang dan titik layu permanen merupakan air tanah tersedia (Islami dan Utomo, 1995)

(11)

2.2.3 Pupuk Organonitrofos

Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari hasil penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang seperti pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, bungkil, guano, tepung tulang, dan sebagainya. Pupuk organik mempunyai fungsi penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air yang dapat meningkatkan kesuburan tanah (Sutedjo, 2010)

Menurut Susanto (2002), pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik digunakan. Unsur yang terkandung dalam pupuk organik yaitu unsur makro Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K) rendah serta mengandung unsur esensial yang lainnya. Pupuk organik harus digunakan sebagai pupuk tambahan yang dikombinasikan dengan pupuk kimia.

Pupuk organonitrofos adalah salah satu pupuk organik alternatif yang terbuat dari kotoran sapi segar (fresh manure) yang dikombinasikan dengan batuan fosfat dengan campuran yang tepat dengan berbandingan batuan fosfat dan kotaran sapi segar yaitu 20% dan 80%, serta diberikan mikroba yang dapat meningkatkan N2 (N2-fixer) dan pelarut posfat (Nugroho et all. 2013).

Tabel 1. Kandungan pupuk organoitrofos bentuk granul

Kandungan (%) N-total P2O5 K2O C-organik pH Organonitrofos

granul

0,28 3,40 0,43 3,32 7,63

(12)

Dari uji yang telah dilakukan, kandungan pupuk organinitrofos bentuk remah berbeda dengan pupuk organonitrofos bentuk granul. Pupuk organonitrofos remah memiliki kandungan C-organik yang lebih tinggi daripada pupuk organonitrofos granul. Kandungan C-organik yang lebih tinggi dapat meningkatkan kemampuan tanah mengikat air. Selain kandungan C-organik, organonitrofos remah memiliki kandungan nitrogen (N) dan kalium (K) lebih tinggi daripada organonitrofos granul. Namun kandungan fosfor (P) pada organonitrofos remah lebih sedikit daripada organonitrofos granul. Kelebihan organonitrofos remah yaitu unsur-unsur nutrisi makro lebih cepat terurai daripada organonitrofos granul sehingga lebih cepat tersedia untuk tanaman.

Tabel 2. Kandungan pupuk organoitrofos

Kandungan (%) N-total P2O5 K2O C-organik pH Organonitrofos

Remah

1,02 0,93 0,81 9,87 6,98

(Hasil analisis laboratorium)

Pupuk ornanonitrofos telah diuji efektivitasnya pada beberapa jenis tanaman. Menurut Sari (2014), pupuk organonitrofos baik dikombinasikan dengan pupuk kimia pada budidaya tanaman jagung manis. Kombinasi tersebut dapat

meningkatkan pertumbuhan, produksi dan serapan hara tanaman jagung manis. Peningkatan tersebut menggunakan kombinasi dosis pupuk 150 kgUrea ha-1, 100 kg SP ha-1, 50 kg KCl ha-1, dengan organonitrofos sebanyak 1.500 kg ha-1.

Pada tanaman kacang hijau, menurut Sakinata (2014), pupuk organonitrofos dikombinasikan dengan pupuk NPK menghasilkan hasil yang lebih bagus dalam

(13)

meningkatkan pertumbuhan, serapan NPK tanaman dan produktivitas tanaman kacang hijau dengan perlakuan 1000 kg ha-1 organonitrofos yang dikombinasikan dengan ½ pupuk NPK rekomendasi pada tahah ultisol Natar. Menurut Wijaya (2014) pupuk organonitrofos sebanyak 5000 kg ha-1 tanpa pupuk kimia lebih direkomendasikan untuk petani mentimun karena lebih efektif secara agronomis maupun secara ekonomisdapat menciptakan pertanian yang berkelanjutan.

Sedangkan untuk tanaman kedelai, kombinasi pupuk organonitrofos dengan pupuk anorganik yang baik digunakan yaitu dengan dosis 20 kg urea ha-1, 25 kg SP -36 ha-1, 25 kg KCl ha-1, dan organonitrofos sebanyak 3000 kg ha-1. Pada kombinasi tersebut dihasilkan bobot kedelai 10,65 gram pada 100 butir per tanaman. Perlakuan tersebut memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan pupuk organonitrofos 5000 kg ha-1 yaitu sebesar 9,65 gram 100 butir pertanaman (Azhari, 2014).

2.3 Kebutuhan Air Tanaman

Kebutuhan air tanaman (crop water requiriment) dipengaruhi oleh jenis tanah, umur tanaman, dan pengaruh iklim (Islami dan Utomo, 1995). Kebutuhan air tanaman (crop water requiriment) yaitu banyaknya air yang hilang dari areal pertanaman tiap satuan luas dan waktu yang digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan dan evaporasi dari permukaan tanah dan tanaman (Jumin, 2010). Kebutuhan air untuk tanaman adalah jumlah total evapotranspirasi sejak awal sampai akir pertumbuhan tanaman.

(14)

Keadaan yang mempengaruhi kebutuhan air tanaman yaitu sama halnya dengan faktor pengaruh evapotranspirasi seperti temperatur, pelaksanaan pemberian air, panjangnya musim tanam, presipitasi dan faktor lainnya. Kebutuhan air akibat transpirasi tanaman dipengaruhi oleh tempat air tersebut dibuang yang

dipengaruhi pula oleh temperatur, kelembaban udara, kecepatan angin, intensitas dan lama penyinaran matahari, jenis tanaman dan keadaan daun tanaman

(Tachyan dan Soetjipto, 1992).

2.4 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Menurut Islami dan Utomo (1995), transpirasi yaitu air yang diabsorbsi tanaman yang dikeluarkan kembali ke atmosfer dalam bentuk uap air. Evaporasi yaitu

kehilangan air dalam bentuk uap air dari permukaan tanah maupun permukaan air. Jadi evapotransiprasi yaitu peristiwa hilangnya air dalam bentuk uap air yang dikeluarka oleh tanaman dan penguapan yang terjadi dari permukaan tanah dan permukaan air.

Menurut Handoko (1993), kehilangan air melalui evaporasi mempengaruhi

fisiologi tanaman secara tidak langsung, seperti mempercepat penurunan kadar air pada lapisan atas dan mempengaruhi iklim mikro disekitar tanaman.

Evapotranspirasi menurut Handoko (1993) yaitu ukuran total kehilangan air (penggunaan air) untuk suatu luasan lahan melalui evaporasi dari permukaan tanah/air dan transpirasi dari permukaan tanaman. Evapotranspirasi secara

(15)

potensial hanya ditentukan oleh unsur iklim sedangkan secara aktual ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanah.

Menurut Allen et.al dalam Rosadi (2012), evapotranspirasi terdiri dari tiga jenis yaitu:

1. Reference crop evapotranspiration (ET0) yaitu laju evapotranspirasi dari permukaan acuan yang merupakan tanaman rumput acuan dengan karakter spesifik yang hanya dipengaruhi oleh faktor iklim.

2. Crop Evapotranspiration under standard condition (ETc) yaitu

evapotranspirasi yang terjadi dari tanamanyang terkondisi yaitu bebas dari penyakit, terpenuhi kebutuhan airnya (kondisi air optimum), memperoleh nutsi cukp dan mencapai hasil maksimal pada kondisi iklim tertentu. Dimana crop evapotranspiration dapat diketahui dengan persamaan ETc=ETo x Kc faktor.

3. Crop Evapotranspiration under non-condition (Etc adj) yaitu

evapotraspirasi dari tanaman yang tumbuh pada keadaan di bawah standar, dari segi lingkungan dan pengelolaan yang berbeda pada kondisi standar. Seperti kelebihan atau kekurangan air, salinitas tanah, penyakit, serta kesuburan tanah yang rendah.

4. Evapotranspirasi potensial (Etp) yaitu evapotranspirasi yang

menggambarkan laju maksimum kehilangan air tanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan penutupan tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup. Dengan kata lain,

evapotranspirasi potensial yaitu gambaran kebutuhan atmosfer untuk penguapan dan batas atas dari evapotransiprasi aktual (Handoko, 1993).

(16)

Evapotranspirasi dipengaruhi oleh kadar kelembaban tanah, suhu udara, cahaya matahari, dan kecepatan angin. Evapotransiprasi dapat ditentukan dengan cara menghitung jumlah air yang hilang dari tanah dalam waktu tertentu,

menggunakan faktor-faktor iklim yang mempengaruhi evapotranspirasi, dan menggunakan lysimeter (Jumin, 2010).

2.5 Irigasi

Irigasi merupakan upaya pemberian air pada tanaman untuk memenuhi kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan tanaman itu sendiri. Prinsip irigasi yaitu untuk menutupi kekurangan air tanah yang telah ada ketika diperlukan dalam jumlah yang cukup ( Jumin, 2010). Menurut Tachyan danSoetjipto ( 1992), pemberian air irigasi dapt dilakukan dengan 5 cara yaitu dengan penggenangan, menggunakan alur (besar atau kecil), air bawah permukaan tanah melalui sub irigasi, penyiraman (sprinkling), dan sistem cucuran (trickle).

Dua macam sistem irigasi yaitu sistem irigasi permukaan (surface irrigation) dan irigasi bawah permukaan ( sub surface irrigation).

1. Sistem Irigasi Permukaan (Surface irrigation)

Sistem irigasi permukaan yaitu sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung yang kemudian dialirkan secara gravitasi melalui saluran irigasi. Pemberian air pada irigasi permukaan secara langsung melalui permukaan tanah dari suatu saluran atau pipa yang elevasi muka air lebih tinggi daripada lahan yang dialiri sekitar 10-15 cm. Irigasi permukaan

(17)

dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode penggenangan, galengan, dan alur (Tachyan dan Soetjipto, 1992).

2. Sistem irigasi bawah permukaan (Sub Surface Irrigation)

Sistem irigasi bawah permukaan (Sub Surface Irrigation) adalah bentuk irigasi mikro yang dilakukan dengan cara meresapkan air ke dalam tanah dibawah zona perakaran tanaman melalui sistem saluran terbuka maupun dengan pipa bawah tanah (Balai Litbang Pertanian, 2011). Dari hasil penelitian diketahui bahwa sistim irigasi bawah permukaan dengan

menggunakan kendi dapat menghemat air yang cukup besar. Diperlukan air sebanyak 45,054 m3/ha untuk pertanaman cabai berumur 7 bulan dibanding dengan sistem penyiraman tradisional oleh petani di Pringbaya, Lombok Timur.

Gambar

Tabel 1. Kandungan pupuk organoitrofos bentuk granul
Tabel 2. Kandungan pupuk organoitrofos

Referensi

Dokumen terkait

%HOXP GLSHUROHKQ\D PHQFLW \DQJ PHQJDODPL WURPERVLWRSHQLD GLGXJD NDUHQD GLSHUOXNDQ SHPEHULDQ LQGXNWRU SDGD ZDNWX \DQJ OHELK ODPD 'HQJDQ RULHQWDVL ZDNWX GDSDW GLNHWDKXL Z DNWX

Alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Model (SEM) dengan penaksiran Partial Least Square (PLS). Penerapan ketidakpastian

Strategi tindak tutur komisif langsung meliputi (a) berniat modus berita 2 tuturan, (b) berjanji modus berita 11 tuturan, (c) menawarkan modus berita 7 tuturan, dan

Ratifikasi oleh pemerintah Indonesia terhadap KMK 2003, secara politis telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang memiliki komitmen pemberantasan korupsi

Nilai rerata indikator ini adalah 2,3 yang termasuk dalam kriteria kurang; (3) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi, pada pratindakan untuk

Resolusi yang rendah pada penggunaan ADC disebabkan salah satunya adalah tidak tercapainya rentang skala penuh baik pada masukan (input) dan keluaran (output).. Rentang

Jadi dalam hal ini hipotesa kerja diterima, yang berarti bahwa praktik PMBA akan mempengaruhi kenaikan berat badan bayi sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

Selain itu juga dapat dilihat interaksi yang terjadi antara ion logam dan ligan ditiokarbamat dan juga untuk mengidentifikasi adanya ikatan yang terbentuk dari