p~
~
N~
fI~
N~
~ ~
x ~ 4, ISSN
1410-
76g6
STurn A W AL PENGUKURAN MODULUS YOUNG DAN POISSON RATIO
MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON
M. Refai Muslih, Nadi Supamo
dan Sairun
Puslitbang Iptek Bahan -BAT AN; Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang
ABSTRAK
STUDI AWAL PENGUKURAN MODULUS YOUNG DAN POISSON RATIO MENGGUNAKAN TEKNIK HAMBURAN NEUTRON. Telah dilakukan studi awal untuk mengukur Modulus Young dan Poisson ratio dengan menggunakan teknik hamburan neutron. Pengukuran dilakukan pada sam pel besi pasaran dengan mengamati perubahan jarak kisi sebagai fungsi dari pembebanan yang dilakukan pada benda uji. Pengukuran hanya dilakukan pada bidang tertentu saja dari sampel. Modlrus Young (koefisien regangan) dan Poisson ratio diukur dengan menempatkan sampel sedemikian rupa sehingga vektor hamburan (Q) tegak lurus terhadap arah pembebanan dan kemudian dilanjutkan pengukuran yang sejajar terhadap arah pembebanan. Dari pengukuran ini didapatkan modulus Young dan Poisson ratio untuk bidang ini berturut turut adalah 288,7 GPa dan 1,44.
ABSTRACT
PRELIMINARY STUDY ON MEASUREMENT OF YOUNG MODULUS AND POISSON RATIO BY USING NEUTRON SCATTERING TECHNIQUE HAD BEEN DONE. Preliminary study on measurement of Young Modulus and Poisson ratio using neutron scattering technique. The
common iron used as a sample. The difference of plane distance of the samples as a function of applied load has been determined from a diffraction peak. The measurement was conducted only for chossen plane of the sample. Young modulus and Poisson ratio were calculated from the measurements of transverse and longitudinal strains of the sample. From this measurement, the Young modulus of the common iron is 288.7 GPa and Poisson ratio is 1.44.
PENDAHULUAN
yang representatif, artinya dapat dikendalikan secara elektronis. Untuk keperluan itu, dalam tahun anggaran ini akan diusahakan pembuatan alat uji tarik. Penelitian ini dilakukan untuk mencari spesifikasi dari alat yang akan dibuat.
Salah satu peralatan hamburan neutron yang terpasang di ruang percobaan Reaktor Serbaguna GA Siwabessy (RSG-GAS) saat ini telah dimodifikasi menjadi alat pengukur tegangan sisa menggunakan teknik hamburan neutron. Berkas neutron berasal daTi S-6 RSG-GAS. Neutron yang berasal daTi teras reaktor mula-mula diparalelkan dengan kolimator 40' sebelum sampai ke monokromator. Kristal Monokromator yang digunakan adalah Silikon (311). Monokromator yang digunakan adalah monokromator lengkung (parabola) yang titik fokusnya diatur tepat di titik pusat meja sampel. Neutron yang terhambur kemudian dideteksi dengan menggunakan detektor neutron 0 dimensi. Didepan detektor ini ditempatkan kolimator 20'.
Hamburan neutron merupakan salah satu metoda yang relatif barn untuk menentukan tegangan sisa (maupun yang sedang dibebankan , applied stress) pada bahan-bahan kristalin. Metoda ini harnpir sarna dengan metoda pengukuran tegangan sisa di permukaan bahan menggunakan hamburan sinar-x. Kelebihan neutron dibandingkan dengan harnburan sinar-x adalah bahwa neutron dapat mengukur tegangan sisa di kedalarnan beberapa sentimeter dari benda uji. Hal ini bisa dilakukan karena neutron tidak bermuatan, sehingga dapat menembus bahan dengan mudah. Tetapi sarnpai saat ini belum ada standar baku pengukuran tegangan sisa menggunakan teknik hamburan neutron. [I]
Penelitian ini adalah untuk mendapatkan modulus Young besi pasaran. Untuk maksud ini diperlukan alat uji tarik yang dapat ditempatkan di atas meja sarnpel alat ukur tegangan sisa (DNI-M) sehingga dapat diamati perubahan jarak kisi sebagai fungsi pembebanan yang diberikan pada sarnpel. Pada saat ini DNI-M belum dilengkapi dengan alat uji tarik/tekan
~I
6 J~ 2001
76
~ Aii'd
P~
,.,~ y~ J,...
Po:..- ~ ,.,~
1~ H~
N~
H.~H...,L:.J.,~
TEORI
a=P
(6)
dimana E adalah Modulus Young (TPa), a adalah Stress
dalam MPa dan e adalah mikro Strain. Sedangkan
Poisson ratio dapat dihitung dari perbandingan
slope
strain kompresi
dengan
strain ekspansi
pada grafik strain
fungsi pembebanan.
BAHAN DAN ALA T
Bahan yang digunakan sebagai benda uji pada penelitian ini adalah besi pasaran dengan diameter IOmm yang biasa digunakan untuk pembuatan rangka bangunan. Benda uji kemudian dibubut sampai diametemya menjadi Smm.
Alat yang digunakan adalah pengukur tegangan sisa DNI-M. Spesifikasi teknis alat ini adalah sebagai berikut:
Dengan menggunakan teknik hamburan neutron, jarak kisi suatu bahan kristalin dapat diketahui. Jarak kisi ini akan berubah apabila benda mengalami pembebanan. Dalam hal ini alat pengukur tegangan sisa hanyalah dapat mengukur perubahan jarak kisi ini. Perubahan jarak kisi inilah yang dikenal dengan regangan (strain,e). Untuk mendapatkan besarnya tegangan (stress, a), diperlukan konstanta yang dikenal dengan Modulus Young. Modulus Young yang banyak beredar adalah modulus Young bulk material. Sedangkan
pengukuran strain menggunakan hamburan neutron
dimungkinkan untuk mengukur strain untuk bidang tertentu saja. Oleh karenanya modulus Young yang digunakan untuk menghitung stress haruslah modulus Young untuk bidang yang sarna.Jarak kisi benda uji dapat diketahui dengan menggunakan hukum Bragg
Spesifikasi Teknis DNJ-M Pengukur Tegangan Sisa dengan Metode Hamburan Neutron
2.d.sine=).
(1)
dimana d adalah jarakkisi dalam A clan e adalah Y2 sudut hamburan clan ]I. adalah panjang gelombang yang digunakan dalam satuan A. Perubahan jarak kisi Lld/do
adalah:
Ad/do= (d-do)/do
(2)
Karena panjang gelombang yang digunakan selama
pengukuran
adalah tetap, maka :
£1d/do=
(sin eol sin e) -
(3)
1. Monokromator
2. Kolimator
3. Luas Berkas datang
4. Take-off angle
5. Sudut 2-theta
6. Incident slit to sample
7. Sample
to difraction slit
8. Beam axis height
9. Translator
] o. Detektor Utama
] 1. Sistem
pencacah
]2. Pengendali
13. Perangkat
lunak
14. Kurva resolusi
dimana eo ada!ah ~ sudut hamburan pada saat benda
tidak terbebani.
Besarnya
tekanan yang diberikan kepada benda
uji dapat dipero!eh dengan menggunakan persamaan
Pascal:
P=4.m.g/7tD2
(4)
dimana P adalah tekanan dalam MPa, m adalah beban
dalam kg, g=9,8 ms.2 dan D adalah diameter benda uji
dalam rom.
Poisson ratio adalah perbandingan transver~le
strain dengan longitudinal strain. Transverse strain
adalah strain yang tegak lurus dengan pembebanan.
Sedangkan
longitudinal strain adalah strain yang sejajar
dengan pembebanan.
Modulus Young dan Poisson ratio
dapat dihitung dari grafik strain fungsi pembebanan.
Modulus Young (E) dihitung dengan persamaan di
bawah ini:
Sedangkan untuk memegang dan membebani benda uji digunakan mesin penekan yang dapat ditempatkan diatas meja sampel. Alat ini dilengkapi dengan load cell, untuk mengetahui besamya pembebanan yang diberikan kepada sampel. Pembebanan tertinggi yang dapat dideteksi oleh load cell adalah 1000 kgf. Dengan benda uji berdiameter 5 mm, besamya tegangan yang dapat c;iiberikan kepada benda uji adalah mulai 0 sampai dengan 499 MPa.
(5)
E= 0"/ edengan
77
~I
6 J-:. 2001
: S i (311) terfokus vertikal dan horizontal : # 1 = 40' (sebelum mono-kromator) #2 = Tidak ada #3 = 20' (an tara sampel dengan detektor utama) : 30(1)*SO(t) mrn2 : 0-700 : -100 -+1000 : max. 190 mrn : max. 310 mrn : 91 mrn : X = -70 -70 nm1 Y = -70 -70 mrn Z =0- SO mm : He3 : Canberra : IBM-PC : RESA (JAERl) termodifikasi. : lihat gambar 1.~ A~~ p~
HCIJ..l..,
y~ """" p~
~ H~
T~ h'~
N~
11.~I1~/~
-q)~
Q) ..J~
J:
~
didapatkan dengan memutar 90 derajat relatif terhadap posisi hoop-nya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari basil pengukuran panjang gelombang dengan Silikon serb uk, didapatkan pola difraksi seperti ditunjukkan pada gambar 2. Sedangkan pola difraksi besi tanpa beban ditunjukkan pada gambar 3.
0
SO
100
2Theta (degree)
150
Gambar 1. Kurva resolusi DN1-M
TATA KERJA
Gambar 2. Pola difraksi neutron dari serbuksilikon
standar diukur dengan DN1-M
Pertama-tama DNI-M harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui panjang gelombang yang digunakan. Untuk keperluan ini digunakan sampel standar Silikon serbuk. Setelah diketahui dengan pasti panjang gelombangnya, benda yang akan diukur modulus elastisitasnya diamati pola hamburan neutronnya. Setelah itu ditentukan bidang yang mana yang akan diamati perubahan jarak kisinya.
Benda uji yang akan diukur kemudian diputar pada sumbu meja sampel pada posisi tegak dan mendatar dan kemudian di-scan theta-2theta disekitar sudut hamburan dari bidang yang akan diamati. Dari sini akan didapatkan jarak kisi referensi (do). Benda uji yang akan diukur pertama-tama ditempatkan pada pemegang sampel yang telah dipasang diatas meja sampel. Sebelum dilakukan pembebanan, hams diketahui terlebih dahulu jarak kisi tanpa beban. Pengukuran dilakukan dalam dua posisi, yaitu posisi Hoop dan Radial. Posisi Hoop adalah posisi pada saat vektor hamburan (Q) sejajar dengan gaya pembebanan. Penempatan benda uji pada posisi
Hoop ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 3. Pola difraksi neutron pad a besi tanpa
beban
Dari pola difraksi besi diatas, terlihat adanya dua puncak, yaitu pada sudut 2theta sarna dengan 55,4 dan 82,2 derajat. Selanjutnya pengukuran dilakukan pada puncak yang kedua. Posisi puncak untuk posisi hoop dan radial dan besarnya pernbebanan ditarnpilkan dalarn tabel
1.
Tabel1. Posisi Puncak Hoop dan Radial pad a Besi
G8ye
Gambar 2. Penempatan benda uji pada posisi Hoop
Sedangkan
posisi radial adalah posisi pacta
saat
Q tegak lurns terhadap gaya. Pengarnbilan data untuk
posisi Hoop daD radial harus dilakukan di ternpat yang
sarna. Untuk keperluan itu daerah yang akan diarnati
haruslah terletak di tengah rneja sarnpel. Posisi radial
78
~I
6 J~ 2001
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
~
A4i.d
p~
H~
y~ "- Po:-- ~ H~
T~ H~
N~
H. R¥ H...l:t.
~
Dari tabel diatas kemudian dihitung besamya strain
(i\d/do) dan besamya tekanan yang diberikan kepada
benda uji (lihat tabel 2)
Tabel 2. Strain (Ad/do) dan Tekanan pad a Benda Uji
No
mikroStrainHoop
-0.06063 -260.132 -330.120 -530.009 -639.901 mikroStrain Radial 0.000 200.2181 260.3049 220.2459 510.7738 2 3 45
Tekanan (Mpa) 0 49.936 74.904 99.873 124.84untuk bidang tertentu saja..
Sedangkan
untuk harga rasio
Poisson sebesar 1,44 hal ini jelas sulit dipertanggung
jawabkan secara
teoritis. Besarnya
harga Poisson
ratio ini
diduga disebabkan
dari metoda dan alat penekan sampel
yang digunakan. Dalam percobaan ini sampel ditekan
dengan
pembebanan
yang relatif besar. Dapat saja terjadi
sampel menjadi melengkung. Kejadian ini tidaklah
diharapkan,
karena akan terjadi gradasi jarak kisi pada
arab kelengkungan.
Melengkungnya sampel disebabkan
karena gaya-gaya
yang bekerja di kedua ujung sampel
tidaklah segaris lurus. Penekan yang digunakan selama
percobaan
ini dapat dilihat pada gambar 5.
Titik tengah antara kedua penekan sampel ini
sudah diusahakan
segaris waktu pembuatan,
tetapi karena
adanya toleransi yang cukup besar pada ulir yang
digunakan,
sehingga titik tengah dari keduanya
tidaklah
selalu segaris lurus horizontal. Hal ini pula yang
menyebabkan posisi sampeI semakin miring seiring
dengan bertambahnya
pembebanan.
Posisi sampel yang
bergerak seiring dengan pembebanan tidaklah
dikehendaki
karena akan menyebabkan
perubahan
posisi
daerah
pengamatan.
Dengan mengabaikan data pada baris kedua sampai
keempat, dibuat grafik strain stress seperti dtunjukkan
pada gambar
4.
Gambar 4. Kurva Strain Stress besi pasaran
(a) Posisi pemegang Sam pel Oi Atas Goniometer
Sampel.
Dengan memperhatikan
posisi sudut hamburan
untuk bidang (220) sampai dengan (331) sampel silikon
serbuk, didapatkan bahwa panjang gelombang yang
digunakan dalam percobaan ini adalah 0,1884 nm.
Pengukuran pergeseran puncak difraksi sampel besi
sebagai fungsi pembebanan di1akukan pada sudut
disekitar 82:2 derajat karena pada posisi ini volume
sampel yang terkena neutron adalah paling sedikit.
Meskipun daTi kurva resolusi DNI-M, posisi ini
bukanlah posisi optimum alat ini. Dalam hal ini yang
lebih dipentingkan adalah mendapatkan volum~
seminimal mungkin. ldealnya kurva resolusi alat ini
mempunyai
plateu yang lebar, sehingga untuk beberapa
posisi pengukuran yang berbeda akan mempunyai
resolusi
yang tidakjauh berbeda.
Dari kurva Strain Stress besi pasaran diketahui
besarnya modulus Young bahan ini adalah 288,7 GPa
dengan rasio Poisson sebesar 1,44. Nilai perbandingan
Poisson untuk benda yang diuji dengan mesin uji tarik
biasanya berkisar daTi 0 sampai 0,5 untuk bahan yang
isotropik. Sedangkan
modulus Young untuk besi berkisar
200-220 GPa [2,3]. Kedua nilai diatas terlihat jauh
berbeda. Tetapi untuk besaran modulus Young,
perbedaan
ini masih bisa ditolerir, karena harga 200-220
GPa adalah untuk bulk material. Sedangkan yang
didapatkan
dalam pengukuran
ini adalah modulus Young
(b). Detail Posisi Sampel pada Saat Pengukuran Gambar 5. Posisi pemegang Sam pel
Secara teoritis, pembebanan
berupa penekanan
dan penarikan terhadap sampel,
tidaklah berbeda. Tetapi
selama percobaan ini
terlihat bahwa apabila
pembebanannya
berupa penekanan,
posisi sampel akan
semakin
miring dengan
bertambahnya
beban. Karena hal
St...l.:
AiII,.L
p~
M~
y~ k". p~
~
M~
T~ H..,..t..,
,.
N~
H. R¥H~. ~
ini juga maka sulit diharapkan terjadinya pemampatan di tengah-tengah sampel apabila beban diperbesar, yang akan terjadi adalah melengkungnya sampel karena adanya gaya geser. Hal ini semua disebabkan karena tidak segarisnya gaya-gaya yang bekerja di kedua ujung sampel. Dan juga disebabkan besarnya toleransi daTi ulir penekan yang digunakan.
2.
Hasil daTi pengukuran Poisson ratio masih jauh daTi yang diharapkan karena pemegang sampel daDsistim pembebanannya perlu disempumakan.
DAFTARPUSTAKA
KESIMPULAN
[1]. ISO V AMAS; Technology Trends Assessment:
Polycrystalline materials-Determination
of residual
stressess
by neutron diffraction; 151
edition 2001.
[2]. R.S. KHURMI & J.K.. GUPTA, A Text Book of
Machine Design, Eurasia Publishing House LTD.
Ram
Nagar
New
Delhi-I 10055,
1982.
http://www.iastate.edu/-em327/327exp/poisson/pois
son.html
Dari hasil studi pendahuluan
ini dapat disimpulkan
beberapa
hal sebagai
berikut:
Dengan menggunakan peralatan DNI-M dapat diukur Modulus Young daD Poisson ratio mikroskopik dari suatu bahan polikristal.