• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI OLEH : AHMAD NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI OLEH : AHMAD NIM :"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ii

PROVINSI SULAWESI BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH : AHMAD NIM : 105270018315

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H/2020 M

(2)
(3)
(4)

v Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : AHMAD

NIM : 105270018315

Fakultas/ Prodi : Agama Islam/ Komunikasi Dan Penyiaran Islam

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi 3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M

Yang Membuat Pernyataan,

AHMAD

NIM :105270018315

Materai 6000 6000,-

(5)

vi

AHMAD, NIM 105270018315. 2020. Metode Dakwah Dalam Upaya Meningkatkan Pengamalan Islam Pada Masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing 1 Sudir Koadhi, Pembimbing 2 M. Zakaria Al-Anshori.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengamalan Islam masyarakat Kelurahan Sumarorong dan untuk mengetahui metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong, serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah di Kelurahan Sumarorong.

Dalam peneitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini adalah data-data yang berhasil dikumpulkan diklasifikasikan, kemudian data dideskripsikan, yaitu peneliti menjabarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan bahasa dan redaksi dalam bentuk tulisan. Selanjutnya peneliti menginterpretasikannya yaitu menafsirkan data-data yang telah terkumpul sesuai dengan bahasa peneliti berdasarkan data yang penulis peroleh dari fokus yang diteliti. Dan yang menjadi sasaran utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong.

Adapun hasil penelitian ini mengenai metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong adalah metode lemah lembut (bi-al-hikmah), metode ceramah

(6)

vii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat-Nya berupa nikmat iman, kesehatan dan kesempatan sehingga penulisan skripsi ini dapat kami selesaikan. shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah sallallahu a’laihi wasallam, Keluarga, sahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti beliau sampai hari kiamat.

Skripsi ini berjudul Metode Dakwah Dalam Upaya Meningkatkan Pengamalan Islam Pada Masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Skripsi ini adalah hasil upaya penulis untuk mengetahui Metode Dakwah dalam Upaya Meningkatkan Pengamalan Islam Pada Masyarakat Kelurahan Sumarorong. Skipsi ini juga merupakan tugas akhir akademik perkuliahan pada Universitas Muhammadiyah Makassar untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar sarjana sosial (S.sos) strata satu (S1) pada program studi komunikasi dan penyiaran Islam (KPI).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak moril maupun materil, olehnya penulis menyampaikan ucapan syukur kepada:

(7)

viii

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd.I. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Dr. Abbas, Lc., MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. selaku pembimbing 1 skripsi 5. M. Zakaria Al Anshori, M.Sos.I. selaku pembimbing 2 skripsi 6. Seluruh dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Makassar

7. Seluruh teman-teman angkatan 1 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang selama ini telah bersama-sama menjalani proses perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini Alhamdulillah

Jazakumullahu khairan katsiran

Makassar, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 Penulis Ahmad Nim 105270018315

(8)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... .iii

BERITA ACARA MUNAQOSYAH ... .iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL. ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian ... 5

E. Definis Operasional . ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Dakwah ... 8

B. Pengertian Dakwah ... 11

C. Tujuan Dakwah ... 12

D. Dasar Hukum Dakwah . ... 15

E. Prinsip-Prinsip Dakwah . ... 21

F. Unsur-Unsur Dakwah ... 24

1. Subjek Dakwah ... 24

2. Obyek Dakwah ... 26

(9)

x

6. Efek Dakwah ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Fokus Dan Deskripsi Fokus Penelitian . ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

E. Sumber Data ... 41

F. Tekhnik Pengumpulan Data ... 41

G. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data . ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Sumarorong ... 44

1. Keadaan Geografis Kelurahan Sumarorong ... 44

2. Demografi Kelurahan Sumarorong ... 45

3. Kondisi Sosial Mayarakat ... 47

B. Gambaran Umum Pengamalan Islam masyarakat ... 48

C. Metode dakwah yang diterapkan pada masyarakat . ... 50

D. Faktor pendukung dan penghambat dakwah ... 53

1. Faktor Pendukung. ... 53 2. Faktor Penghambat. ... 57 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA... 63

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. ... 66

(10)

xi

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Kelurahan Sumarorong Menurut Agama...45 Tabel 4. 2 Jumlah Tempat Ibadah Kelurahan Sumarorong...46 Tabel 4. 3 Jumlah Lembaga Pendidikan Kelurahan Sumarorong...46

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah, yakni agama yang harus didakwahkan kepada umat manusia.1 Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat itu sendiri, merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap manusia muslim, yaitu sebagai penerus Nabi Muhammad sallallahu a’laihi wasallam, untuk menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah subhanahu wata’ala, jalan keselamatan dunia akhirat di samping fungsi hidup sebagai khalifah di muka bumi ini.

Dakwah Islamiyah identik dengan risalah Islamiyah yang diemban oleh seoarang rasul. Dalam pengertian bahwa ajaran Islam diterima oleh para rasul untuk disebar luaskan kepada pengikutnya. Tugas dakwah Islamiyah dimulai sejak zaman Nabi Nuh as. Adapun Nabi Adam as Dan Nabi Idris as, tidak dibebani untuk melakukan dakwah Islamiyah karena umatnya masih sedikit, atau karena peradaban manusia masih pada tahap uji coba. Ajaran agama ditujukan untuk seluruh manusia sehingga keberadaan agama sebagai satu persyaratan bagi adanya taklif (tugas keamanan yang diemban oleh manusia).2

Dalam pandangan Islam (syari'at), kegiatan dakwah merupakan perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam, baik secara

1

Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Cet. II, Jakarta: Kencana,

2015), h. Viii.

2Bambang S. Ma’arif,

Komunikasi Dakwah, (Cet. I, Bandung: Simbiosa Rekamata

(12)

individu maupun secara kolektif. Oleh karena itu, setiap ummat Islam mempunyai kewajiban untuk berdakwah sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimiliki. Kewajiban melaksanakan dakwah didasarkan firman Allah didalam QS. Ali Imran/3 : 104 Allah subhanahu wata’ala berfirman:



















Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.3 Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.4

Dan juga didalam QS. an-Nahl/16 : 125 Allah subhanahu wata’ala berfirman:





Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah5

dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik”.6

Di ayat yang kedua selain berisi perintah untuk berdakwah didalamnya terdapat pula metode dalam berdakwah, dan inilah yang harus diperhatikan oleh para da’i karena cara memberikan sesuatu lebih penting dari pada sesuatu yang diberikan itu sendiri. Secangkir teh pahit dan sepotong ubi goreng yang disajikan dengan sopan, ramah dan tanpa.

3Ma’ruf ialah segalah perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan

mungkar ialah segalah perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah.

4Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 63.

5

Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

(13)

sikap yang dibuat-buat, akan lebih terasa enak disantap ketimbang seporsi makanan lezat, mewah dan mahal harganya, tetapi disajikan dengan cara kurang ajar, tidak sopan dan menyakitkan hati orang yang menerimanya.

Gambaran diatas memberikan ungkapan bahwa tata cara atau metode lebih penting dari materi, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan at-Tariqah

ahammu min al-Maddah. Ungkapan ini sangat relevan dengan kegiatan

dakwah. Betapapun sempurnanya materi, lengkapnya bahan dan aktualnya pesan-pesan yang disajikan, tetapi bila disampaikan dengan cara yang sembrono, tidak sistematis, dan serampangan, maka akan menimbulkan kesan yang tidak menggembirakan. Tetapi sebaliknya, walaupun materi kurang sempurna, bahan sederhana dan pesan-pesan yang disampaikan kurang bagus, namun disajikan atau disampaikan dengan cara yang baik, menarik dan menggugah, maka akan menimbulkan kesan yang menggembirakan. Untuk itu dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara aktual, faktual dan konstektual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang kekinian dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan nyata, serta kontekstual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, memilih cara dan metode yang tepat, agar dakwah menjadi aktual, faktual dan konstektual, menjadi bahagian strategis dari kegiatan dakwah itu sendiri. Tanpa ketepatan metode dan keakuratan cara, kegiatan dakwah akan terjerumus kedalam upaya “arang abis besi

(14)

binasa”. Aktivitas dakwah akan berputar dalam pemecahan problema tanpa solusi dan tidak jelas ujung pangkal penyelesaiannya.7

Dalam skripsi ini kami beri judul ” Metode Dakwah Dalam Upaya Meningkatkan pengamalan Islam pada Masyarakat ” dalam skripsi ini penulis mencoba membahas masalah metode yang digunakan da’i dalam meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorog Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan utama dalam skripsi ini, yaitu:

Bagaimana metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat kelurahan Sumarorong ?

Untuk mempermudah pembahasan, masalah utama tersebut di bagi ke dalam sub masalah:

1. Bagaimana pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong ? 2. Bagaimana metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam

pada masyarakat Kelurahan Sumarorong ?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat Kelurahan Sumarorong.

7

(15)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengamalan Islam masyarakat Kelurahan Sumarorong 2. Untuk mengetahui Bagaimana metode dakwah dalam upaya meningkatkan

pengamalan Islam pada msyarakat di Kelurahan Sumarorong

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam pada masyarakat di Kelurahan Sumarorong

D. Manfaat/Kegunaan penelitian

Dari tujuan yang telah dirumuskan dapat diambil manfaat / kegunaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan menambah khazanah ilmiah yang menyangkut metode dakwah dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam masyarakat

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan pedoman bagi para Da’i dalam upaya meningkatkan pengamalan Islam masyarakat

3. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis itu sendiri, terutama dalam menambah wawasan khususnya dalam metode dakwah.

(16)

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian yang berjudul “ Metode Dakwah Dalam Upaya Meningkatkan Pengamalan Islam Pada Masyarakat Kelurahan Sumarorong Kecamatan Sumarorong Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat”, maka penulis perlu mempertegas dan memperjelas arti beberapa istilah yang terkandung di dalam judul tersebut, sebagai berikut:

1. Metode dakwah

Metode dalam kamus besar bahasa indonesia adalah cara yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud, atau cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud.8 Adapun dakwah dalam kamus besar bahasa indonesia adalah peyiaran, propaganda, atau penyiaran agama dikalangan masyarakat dan pengembangannya; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.9 Berdasarkan pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode dakwah adalah tata cara menjalankan dakwah agar mencapai tujuan dakwah yang telah direncanakan.10

2. Pengamalan Islam

Pengamalan adalah 1. Hal (perbuatan) melaksanakan; pelaksanaan; penerapan; 2. Hal (perbuatan) menunaikan (kewajiban), (tugas); 3. Hal (perbuatan) menyampaikan (cita-cita, gagasan); 4. Hal

8

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Bahasa, 2008), h. 952.

9

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 309.

10

(17)

(perbuatan) menyumbangkan atau mendermakan.11 Sedangkan Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sallallahu a’laihi wasallam.12 Dan pengertian Islam adalah damai dan selamat13 Dari pengertian diatas maka kami menyimpulkan bahwa yang dimaksud pengamalan Islam pada judul diatas adalah menunaikan kewajiban beragama atau melaksanakan ajaran Islam yang dibawah oleh nabi Muhammad sallallahu a’laihi wasallam yang jauh dari bid’ah, tathayyur, dan khurafat, sehingga hidup damai dan selamat dunia akhirat.

3. Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang hidup bersama pada suatu tempat atau wilayah dengan ikatan aturan tertentu atau segolongan orang-orang yang mempunyai kesamaan tertentu.14

11

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 48.

12

Tim Penyusun Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 601.

13

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir,(Cet.14, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 655.

14

(18)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu”meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).15sumber yang lain menyebutkan bahwa metode dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.16 Metode (Arab:thariqat atau manhaj) diartikan tata cara.17 Menurut Dr. Wardi Bachtiar metode adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.18 Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.19

Kaitannya dengan metode dakwah para Ahli sepakat membagi metode dakwah menjadi tiga bagian berdasarkan ketentuan QS. an-Nahl/16 : 125 yaitu:











15Ahm. Syafi’i Ma’arif.

Islam dan Politik:upaya membingkai

peradaban,(Jakarta:Pustaka Dinamika,1999), h. 15

16

Hasanuddin, Hukum Dakwah ,( Cet. 1, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 35.

17

M.Yunan Yusuf, Metode Dakwah Sebuah Pengantar Kajian, dalam Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), h. X.

18

Wardi Bachtiar, Metodologi penelitian, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 34.

19

M.Munir dan kawan-kawan, Metode Dakwah, (Cet. 3, Jakarta: Kencana, 2009), h. 6.

(19)

Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah20

dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungghunya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.21

1. Metode bi-al-hikmah

Metode bi-al-hikmah merupakan seruan atau ajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan penuh adil, penuh kesabaran, dan ketabahan sesuai dengan risalah an-ubuwwah dan ajaran al-Qur’an atau wahyu ilahi.22

2. Metode bi-al-maw’izah al-hasanah

Metode al-maw’izah al-hasanah merupakan perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.23tekanan dakwah al-mau’izah al-hasanah tertuju kepada

peringatan yang baik dan dapat menyentuh hati sanubari seseorang, sehingga mad’u terdorong untuk berbuat baik.24

20

Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil

21Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 281.

22I’anatut Thoifah, Manajemen Dakwah, h. 51.

23

Hasanuddin, Hukum Dakwa, (Jakarta:Pedoman Ilmu,1996), h. 37.

24Salmadanis, Metode Dakwah Dalam Presfektif al-Qur’an, (Jakarta:Disertasi Pasca

Sarjana IAIN Jakarta, 2002), h. 186-187 ; didalam Acep Arifuddin, Pengembangan Metode

(20)

3. Metode bi-al-mujadalah

Metode bi-al-Mujadalah adalah dakwah dengan melakukan perdebatan dan perbantahan kepada obyek dakwah.25 Akan tetapi debat yang dimaksud disini adalah debat yang baik dengan tetap menggunakan kata-kata yang sopan. Tujuan dari mujadalah adalah menyingkapi kebenaran kepada subyek dan obyek dakwah keduanya sanggup menerima kebenaran dengan lapang dada, perlu diperhatikan oleh seorang da’i bahwa berdialog bukan untuk memenangkan pendapat pribadi dan mengalahkan pihak lain tetapi mengunggulkan kebenaran Islam. Da’i tidak boleh terlalu ambisius tetapi bersikap tenang sehingga tidak kehilangan kontrol dari tugas utama seorang da’i adalah menjelaskan risalah dengan cara yang terbaik urusan diterimah tidaknya risalah tersebut hanya Allah Subhanahu wata’ala yang mengetahui orang yang sesat dari jalannya dan mengetahui irang-orang yang mendapat petunjuk. Keutamaan berdebat

(mujadalah) terletak pada kemenangannya dalam mempertahankan

benteng Islam. Oleh sebab itu seorang da’i dalam menggunakan mujadalah ini diharuskan memiliki persiapan-persiapan sebagai berikut:

a. Kemampuan dan keterampilan tentang tekhnik debat yang baik. b. Menguasai betul tentang materi dakwah. Mengenai kelebihan dan

kelemahan musuh dan sebagainya.26

25

Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, h, 122.

26

Muhammad Masfiatul Wardi, Metode Dakwah Smart Korps dakwah Masjid

syuhada’ ,(Yogyakarta:Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Skripsi tidak diterbitkan), h. 9-12.

(21)

B. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah dalam kamus Al-Munawwir adalah ةوعدو ءاعد – اعد yang artinya memanggil, mengundang.27 Ditinjau dari segi bahasa “Dakwah” berarti : panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan dalam bahasa Arab disebut masdhar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti : memanggil, menyeruh atau mengajak (Da’a, yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan da’i dan orang yang menerimah dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad’u.28

Dijelaskan pula oleh Achmad Mubarok bahwasannya di dalam bahasa arab, istilah dakwat atau

dakwatun digunakan untuk arti: undangan, ajakan, dan seruan yang

kesemuanya menunjukan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain. Dimaksudkan dengan upaya mempengaruhi ialah agar orang bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang disampaikan oleh da’i.29

Sendangkan secara istilah berarti menyeruh untuk mengikuti sesuatu dengan cara dan tujuan tertentu.30

Adapun dakwah didefinisikan dalam suatu rumusan definisi. Telah banyak tokoh yang telah memberikan definisi terhadap dakwah ini diantaranya

Masdar Helmy memberikan pengertian dakwah yaitu :

27

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, h. 406

28

Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,(Cet. 1, Jakarta:Rajawali Pers, 2011), h. 1

29

Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah:Membangun Cara Berfikir dan Merasa,

(Malang: Madani, 2014), h. 26-27

30

Acep Kusnawan, Dimensi Ilmu Dakwah, (Padjadjaran: widya padjadjaran, 2009), h. 15

(22)

Dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar menaati ajaran-ajaran Allah ( Islam ) termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.31

Sedangkan menurut Nur Syam beliau mengemukakan bahwa:

Dakwah adalah proses merealisasikan ajaran Islam dalam dataran kehidupan manusia dengan strategi, metodologi, dan system dengan mempertimbangkan dimensi religio-sosio-psikologis individu atau masyarakat agar target maksimalnya tercapai.32

Begitu pula Muhammad Sulthon mengemukakan:

Dakwah adalah panggilan dari Tuhan dan Nabi Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam untuk umat manuisa agar percaya kepada ajaran Islam dan mewujudkan ajaran yang dipercayainya itu dalam segala segi kehidupan.33

C. Tujuan Dakwah

Mengenai tujuan dari dakwah Islam para pakar dan penulis Islam tentang dakwah masing-masing mengemukakan dan menjabarkan secara berbeda-beda. Kendatipun demikian, secara esensial mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Dalam arti yang lebih luas bahwa dakwah bertujuan untuk melakukan perubahan kondisi yang lebih baik agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat.

31

Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha Putra), h. 31.

32

Nur Syam Filsafat Dakwah Pemahaman Filosofis tentang Ilmu Dakwah (Surabaya:

Jenggala Pustaka Utama, 2003), h. 2.

33

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 13.

(23)

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak umat manusia kejalan Allah subhanahu wata’ala, jalan yang benar, yaitu Islam disamping itu, dakwah bertujuan untuk mempengaruhi cara berfikir manusia, secara merasa, cara bersikap dan bertindak agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.34 Sehubungan dengan hal tersebut, H.M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh para da’i atau penerang agama.35

Bisri Afandi mengatakan dalam bukunya Beberapa Percikan Jalan Dakwah bahwa yang diharapkan oleh dakwah adalah terjadinya perubahan dalam diri manusia, baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi, maupun keluarga, masyarakat, way of thingking atau cara berpikirnya cara hidupnya berubah menjadi lebih baik. Yang dimaksudkan adalah nilai nilaI agama semakin dimiliki banyak orang dalam segala situasi dan kondisi.36 Berbeda dengan Wahdi Bachtiar bahwa tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah Subhanahu wata’ala.37

Tujuan dakwah merupakan landasan penentuan strategi dan sasaran yang hendak ditempuh harus mempunyai sasaran atau tujuan yang jelas. Dalam komunikasi kelompok, tujuan komunikasi harus sudah ditetapkan terlebih dahulu agar semua anggota kelompok mengetahui dan melaksanakan tugas dan fungsi yang

34

Rofiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung:

Pustaka Setia, 1997), h. 32.

35M. Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h.

25.

36

Bisri Afandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah (Surabaya: Fakultas Dakwah Surabaya, 1984), h. 3.

37Wahdi Bahtiar, Metodologi Penelitian Da’wah, (Cet. I:Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

(24)

harus mereka kerjakan.38 Tujuan dakwah juga adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pula pada fikir dan pola sikap. Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam QS. al-Anfal/8 : 24















Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman! penuhilah seruan Allah dan rasul apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu39 dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”.40

Berdasarkan ayat tersebut, tegaslah bahwa yang menjadi inti semua dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti yang sebenarya dari hidup ini. Bukanlah hidup ini hanya semata-mata untuk makan dan buat minum, yang hanya makan dan minum hanyalah binatang.41

Dari beberapa penjelasan tentang tujuan da’wah di atas, Asmuni Syukri membagi tujuan da’wah kepada dua bentuk, yaitu :

1. Tujuan Umum (Mayor Obyektive), yaitu mengajak seluruh umat manusia yang meliputi orang mukmin, kafir, musyrik, fasik dan lain-lain ke jalan yang benar yang diridhoi oleh Allah Subhanahu wata’ala. agar dapat hidup sejahtera di dunia dan akhirat.

38

Aloliliweri, Komunikasi Antar Pribadi (Cet. II, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), h. 14.

39

Menyerumu berperang untuk meninggikan kalimat Allah dan menghidupkan Islam dan Muslim. Juga berarti menyerumu kepada iman, petunjuk, jihad, dan segalah yang ada hubungannya dengan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

40Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 179.

41

Mahfudh Syamsul Hadi dan kawan-kawan, Rahasia Keberhasilan Dakwah

(25)

2. Tujuan Khusus (Minor obyetive), yaitu merupakan penjabaran perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana arahnya, ataupun kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dengan cara bagaimana dan sebagainya secara terperinci.42

D. Dasar Hukum Dakwah

Para ulama sepakat tentang kewajiban berdakwah. Diantara ayat-ayat dakwah yang menyatakan kewajiban dakwah yang menyatakan kewajiban dakwah secara tegas adalah, surat an-Nahl ayat 125, surat Ali Imran ayat 104, dan surat Al-Maidah ayat 78 dan 79.

1. Surat an-Nahl ayat 125











Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah43

dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.44

2. Surat Ali Imran ayat 104



















42Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategis Da’wah (Surabaya :Al-Ikhlas), h. 60.

43

Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

(26)

Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar; dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.45

3. Surat al-Maidah ayat 78.

















Terjemahnya:

“orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melaului lisan (ucapan) Dawud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas”.46

4. Surat al-Maidah ayat 79.











Terjemahnya:

“mereka tidak saling mencegah perbuatan mungkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat.”47

Ayat-ayat di atas secara tegas memerintahkan kita untuk melaksanakan dakwah Islam. Perintah tersebut ditujukan dalam bentuk kata perintah dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata perintah ( fi’il amr ) disebut dalam surat an-Nahl ayat 125 dengan kata “serulah” ( عدا ) sedangkan dalam surat Ali Imran ayat 104 kata perintahnya berupa “dan hendaklah ada diantara kamu sekelompok

45Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 63.

46Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 121.

(27)

orang yang menyeru...” ( نكتلو ). Perintah yang pertama lebih tegas dari pada perintah yang kedua. Perintah pertama menghadapi subjek hukum yang hadir, sedangkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak hadir. Selain itu, pesan dari perintah pertama lebih jelas, yakni “berdakwalah”, sedangkan pesan dari perintah kedua hanya “hendaklah ada sekelompok orang yang berdakwah”. Dalam surah al-Maidah ayat 78-79 tersebut mengecam dengan keras Bani Israil yang meninggalkan dakwah. Mereka tidak memiliki kepedulian sama sekali kepada aktivitas dakwah. “Mereka

tidak melarang kemungkaran” perintah ini juga tidak lebih tegas dibanding

kedua ayat tersebut. Surat al-Maidah ayat 78-79 tersebut hanya menampilkan contoh nyata dari ummat terdahulu yang disiksa karena mengabaikan perintah mencegah kemungkaran. Meskipun kecaman tidak ditujukan kepada ummat Nabi Sallallahu a’lai wasallam tetapi ia berlaku kepada ummat Nabi Sallallahu a’laihi wasallam karena ummat terdahulu masih berlaku selama belum diganti.48

Akan tetapi ulama berbeda pendapat dalam masalah apakah hukum dakwah fardu kifayah atau fardu a’in ulama yang berpendapat bahwa hukum dakwah adalah fardhu kifayah. Pendapat ini berdasarkan QS. Ali Imran/3: 104:



















Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan

48

(28)

mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.49

Ayat ini dipahami menekankan kata”minkum” yang berarti sebagian, sehingga tidak semua atau setiap orang Islam memikul tanggung jawab berdakwah. Pendapat ini diperkuat dengan ayat lain, yaitu QS. at-Taubah/9 : 122 :

















Terjemahnya:

“Dan idak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”.50

Kedua ayat tersebut memberinkan pengertian bahwa dakwah berarti menjadi tanggung jawab orang saja, tidak perlu semua ummat Islam berdakwah. Dakwah dalam konteks ini adalah sebagaimana digambarkan memberikan peringatan kepada kaum menyangkut penjagaan diri ( dari dosa ).51

Adapun ulama yang berpendapat hukum dakwah adalah fardu a’in, yakni berdakwah merupakan kewjiban setiap muslim sesuai kadar kemampuan masing-masing. Pendapat ini berdasarkan dalil dalam al-Qura’an, seperti dalam QS. an-Nahl/16 : 125 :

49Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 63.

50Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h.206.

51

(29)











Terjemahnya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah52

dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.53

Ayat ini dipahami memerintahkan kepada nabi dan ummatnya untuk mengajak manusia kejalan Allah subhanahu wata’ala dengan berbagai jalan yang bisa ditempuh. Dalam al-Qur’an surat at-Taubah/9 ayat 71 ditegaskan:























Terjemahnya:

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.54

Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa dakwah harus dilakukan oleh setiap orang mukmin dan sevara kolektif ( saling bahu membahu ). Ummat Islam harus melakukan kebaikan secara bahu membahu, saling tolong menolong, dan saling membantu antara yang satu denga lainnya.

52

Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

53Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 281.

(30)

Karena, orang munafikpun melakukan kemungkaran juga secara bahu membahu, sebagaimana ditegaskan dalam QS. at-Taubah/9 : 67 :



















Terjemahnya:

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu denga yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang ma’ruf dan mereka menggemgamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula).Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang fasik”.55

Dengan adanya dakwah merupakan kewajiban setiap muslim, berarti dakwah merupakan tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab sebagian orang atau sekelompok orang. Hal ini akan membuat aktivitas dakwah dapat berjalan dengan baik dan lancar.56 Di ayat yang lain juga ditegaskan seperti dalam QS. at-Tahrim/66 : 6 :





























Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia

55Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 197.

56

Rafiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 27-28.;di dalam Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 27-29.

(31)

perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.57

E. Prinsip-Prinsip Dakwah

Dakwah adalah usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain. Bagi orang yang didakwahi, pesan dakwah yang tidak dipahami tak lebih maknanya dari bunyia-bunyian. Jika dakwahnya berupa informasi maka ia dapat memperoleh pengertian, tetapi jika seruan dakwahnya merupakan panggilan jiwa, maka ia harus keluar dari jiwa juga. Penjahat yang berkhutbah tentang kebaikan, maka pesan kebaikan itu tak akan pernah masuk kedalam jiwa pendengarnya. Berbeda dengan aktor yang ukuran keberhasilannya jika berhasil berperan sebagai orang lain, maka seorang da’i harus berperan sebagai dirinya. Seorang da’i harus terlebih dahulu menjalankan petunjuk agama sebelum memberi petunjuk kepada orang lain. Ia harus seperti minyak wangi, mengharumkan orang lain tapi dirinya memang lebih harum, atau seperti api, bisa memanaskan besi, tetapi dirinya memang lebih panas. Oleh karena itu, untuk menjadikan dakwah itu efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami prinsip-prinsip dakwah sebagai berikut:

58

1. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (ibda’ binafsik) dan kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat, di dalam QS.at-Tahrim/66 : 6 :





























57Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 560.

58

Faizah, Lalu Muchsin Effendi, pengantar, Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah,

(32)

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.59

2. Secara mental, da’i harus siap menjadi pewaris para nabi, yakni mewarisi perjuangan yang berisiko, al‘ulama waratsatul anbiya’. Semua nabi harus juga mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski sudah dilengkapi dengan mu’jizat.

3. Da’i harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus memerhatikan tahapan-tahapan, sebagaiman dulu Nabi Muhammad harus melalui tahapan periode Mekkah dan periode Madinah.

4. Da’i juga harus menyelami alam pikiran masyarakat sehingga kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika masyarakat

5. Dalam menghadapi kesulitan da’i harus bersabar, jangan bersedih atas kekafiran masyarakat dan jangan sesak nafas terhadap tipu daya mereka (QS. an-Nahl: 127)









Terjemahnya:

“Bersabarlah (Muhammad) dan kesabaranmu itu semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah engkau bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan jangan (pula) bersempit dada terhadap tipu daya yang mereka rencanakan”.60

59Departemen Agama RI, al-Hikmah, Alqur’an dan Terjemahnya, h. 560.

(33)

karena sudah menjadi sunnahtullah bahwa setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir, bahkan setiap Nabipun harus mengalami diusir oleh kaumnya. Seorang da’i hanya bisa mengajak, sedangkan yang memberi petunjuk ialah Allah subhanahu wata’ala. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi dakwah, sebaliknya citra buruk akan membuat semua aktivitas dakwah menjadi kontraproduktif. Citra positif bisa dibangun dengan kesungguhan dan konsistensi dalam waktu lama, tetapi citra buruk dapat terbangun terbangun seketika hanya satu kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangun komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah.

6. Da’i harus memerhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat unversal, yakni al khair (kebajikan), yad’una ila al-khair, baru kepada amr

ma’ruf dan kemudian nahi munkar (QS. Ali-Imran/3:104)



















Terjemahnya:

“Dan hendaklah di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.61

Al-khair adalah kebaikan universal yang datangnya secara normatif dari

Tuhan, seperti keadilan dan kejujuran, sedangkan al-ma’ruf adalah sesuatu yang secara “sosial” dipandang sebagai kepantasan. Sangat

Gambar

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Kelurahan Sumarorong Menurut Agama..............45  Tabel 4
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kelurahan Sumarorong menurut Agama
Tabel 4.2 Jumlah Tempat Ibadah Kelurahan Sumarorong

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kelebihan osilator colpits adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah induktor variabel pada komponen induktornya seperti halnya

The holder of the Customer Fund Account is fully responsible for any consequences arising from the management of the Customer Fund Account by Securities Company or Custodian Bank

Sebuah distribusi Linux, yang umum disebut dengan "distro", adalah sebuah proyek yang bertujuan untuk mengatur sebuah kumpulan perangkat lunak berbasis Linux dan

Sanggulan Abianbase Kecamatan Mengwi, Simpang 4 Pasar Penarungan Kecamatan Mengwi, sehingga tahun 2014 Jumlah simpang yang terpasang traffic light sebanyak 39 simpang

Terdapat beberapa penyebab kesalahan penulisan Serial Number (S/N) suatu komponen turbin gas diantaranya kurangnya fasilitas peralatan penunjang pembuatan Preliminary

Tipe cengkeh ini tidak dianjurkan untuk ditanam karena produksi dan daya adaptasinya rendah kualitas hasil yang kurang baik, daun yang muda berwarna ros muda atau hijau muda

Komponen Nur Arifah Syafitri (2016) Penelitian Yashinta Artikasari (2015) Afthour Riza (2014) Penelitian yang diajukan (2017) Obyek penelitian Pemilihan Laptop

Campuran produk keluar reaktor yang terdiri dari dimetil eter, air dan metanol dilewatkan ke scrubber, campuran produk keluar reaktor yang terdiri dari dimetil eter,