• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia berada dalam komunitasnya, pasti etika ikut berperan sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. manusia berada dalam komunitasnya, pasti etika ikut berperan sebagai"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

A.Latar Belakang Masalah

Dalam pergaulan antar sesama manusia, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat selalu diperlukan etika atau lebih tepat etiket (tata sopan santun) pergaulan. Nampaknya hal ini fitrah manusia bahwa manusia memiliki rasa ingin dihargai oleh orang lain sekaligus ingin menghargai orang lain. Dari rasa ingin dihargai oleh orang lain inilah, seseorang berupaya, bersikap dan berperilaku sopan. Intinya adalah bagaimana kita bersikap dan bertingkah laku sopan kepada orang lain. Akan tetapi ternyata bentuk dan wujud sikap dan perilaku sopan antara masyarakat dari daerah satu berbeda dengan masyarakat daerah lainnya.

Masalah etika adalah masalah manusia pada umumnya dimanapun manusia berada dalam komunitasnya, pasti etika ikut berperan sebagai pedoman tingkah laku baik-buruk dalam pergaulan. Remaja yang merupakan bagian dari manusia pada umumnya tentu juga memerlukan pedoman tingkah laku agar pergaulannya dapat berjalan dengan baik, sehingga mereka terhindar dari pergaulan yang menyimpang.

Pergaulan merupakan suatu hubungan yang meliputi suatu tingkah laku individu. Pergaulan antar sesama manusia harus bertujuan pada keamanan, ketentraman, kesenangan dan keselamatan. Apabila dalam pergaulan khususnya remaja yang tidak bertujuan pada keamanan, ketentraman,

(2)

kesenangan dan keselamatan, maka akan menimbulkan suatu pergaulan atau hubungan yang meremehkan moral.1

Etika pergaulan mempengaruhi bentuk berbagai sifat. Bila etika pergaulan positif, anak mengembangkan sifat-sifat seperti kepercayaan diri, harga diri, dan kemampuan untuk melihat dirinya secara realistis. Kemudian mereka dapat menilai hubungan dengan orang lain secara tepat dan ini menumbuhkan penyesuaian sosial yang baik. Sebaliknya, apabila etika pergaulan negatif, anak mengembangkan perasaan tidak mampu dan rendah diri.2

Etika pergaulan anak perlu adanya bimbingan dan dorongan serta pengawasan terhadap anak, hal ini memerlukan kerjasama yang baik dan harmonis antara keluarga terutama orang tua, guru dan lingkungan masyarakat dimana anak itu berada. Hubungan kerjasama yang baik antara bapak dan ibu dapat menanamkan nilai akhlaqul karimah terhadap anak, maka kerjasama inilah yang sangat diharapkan dalam rangka pembentukan etika pergaulan anak. Suasana yang baik dalam keluarga yaitu terutama tergantung pada bapak dan ibu sebagai pengatur keluarga dan dasar dari seluruh pendidikan keluarga adalah saling cinta mencintai.3

Etika pergaulan memiliki peranan penting dalam bentuk apapun, misalnya dalam bentuk atau kualitas interaksi dengan lingkungannya seseorang dapat berubah. Melalui etika pergaulan, individu dapat memperoleh gambaran

1

Amir Syukur, Metodologi Studi Islam (Yogyakarta: PT LSAP, 2006), hlm. 171.

2 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak (Jakarta: Erlangga, 2000), hlm. 238.

3 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Karya

(3)

tentang dirinya secara utuh, tahu dan mengerti yang akan dijalani dan diinginkannya sehingga dengan pemahaman konsep diri yang positif diharapkan individu akan mempunyai kepribadian muslim yang baik.4

Pola asuh orang tua diartikan sebagai suatu upaya untuk memberikan didikan dan bimbingan pada anak, untuk meningkatkan unsur-unsur kebaikan dalam dirinya, baik aspek jasmani maupun rohani yang telah ada padanya, untuk lebih dikembangkan lagi menuju suatu tujuan yang baik pula. Moh. Shochib dalam bukunya Pola Asuh Orangtua menyatakan bahwa keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak. Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan yang paling utama. Keluarga selalu mempengaruhi budi pekerti anak.5

Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula. Kepribadian anak terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak.6 Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan pertama, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak 7

4 Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian (Jakarta: CV Rajawali, 2005), hlm. 23. 5 Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua (Dalam Membantu Mengembangkan Disiplin Diri)

(Jakarta: Rieneka Cipta, 2008), hlm. 10.

6 Sintha Ratnawati, Keluarga, Kunci Sukses Anak (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 12. 7 Kartono Kartini, Peran Keluarga Memandu Anak (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hlm.

(4)

Perilaku ataupun perlakuan orang tua terhadap anak merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, terkait dengan cara bagaimana orang tua mendidik dan membesarkan anak menunjukan bahwa dalam berinteraksi dengan anak, orang tua dengan tidak sengaja atau tanpa disadari mengambil sikap tertentu. Anak melihat dan menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah lakunya yang dibiasakan, sehingga menjadi pola kepribadian. Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam keluarga yang akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Pola asuh adalah aktivitas kompleks yang melibatkan banyak perilaku spesifik yang bekerja secara individual dan bersama-sama untuk mempengaruhi anak.8

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau pola asuh orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.9

Dari hasil observasi sementara yang peneliti lakukan diketahui bahwa anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang berusia 12 – 15 tahun memiliki etika pergaulan yang baik, seperti bersikap ramah terhadap orang lain, bertutur kata sopan, menghargai orang

8

Moeljono Notosoedirjo dan Latipun, Kesehatan Mental, Konsep, dan Penerapan

(Malang: UMM Press, 2002), hlm. 109.

9 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT. Remaja

(5)

lain dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja tidak lepas dari peran serta pola asuh orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya.10

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Etika Pergaulan Anak di Desa Randumuktiwaren

Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan” dengan alasan sebagai berikut:

1. Etika pergaulan secara bertahap tumbuh sedikit demi sedikit timbul sejalan dengan berkembangnya kemampuan persepsi individu. Pergaulan juga dipengaruhi oleh pemahaman konsep diri, jadi apabila pemahaman konsep diri seseorang itu baik, apakah pergaulan orang tersebut akan sejalan dengan konsep dirinya.

2. Anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten

Pekalongan masih memerlukan bimbingan dan pola asuh dari orang tua, karena pada usia semuda itu masih terbuka peluang bagi perkembangan dan perubahan besar dimasa yang akan datang dan pergaulan anak umumnya masih mudah terbentuk.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan?

10 Observasi di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan

(6)

2. Bagaimana pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan?

3. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan?

Agar dalam penulisan ini tidak terjadi kesalah pahaman makna atau salah persepsi maka dipandang perlu dicantumkan penegasan istilah:

1. Pola Asuh

Pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh dalam mendidik anak sebagai dari rasa tanggung jawab kepada anak.11

2. Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial.12

3. Etika Pergaulan

Etika pergaulan diartikan sebagai suatu tingkah laku (baik dan buruk) dalam bergaul.13

4. Anak

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa yang masih dalam pengasuhan orang tuanya.14

11 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),

hlm. 109.

12

Https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_tua. Diakses tanggal 27 Oktober 2015.

13 Puspareni, Etika Pergaulan. Dari: Http: www.blogspot.com. Diakses tanggal 27

Oktober 2015.

(7)

Berdasarkan penegasan istilah di atas, maka maksud penelitian ini adalah cara yang ditempuh orang tua dalam mendidik anaknya mengenai cara-cara bergaul yang baik.

C.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

2. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

3. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan yang berupa hasil penelitian dengan harapan dapat dijadikan sebagai acuan karya ilmiah yang akan datang.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan wacana dalam pengetahuan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi

(8)

perkembangan. 2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

pertimbangan bagi orangtua dalam mendidik anak yang ditujukan dalam perkembangan perilaku dan etika pergaulan anak.

b. Dapat bermanfaat bagi anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan sehingga dapat mengontrol dirinya sendiri untuk menuju ke arah positif agar tidak terjerumus kenakalan.

E.Tinjauan Pustaka

1. Analisis Teoritis

Menurut D. Baumrind sebagaimana dikutip dari Wawan Junaidi ada empat macam pola asuh, yakni:

a. Pola Asuh Demokratisadalah pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.

b. Pola Asuh Otoriter. Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.

(9)

longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

d. Pola asuh Penelantar. Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka.15

Menurut Singgih D. Gunarsa, orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada dilingkungannya. Disamping itu, orang tua juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing, dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. 16

Menurut Sintha Ratnawati, pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi kepribadian anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah kepribadian yang baik pula. Kepribadian anak

15

Wawan Junaidi, Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua. Dari Http: www.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Juni 2015.

16

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), hlm. 108-109.

(10)

terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak. Keluarga adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi pembentukan kepribadian anak yang baik.17

Menurut Poedjawiyatna menjelaskan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat. Sebagai ilmu etika mencari kebenaran dan sebagai filsafat, etika mencari keterangan (benar) yang sedalam-dalamnya. Sebagai tugas tertentu bagi etika, etika mencari ukuran baik buruk bagi tingkah laku manusia.18 Etika bisa diartikan sebagai ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang jahat. Etika sendiri sering digunakan dengan kata moral, susila, budi pekerti, dan akhlak.19

Menurut Mohammad Ali dan Mohammad Asrori menjelaskan bahwa etika pergaulan secara istilah diartikan sebagai cara-cara individu beraksi terhadap orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh pergaulan itu terhadap dirinya. Etika pergaulan ini menyangkut juga penyesuaian diri terhadap lingkungan, seperti makan dan minum sendiri, berpakaian sendiri, menaati peraturan, membangun komitmen bersama dalam kelompok atau organisasinya, dan sejenisnya.20 Etika pergaulan

17

Sintha Ratnawati, Loc.Cit., hlm. 12.

18 Poedjawiyatna,. Etika Filsafat Tingkah Laku, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 6. 19

Burhanudin Salam, Etika Individu Pola Dasar FilsafatMoral (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 3.

20 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta

(11)

adalah suatu perbuatan atau tindakan menurut ketentuan-ketentuan Allah SWT dan hukum-hukum Allah SWT yang mengatur mekanisme antara seseorang atau kelompok atau hubungan manusia dengan selain Allah SWT.21 Etika pergaulan berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada didunia sekitarnya. Dalam perkembangannya setiap individu ingin tahu bagaimanakah cara melakukan etika pergaulan secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial.

Menurut Amir Syukur menjelaskan bahwa etika pergaulan dalam ilmu fiqih juga bisa diartikan sebagai mu’amalah, karena mu’amalah mencakup semua aspek tentang hubungan antara manusia atau hubungan selain dengan Tuhan. Sedangkan pengertian mu’amalah sendiri adalah segala aturan agama yang mengatur antara sesama manusia baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya dan antara manusia dengan alam sekitarnya atau alam semesta.22

Menurut Syamsu Yusuf menjelaskan bahwa etika pergaulan merupakan ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Etika pergaulan merupakan integrasi sistem kalbu, akal, dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Etika pergaulan juga diartikan etika pergaulan yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan

21 Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm. 770. 22 Amir Syukur, Op.Cit., hlm. 171.

(12)

jiwanya, maupun filsafat hidupnya dan kepercayaan menunjukan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepada-Nya.23

Menurut Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa etika pergaulan secara global terbagi dalam tiga aspek, yaitu aspek kejasmanian, aspek kejiwaan dan aspek kerohanian yang luhur.24 Ngalim Purwanto menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi etika pergaulan diantaranya adalah faktor biologis, yang berhubungan dengan keadaan fisik, baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan yang penting pada pergaulan seseorang.25

Menurut Mulyono Abdurrohman menjelaskan bahwa lingkungan yang berdisiplin baik, sangat berpengaruh terhadap pergaulan seseorang. Apalagi seorang yang sedang tumbuh pergaulannya, tentu lingkungan yang tertib, teratur, tenang, tentram, sangat berperan dalam membangun pergaulan yang baik. Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu panjang.26

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dipahami bahwa etika pergaulan merupakan suatu hubungan tingkah laku individu yang di dalamnya terdapat suatu norma dan nilai-nilai yang digunakan dalam

23 Syamsu Yusuf, Op.Cit., hlm. 212.

24 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al Ma’arif,

2002), hlm. 68.

25

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 160.

26 Mulyono Abdurrohman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: PT.

(13)

kehidupan sehari-hari, serta merupakan tolak ukur tingkah laku individu yang di gunakan masyarakat untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan manusia dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Penelitan yang relevan

Dalam skripsi karya Muslihin yang berjudul “Pola Asuh Keluarga

Nelayan Di Desa Gedangan Pekalongan”, hasil penelitian menyimpulkan

bahwa pola asuh anak pada keluarga nelayan di Desa Gedangan Pekalongan mayoritas termasuk pola asuh penelantar, artinya orang tua lebih mementingkan kepentingannya pribadi daripada memperhatikan kebutuhan anaknya, seperti kebutuhan anak akan pendidikan formal, kebutuhan anak akan kasih sayang, kebutuhan anak akan pendidikan agama dan lain sebagainya. Faktor yang membentuk pola asuh penelantar pada keluarga anak nelayan di Desa Gedangan Pekalongan adalah faktor ekonomi dan faktor pendidikan orang tua.27

Begitu juga dengan skripsi karya Mutmainah yang berjudul “Pola Asuh Orang Tua Dalam Menumbuhkembangkan Kecerdasan Emosional Anak Di Desa Silirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan”, dari hasil

penelitian yang didapatkan adalah pola asuh orang tua dalam menumbuhkembangkan kecerdasan emosional anak di Desa Silirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan termasuk baik karena mereka dalam mengasuh anak dengan mengajarkan hal-hal yang baik, seperti

27 Muslihin, “Pola Asuh Keluarga Nelayan Di Desa Gedangan Pekalongan”, Skripsi

(14)

mendidik dengan pendidikan agama, mengajarkan pendidikan formal dan mengajarkan kasih sayang terhadap sesama.28

Skripsi karya Mahdalina yang berjudul “Pola Asuh Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga Kaya Desa Waru Lor Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan”, yaitu meneliti tentang pola asuh

pendidikan agama di lingkungan keluarga kaya Desa Waru Lor yang mayoritas berasal dari kalangan pengusaha batik. Pola asuh pendidikan Islam yang diterapkan di lingkungan keluarga kaya Desa Waru Lor bermacam-macam, mulai dari tipe demokratis, tipe otoriter, tipe permissif dan tipe penelantar. Dan tipe yang digunakan oleh keluarga kaya di Desa Waru Lor ini adalah tipe demokratis dalam mengasuh anak-anaknya. Materi yang disampaikan dalam mengasuh pendidikan agama di keluarga kaya Desa Waru Lor yaitu pendidikan aqidah, pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak.29

Dari hasil eksplorasi penulis terhadap berbagai karya ilmiah, sumber dan bahan pustaka ada pembahasan yang sama dengan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian di atas adalah pada penelitian peneliti ditekankan tema tentang pola asuh orang tua dan etika pergaulan. Fokus penelitian ini adalah tentang pola asuh orang tua dalam

28 Mutmainah, “Pola Asuh Orang Tua Dalam Menumbuhkembangkan Kecerdasan Emosional Anak di Desa Silirejo Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2014), hlm. vii.

29

Mahdalina, “Pola Asuh Pendidikan Agama Islam Di Lingkungan Keluarga Kaya Desa Waru Lor Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2012), hlm. viii.

(15)

menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

3. Kerangka Berfikir

Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.30 Pola asuh diartikan sebagai bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.31 Pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada anak bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan yang diberikan.32

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat mempengaruhi etika pergaulan anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui bagaimana cara mengasuh anak dengan baik sehingga terbentuklah etika pergaulan yang baik pula. Etika pergaulan terbentuk dengan melihat dan belajar dari orang-orang disekitar anak. Keluarga adalah orang yang terdekat bagi anak dan mempunyai pengaruh yang sangat besar. Segala perilaku orang tua yang baik dan buruk akan ditiru

30 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 26.

31

Harris Clemes, Mengajarkan Disiplin Kepada Anak (Jakarta: Mitra Utama, 1996), hlm. 28.

32 Theo Riyanto, Pembelajaran sebagai Proses Bimbingan Pribadi (Jakarta: Gramedia

(16)

oleh anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi terbentuknya etika pergaulan anak yang baik.33

Orang tua dapat memilih pola asuh yang tepat dan ideal bagi anaknya. Orang tua yang tepat memilih pola asuh untuk anaknya akan menanamkan etika pergaulan yang baik, namun sebaliknya apabila orang tua salah menerapkan pola asuh akan membawa akibat yang buruk pada akhlak anak. Orang tua diharapkan dapat menerapkan pola asuh yang baik dalam menanamkan etika pergaulan anak, sehingga dapat menjaga diri dari perbuatan tercela.

F. MetodePenelitian

1. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.34

2. Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), karena merupakan penyelidikan mendalam (indepth study)

33 Sintha Ratnawati, Keluarga, Kunci Sukses Anak (Jakarta: Kompas, 2000), hlm. 12. 34 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 5.

(17)

mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.35 Penelitian lapangan mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.36 Dengan melakukan field research akan dapat menentukan pengumpulan data dan informasi tentang pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

3. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder.37

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki anak dan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang berusia antara 12 – 15 tahun.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari buku-buku, dokumen, artikel, internet dan sumber lain yang mendukung dan melengkapi penelitian yang dilakukan.

35 Ibid., hlm. 8.

36

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Research Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 2005), hlm. 27.

37 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

(18)

4. Teknik Pengumpulan Data

Penggunaan teknik pengumpulan data secara tepat yang relevan dengan jenis data yang akan digali adalah merupakan langkah penting dalam suatu kegiatanpenelitian. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik sebagai berikut: a. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung.38 Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab dan bercakap-cakap secara lisan.39 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara bebas terpimpin, sehingga tidak mengikat jalannya wawancara tersebut. Dengan demikian,

pertanyaan-pertanyaan dapat ditambah dan dikurangi, tanpa

mengganggu kelancaran jalannya wawancara dan akan membawa hasil yang akurat. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren dan faktor apa yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa

38Ibid., hlm. 185. 39 Ibid., hlm. 74.

(19)

Randumuktiwaren. Wawancara dilakukan dengan orang tua dan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan yang berusia antara 12 – 15 tahun.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan meneliti bahan-bahan yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, raport, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.40 Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang profil Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, meliputi: letak geografis, monografis, dan tata pemerintahan desa Randumuktiwaren.

5. Uji Keabsahan Data

Penelitian ini dimulai dari lapangan, yakni dari fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsir dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Data reduction (reduksi data) berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang hal-hal yang tidak perlu.

b. Data display (penyajian data) bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif.

40 Ibid., hlm. 136.

(20)

c. Conlusion drawing/verification guna menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal.41

Hasil dari penelitian ini adalah kesimpulan mengenai etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren, pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren, faktor yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

6. Metode Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, proses selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah menganalisis data-data yang sudah terkumpul. Analisis data merupakan tahap terpenting dari sebuah penulisan. Sebab pada tahap ini dapat dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan yang telah dirumuskan .

Analisis data adalah suatu usaha untuk mengetahui tafsiran terhadap data yang terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisa. Analisa data tersebut merupakan temuan-temuan di lapangan.42

Untuk menganalisis data yang ada, akan digunakan analisis data kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis

41 Ibid.,hlm. 338.

42 Sugiyono, Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D (Bandung: CV Alfabeta, 2008),

(21)

adalah prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta yang nampak atau sebagaimana adanya, kemudian dicoba diadakan penegasan dan analisa sehingga nantinya akan membentuk dalam rumusan teori baru atau memperkuat teori lama, dengan menghasilkan modifikasi teori lama, dengan menghasilkan modifikasi teori bukan merumuskan teori, yang kemudian menjadi suatu kesimpulan mengenai pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

G.Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan penulisan dan pemahaman pokok-pokok masalah yang akan dibahas, maka peneliti menyusun sitematika skripsi sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, merupakan gambaran umum tentang keseluruhan isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II Pola Asuh dan Pergaulan. Bagian pertama tentang Pola Asuh, meliputi: Pengertian Pola Asuh, Macam-Macam Pola Asuh, Penerapan Pola Asuh yang Baik, Pola Asuh yang Menyimpang. Bagian kedua tentang Etika Pergaulan, meliputi: Pengertian Etika Pergaulan, Faktor-Faktor yang

(22)

Mempengaruhi Etika Pergaulan, Macam-Macam Etika Pergaulan, dan Upaya Mengembangkan Etika Pergaulan.

Bab III Pola asuh orang tua dan Etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Bagian pertama tentang Profil Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, meliputi: letak geografis, monografis, tata pemerintahan Desa Randumuktiwaren. Bagian kedua tentang etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Bagian ketiga tentang pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. Bagian keempat tentang faktor yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

Bab IV Analisis pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten

Pekalongan, meliputi: Analisis etika pergaulan anak di Desa

Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, Analisis pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, Analisis faktor yang mendukung dan menghambat pola asuh orang tua dalam menanamkan etika pergaulan anak di Desa Randumuktiwaren Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu satwa khas TNK adalah komodo (Varanus komodoensis), merupakan reptilia purba yang memiliki nilai konservasi tinggi dan merupakan flagship species TNK. Satwa ini

[r]

Pada hakekatnya konflik merupakan suatu pertarungan menang kalah antara kelompok atau perorangan yang berbeda kepentingannya satu sama lain dalam organisasi..

Pada larva ikan selais (Silurid catfish) Ompok rhadinurus, Alawi (2008b) juga mendapatkan bahwa cacing tubifex dapat diberi sebagai pakan awal larvae dan

Penelitian yang dilakukan Lyubomirsky, King, dan Diener (dalam Verma & Tiwari, 2017 ) menyebutkan bahwa individu dengan tingkat flourishing yang tinggi memiliki

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang MahaEsa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan