LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny Reni Puspitasari
Usia : 29 tahun
Alamat : Jl. Putur II no 12 Pulo Gadung, Jakarta Timur
Pekerjaan : Pegawai swasta Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal MRS : 17-04-2013
No. RM :
Dokter yang Merawat : dr.Aranda Tri S, Sp.OG
II. ANAMNESIS Keluhan utama :
Nyeri saat haid sejak setahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan sering nyeri saat haid, nyeri terutama dirasakan pada perut kanan bawah.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Os mengaku memiliki riwayat hipotensi, tidak pernah menderita asma, kencing manis maupun hipertensi.
Os mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita tekanan darah tinggi, kencing manis maupun asma.
Riwayat Haid :
Menarche umur 17 tahun, teratur, sakit, lama 7 hari, siklus haid 28 hari, HPHT tanggal 8 April 2013.
Riwayat Perkawinan:
Kawin ke 2, masih kawin, sudah 3 tahun lamanya.
Riwayat Obstetri:
P0A0
Riwayat Alergi:
Alergi debu, cuaca dingin, makanan, dan obat disangkal.
Riwayat Operasi:
Os mengaku tidak ada riwayat operasi
Riwayat Psikososial:
Os mengaku merokok 1 bungkus perhari. Kebiasaan minuman beralkohol disangkal.
III. PEMERIKSAAN A. Pemeriksaan Fisik Umum
1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Komposmentis
3. Tanda Vital
Nadi : 76 x/menit
Suhu : 36,0 oC
Pernapasan : 20 x/menit
STATUS GENERALIS Kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak rontok
Alis : Madarosis (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Leher : Perbesaran KGB (-), perbesaran thyroid (-)
Pulmo
Inspeksi : Pergerakan dindingdada simetris
Palpasi : Vokal fremitus sama dikedua lapang paru Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas jantung kanan; ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas kiri; ICS IV linea midclavikularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : perut simetris
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), tidak teraba adanya benjolan, hepar dan lien tidak teraba
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal Ekstremitas Atas Akral : Hangat RCT : < 2 detik Edema : (-) Ekstremitas Bawah Akral : Hangat RCT : < 2 detik Edema : (-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tgl 18-04-2013
Nilai Nilai rujukan Satuan
SGOT 17 10-31 µl
SGPT 11 9-36 µl
pH urin 7,5 5,0-7,0
Urobilinogen 1,0 0,2-1,0
Tgl 20-04-2013
Nilai Nilai rujukan Satuan
Hemoglobin 12,3 11,7-15,5 g/dl
Dianosis : Kista ovarium
Diagnosis pra bedah : Kista ovarium
Diagnosis pasca bedah : Hidrosalping dan perlengketan usus pada organ genitalia interna
- Insisi pfanenstiel kulit dan SBR
- Eksplorasi : uterus retrofleksi, ukuran normal, terdapat perlengketan usus menutupi bagian fundus uteri, sehingga cavum uterus tidak dapat ditampilkan. Tuba dextra membesar dengan diameter 3 cm,ovarium normal, tuba kiri dalam batas normal. Kedua ujung tuba mengarah ke depan oleh karena adanya perlengketan berat ssehingga dikonsul ke dr Adriyansyah selanjutnya dilakukan adenoliosis perlengketan usus,
- Setelah dapat dilepaskan, dilanjutkan tindakan salpingektomi kanan. - Perdarahan dirawat, diyakini berhenti.
- Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. - Perdarahan 200 cc
Follow up
S O A P
17-04-2013 Nyeri perut kanan bawah
TD : 90/60 N : 86 S : 36 RR : 19
Kista ovarium Ceftriaxone, vit c, alinamin, ranitidin
18-04-2013 Tidak ada keluhan
TD : 100/60 N : 86 S : 36 RR : 20
Kista ovarium Ceftriaxone, vit c, alinamin, ranitidin R/ laparotomi 19-04-2013 Sulit BAB TD : 100/70 N : 86 S : 36 RR : 19 Hidrosalping Perlengketan usus dengan organ genitalia interna Ceftriaxone, vit c, alinamin, ranitidin R/ laparotomi 20-04-2013
Pusing, nyeri pasca operasi TD : 90/50 N : 86 S : 36 RR : 19 Post adenolisis perlengketan usus dan salpingektomi Ceftriaxone, vit c, alinamin, ranitidin 21-04-2013
Pusing, nyeri pasca operasi, sulit BAB
TD : 80/40 N : 80 S : 36,5 RR : 20 Post adenolisis perlengketan usus dan salpingektomi H1 Ceftriaxone, vit c, alinamin, ranitidin BAB PEMBAHASAN
Definisi
Hidrosalping adalah gabungan dari kata Yunani ὕδωρ (hidro - "air") dan σαλπιγξ (salpinx – “terompet"); jamak adalah hydrosalpinges. Hydrosalpinx adalah kondisi dimana terjadi sumbatan pada saluran telur wanita (tuba fallopii) dan terisi cairan (hidro). Melebarnya tuba akibat cairan ini bisa bervariasi dalam ukuran tergantung jumlah cairan yang ada. Kondisi ini dapat bilateral atau unilateral, dan tabung yang terkena dapat mencapai beberapa sentimeter.
Etiologi
Penyebab utama untuk oklusi tuba distal adalah penyakit radang panggul (PID), atau salpingitis kronik (peradangan tuba falopi), yang dapat dipicu oleh infeksi klamidia atau gonore. Namun, tidak semua infeksi panggul akan menyebabkan oklusi tuba distal. Tuba tuberkulosis merupakan penyebab umum pembentukan Hidrosalping. Sehingga dapat dijelaskan bahwa etiologi dari hidrosalping antara lain :
a) Penyakit radang panggul (PID), atau salpingitis kronik (peradangan tuba falopi), yang dapat dipicu oleh infeksi klamidia atau gonore.
b) Gonorrhea - Penyakit Menular Seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
c) Chlamydia - Penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh bakteri, Chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita.
d) IUD, endometriosis, dan operasi kadang-kadang berhubungan dengan masalah ini. Sebagai reaksi terhadap cedera, tubuh bergegas mengirim sel-sel inflamasi ke daerah peradangan dan kemudian hasil penyembuhan menyebabkan hilangnya fimbria dan terjadi penutupan tabung.
e) Kehamilan f) Aborsi
Patofisiologi
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba.
Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.
Proses peradangan dan penyembuhan akibat infeksi tersebut menghancurkan halus jari-seperti fimbria, yang membentang dari ujung tuba fallopi pada ovarium. Fimbria bertanggung jawab untuk membawa telur untuk menunggu sperma dan sel telur dan sperma bergerak sama untuk pembuahan. Ketika terluka, fimbria menjadi menyatu bersama-sama, sehingga menutup tabung. Cairan kemudian mengumpulkan di saluran tuba, sehingga mustahil bagi mereka untuk berfungsi.
Gejala
Gejala dapat bervariasi. Beberapa pasien mengalami nyeri perut sering berulang bawah atau nyeri panggul , sementara yang lain mungkin asimtomatik. Sebagai fungsi tuba terhambat, infertilitas adalah gejala yang umum. Beberapa orang mungkin mengalami keputihan tidak normal karena infeksi panggul atau peradangan. Pasien yang tidak mencoba untuk hamil dan tidak memiliki rasa sakit, mungkin tidak terdeteksi.
Diagnosis
Ada beberapa cara untuk mendiagnosa Hidrosalping. Karena saluran tuba yang sangat kecil, semua metode ini menggunakan beberapa bentuk sinar-X atau kamera dengan jelas untuk melihat anatomi, antara lain:
1. USG.
Dalam prosedur ini, sebuah pemeriksaan menggunakan alat usg yang dimasukkan ke dalam vagina. Teknologi USG menggunakan sonar atau gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar real-time dari saluran tuba. Sebuah tabung fallopi normal biasanya tidak terlihat pada USG, sebuah tabung berisi cairan akan terlihat lebih besar dan 'berbentuk sosis'. USG singkat, non-invasif dan tidak menyakitkan, dan sering digunakan dalam penilaian awal dari indung telur, rahim dan saluran tuba. Namun, hidrosalping kecil mungkin terlewatkan oleh sonografi, sehingga HSG disarankan untuk mendiagnosis kondisi ini.
2. Hysterosalpingogram (HSG).
Suatu metode pemeriksaan diagnostik untuk memeriksa ke dalam rahim, saluran tuba (fallopian tubes) dan daerah sekitarnya. Pemeriksaan ini menggunakan x-ray dan biasa dilakukan pada wanita yang mengalami kesulitan untuk hamil.
Suatu zat kontras akan dimasukkan melalui vagina ke dalam rahim, dan kemudian akan gambar diambil dengan alat x-ray, dan kemudian akan terlihat zat kontras melewati rahim dan saluran tuba. Gambar yang diambil menggunakan sinar stabil X-ray ( fluoroscopy) sebagai pewarna melewati melalui rahim dan saluran tuba. Hasil pemeriksaan akan memperlihatkan apakah ada blockage (pembuntuan) pada saluran tuba -yang mana dapat menghambat pertemuan sel sperma dengan sel telur, dan juga menghambat sel telur melewati saluran tuba. Selain itu dapat juga dianalisa apakah ada kelainan pada rahim, yang mungkin bisa menghambat implantasi hasil konsepsi pada dinding rahim.
Histerosalpingogram (HSG) biasanya dilakukan untuk:
a. Menemukan suatu penyumbatan pada saluran tuba. Biasanya ini dilakukan pada wanita yang sulit hamil. Kadang infeksi dapat menyebabkan scarring yang menyebabkan saluran terbuntu, dan kadang zat kontras dapat “membuka” blockage tersebut
b. Melihat kondisi rahim, apakah ada struktur yang abnormal, ada tumor, atau benda asing dalam rahim. Kelainan itu biasanya bisa menyebabkan terjadinya keguguran.
Tes ini biasa dilakukan 2-5 hari setelah menstruasi berhenti, hal ini untuk memastikan tidak adanya suatu kehamilan. Dokter biasanya akan menanyakan riwayat alergi (beberapa pasien dapat mengalami alergi terhadap zat kontras yang akan dimasukkan), dan juga riwayat kesehatan yang lainnya.
Metode pemeriksaannya biasanya memakan waktu 15-30 menit. Pasien akan dipersilakan untuk berbaring kemudian suatu alat (speculum) akan dimasukkan dalam vagina, agar dokter bisa melihat ke dalam cervix (leher rahim), dan setelah bagian cervix dibersihkan, maka melalui suatu tube, cairan kontras akan dimasukkan ke dalam rahim. Jika tidak terjadi
pembuntuan, maka cairan akan mengalir menuju ke saluran tuba, dan nantinya zat kontras akan diserap oleh tubuh.
Efek samping, jika ada, mungkin melibatkan nyeri panggul atau kram. Ibuprofen dapat diberikan sebelum prosedur dilakukan dan dapat membantu mengurangi efek samping yang mungkin timbul. Kebanyakan wanita dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari segera.
3. Laparoskopi
Prosedur bedah menggunakan teknik bedah invasif minimal yang menggunakan alat-alat berdiameter kecil untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut. Kamera mini digunakan dengan terlebih dahulu dimasukkan gas untuk membuat jarak pemisah antara rongga sehingga dapat terlihat dengan jelas. Dokter bedah melakukan pembedahan dengan melihat layar monitor dan mengoperasikan alat-alat tersebut dengan kedua tangannya. Laparoskop dimasukkan ke daerah panggul melalui sayatan kecil di pusar, memungkinkan ahli bedah untuk melihat secara langsung saluran tuba pada layar. Dalam kasus-kasus tertentu, laparoskopi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis sebelumnya baik hidrosalping atau kondisi lain, tetapi karena itu adalah prosedur bedah yang memerlukan anestesi umum, umumnya tidak digunakan untuk diagnosis awal.
Penatalaksanaan
1. Terapi operatif biasanya dilakukan. Indikasi terapi ini adalah:
a) Apabila keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari. b) Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
c) Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization.
Dalam beberapa kasus, terutama di mana Hidrosalping yang kecil, jenis penyumbatan dapat diperbaiki, sehingga kehamilan terjadi secara alami. Hal ini memerlukan prosedur bedah yang disebut neosalpingostomy, di mana laparoskopi adalah pembedahan dimasukkan ke perut dan sebuah insisi dibuat untuk membuka tuba falopi tersumbat. Pemulihan dari prosedur ini relatif cepat dan aktivitas normal dapat dilanjutkan dalam beberapa hari. Karena kesehatan ovarium dan penurunan kualitas telur setelah usia 35, operasi pembalikan lebih layak untuk pasien yang lebih muda yang mampu menunggu waktu tambahan. Untuk hidrosalping besar, biasanya dilakukan salpingektomiy.
Pasien hamil setelah operasi tuba harus dipantau sangat erat untuk kehamilan ektopik mungkin. Ini adalah situasi yang berpotensi serius di mana janin implan dan tumbuh di tuba falopi bukan rahim. Karena perubahan keberhasilan yang rendah dengan upaya bedah rekonstruksi dari tabung (beberapa studi telah menunjukkan tingkat kehamilan 10% di tahun neosalpingostomy berikut hydrosalpinges), dan karena peningkatan risiko kehamilan ektopik, kebanyakan wanita mengalami kerusakan tuba signifikan disarankan untuk langsung berpindah ke IVF.
2. In Vitro Fertilization (IVF).
Pada pasien dengan Hidrosalping, saluran tuba dapat dilewati seluruhnya menggunakan perawatan IVF. Perawatan ini melibatkan suatu program kesuburan meningkatkan obat untuk menghasilkan beberapa telur dalam ovarium. Telur kemudian 'dipanen', atau dihapus dari indung telur dan dikombinasikan dengan sperma pria di
laboratorium. Telur yang baru dibuahi kemudian ditransfer langsung ke rahim wanita melalui tabung kecil yang disebut kateter.
Umumnya penelitian mendapatkan rendahnya angka keberhsailan IVF pada wabita dengan hydrosalpix, tetapi tidak semuanya setuju bahwa hydrosalpinx menyebabkan menrunnya angka keberhasilan IVF. Secara umum didapatkan penurunan 20-30% pada wanita dengan hydrosalpinx.
Diduga cairan dari hydrosalping masuk ke rahim. Dipercayai cairan ini memiliki efek toksik pada lapisan dalam rahim (endometrium) , atau langsung meracuni embryo (nakal bayi), atau keduanya. Juga diduga adanya efek "flushing" dari cairan ini, sehingga embryo yang sempat menempel dengan erat sudah "hanyut" duluan. Penelitian memperlihatkan bahwa dengan melakukan pembedahan pada saluran tuba yang rusak ini mala angka keberhsailan IVF akan meingkat. Cara lain apabila tuba sulit diangkat adalah dengan