• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rehab Stroke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rehab Stroke"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Rehabilitasi Medik Stroke

Beny Rachmat wijaya Firdha Fachrunnisa

Nadia

Preceptor :

Ami Rachmi, dr., Sp.RM

Bagian Ilmu Rehabilitasi Medik FK UNISBA-RSUD Al-Ihsan

BANDUNG 2016

(2)

Definisi Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional

otak fokal maupun global akut, lebih dari

24 jam, berasal dari gangguan aliran

darah otak dan bukan disebabkan oleh

gangguan peredaran darah otak sepintas,

tumor otak, stroke sekunder karena

trauma maupun infeksi.

(3)

Epidemiologi

Stroke merupakan penyebab kematian ke-2 terbanyak di

negara maju dan ke 3 terbanyak di negara berkembang.

Berdasarkan data WHO tahun 2002, lebih dari 5,47 juta orang

meninggal karena stroke di dunia.

1 Dari data yang dikumpulkan oleh

American Heart

Association

tahun 2004 setiap 3 menit satu orang meninggal

akibat stroke.

(4)

STROKE STROKE INFARK (85%) STROKE PERDARAHAN(15%) ATHEROTHROMBOTIK (80%) KARDIOEMBOLI (20%) PERDARAHAN INTRASEREBRAL PERDARAHAN SUBARAKNOID

(5)

Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu.

Transient Ischemic Attack.

Stroke ~ in ~ evolution.

Completed stroke.

Berdasarkan sistem pembuluh darah.

Sistem karotis.

(6)

Faktor Resiko

NON-MODIFIABLE

MODIFIABLE

MAYOR MINOR

Umur

(semakin tua, semakin berisiko)

Hipertensi

(gunakan antihipertensi)

Hiperkolesterolemia (obat penurun lipid) Jenis kelamin (Laki-kali > Perempuan) Penyakit jantung (antiplatelet, antikoagulan, antiaritmia) Merokok (berhenti merokok) Ras & etnik

(banyak pada kulit hitam karena berpotensi untuk terkena hipertensi, diabetes mellitus dan

obesitas) DM (kontrol glukosa) Alkohol (berhenti mengkonsumsi) Herediter

(terdapat stroke di kalangan anggota keluarga)

(7)

PATOGENESIS

Stroke Infark

Kolesterol ↑ dalam darah

Pembuluh darah terisi oleh hyaline-lipid material (prosesnya

lipohyalinosis)

Atherosclerosis

Terbentuk atheromatous plaque

Terjadi degenerasi dinding pembuluh darah dan berkurangnya

elastisitas dinding pembuluh darah

(8)

Lesi pada atheromatous plaque

Merangsang reaksi inflamasi

Prostacyclin , homocystine, tromboxan A2 merangsang terjadinya

proses coagulasi dengan merangsang agregasi platelet dan

melepaskan protein protein coagulasi

Koagulasi terus menerus

Thrombus

Vasomodulin (untuk menghambat

(9)

Stenosis

Aliran darah terhambat

Daerah-daerah yang disuplai oleh arteri yang mengalami

stenosis kurang mendapat suplai darah

(10)

Clinical picture :

terjadi rasa sakit di bagian lateral cranial

rasa sakit berada pada 1 sisi kepala tempat terjadinya

oklusi carotid, yaitu di depan kepala

sakit kepala lebih ringan dibanding pendarahan

tidak terdapat kekakuan di bagian leher

(11)

Stroke Perdarahan

Lemahnya dinding pembuluh darah (akibat hipertensi)

Mudah rupture

Bleeding

Terbentuk hematom

Sehingga menimbulkan brain shift.

Setelah itu hematom akan terus membesar dan menekan

jaringan otak yang normal (otak akan mengalami edema)

(12)

Clinical feature :

headache

vomit dan focal neurologic deficit

acute hypertension

pada moderate dan large hematom terjadi gangguan

kesadaran dan semakin terlihat pada 24-48 jam pertama

terjadi pada pasien lebih muda dibandingkan pasien stroke

lebih sering pria

nuchal rigidity

seizure

bila terjadi small bleeding pada ‘silent’ region di otak

(13)

Kategori berdasarkan manifestasi klinis dan

temporal profile

:

1.

Improving stroke

Suatu defisit neurologis yang sembuh sempurna dalam kurun

waktu >24 jam dan < 3 minggu.

2.

Worsening stroke

Suatu defisit neurologis yang bertambah berat secara

kuantitatif dan kualitatif dimana pada sistem karotis terjadi <

24 jam dan sistem vertebrobasiler > 72 jam.

Dibagi lagi dalam:

Smooth worsening

Bertambah berat secara gradual

Step like worsening

Bertambah berat diselingi fase

tanpa perbaikan

Fluctuating worsening

Periode tambah berat diselingi

fase perbaikan

3.

Stable stroke

(14)
(15)

Diagnosis stroke

1.

Adanya defisit neurologis fokal.

2.

Onset yang cepat.

3.

Lebih dari 24 jam.

4.

Disebabkan oleh kelainan pembuluh darah

otak.

5.

Lab profil lipid, gula darah

6.

CT SCAN MRI

(16)

Manifestasi klinis

Gejala klinis pada stroke akut berupa :

Kelumpuhan wajah atau anggota badan ( biasanya hemiparesis )

yang timbul mendadak

Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan

hemisensorik )

Perubahan mendadak pada status mental ( konfusi, delirium , latergi,

stupor, atau koma )

Afasia ( tidak lancar atau tidak dapat bicara )

Disatria ( bicara pelo atau cadel )

Ataksia ( tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran )

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Rehabilitasi Stroke

Definisi:

Pengelolaan medis dan rehabilitasi yang komprehensif

terhadap disabilitas yang diakibatkan oleh stroke

melalui pendekatan neurorestorasi dan neurorehabilitasi

dengan tujuan mengoptimalkan dan memodifikasi

kemampuan fungsional yang ada sehingga penyandang

stroke mampu beradaptasi dan mencapai kemandirian

serta kualitas hidup yang lebih baik.

(25)

WHO membuat batasan kehilangan fungsi stroke

digambarkan sebagai berikut:

Impairment (gangguan organ atau fungsi organ)

hilang atau terganggunya struktur atau fungsi anatomis, fisiologis, atau psikologis tubuh.

Contoh impairment adalah hemiparesis, afasia, disartria, disfagia, depresi dan lain sebagainya.

Disability (ketidak mampuan)

Disability : keterbatasan atau hilangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas yang umum dapat dilakukan oleh orang lain yang normal karena

impairment yang dideritanya.

Contoh disability: adalah ketidak mampuan berjalan (akibat

hemiparesis),ketidakmampuan berkomunikasi (akibat afasia, disatria) atau ketidakmampuan melakukan perawatan diri sendiri seperti berpakaian (akibat hemiparesis, gangguan kognitif, gangguan sensoris dan lain-lain)

(26)

Handicap

(keterbatasan dalam peran)

Handicap

atau kecacatan konsekuensi sosial dari penyakit,

didefinisikan sebagai terganggu atau terbatasnya kemampuan

aktualisasi diri dan untuk berperan secara sosial, budaya, ekonomi

dalam keluarga dan lingkungan bagi individual tertentu akibat

impairment

dan

disability

yang dideritanya.

Contoh

handicap :

ketidakmampuan berperan sebagai ayah bermain

dengan anaknya (karena hemiparesis yang menyebabkannya sulit

bergerak atau berjalan), tidak dapat bekerja (karena kesulitan

berjalan ke tempat kerja, melakukan pekerjaan sebelumnya) dan lain

sebagainya

(27)

Prinsip-prinsip Rehabilitasi Stroke:

1. Bergerak.

2. Terapi latihan gerak yang diberikan sebaiknya adalah gerak fungsional

daripada gerak tanpa ada tujuan tertentu.

3. Sedapat mungkin bantu dan arahkan pasien untuk melakukan gerak

fungsional yang normal, jangan biarkan menggunakan gerak abnormal. Gerak

normal artinya sama dengan gerak pada sisi sehat.

4. Gerak fungsional dapat dilatih apabila stabilitas batang tubuh sudah tercapai,

yaitu dalam posisi duduk dan berdiri.

5. Persiapkan pasien dalam kondisi prima untuk melakukan terapi latihan

6. Hasil terapi latihan yang diharapkan akan optimal bila ditunjang oleh

(28)
(29)

Intervensi Rehabilitasi Medis pada Stroke

Rehabilitasi pada stroke dibedakan dalam tujuan (

goal

) dan jenis

intervensi rehabilitasi yang akan diberikan, yaitu:

(30)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Akut

Tujuan:

Mencegah komplikasi yang mungkin terjadi akibat

penyakitnya ataupun akibat tirah baring.

Ruang rawat/di unit stroke

Pasien menjadi lebih mandiri, lebih mudah kembali

dalam kehidupan sosialnya di masyarakat dan

mempunyai kualitas hidup yang lebih baik

.

(31)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Akut

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mempertahankan integritas kulit Penggantian posisi berbaring

minimal tiap 2 jam Skala risiko dekubirus Mencegah pola postur dan

spastisitas yang mengganggu pemulihan

Pengaturan posisi berbaring Metode Bobath Pencegahan komplikasi gangguan

pernapasan akibat imobilisasi Terapi fisik dada dan latihan pernapasan min.2x sehari Perubahan posisike arah tegak Pencegahan komplikasi gangguan

kardiovaskular akibat imobilisasi Perubahan posisi berbaring Terapi latihan gerak pasif ekstremitas minimal 2x/hari

(32)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Akut

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Pencegahan kekakuan sendi Terapi latihan gerak pasif

ekstremitas minimal 2x/hari Mengatasi gangguan fungsi

menelan NGT

Evaluasi fungsi menelan

Stimulasi menelan sesuai tipe gangguan

Modifikasi jenis dan kepadatan makanan

Mengatasi gangguan fungsi

berkemih Foley Catheter

Tentukan tipe gangguan

(33)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Akut

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mengatasi gangguan fungsi

defekasi (konstipasi) Klisma

Medikamentosa

Pengaturan makanan tinggi serat, minum, dan mobilisasi

mobilisasi Neurologis dan hemodinamik stabil Mengatasi gangguan

kesadaran/sensoris Stimulasi multisensoris Mobilisasi bertahap Mobilisasi pasif

Latihan persiapan mobilisasi

aktif Neurologis dan hemodinamik stabil

(34)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Tujuan:

Untuk mengoptimalkan pemulihan neurologis dan

reorganisasi saraf yang terjadi.

Fokus utama intervensi rehabilitasi stroke ditujukan pada

disabilitas akibat stroke dengan tetap memperhatikan

pemulihan impairmen melalui pendekatan-pendekatan

atau metode intervensi yang sesuai.

(35)

Pada fase subakut pasien diharapkan mulai kembali untuk

belajar melakukan aktivitas dasar merawat diri dan berjalan.

1. Mencegah timbulnya komplikasi akibat tirah baring

2. Menyiapkan/mempertahankan kondisi yang memungkinkan

pemulihan fungsional yang paling optimal

3. Mengembalikan kemandirian dalam melakukan aktivitas

sehari-hari

(36)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mampu

komunikasi Penanganan afasia Tergantung jenis gangguan Penanganan apraksia buccal

Penanganan disartria Penanganan disfonia

Penanganan fungsi luhur yang berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi a.l.:

•Memori

•Konsentrasi

•Atensi

•Emosi

•Penanganan gangguan pendengaran Atasi gangguan psikologis lain yang menghambat kemampuan komunikasi

(37)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mampu menelan tanpa

aspirasi Monitor proses menelan Penanganan disfagia

Terapi latihan sesuai jenis gangguan Perhatian pada pasien dengan afasia

sensoris berat Terapi latihan keseimbangan duduk stabil

dan postur

Penanganan fungsi luhur yang berkaitan dengan kemampuan menelan yang aman Pemberian modifikasi cairan/makanan untuk memperbaiki keamanan menelan Penanganan kompensasi

(38)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mampu melakukan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari

Terapi latihan perawatan diri dan aktivitas sehari-hari Selama latihan monitor keluhan subjektif dan tanda vital (TD dan Nadi) Terapi latihan keseimbangan duduk dan berdiri dinamik

Terapi latihan motorik halus, prehension pinching dan gasping

Penanganan fungsi luhur yang berkaitan dengan kemampuan pembelajaran a.l.: •Konsentrasi •Orientasi •Memori •Komunikasi •Persepsi/visuospasial •emosi Penanganan apraksia

Pemberian alat bantu untuk meningkatkan kemampuan AKS Penanganan gangguan visual

Penanganan gangguan auditori

Penanganan dan kompensasi gangguan sensoris (ekstero- dan proprioseptif) yang menghambat fungsi

(39)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mampu

mobilisasi dan

ambulasi

Terapi latihan mobilisasi Selama latihan monitor keluhan subjektif dan tanda vital (TD dan Nadi) Terapi latihan keseimbangan duduk statik dan dinamik

Terapi latihan gangguan vestibular

Terapi latihan pada gangguan sensoris/persepsi/visuospasial Terapi latihan berdiri/bertumpu

Terapi latihan keseimbangan berdiri statik dan dinamik Terapi latihan berjalan dengan atau tanpa alat bantu jalan Terapi latihan pola jalan yang benar

Pemberian ortosis perbaiki stabilitas jalan Penanganan dan kompensasi gangguan visual

Penanganan gangguan fungsi luhur yang menghambat proses pembelajaran jalan

Atasi masalah penyulit yang menyertai dan menghambat

(40)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mampu

mengontrol fungsi

berkemih

Monitor gangguan berkemih/voiding diary Evaluasi laboratorium

Medikamentosa

Tetapkan metode bladder training yang sesuai Edukasi pasien dan keluarga

Pengaturan minum dan BAK Terapi latihan

Penanganan/kompensasi afasia Mampu

mengontrol defekasi

Tetapkan dan atasi penyebab gangguan Medikamentosa

Tetapkan metode penanganan Edukasi pasien dan keluarga Pengaturan diet

Terapi latihan

Penanganan/kompensasi afasia

(41)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mampu mengisi waktu

luang dan hobi Gali minat dan hobi

Kembangkan kemampuan yang ada Tingkatkan kemampuan fungsi tangan Terapi kelompok

Mampu mengatasi masalah

emosi dan depresi Evaluasi psikologis Terapi suportif

Terapi keluarga/terapi kelompok Medikamentosa

(42)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Komplikasi Intervensi Rehabilitasi Keterangan Spastisitas Pengaturan posisi antispastisitas

Atasi kausa Intervensi dilakukan hanya pada spastisitas yang menggangu fungsi Terapi latihan fisik

Terapi splinting (ortosis) Terapi medikamentosa Intervensi medik

Pola

sinergistik Pengaturan posisi selama 24 jam

Terapi latihan fisik 42

Intervensi

Komplikasi

(43)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Komplikasi Intervensi Rehabilitasi Keterangan Nyeri Tentukan dan atasi kausa

Elektroterapi

Terapi medikamentosa Entervensi medik

Terapi latihan fisik Terapi relaksasi Subluksasi bahu Ortosis

Terapi latihan fisik Elektroterapi

Biofeedback

43

Intervensi

Komplikasi

(44)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Komplikasi Intervensi Rehabilitasi Keterangan Sympathetic dysthrophy Terapi medikamentosa

Ortosis

Intervensi medik Elektroterapi

Terapi latihan fisik Frozen shoulder Elektroterapi

Terapi latihan fisik Terapi medikamentosa Intervensi medik

44

Intervensi

Komplikasi

(45)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Komplikasi Intervensi Rehabilitasi Keterangan Ulcus decubitus Perawatan lukan dan pemberian posisi yang menghindari tekanan

Terapi medikamentosa

Elektroterapi

Tindakan debridemen

Tindakan bedah Bekerja sama dengan disiplin terkait

Infeksi saluran kemih

Cari dan atasi kausa

Terapi medikamentosa

Perbaiki drainase dengan metode yang sesuai

Bladder spooling

45

Intervensi

Komplikasi

(46)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Komplikasi Intervensi Rehabilitasi Keterangan Penyakit degeneratif

sendi Evaluasi dan atasi kausa yang dapat dikontrol:•Berat badan berlebihan

•Ketidakimbangan otot/spastisitas

•Postur/pola jalan yang salah Elektroterapi

Ortosis

Terapi latiha fisik

Edukasi pasien joint conservation technique

46

Intervensi

Komplikasi

(47)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Subakut (Fase Pemulihan)

Komplikasi Intervensi Rehabilitasi Keterangan Osteoporosis Evaluasi kausa Bekerja sama dengan

disiplin terkait Terapi medikamentosa

Terapi latihan fisik Edukasi

Ketahanan

kardiorespirasi Terapi latihan individu/kelompok Perhatikan faktor risiko.Monitor keluhan subjektif dan tanda vital (TD dan nadi) Perbaikan gizi Meningkatkan motivasi Terapi suportif

47

Intervensi

Komplikasi

(48)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Lanjut (Fase Kronis)

Tujuan:

Mengoptimalkan kemampuan fungsi yang ada,

mempertahankan kemampuan fungsional yang telah

dicapai dan upaya pencegahan komplikasi sekunder dan

tersier.

Peran keluarga dan lingkungan ditingkatkan

(49)

Tergantung pada beratnya stroke, hasil luaran rehabilitasi dapat

mencapai berbagai tingkat seperti

(a) Mandiri penuh dan kembali ke tempat kerja seperti sebelum

sakit,

(b) Mandiri penuh dan bekerja namun alih pekerjaan yang lebih

ringan sesuai kondisi,

(c) Mandiri penuh namuntidak bekerja,

(d) Aktivitas sehari-hari perlu bantuan minimaldari orang lain

(e) Aktivitas sehari-hari sebagian besar

(50)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Lanjut (Fase Kronis)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Mempertahankan

kemandirian Aktif dengan jadwal aktivitas bervariasi Latihan rekondisi

Konseling berkala Meningkatkan

kebugaran fisik Latihan kebugaran individu/kelompok

Asupan nutrisi Konsultasi gizi medik Mengembalikan ke

tempat kerja Tetapkan aset limitasi fungsional Bekerja sama dengan institusi asal Latihan rekondisi

Latihan pre- dan vokasional

Pengaturan jadwal kerja sesuai kemampuan

Konseling berkala Evaluasi berkala

(51)

Tujuan Intervensi Rehabilitasi Keterangan Sosialisasi Terapi suportif

Persiapan keluarga dan lingkungan Stroke club

Pencegahan sekunder dan

tersier Edukasi

Terapi latihan fisik Konsultasi gizi medik Konseling berkala Mampu menerima

kecacatan menetap Konseling dan terapi suportif Edukasi pasien dan keluarga Stroke club

Seksualitas Tetapkan kausa

Pilih solusi yang tepat Edukasi

medikamentosa Konseling berkala

(52)

Intervensi Rehabilitasi ...

Fase Lanjut (Fase Kronis)

Penanganan komplikasi sesuai dengan penanganan

komplikasi pada fase subakut/fase pemulihan.

(53)
(54)
(55)
(56)

Gangguan Komunikasi

Kemampuan manusia berkomunikasi satu sama lain

melibatkan bermacam-macam fungsi, yang utama adalah

kemampuan berbahasa dan berbicara. Gangguan fungsi

bahasa disebut sebagai afasia sedangkan gangguan fungsi

bicara disebut disartria.

(57)

Gangguan Menelan

Gangguan menelan disebut sebagai disfagia. Insiden

gangguan menelan akibat stroke cukup banyak berkisar

antara 30-65%

(58)

Gangguan defekasi pada stroke

fase subakut

Gangguan defekasi pada stroke fase subakut pada umumnya

adalah konstipasi akibat immobilisasi. Perlu diingat bahwa

diare yang timbul kemudian selain gastroenteritis juga bisa

disebabkan oleh adanya skibala, terutama bila didahului

oleh obstipasi lama sebelumnya.

Sarankan pasien untuk banyak bergerak aktif, berikan cukup

cairan (sekitar 40 ml/kg BB ditambah 500 ml air/cairan bila

tidak ada kontraindikasi), serta makan makanan berserat

tinggi. Bila perlu obat laksatif dapat diberikan

(59)

Gangguan Melakukan Aktivitas

Sehari-hari

Pasien yang telah kembali ke rumah seharusnya di motivasi

untuk mengerjakan semampunya aktivitas perawatan dirinya

sendiri. Apabila sisi kanan yang terkena, pasien dapat

diajarkan untuk menggunakan tangan kirinya untuk semua

aktivitas. Pastikan juga tangan yang sakit diikutsertakan dalam

semua kegiatan (Gambar 4). Semakin cepat dibiarkan

melakukannya sendiri, semakin cepat pula pasien menjadi

mandiri. Hanya aktivitas yang dapat menimbulkan risiko jatuh

atau membahayakan pasien sendiri yang perlu ditolong oleh

keluarga.

(60)

Mengembalikan Kebugaran Fisik dan Mental

Pasien stroke seringkali mengeluh cepat lelah. Ia selalu

berupaya untuk sedikit bergerak dan lebih banyak

(61)

Bed proper positioning: intinya ialah membuat pasien dalam

kondisi yang comfortable: Penderita diletakkan dalam posisi

yang melawan spastisitas. Posisi ini dapat dilakukan dalam

posisi miring kanan-telentang-miring kiri (@2 jam).

Secara bertahap naikkan sandaran kepala tempat tidur sebelum

memulai latihan duduk. Mulai dari 30 derajat selama 30 menit

dan setelah stabil (cek tensi tidak ada hipotensi postural)

naikkan 5-10 derajat lagi hingga posisi duduk. Inget untuk

latihan duduk harus melalui tahap perkembangan motorik anak

melalui latihan rolling: telentang-tengkurap-telentang.

(62)

Setelah duduk, lakukan sitting balance exercise: badan

didorong ke kanan-kiri-muka-belakang.

Lakukan latihan ROM secara pasif dan berlanjut aktif,

latihan meliputi stretching-strengthening-endurance.

Latih motorik kasar dan motorik halus pasien. Inget

bahwa pasien stroke hemiplegik cenderung untuk

mengabaikan sisi sakit, oleh karena itu selalu sertakan

sisi yang sakit

(63)

mengabaikan sisi sakit, oleh karena itu selalu sertakan sisi yang

sakit.

Latihan berdiri: tahapan latihan berdiri melalui jalur: lying

(baring)-rolling(tengkurap)-propping(tengkurap

secara

kuadripedal bertumpu pada kedua siku dan

lutut)-kneeling-sitting-standing (dibantu caranya latihan berdiri dari posisi

duduk). Inget syarat latihan berdiri hanya bila MMT otot

ekstremitas bawah 3 ke atas dan sudah mencapai keseimbangan

duduk.

Latihan berjalan: di parallel bars dan walker bertujuan untuk

(64)

Latihan transfer pasien hemiplegia

Latihan terapi wicara untuk problem kesulitan menelan,

drooling dan disartria: latihan mengatup dan membuka

mulut, merapatkan bibir, mengunyah. Masukkan makanan

lunak minta pasien untuk mengunyah dapat dibantu secara

pasif.

Bladder training: kateterisasi berkala (clean unsterile)

Bowel training: evakuasi manual feses

Ankle pumping

(65)

Referensi

Delisa, J. A, dkk. Delisa’s Physical Medicine and

Rehabilitation. 2010. Lippincott Williams and Wilkins :

Philladelpia.

Braddom, R. L, dkk. Physical Medicine and

(66)

Referensi

Dokumen terkait

Onggok adalah hasil produk samping pengolahan ubi kayu menjadi tapioka yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan baku pakan ikan. Permasalahan yang dihadapi yaitu kecernaan

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Agus Salim dengan judul Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional, Kinerja dan Turnover

Pengembangan ilmu dalam penelitian ini ditunjukan untuk peneliti dimana hasil penelitian diharapkan sebagai sumber informasi dan dapat digunakan sebagai bahan

Adapun alat bukti dalam proses perkara perdata adalah meliputi Pemeriksaan Setempat (Pasal 153 HIR), Keterangan Ahli (Pasal 154 HIR) dan alat bukti sebagaimana

Sesuai penelitian mengenai pembelajaran Tari Merak di Sanggar Ngudi Laras sebagai upaya pelestarian tari tradisi, komponen-komponen belajar yang digunakan yaitu

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Usia 1 – 3 Tahun dengan Keterlambatan Perkembangan di TK Harapan Getasan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, Skripsi,

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kontrol fuzzy dapat mengatur keluaran daya pada lampu sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi waktu sehingga permasalahan yang

Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrikasari, dkk (2012) pada 89 responden RSJD Amino Gondohutomo Semarang yang menjadi caregiver menunjukkan bahwa kondisi