• Tidak ada hasil yang ditemukan

Garden City (latar belakang) Ebenezer Howard

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Garden City (latar belakang) Ebenezer Howard"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Garden City (latar belakang) Ebenezer Howard

Peristiwa penggusuran yang selalu terjadi dalam kehidupan masyarakat perkotaan menjadi suatu hal yang rutin dilakukan. Pembangunan kota yang selalu beralasan untuk kemajuan kota dan kesejahteraan rakyat dengan mengorbankan masyarakat kecil tanpa mengenal belas kasih dan di pindahkan ke luar kota menjadi sebuah fakta yang cukup menguatkan bahwa kota secara tidak langsung hanya

diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki kehidupan ekonomi yang lebih baik. Mereka yang memiliki kehidupan perekonomian yang rendah dalam wilayah

perkotaan semakin tersisih dari hiruk pikuk kota yang serba modern dan kemilau peradaban.

Ternyata hal seperti ini telah ada pada zaman Ebenezer howard yang merupakan pencetus dari sebuah konsep garden city. Ebenezer Howard mengawali mimpinya untuk memperbaiki kehidupan bagi masyarakat yang juga bermukim pada

lingkungan yang sama dengan dirinya. Beliau terinspirasi dengan bentukan kota dan masyarakat masa depan yang dapat menciptakan sebuah peradaban baru bagi masyarakat, sehingga ia bertekad untuk melahirkan sebuah kota yang nyaman bagi masyarakatnya yang dituangkan dalam sebuah konsep yaitu “Garden City”.

Lingkungan Sekeliling Ebenezer Howard Ebenezer Howard lahir pada tahun 1850 di Force Street, London. Ia sering mempelajari tentang tentang lingkungan pedesaan. Ia berpikir bahwa menjadi Petani bukan merupakan keinginannya sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Chicago dan menjadi reporter Koran dan pengadilan. Pada saat itu kota ini dalam masa pemulihan kondisi kota dari peristiwa kebakaran pada tahun 1871 yang telah membumihanguskan sebagian besar pusat kawasan bisnis (CBD). ia mulai berpikir untuk dapat meningkatkan kehidupan kualitas dari kehidupan penduduk setelah melihat regenerasi dari lingkungan sekelilingnya serta daerah pinggiran kota yang sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Howard memutuskan kembali ke Inggris pada tahun 1876 dan bekerja untuk

memproduksi rekaman resmi dari parlemen. Melalui rekaman ini, howard kemudian tersadar bahwa masalah yang menimpa kaum buruh dan perumahan sangat sulit untuk diatasi sehingga hal ini memyebabkan ia mengalami frustasi. Ia mengamati partai politik yang berbeda dengan berbagai pandangan politik tetapi sebenarnya mereka memiliki satu masalah yaitu arus urbanisasi penduduk yang terus

berkembang sehingga menyebabkan kota semakin padat. Factor utama yang menjadi penyebab urbanisasi yang terjadi secara besar-besaran karena adanya industrilisasi yang lebih menjanjikan upah yang lebih banyak, lapangan pekerjaan yang banyak serta aktivitas social yang sangat menarik minat masyarakat

pedesaan untuk pindah ke kota. Hal ini menyebabkan desa menjadi sepi sehingga akomodasi untuk menjadi pertanian semakin berkurang, hal ini disebabkan gaji sebagai seorang petani sangat rendah dan berdampak pada kualitas kehidupan penduduk yang semakin parah sehingga desa cenderung ditinggalkan

(2)

penduduknya. Urbanisasi yang terjadi secara besar-besaran ini menjadi masalah bagi kota maupun desa. Bagi penduduk desa yang melakukan urbanisasi ke kota dengan uang yang pas-pasan dan cenderung kurang untuk biaya hidup yang layak menyebabkan kesengsaraan bagi kehidupan mereka. Kota menjadi cenderung diwarnai dengan kemiskinan, permukiman penduduk yang padat dan kumuh, polusi industry, penyediaan drainase dan air bersih yang tidak layak digunakan oleh

penduduk serta praktek penguburan yang buruk sehingga timbul wabah penyakit kolera yang memakan korban ribuan jiwa. Setelah timbulnya wabah penyakit maka Kerajaan mengambil inisiatif untuk dapat mengatasi masalah ini berupa sosialisasi kesehatan dan diadakan pengawasan terhadap perencanaan serta pembangunan kota. Tetapi Howard berpikir bahwa dengan alternative solusi ini tidak dapat menyelesaikan inti dari masalah ini yaitu urbanisasi yang telah menyebabkan masalah bagi wilayah kota berupa permukiman kumuh, wabah penyakit dll, solusi berupa pengawasan perencanaan justru hanya akan memperbaiki tata ruang kota saja. Tahun 1884 komisi kerajaan melaporkan tentang kondisi terburuk pada permukiman kumuh. Setelah diteliti ternyata terungkap lebih 300.000 dari 900.00 jiwa warga London Timur hidup dalam kemiskinan ekstrim. Howard yang tinggal di Letchworth Garden City tahun 1905 kemudian dipilih sebagai ketua Garden Cities and Town Planning Federation yang baru terbentuk. Howard menjadi sosok

internasional yang berpengaruh, menjadi anggota kehormatan Town Planning Institute tahun 1914. Ia pindah ke Welwyn Garden City pada tahun 1921, dimana ia memulai Garden City keduanya. Ia menghabiskan sisa hidupnya di sini hingga wafat 1 Mei 1928, setelah didiagnosa menderita infeksi dada dan kanker perut. Howard dianugerahi gelar bangsawan Inggris tahun 1927. Prinsip Garden City Terminology dari garden city adalah dasar estetik Howard dalam melakukan reformasi social. Ia memberikan perhatian penuh kepada isu social yang sedang berkembang di

masyarakat sehingga ia berusaha untuk menerapkan pemikiran praktisnya dengan menyatukan berbagai macam elemen konsep dan proyek, menyaring teori dan filosofi sampai menjadi sebuah masterplan. Perpaduan yang dilakukannya adalah menyatukan antara reformasi social kota kumuh dan integrasi alami yang menjadi dasar dari perencanaannya “ kota dan desa harus hidup secara bersama-sama dan dari kebersamaan yang bahagia ini akan tumbuh suatu harapan baru, kehidupan masyarakat baru” (Garvin, 1996:313). Tujuan dari howard adalah untuk

menciptakan keterpaduan antara tiga unsure utama yaitu kota dengan segala daya tariknya, alam pertanian dengan potensinya, dan kekuatan dari desa dan kota yang saling menunjang satu sama lain. Gambar 1: Wacana Howard “pedesaan dan kota harus dikawinkan” (Garvin, 1996). Gambar 2: Konsep “Kota Taman” milik Ebenezer Howard (Garvin, 1996). Garden City sendiri merupakan bagian dari pembangunan yang lebih besar, yang mengusulkan kota-kota taman sekitar pusat kota. Semua terhubung dan berbagi pelayanan/ fasilitas hiburan. Gagasan ini menuntut

pembentukan kota-kota suburban baru, yang direncanakan dalam ukuran terbatas, dikelilingi sabuk hijau berupa tanah pertanian. Kota-kota ini akan tumbuh secara mandiri, dikelola dan dibiayai warga kota yang punya kepentingan ekonomi di sana. Draft Howard memerlukan tanah seluas 6.000 acre ( 1 acre = 4540 m2 ) dengan

(3)

1.000 acre dibangun untuk 30.000 penduduk ( kepadatan 30 orang/ acre ) dan tambahan 2.000 orang di sekitar 5.000 acre tanah pertanian. Kota ini juga memiliki boulevard melingkar selebar l20 feet ( 36,6 meter ), ditanami pepohonan, yang membagi kota dalam enam sektor. Garden City Pertama, Letchworth Howard mengawali penerapan konsep Garden City dengan cara bersosialisasi dan melalui bukunya tetapi ia masih mengalami kegagalan dalam menarik perhatian para ahli politik dan social yang disebabkan karena kekurangan pengetahuannya dalam bidang politik dan social. Tahun 1899 ia berhasil mendirikan Garden Cities

Association ( sekarang Town and Country Planning Association ) dan sebuah badan amal lingkungan tertua di Inggris. Asosiasi ini bertujuan untuk mendiskusikan cara praktis untuk mewujudkan sebuah gagasan berupa konsep garden city. Gagasan Garden City aslinya bukan untuk membangun kota artistik, namun untuk

menyediakan rumah layak dan terjangkau oleh masyarakat, menurut Raymond Unwin, sang arsitek di Letchworth. Garden City dan daerah pinggiran mempunyai banyak kemiripan estetika. Gaya tersebut adalah abad pertengahan, dalam bentuk kumpulan pondok indah yang mengitari kehijauan alami dalam sebuah grup yang tak terlalu besar sehingga tak kehilangan karakter desanya dan tak terlalu kecil hingga tak mengurangi peluang interaksi sosial antar warganya. Setiap rumah memiliki kebun sendiri, diletakkan agar seluruh ruangan dilimpahi cahaya alami, tak terhalang rumah tetangga atau bangunan tambahan. Pandangan lebih ke arah dalam dengan sistim kuldesak. Jalan setapak berkerikil menyempit di antara jalur berpohon adalah estetika terbaik di Garden City. Gambar 3. Letchworth, Sebuah “Kota Taman” seperti yang tampak pada wilayah perumahan lainnya di pinggiran kota London (Garvin, 1996). Letchworth tahun 1903, diwujudkan di atas area seluas 1.250 acre untuk 30.000 penduduk (24 jiwa/acre) dengan 2.500 acre disediakan untuk sabuk pertanian. Sumbu kota Letchworth sengaja dibuat untuk

mempertahankan tiga pohon oak tua yang sudah ada di tapak. Sebuah langkah penting bagi perencanaan masa depan, dimana potensi alam bisa menginspirasi penataan kota yang elegan. Keseragaman yang dipaksakan adalah sebuah ketidakmungkinan. Misalnya, warna atap, bangunan yang mirip satu sama lain, aturan memagari industri di tempatnya, dimana badan pengelola terlalu membatasi dan akhirnya malah menghasilkan kegagalan. Di Letchworth terjadi ketepatan yang mengerikan, kerapian yang menyakitkan dan kesadaran estetis yang keterlaluan. Sebuah kota tak dibangun oleh satu orang atau gagasan seseorang saja. Akibatnya, banyak rumah jelek bertebaran di sini. Belajar dari kekurangan Letchworth, di Hampstead, keseragaman elemen hanya diterapkan di unit yang lebih kecil. Karena lebih banyak aspek alami di sini maka terasa lebih menyenangkan dan lebih

menyatu secara keseluruhan. Ada keluwesan dan ketidakberaturan dalam mendesain, misalnya jalan yang semula lurus kemudian dibuat berliku. Tidak membosankan. Pada masa sekarang, Letchworth berusaha bertahan melewati tahun demi tahun untuk menyisakan kebenaran konsep dan prinsip Ebenezer Howard dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Banyak industri yang datang ke Letchworth kini telah pergi, gagal atau berubah bentuk hingga hampir tak

(4)

persaingan ketat. Industri baru datang dan memulai usahanya di kawasan industri, sementara yang lainnya tutup atau pindah. Kawasan bisnis terus berkembang menyesuaikan diri dengan kebutuhan jaman yang terus berubah. Toko swalayan menggantikan kompleks universitas yang sudah tak sesuai dengan keadaan sekelilingnya. Arkade diperbaharui, rumah-rumah mulai bermunculan sementara kamera video tampak mengintip di sudut jalan. Gedung-gedung diperbaharui agar memenuhi kebutuhan industri hi-tech masa kini. Sekelompok warga senang melihat perubahan, sedang yang lain ingin Letchworth tetap dilestarikan. Ada beberapa museum sejarah Garden City di sini, yang konsep aslinya adalah membuat kota bekerja yang menyenangkan. Kota Welwyn Garden City Kedua Gambar. 4. Foto Udara Welwyn Gambar.5. Rumah di Welwyn Garden city kedua, Welwyn, dimulai setelah Perang Dunia I. Dalam rencana, di lahan seluas 1.375 acre maksimal akan dihuni 40.000 orang ditambah 3.500 orang yang tersebar di sekitar tanah

pertanian. Hanya 1/6 lahan yang akan tertutup bangunan. Welwyn mempunyai karakter khas pedesaan, rerumputan melay-out jalan, tanpa aspal maupun trotoar. Kontur tanah benar-benar dimanfaatkan untuk mencapai efek arsitektural tertentu. Culdesac, dipakai untuk memaksimalkan penggunaan tanah dengan biaya

perawatan seminimal mungkin. Luas kapling beragam antara 1/5 – 1/8 acre yang dibangun masyarakat dibawah peraturan Addison Housing Act tahun 1919. Tahun 1921, rumah dengan 3 atau 4 kamar tidur itu dibangun dengan eksterior lebih baik, dengan gaya utama bata merah arsitektur Georgian, sopi-sopi beratap mansard dan jendela di atap. Kesederhanaan desain awal di Welwyn, meski masih lebih baik dari yang terbagus di Letchworth menyebabkan prasarana dan fasilitas umum berubah, 20 tahun kemudian. Apalagi sejak mobil secara konsisten digunakan tahun 1927, jalan-jalan utama selebar 18 kaki, lapangan dan kuldesak menjadi tak efektif. Kenyamanan hidup berkurang. Ini terjadi pada fase pertama kota-kota baru. Model Garden City ternyata tak menyediakan ruang cukup bagi kehadiran teknologi modern. Elemen visual menarik dan detail perencanaan perlahan lenyap oleh pelebaran jalan dan pembabatan ruang-ruang terbuka hijau. Welwyn menghindari jalan raya formal, kecuali di pusat kota karena posisinya secara visual paling menarik. Bentuk formal dan informal dipadukan untuk mencapai klimaks. Dengan membandingkan Letchworth, Hampstead kemudian Welwyn, terlihat kemajuan berarti dari gagasan asli Howard. Sisi Positif dan Negatif dari Konsep Garden City Sisi Positif · Aspek penting konsep Garden City adalah denah yang fleksibel dan kepercayaan yang tinggi pada potensi site. · Dapat memunculkan identitas suatu kota. · Konsep ini diadaptasi karena melahirkan lingkungan tempat aktivitas manusia lebih nyaman. · Muncul keseimbangan suasana antara desa-kota (kota ekologis). Sisi Negatif · Garden City dirancang sebelum kendaraan bermotor

membludak dan terjadi pelebaran jalan yang merusak visualisasi kota. · Muncul ironi : ketepatan yang mengerikan, kerapian yang menyakitkan, dan kesadaran estetis yang keterlaluan. (Kasus Garden City di Letchworth) referensi :

http://www.scribd.com/doc/29701348/Ebenezer-Howard

(5)

http://anisavitri.wordpress.com/2009/02/18/garden-city-reformasi-sosial-ala-ebenezer-howard/ Bambang Heryanto, "Pembangunan Kota Baru : Belajar Dari Pengalaman".

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

https://anisavitri.wordpress.com/2009/02/18/garden-city-reformasi-sosial-ala-ebenezer-howard/

A.Savitri

dimuat di Kiprah, edisi 19 / 2007

Garden City merupakan sebuah konsep tata ruang yang dicetuskan oleh Ebenezer Howard melalui buku City of To-morrow (Kesuma,2013: II-3). Dalam buku tersebut Howard menguraikan tentang sebuah konsep penataan ruang yang menggabungkan unsur desa kota yang digambarkan melalui ilustrasi The Three Magnet. Dalam ilustrasi ini, Howard mencoba menjelaskan kelebihan dan kekurangan konsep tata ruang desa (country) dan kota (town), lalu menggabungkan kelebihan kedua konsep dalam sebuah konsep baru yaitu kota-desa (town-country).

Gambar 1. Ilustrasi The Three Magnet

Sumber: Howard, 1902

Lebih lanjut, Howard mengemukakan bagaimana sebuah kota dibangun sesuai dengan konsep Garden City. Kota yang dibangun di atas lahan seluas 6000 acres ini memiliki zonasi yang jelas yaitu Central Park, Crystal Palace, zona hunian, dan zona pelayanan publik. Secara lebih lengkap konsep Garden City ini digambarkan melalui ilustrasi berikut:

(6)

Gambar 2. Ilustrasi Garden City Concept

Sumber: Howard, 1902

Di Indonesia, konsep kota taman atau di Belanda disebut Tuinstaad dibawa masuk oleh Belanda pada awal 1900-an bersamaan dengan kebutuhan akan pemukiman yang saat itu sedang digencarkan dengan pembangunan berkonsep Indische Koloniaale Stad atau Kota Kolonial. Pemukiman kolonial di Indonesia merupakan bagian dari undur tanah yang berhasil diinovasi oleh Belanda. Herman Thomas Karsten merupakan arsitek Belanda yang bertanggung jawab dalam pengembangan konsep ini di Indonesia.

Konsep garden city oleh Karsten sedikit berbeda dari konsep yang diperkenalkan oleh Ebenezer Howard. Iklim tropis Indonesia serta penggabungan budaya lokal menyebabkan Karsten membuat beberapa penyesuaian agar konsep tata ruang ini dapat diaplikasikan di Indonesia. Akulturasi ini menciptakan sebuah garden city atau tuinstaad versi Karsten, seperti berikut ini:

(7)
(8)
(9)

Konsep garden city Karsten ini diadopsi di beberapa kota yaitu Menteng dan Gondangdia (Jakarta), Palmelaan (Kupang), Darmo dan Ketabang Boulevard (Surabaya), Candi (Semarang), Bandung Utara, dan Kotabaru (Yogyakarta).

Kotabaru di Yogyakarta merupakan kota berkonsep garden city yang menjadi tolok ukur modernitas pemukiman di Yogyakarta pada masanya, yaitu antara tahun 1920-an. Pembangunan Kotabaru, atau pada masa itu disebut Nieuwe Wijk, dimulai pada 1917 dan selesai pada awal 1920. Kawasan ini dirancang oleh Arch. En. Ing. Bur. Fermont dengan konsep garden city versi Karsten sehingga banyak tumbuhan besar yang ditanam, ruas jalan yang lebar dengan taman di pembatas jalan, rumah-rumah bergaya Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis Indonesia.

Pola ruang Nieuwe Wijk berbentuk ring (cincin) dan radial konsentris yang terbagi dalam zonasi. Civic center atau pusat/ inti kawasan terletak di Stadion Kridosono yang menjadi muara jalan utama di Nieuwe Wijk. Crystal Palace atau zona fasilitas publik Nieuwe Wijk berupa sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah berada di zona kedua mengelilingi inti kawasan. Mengingat Nieuwe Wijk dibangun sebagai kawasan hunian Belanda, maka zona hunian memiliki porsi paling besar dan mengelilingi zona fasilitas publik. Zona fasilitas servis sendiri terletak di dekat Stasiun Lempuyangan berupa gudang dan pabrik. Zonasi Nieuwe Wijk dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

(10)

Gambar 6. Zonasi Garden City Nieuwe Wijk

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada abad ke 20, para perencana kota mencoba untuk menciptakan sebuah kota yang ideal untuk menjawab masalah-masalah yang disebabkan oleh perkembangan teknologi dan perkembangan teknologi dan munculnya revolusi industri. Sir

Ebenezer Howard adalah salah satu tokoh yang mencoba menciptakan sebuah konsep kota baru. Konsep tersebut tertuang dalam bukunya yang berjudul Garden Cities of Tomorrow pada tahun 1902.

Di dalam buku ini, Howard banyak mengemukakan idenya mengenai sebuah kota baru yang mengintegrasikan kota dan desa yang selanjutnya ia sebut Garden City. Buku Garden City of Tomorrow telah banyak memberikan inspirasi kepada para perencana kota di seluruh dunia dan menjadi pedoman bagi pergerakan

perencanaan kota modern. Di Indonesia, konsep garden city ini juga menjadi pedoman bagi banyak perencanaan kota.

Di abad ke 21 ini, ketika teknologi semakin maju dan populasi manusia semakin padat, masalah lingkungan juga semakin kompleks. Penebangan liar yang marak terjadi dimana-mana dan tingkat polusi udara di berbagai Negara yang semakin meningkat merupakan salah satu yang menyebabkan kondisi lingkungan semakin buruk. Lapisan ozon yang semakin tipis dan kadar CO2 yang terus meningkat menyebabkan kondisi lingkungan yang menjadi lebih panas setiap tahunnya. Isu

(11)

global warming menjadi marak diangkat dalam berbagi event yang berkaitan dengan linkungan.

Kemudian, untuk menjawab permasalahan lingkungan di atas, konsep mengenai kota berkelanjutan muncul. Konsep berkelanjutan ini mengutamakan suatu kontinuitas kualitas lingkungan yang lebih baik untuk masa depan, di antaranya dengan mengembalikan keberadaan ruang terbuka hijau yang dirasakan sudah sangat kurang, terutama di kota-kota besar. Sebagai contoh, ruang terbuka hijau yang masih tersedia di Jakarta hanya hanya 13.94% dari total luas wilayah Jakarta yaitu 750 km2. Ruang terbuka hijau yang seharusnya ada di Jakarta adalah 30%. Lalu, bagaimana hubungan/relevansi antara konsep garden city dengan prinsip kota berkelanjutan saat ini? Apakah konsep garden city sebagai penyelesaian masalah lingkungan pada abad 20 dapat menjawab tantangan masalah lingkungan pada abad 21 ini? Untuk mencari relevansinya, latar belakang kemunculan garden city dan kota berkelanjutan harus ditelaah lebi

CONTOH GARDEN CITY

Dengan konsep

Eco City

ini, taraf hidup masyarakat

perkotaan dapat meningkat. Seperti Singapura dengan

(12)

konsep

Garden City

-nya, bahkan bukan hanya

warganya yang lebih bahagia, dengan konsep tersbut

Singapura mampu meyakinkan investor dan para

manusia berkualitas tinggi untuk datang, yang akhirnya

mendorong pesatnya pertumbuhan ekonomi. Satu poin

lebih yang saya lihat jika banyak kota yang menerapkan

konsep

Eco City

ini adalah aspek kondisi alam dan

geografis Indonesia. Ya, ada potensi

pengembangan

natural tourism

yang besar, yang

akhirnya dapat mendorong percepatan perkembangan

ekonomi disamping mendatangkan investor seperti

Singapura.

Dalam pandangan saya, dengan keadaan lingkungan

seperti sekarang ini, konsep

Eco City

sudah seharusnya

diterapkan di berbagai kota di Indonesia, di

samping

booming

-nya

Smart City

dan

Techno-City

yang juga menurut saya memang konsep yang

relevan dengan perkembangan iptek saat ini.

Gambar

Gambar 2. Ilustrasi Garden City Concept
Gambar 6. Zonasi Garden City Nieuwe Wijk

Referensi

Dokumen terkait