• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai di sektor industri nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai di sektor industri nasional"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai di sektor industri nasional maupun pada tingkat regional, perkembangan industri kecil di kabupaten Maros dan kota Makassar telah mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Hal ini tercemin dalam peningkatan jumlah unit usaha, tenaga kerja, nilai investasi, nilai produksi dan nilai tambah yang dihasilkan serta semakin berkembangnya jenis dan produk industri kecil di daerah tersebut.

Dengan perkembangan industri saat ini, tercermin bahwa perkembangan industri roti yang ada di kabupaten Maros dan kota Makassar penting dan cukup menarik untuk diteliti karena semakin berkembangnya industri roti yang ada di daerah tersebut maka dapat menambah(membuka) lapangan kerja atau dengan kata lain mengurangi pengangguran, setiap industri membutuhkan tenaga kerja baik dalam jumlah kecil maupun besar sehingga tingkat produksi industri semakin tinggi.

Usaha industri kecil yang ada di pedesaan maupun di tempat-tempat lain, biasanya mengalami berbagai hambatan dalam menghasilkan volume produksi, sehingga pendapatan dari industri kecil juga menjadi rendah. Disamping itu industri kecil harus bersaing dengan industri lainnya yang berskala besar maupun menengah. Hal ini menyebabkan terjadinya suatu persaingan yang tidak sehat.

(2)

2

Industri yang besar memiliki modal besar dan teknologi canggih akan lebih mudah berkembang dibanding dengan industri kecil yang memiliki modal paspasan dan teknologi yang terbatas.

Pembinaan terhadap pengusaha industri kecil juga diarahkan pada masalah harga dan peningkatan kualitas produksi. Salah satu bentuk pembinaannya berupa Konsultasi Peningkatan Mutu yang mencakup beberapa aspek dalam kegiatan produksi antara lain proses produksi, pemasaran, permodalan, kualitas perhitungan harga pokok serta administrasi pembukuan sederhana. Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang.

Di dalam suatu produksi tidak lepas dari adanya proses produksi. Pada produksi roti ini membutuhkan berbagai jenis faktor produksi, diantaranya terdiri dari bahan baku utama, jumlah tenaga kerja, dan teknologi. Dengan menggunakan faktor produksi pada setiap proses produksi, perlu kiranya di kombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu. Jadi faktor produksi tersebut adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam suatu proses produksi guna menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor produksi. Selain faktor produksi bahan baku, tenaga kerja, teknologi, juga terdapat faktor produksi yang lain seperti modal, transportasi, sumber energi atau bahan bakar, dan pemasaran (Godam, 2006).

(3)

3

Output merupakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu perusahaan. Semakin banyak output yang dihasilkan berarti semakin besar pula perusahaan tersebut. Input dapat berpengaruh terhadap produksi suatu barang atau jasa. Selain itu besarnya jumlah output yang dihasilkan akan berdampak pada input bahan baku yang dibutuhkan. Semakin besar output produksi yang dihasilkan maka input bahan baku yang dibutuhkan juga semakin banyak. Besarnya jumlah kapasitas produksi juga tidak lepas dari bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini menunjukkan semakin besar kapasitas produksinya maka semakin besar pula bahan bakar yang dibutuhkan untuk proses produksi. Dalam proses produksi juga tidak lepas dari jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Tenaga kerja merupakan segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi tidak lepas dari faktor tenaga kerja karena tenaga kerja sangat dominan untuk melancarkan kegiatan produksi hingga memperoleh hasil produksi dari suatu kegiatan produksi. Faktor tenaga kerja memegang peranan penting dalam berbagai macam dalam kegiatana produksi. Dengan adanya tenaga kerja kegiatan produksi akan cepat terselesaikan dengan baik, artinya faktor tenaga kerja sangat di butuhkan dalam proses kegiatan produksi. Kegiatan produksi akan berhenti jika tenaga kerja yang diperlukan mengalami gangguan, sehingga berdampak pada penjualan yang akan diterima perusahaan atau industri tersebut.

(4)

4

Semakin terbatasnya lapangan kerja saat ini, ditambah lagi banyaknya karyawan yang mengalami PHK di berbagai perusahaan, menyebabkan banyak muncul wirausahawan baru. Bidang yang dipilih biasanya yang tidak memerlukan modal besar serta teknologi yang tidak terlalu rumit. Salah satu bidang wirausaha yang banyak dipilih antara lain usaha “home industri” roti. Mereka mendapatkan informasi proses pembuatan roti biasanya secara mandiri. Minimnya pengetahuan akan proses pembuatan roti yang benar, turut memberikan andil pada semakin rendahnya kualitas roti yang beredar, terutama di berbagai pasar tradisional. Untuk dapat memproduksi roti diperlukan komponen-komponen produksi, diantaranya adalah bahan baku, teknologi dan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian akan di lihat Seberapa besar pengaruh input teknologi, bahan baku dan tenaga kerja dapat mempengaruhi produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “ Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi rumusan masalah adalah Seberapa besar pengaruh input teknologi, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar ?

(5)

5 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuaan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh input teknologi, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan masukan dan informasi tambahan yang berguna bagi perkembangan produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan produksi dan ketenagakerjaan.

(6)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Landasan Teori 2.1.1 Produktivitas

Menurut Dewan Produktivitas Nasional dalam Umar (1998), bahwa produktivitas mempunyai pengertian sebagai sikap mental selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sedangkan secara umum Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).

Sedangkan menurut Ravianto (1995), produktivitas dapat juga merupakan sikap mental memuliakan kerja dan didasari motivasi yang kuat untuk secara terus-menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang lebih baik. Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu berkaitan dengan efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Menurut Sinungan, (1997) pruduktivitas adalah sikap mental patriotic yang memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik

(7)

7

dari hari ini. Produktivitas dapt didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas keluaran pada waktu teertentu dengan totalitas masukan selama periode tersebut, atau suatu tingkat efisiensi dalam memproduksi barang atau jasa.( Flippo, 1984).

2.1.2 Industri

Industri adalah suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan untuk mengubah suatu barang serta mekanik, kimia, atau dengan tangan, sehingga menjadi benda, barang, atau produk baru yang nilainya lebih tinggi, dan sifatnya lebih dekat kepada konsumen akhir. Perusahaan atau usaha industri merupakan suatu unit kesatuan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, dan memiliki catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengertian industri adalah sebagai berikut : Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi penggunaannya, tidak termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri (Departemen Perindustrian, UU No. 5 Tahun 1984, tentang Perindustrian).

Menurut simposium hukum perindustrian, yang dimaksud dengan industri adalah rangkaian kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan dan pengerjaan atau pembuatan, perubahan dan perbaikan bahan baku menjadi barang

(8)

8

sehingga pada akhirnya akan lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat (Simanjuntak, 1998).

Badan Pusat Statistik (2000) menyatakan bahwa industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, dan terletak pada suatu bangunan atau suatu lokasi tertentu serta mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biayanya. Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa industri merupakan kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang yang sama.

Menurut Harsono (1972), industri adalah meliputi semua perusahaan yang mempunyai kegiatan tertentu dalam mengubah secara mekanis atau secara kimia bahan organis atau anorganis sehingga menjadi bentuk yang baru dan termasuk reparasi dan pemasangan pada sebagian barang. Dalam pengertian ini industri mencakup bentuk produksi yang meliputi berbagai macam faktor yang terhadap barang-barang tertentu pada awalnya masih berupa input yang bernilai rendah. Kemudian input tersebut diolah menjadi barang jadi dimana diharapkan barang jadi tersebut akan mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada sebelumnya.

Dalam menjalankan industri dibutuhkan suatu kegiatan produksi yaitu kegiatan yang bertujuan menciptakan barang yang akan ditawarkan atau didistribusikan kepada masyarakat luas. Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi diperlukan adanya faktor-faktor produksi untuk menciptakan atau menghasilkan benda atau jasa (Purwo, 2000).

(9)

9

Jadi, industri adalah suatu unit kesatuan usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, dan memiliki catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

2.1.3 Jenis-jenis Industri

Pengelompokan industri dilaksanakan oleh Departemen Perindustrian (DP). Industri Nasional Indonesia dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:

1. Industri Dasar, yang meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar (IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar (IKD). Yang termasuk dalam IMLD antara lain : industri mesin pertanian, elektronika kereta api, pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk IKD antara lain : industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk, industri semen, industri silikat, dan lain sebagainya.

2. Industri Kecil, yang meliputi antara lain : industri pangan (makanan, minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas, percetakan, plastik, dan sebagainya), industri galian bukan logam, industri logam (mesin-mesin, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya).

3. Industri Hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi antara lain : industri yang mengolah sumber daya hutan, industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas, dan

(10)

10

sebagainya. Sedangkan pengelompokan industri menurut jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, menurut BPS pengelompokan industri ini dibedakan :

1. Industri Besar, jika mempekerjakan 100 orang atau lebih 2. Industri Sedang, jika mempekerjakan antara 20 – 99 orang 3. Industri Kecil, jika mempekerjakan antara 5 – 19 orang

4. Industri Kerajinan Rumah Tangga, jika memperkerjakan antara 3 – 4 orang. Dengan melihat perkembangan industri saat ini, industri roti di kabupaten Maros dan kota Makassar dapat di katakan bahwa industri tersebut termasuk dalam industri kecil dan sedang karena dengan melihat pengelompokan jenis industri dan jumlah tenaga kerja yang ada. Industri kecil sampai saat ini belum terdapat kesepakatan di kalangan para ahli maupun lembaga-lembaga terkait. Namun ada beberapa kriteria yang bisa digunakan sebagai acuan untuk mendapatkan gambaran mengenai industri kecil. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 133/M/SK/8/1979, industri kecil dibagi dalam 4 (empat) golongan, yaitu :

1. Industri kecil yang mempunyai kaitan erat dengan industri menengah dan industri besar : a). Industri yang menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh industri menengah dan besar. b). Industri kecil yang membutuhkan produk-produk dari industri menengah dan besar. c). Industri kecil yang memerlukan bahan-bahan limbah dari industri besar dan menengah.

(11)

11

2. Industri yang berdiri sendiri, yaitu industri yang langsung menghasilkan barang-barang untuk konsumen. Industri ini tidak mempunyai kaitan dengan industri lain.

3. Industri yang menghasilkan barang-barang seni.

4. Industri yang mempunyai pasaran lokal dan bersifat pedesaan.

Keberadaan pengusaha kecil dalam kancah perekonomian nasional peranannya cukup strategis, mengingat dari pengusaha golongan ini telah banyak menyerap tenaga kerja dan telah memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi yang dicapai selama ini. Namun demikian, bukan berarti bahwa pengusaha kecil sudah tidak perlu lagi mendapat perhatian, mengingat masih banyaknya kelemahankelemahan yang mereka miliki sehingga dalam menghadapi persaingan global nantinya tidak akan tertindas dan punah (Maryono, 1996).

Glendoh, (2001) dengan memperhatikan peranannya yang sangat potensial bagi pembangunan di sektor ekonomi, maka usaha kecil perlu terus menerus dibina dan diberdayakan secara berkelanjutan agar lebih dapat berkembang dan maju guna menunjang pembagunan di sektor ekonomi yaitu :

1. Usaha kecil merupakan penyerap tenaga kerja.

2. Usaha kecil merupakan penghasil barang dan jasa pada tingkat harga yang terjangkau bagi kebutuhan rakyat banyak berpenghasilan rendah.

3. Usaha kecil merupakan penghasil devisa negara yang potensial, karena dalam keberhasilannya memproduksi hasil nonmigas.

(12)

12

Dengan demikian, industri kecil merupakan bagian dari industri nasional yang mempunyai misi utama adalah penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyedia barang dan jasa serta berbagai komposisi baik untuk keperluan pasar dalam negeri maupun luar negeri. Produk industri kecil dewasa ini sudah cukup memadai dengan pemasaran yang sudah cukup luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri yang semuanya mensyaratkan mutu dan kontinuitas yang lebih terjamin.

Meskipun industri kecil telah menunjukkan hasil-hasil yang menggembirakan, namun masih banyak dijumpai permasalahan yang dihadapi oleh para industri kecil tersebut. Hambatan tersebut antara lain bahan baku yang tersedia belum memadai sebagai bahan baku industri baik kualitas maupun kuantitasnya. Proses produksi yang sederhana dengan peralatan yang sederhana serta cara-cara pengawasan yang terbatas, yaitu secara kualitatif berdasarkan kebiasaan seringkali memberikan hasil yang tidak seragam dan bervariasi. Keadaan ini menjadi kendala bagi industri kecil untuk memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar dan mutu yang seragam.

Selain masalah-masalah di atas, tingkat pengetahuan, keterampilan dan pendidikan yang dimiliki pengrajin masih sangat terbatas untuk dapat menjalankan usaha industri. Umumnya mereka masih lemah dalam jiwa kewiraswastaannya sehingga usaha-usaha untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan kreativitas dan inovasi belum menjadi pola hidupnya. Usaha-usaha pembinaan dan pengembangan industri kecil di Indonesia untuk menghadapi

(13)

13

masalah-masalah tersebut telah banyak dilakukan baik oleh pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, pengusaha swasta nasional, oleh yayasan maupun lembaga-lembaga bantuan internasional. Upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk mendorong perkembangan industri kecil yaitu dengan pola keterkaitan usaha. Pola keterkaitan usaha didasarkan pada premis bahwa industri kecil mengandung kelemahan inheren sehingga sulit berkembang atas kemampuan sendiri. Agar dapat berkembang, industri kecil tersebut haruslah dibantu atau bekerja sama dengan pihak lain.

Dalam upaya peningkatan produktivitas dan keterampilan serta keahlian bagi usaha kecil/industri kecil sejak Pelita V dilakukan melalui bimbingan teknis dan penyuluhan yang mencakup aspek teknologi produksi, pemasaran manajemen dan permodalan disentra-sentra industri yang tersebar di seluruh daerah. Selain itu dalam rangka meningkatkan usaha kecil peran serta BUMN dan swasta semakin ditingkatkan melalui penerapan bapak angkat.

Adanya program pengentasan kemiskinan, yang merupakan salah satu program terpadu inter-departemen. Salah satu sasaran utamanya adalah perubahan subsektor pengusaha kecil yang menjadi ujung tombak perbaikan taraf hidup rakyat dan pemerataan pembangunan. Kebijaksanaan lain yang mendukung yaitu penyisihan keuntungan BUMN sebesar 1 sampai 5 persen untuk pembinaan pengusaha kecil dan koperasi yang merupakan wujud nyata dari kepedulian pemerintah terhadap pelakupelaku ekonomi lemah (Haryono, 1999).

(14)

14 2.1.4 Fungsi dan Kegiatan Produksi

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independent (X), penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara regresi, dimana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi X, dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990). Untuk menghasilkan tingkat produksi/output dengan menggunakan variabel L(Labor), R(Natural Resources), T(Teknologi).

Dalam pembahsan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal terdebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktoer produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan anatara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independen variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas.

(15)

15

Di dalam suatu produksi tidak lepas dari adanya proses produksi. Pada produksi industri makanan dan minuman ini membutuhkan berbagai jenis faktor produksi, diantaranya terdiri dari bahan baku utama, jumlah tenaga kerja, dan teknologi. Dengan menggunakan faktor produksi pada setiap proses produksi, perlu kiranya dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu. Definisi dari faktor produksi tersebut adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam suatu proses produksi guna menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi produksi dari faktor produksi.

Faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam :

1. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)

Yaitu faktor produksi yang kuantitasnya tidak tergantung pada jumlah yang dihasilkan. Input tetap akan selalu aja walaupun output turun samapai dengan nol. Contoh: faktor produksi tetap dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam proses produksi industri roti.

2. Faktor Produksi Variabel (Variable Input)

Yaitu faktor produksi dimana jumlah dapat berubah dalam waktu yang relative singkat, sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Contoh: faktor produksi variabel dalam industri roti adalah bahan baku dan tenaga kerja. (Sudarman, 1984).

(16)

16

Adanya berbagai macam kebutuhan manusia memunculkan berbagai alat pemenuhan kebutuhan yang berupa barang dan jasa. Namun, barang dan jasa tersebut tidak selalu tersedia, tidak diperoleh dengan mudah, dan tidak secara cuma-cuma. Untuk mendapatkan semua itu harus dengan pengorbanan atau melakukan berbagai kegiatan dan usaha, sehingga manusia dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan.

Menurut Purwo (2000) produksi adalah usaha atau kegiatan manusia untuk menciptakan atau menimbulkan kegunaan suatu benda agar menjadi lebih berguna bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Dari definisi ini jelas bahwa untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih dahulu melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan, menciptakan, dan mengolah barang atau jasa, atau meningkatkan atau menciptakan kegunaan suatu benda agar memiliki nilai guna lebih tinggi bagi pemenuhan kebutuhan.

Menurut Purwo (2000) kegitan produksi terdiri dari beberapa macam, yaitu produksi langsung dan produksi tidak langsung, produksi teknis, produksi ekonomis, dan produksi non ekonomis. Produksi langsung atau produksi barang adalah usaha atau kegiatan menciptakan, membuat atau menghasilkan barang yang secara langsung dapat berguna untuk pemenuhan kebutuhan manusia. Manfaat barang yang diproduksi dapat secara langsung dirasakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia dalam mencapai kemakmuran. Produksi tidak langsung atau produksi alam merupakan usaha atau kegiatan memberikan pelayanan, pengabdian bentuk jasa kepada masyarakat, hasilnya tidak secara

(17)

17

langsung dinikmati, tetapi memerlukan proses dan waktu yang lama. Produksi teknis merupakan kegiatan produksi yang bertujuan untuk meningkatkan atau menambah nilai kegunaan suatu benda atau barang.

Produksi ekonomis merupakan kegiatan produksi yang selain untuk menambah nilai kegunaan terhadap suatu barang, juga tetap memperhitungkan keuntungan yang akan diperolehnya. Biaya produksi diusahakan lebih kecil dari omzet yang akan diperoleh. Lain dengan produksi nonekonomis yang merupakan kegiatan produksi yang besar, penghasilan lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan, jadi dalam kegiatan produksi ini bukan keuntungan yang diperoleh tetapi kerugian. Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang.

2.1.5 Faktor Produksi Tenaga Kerja

Faktor produksi tenaga kerja adalah segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah dilakukan seara manusiawi, artinya perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja dalam proses produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Selain itu juga perusahaan harus mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam menetapkan besaran gaji tenaga kerja. (Kardiman, 2003). Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi.

(18)

18

Suprihanto (1988) tenaga kerja adalah sebagian dari keseluruhan penduduk yang secara potensial dapat menghasilkan barang dan jasa. Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja adalah sebagian penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa, bila ada permintaan terhadap barang dan jasa. Menurut Suprihanto (1988), tenaga kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibedakan oleh batasan umur. Di Indonesia dipilih batas umur 15 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian di Indonesia penduduk di bawah umur 15 tahun dapat digolongkan bukan tenaga kerja. Pemilihan 15 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan di lapangan bahwa pada umur tersebut sudah banyak penduduk usia muda terutama yang tinggal di pedesaan yang sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan serta adanya wajib belajar untuk sekolah dasar.

2.2 Pengaruh teknologi

Setiap industri memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam mengolah produksinya. Teknologi yang digunakan pun berlainan, teknologi berpengaruh positif terhadap produksi industri roti karena teknologi sangat menentukan hasil produksi industri terssebut meskipun teknologi yang digunakan masih di impor dari luar negeri. Tanpa adanya perkembangan teknologi produktivitas

(19)

barang-19

barang produksi tidak akan mengalami perubahan dan tetap pada tingkat yang sangat rendah.

2.3 Pengaruh Faktor Bahan Baku

Bahan baku sangat mendukung dalam segala aspek. Dalam industri baik itu industri kimia, industri tekstil, industri makanan dan minuman dan sebagainya, bahan baku merupakan faktor penting dalam proses produksinya. Bahan baku penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi. Di dalam masyarakat yang kurang maju sekalipun bahan baku sangat besar peranannya dalam kegiatan ekonomi, pada dasarnya bahan baku merupakan hal mendasar dalam meningkatkan hasil produktivitas disektor industri, pemilihan bahan baku yang bermutu tinggi dan pengolahan maksimal akan menghasilkan produksi-produksi yang dapat memuaskan masyarakat atau konsumen.

Untuk memproduksi roti di gunakan bahan baku pokok yaitu tepung terigu, gula, mentega dan telur. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa faktor input bahan baku sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan produksi. Kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia ataupun harga bahan baku mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada penjualan yang akan diterima perusahaan. Dengan demikian faktor input bahan baku akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan industri roti di kabupaten Maros dan kota Makassar.

(20)

20 2.4 Pengaruh Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah dilakukan secara manusiawi, artinya perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja dalam proses produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi.

Faktor produksi tenaga kerja berpengaruh positif terhadap suatu industri karena faktor tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam proses kegiatan produksi. Kegiatan produksi akan berhenti jika tenaga kerja yang diperlukan mengalami gangguan, sehingga berdampak pada penjualan yang akan diterima perusahaan. Dengan demikian faktor tenaga kerja akan berpengaruh terhadap pertumbuhan industri roti di kabupaten Maros dan kota Makassar.

2.5 Studi Empiris

Penelitian yang dilakukan oleh Karjadi Mintaroem pada tahun 2003 dengan judul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil Di Wilayah Segitiga Industri Di Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo dan Gresik). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan industri dalam menyerap tenaga kerja serta untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan industri. Sampel yang digunakan adalah berbagai kelompok industri yang berada di daerah Jawa Timur, alat analisis yang

(21)

21

digunakan dalam penelitian tersebut adalah regresi. Adapun hasilnya adalah adanya industri tersebut dapat menyerapkan tenaga kerja sebesar 46,28 % dari tenaga kerja. Ternyata faktor yang mempengaruhi pertumbuhan industri adalah kelancaran persediaan bahan, jumlah pekerja, ketrampilan, modal.

Penelitian lain dilakukan oleh Sundring Pantja Djati pada tahun 1999 dengan judul Pengaruh Variabel-variabel Motivasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pada Industri Rumah Tangga di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel motivasi yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan serta kebutuhan aktualisasi diri mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap produktivitas tenaga kerja karyawan industri rumah tangga di kabupaten Sidoarjo. Sampel dalam penelitian ini adalah 40 industri rumah tangga di kabupaten Sidoarjo. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Adapun hasilnya bahwa variabel motivasi berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada industri rumah tangga di kabupaten Sidoarjo.

2.6 Kerangka Pikir

Teknologi (T)

Produksi Roti (Y) Bahan Baku (K)

(22)

22

Kegiatan produksi tidak akan terwujud dan terlaksana tanpa adanya alat atau benda yang digunakan untuk memproduksi suatu barang. Jadi diperlukan adanya faktor-faktor produksi untuk menciptakan, menghasilkan benda atau jasa. Adapun faktor produksi yang dimaksud adalah: 1. Teknologi 2. bahan baku (bahan bakar) 3. Tenaga kerja.

2.7 Hipotesis

Diduga bahwa jumlah input teknologi, bahan baku dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar.

(23)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Masalah populasi timbul terutama pada penelitian yang menggunakan metode survey sebagai teknik pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah industri roti di kabupaten Maros dan kota Makassar dipilihnya daerah tersebut karena daerah tersebut terdapat beberapa (banyak) industri roti yang berjumlah 32 industri.

Sampel adalah bagian yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian, dan metodologi untuk memilih dan mengambil industri-industri masuk ke dalam sampel yang representatif disebut sampling (Soeratno dan Arsyad, 1999). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode

accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara acak dan adapun kriteria

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu industri yang telah berdiri atau beroperasi minimal 1 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut maka hanya terdapat 30 industri roti yang dijadikam sampel dalam penelitian ini.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh sejumlah data yang diperlukan, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

(24)

24 1. Penelitian kepustakan (librari research)

Penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan serta membaca literatur-literatur, artikel-artikel, serta karangan ilmiah yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas, sehingga dapat membantu dalam penulisan skripsi ini.

2. Penelitian lapangan (field research)

Pengumpulan data di tempat atau lokasi penelitian dengan teknik pengumpulan data sebagaia berikut:

Kuesioner

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara memberi daftar pertanyaan tertutup kepada obyek penelitian (responden) yang selanjutnya responden diminta untuk mengisi daftar pertanyaan tertutup tersebut. Daftar pertanyaan ini disusun berdasarkan acuan indikator – indikator yang telah ditetapkan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari lokasi (tanpa melalui perantara). Data primer secara khusus di kumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.

(25)

25 3.4 Metode analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis inferensial, yaitu analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel input teknologi (T), bahan baku (K), dan tenaga kerja (L) merupakan faktor yang mempengaruhi produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

Y = f ( T, K, L)

Secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas berikut: Y = β0 T β1 K β2 L β3 eµ

Untuk mengestimasi koefisien regresi dengan menggunakan logaritma natural (Ln) ke dalam model sehingga diperoleh pesamaan sebagai berikut:

LnY = Ln 0 + 1 Ln T + 2 Ln K + 3 Ln L + Keterangan :

Y = Produksi roti (Rupiah) T = Teknologi (Rupiah) K = Bahan baku (Rupiah) L = Tenaga kerja (Rupiah)

1, 2, 3 = Koefisien Parameter 0 = Konstanta

(26)

26

Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan uji statistik diantaranya :

1. Analisis koefisien determinasi (R2)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen yaitu input teknologi (T), bahan baku (K), tenaga kerja (L) terhadap variabel dependen produksi roti (Y) maka digunakan analisis koefisien determinasi (R2).

Koefisien Determinasi (R2) yang kecil atau mendekati nol berarti kemampuan variabel – variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel – variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel – variabel dependen.

Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi bias terhadap satu variabel indipenden yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel indipenden akan menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel dependen (memiliki nilai t yang signifikan).

2. Uji Statistik - t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

(27)

27

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.

Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : ß = 0 tidak berpengaruh, H1 : ß > 0 berpengaruh positif, H1 : ß < 0 berpengaruh negatif. Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila thitung > ttabel maka Ho diterima (signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak.

3. Uji Statistik F

Uji signifikansi ini pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independen yaitu input teknologi (T), bahan baku (K), tenaga kerja (L) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen yaitu produksi roti (Y).

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya apabila nilai F-hitung < F-tabel maka hipotesis diterima yang artinya seluruh variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Apabila Fhitung > Ftabel maka hipotesis ditolak yang berarti seluruh variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan taraf signifikan tertentu.

(28)

28 3.5 Definisi Operasional

Nilai Produksi roti (Y)

Penerimaan bruto produksi roti per bulan. Skala pengukuran dengan menggunakan rupiah.

Teknologi (T)

Biaya penyusutan teknologi untuk produksi roti per tahun. Skala pengukuran dengan menggunakan rupiah. Dimana hasil penyusutan merupakan rasio antara harga pembelian teknologi dengan umur ekonomis dari teknologi tersebut.

Faktor produksi bahan baku (K)

Biaya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pembuatan roti per bulan. Skala pengukuran dengan menggunakan rupiah.

Faktor produksi tenaga kerja (L)

Upah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi roti. Skala pengukuran dengan menggunakan rupiah dalam produksi roti per bulan.

(29)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Penelitian

4.1.1 Kabupaten Maros

Luas wilayah Kabupaten Maros 1.619,11 km2 yang terdiri dari empat belas kecamatan yang membawahi 103 desa/kelurahan. Kabupaten Maros merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota propinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini adalah kota Makassar dengan jarak kedua kota tersebut berkisar 30 km dan sekaligus terintegrasi dalam pengembangan Kawasan Metropolitan Mamminasata. Dalam kedudukannya, kabupaten Maros memegang peranan penting terhadap pembangunan Kota Makassar karena sebagai daerah perlintasan yang sekaligus sebagai pintu gerbang Kawasan Mamminasata bagian utara yang dengan sendirinya memberikan peluang yang sangat besar terhadap pembangunan di kabupaten Maros. Kabupaten Maros secara administrasi wilayah berbatasan dengan:

Sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Pangkep

Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Gowa dan Bone

Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Gowa dan kota Makassar Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Untuk menilai perkembangan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dengan menghitung perkembangan PDRB setiap tahun. Angka PDRB

(30)

30

mencerminkan kemampuan suatu wilayah atau region dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki menjadi suatu proses produksi menciptakan nilai tambah. Jadi besaran nilai PDRB yang dihasilkan sangat tergantung kepada potensi SDA dan faktor produksi suatu daerah.

4.1.2 Kota Makassar

Secara keseluruhan kota Makassar memiliki luas 175,77 Km2 yang terdiri dari 14 Kecamatan, 143 Keluruhan, 805 ORW, dan 4.445 ORT. Penduduk kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.995 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 97,55%, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

TABEL 4.1

Penyebaran Penduduk Kota Makassar (Menurut Kecamatan)

KECAMATAN JUMLAH PERTUMBUHAN(%)

Ujung Pandang 26.904 2,01

Rappocini 151.091 11,28

Biringkanaya 167.741 12,52

Tamalate 170.878 12,76

(31)

31

Penyebaran penduduk kota Makassar dirinci menurut Kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah Kecamatan Tamalate, disusul Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Rappocini, dan yang terendah adalah Kecamatan Ujung Pandang.

TABEL 4.2

Kepadatan Penduduk Kota Makassar (Menurut Kecamatan)

KECAMATAN JUMLAH (Km2) PERTUMBUHAN(%)

Tamalanrea 3.241 2,77 Biringkanaya 3.479 2,97 Manggala 4.850 4,14 Ujung Tanah 7.860 6,71 Panakkukang 8.292 7,08 Mamajang 26.221 22,40 Mariso 30.701 26,23 Makassar 32.421 27,69

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Ditinjau dari kepadatan penduduk per Km persegi, Kecamatan Makassar yang terpadat, disusul kecamatan Mariso, kecamatan Mamajang, sedangkan kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah, kemudian kecamatan Biringkanaya, kecamatan Manggala, kecamatan Ujung Tanah, dan kecamatan Panakkukang. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan

(32)

32

daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan, yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, dan Manggala.

Pesatnya pertumbuhan penduduk tersebut dipengaruhi oleh kelahiran dan urbanisasi yang cukup besar. Implikasi pertumbuhan penduduk yang cukup pesat tersebut tentu saja menimbulkan masalah-masalah sosial ekonomi di perkotaan.

Kota Makassar sebagai salah satu kota dengan kepadatan penduduk terbesar di Indonesia dan merupakan kota Metropolitan mempunyai prospek yang potensial untuk peningkatan jumlah angkutan kota yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan Khususnya maupun pembangunan nasional pada umumnya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan antara teknologi dengan produksi roti

Teknologi telah mempengaruhi masyarakat dan sekitarnya dalam beberapa cara. Dalam masyarakat, teknologi telah membantu mengembangkan ekonomi yang lebih maju (termasuk ekonomi global saat ini). Tetapi banyak proses‐proses teknologi juga menghasilkan produk yang tidak diinginkan atau mengakibatkan sesuatu hal, contohnya polusi, dan menguras sumber daya alam, dengan merusak bumi dan lingkungannya. Berbagai implementasi teknologi mempengaruhi nilai‐nilai masyarakat dan teknologi baru sering menimbulkan pertanyaan‐pertanyaan etika baru. Contohnya meliputi munculnya gagasan tentang efisiensi dalam hal produktivitas manusia, istilah yang awalnya hanya berlaku bagi mesin, dan tantangan dari norma‐norma tradisional.

(33)

33

Gambaran teknologi terhadap produksi roti dalam penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa biaya penyusutan teknologi dari 30 responden (industri) yang merupakan biaya penyusutan terbesar yaitu terdapat pada industri roti Zazil Bakery yaitu sebesar Rp 14.720.000. ini menunjukkan bahwa selama proses psroduksi berjalan atau beroperasi didaerah tersebut maka telah mengalami penyusutan sebesar Rp 14.750.000. Sedangkan industri yang memiliki biaya penyusutan paling rendah yaitu citra mewah sebesar Rp 1.586.000. ini berarti selama produksi berjalan atau beroperasi telah mengalami penyusutan yaitu Rp 1.586.000.

(34)

34 Tabel 4.3

Biaya penyusutan teknologi, Biaya bahan baku, upah tenaga kerja yang dikeluarkan dalam produksi roti.

No Nama Industri Nilai Roti

(Y) Teknologi (T) Bahan Baku (K) Tenaga Kerja (L)

1 Istana Roti Maros 43.000.000 7.900.000 38.925.000 15.300.000

2 Setia Kawan 45.000.000 8.500.000 32.410.000 13.000.000

3 Roti Maros Sanggalea 42.000.000 9.000.000 32.625.000 10.900.000

4 Roti Maros Semarang 23.000.000 8.300.000 21.750.000 7.000.000

5 Aneka Sari 25.500.000 10.000.000 25.830.000 9.000.000

6 Kedai 189 54.500.000 6.080.000 53.550.000 22.800.000

7 Roti Maros Bersaudara 20.000.000 6.620.000 11.760.000 6.000.000

8 Verri Bakery 30.000.000 9.740.000 23.220.000 9.000.000

9 Zazil Bakery 50.000.000 14.720.000 48.672.000 16.900.000

10 Holland Bakery 55.000.000 5.258.000 54.330.000 30.900.000

11 J.CO Donut's & Coffie 37.500.000 5.900.000 28.022.000 20.000.000

12 Roti Boy 36.500.000 7.500.000 18.284.000 11.700.000 13 Dunkin Donut 20.500.000 5.600.000 13.890.000 13.000.000 14 Dona Dony 25.500.000 7.060.000 22.200.000 12.600.000 15 Mewah Bakery 36.500.000 2.180.000 31.895.000 16.200.000 16 Citra Mewah 30.000.000 1.586.000 27.200.000 11.700.000 17 Joyfull Bakery 26.500.000 4.580.000 15.960.000 8.300.000 18 Super Unil 32.000.000 5.000.000 18.330.000 12.600.000 19 Kedai Ina 15.500.000 3.800.000 14.406.000 7.200.000 20 La France 36.500.000 6.120.000 34.797.000 12.000.000

21 Roti Coo Moo 23.000.000 5.340.000 16.880.000 8.100.000

22 Bread Talk 55.000.000 4.850.000 52.922.000 23.800.000

23 Donat Kampung Anie 27.000.000 3.500.000 11.250.000 6.0000.000

24 Rumah Roti 29.000.000 6.500.000 21.876.000 13.200.000 25 Olympic 32.000.000 5.080.000 31.125.000 14.200.000 26 Candy 30.000.000 5.560.000 25.800.000 14.300.000 27 Jesslyn Bakery 38.000.000 6.200.000 24.645.000 19.100.000 28 Buana Bakery 25.500.000 6.300.000 23.456.000 11.400.000 29 American Bakery 25.000.000 5.100.000 13.670.000 10.200.000 30 Donal Son 43.000.000 8.820.000 39.426.000 18.900.000

(35)

35

4.2.2 Hubungan antara bahan baku dengan produksi roti

Bahan baku merupakan hal mendasar dalam meningkatkan hasil produktivitas disektor industri dan juga merupakan faktor penting dalam proses produksi. Dimana pemilihan bahan baku yang bermutu tinggi dan pengolahan maksimal akan menghasilkan produksi-produksi yang dapat memuaskan masyarakat atau konsumen. Kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku yang biasa digunakan tidak tersedia, sehingga berdampak pada penjualan yang akan diterima perusahaan (industri roti).

Pada Tabel 4.3 menunjukkan biaya bahan baku yang dikeluarkan masing-masing industri (responden). Holland Bakery merupakan industri roti yang memiliki penerimaan yaitu Rp 55.000.000 dengan biaya bahan baku yang digunakan Rp 54.330.000 dengan selisih rendah yaitu Rp 670.000 yang berarti dalam suatu industri tidak hanya memproduksi roti saja tetapi terdapat berbagai macam produksi lainnya seperti Donat Kampoeng Anie yang memiliki penerimaan yaitu Rp 27.000.000 dengan biaya bahan baku yang digunakan yaitu Rp 11.250.000 dengan selisih tinngi yaitu Rp 15.750.000. Ini menunjukan bahwa tinggi rendahnya penerimaan yang diterima oleh suatu industri maka dapat berpengaruh pada biaya bahan baku yang digunakan.

4.2.3 Hubungan antara tenaga kerja dengan produksi roti Gambaran tenaga kerja terhadap produksi roti dalam penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

(36)

36

Tenaga kerja merupakan segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfaatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah dilakukan secara manusiawi, artinya perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja dalam proses produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya, baik tenaga maupun keahliannya. Posisi faktor tenaga kerja sangat dominan jika dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dalam suatu proses produksi.

Pada Tabel 4.3 menunjukkan upah tenaga kerja yang digunakan masing-masing industri (responden). Holland bakery merupakan industri yang memiliki upah tenaga kerja cukup tinggi yaitu sebesar Rp 30.900.000. Untuk memproduksi roti lainnya maka perusahaan dapat melibatkan tenaga kerja yang banyak pula artinya perusahaan dapat pemanfaatkan tenaga kerja yang dimiliki dalam proses produksinya. Adapaun industri roti yang memiliki upah tenaga kerja paling sedikit yaitu Roti Maros Bersaudara Rp 6.000.000. Ini bearti upah tenaga kerja cukup mempengaruhi produksi roti yang ada di kabupaten Maros dan kota Makassar.

4.3 Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yaitu persamaan regresi yang melibatkan 2 (dua) variabel atau lebih (Gujarati, 2003). Regresi linear digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel dependen terhadap variabel independen. Perhitungan data dalam penelitian ini menggunakan program eviews. Program eviews membantu dalam melakukan pengujian model yang telah ditentukan, mencari

(37)

37

nilai koefisien dari tiap-tiap variabel, serta pengujian hipotesis secara parsial maupun bersama-sama.

4.3.1 Pengujian Hipotesis 1. Teknologi

Dari hasil regresi ditemukan bahwa besarnya biaya teknologi tidak signifikan pengaruhnya terhadap produksi roti. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh teknologi terhadap output (produksi roti) baru bisa terlihat jelas dalam jangka panjang.

2. Bahan baku

Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa biaya bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi roti hal ini sesuai dengan hipotesis dan dimungkinkan karena bahan baku merupakan variabel utama dalam produksi roti atau dengan kata lain, kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia.

3. Tenaga kerja

Dari hasil regresi ditemukan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi roti. Hal ini terbukti karena dengan adanya tenaga kerja maka proses pembuatan roti lebih tinggi dan teknologi hanya digunakan pada saat tertentu.

4.3.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

(38)

38

determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Dari hasil regresi pengaruh variabel teknologi, bahan baku, tenaga kerja, terhadap produksi roti (Y) diperoleh nilai R2 sebesar 0,788805. Hal ini berarti variasi variabel independen (bebas) menjelaskan variasi produksi roti dikabupaten Maros dan kota Makassar sebesar 78,88 %. Adapun sisanya variasi variabel lain dijelaskan diluar model sebesar 21,12 %. Secara terperinci hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.6.

(39)

39 Tabel 4.6

Rekapitulasi Data Hasil Regresi Linear

Sumber : Data diolah, 2012

4.3.3 Deteksi Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik-t)

Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam regresi pengaruh teknologi, bakan baku, dan tenaga kerja terhadap produksi roti dikabupaten Maros dan kota Makassar, dengan α:5% dan df = 27 (n-k =30-3), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,052. Berdasarkan nilai t-tabel tersebut dan dengan asumsi t-statistik / t-hitung > t-tabel, variabel

Variabel Penelitian Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. Konstanta (c) 4.514252 1.474306 3.061950 0.0051 Teknologi 0.100838 1.474306 1.480665 0.1507 Bahan baku 0.407761 0.112355 3.629224 0.0012 Tenaga kerja 0.260009 0.121055 2.147867 0.0412 R-squared 0.788805 R 0.872 Adjusted R-squared 0.764436 S.E. of regression 0.156624 F-statistic 32.36968 F-tabel (0,05;3;27) 2.96 n 30 Df 27 t tabel (0,05:27) 2.052 * Signifikansi pada level

5%

(40)

40

independen yang signifikan terhadap variabel produksi roti yaitu hanya variabel bahan baku (t-hitung = 3.629224).

4.3.4 Deteksi Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Dari regresi pengaruh teknologi, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap produksi roti dikabupaten Maros dan kota Makassar, maka diperoleh F-tabel sebesar 2,96 (α:5% dan df :30-3=27) sedangkan F-statistik/F-hitung sebesar 32,36968 dan nilai probabilitas F-statistik 0,000000. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (F-hitung > F-tabel).

4.4 Interpretasi Hasil

Dalam regresi pengaruh teknologi, bahan baku dan tenaga kerja terhadap produksi roti di kabupaten Maros dan Kota Makassar, dengan menggunakan model persamaan regresi linear berganda, diperoleh nilai koefisien untuk setiap variabel dalam penelitian dengan persamaan sebagai berikut:

Ln Y = 4,514252 + 0,100838 Ln T + 0,407761 Ln K + 0,260009 Ln L

R-Squared = 0,788805 dimana, (78,88% variabel dependen dapat diterangkan oleh model).

(41)

41

Interpretasi hasil regresi pengaruh teknologi, bahan baku (bahan bakar) dan tenaga kerja terhadap produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar yaitu sebagai berikut:

1. Teknologi

Dari hasil regresi ditemukan bahwa besarnya biaya teknologi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi roti. Jika diasumsikan dengan fungsi log maka kenaikan 1 % biaya teknologi akan menaikkan sebesar 0,10 % produksi roti setiap bulannya. Namun hasil yang didapatkan tidak signifikan yang berarti variabel teknologi tidak cukup mempengaruhi besarnya produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh teknologi terhadap output (produksi roti) baru bisa terlihat jelas dalam jangka waktu beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun.

2. Bahan baku

Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa biaya bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi roti hal ini sesuai dengan hipotesis. Jika diasumsikan dengan fungsi log maka kenaikan 1 % dari biaya bahan baku akan menaikkan sebesar 0,40 % produksi roti di kabupaten maros dan kota Makassar tiap bulannya. Hasil yang didapatkan menunjukkan pengaruh yang signifikan yang berarti variabel bahan baku mempengaruhi besarnya produksi roti. Hal ini dimungkinkan karena bahan baku merupakan variabel utama dalam produksi roti atau dengan kata lain, kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia. Hasil tersebut sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh

(42)

42

Simanjuntak (1998), yang mengatakan bahwa industri merupakan rangkaian usaha ekonomi yang meliputi pengolahan dan pengerjaan atau pembuatan, perubahan dan perbaikan bahan baku menjadi suatu barang yang akhirnya akan lebih berguna dan bermanfaaat bagi masyarakat.

3. Tenaga kerja

Dari hasil regresi ditemukan bahwa tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi roti. Jika diasumsikan dengan fungsi log maka kenaikan 1% jumlah tenaga kerja akan menaikkan 0,26% produksi roti setiap bulannya. sesuai hasil yang didapatkan yaitu berpengaruh signifikan yang berarti variabel tenaga kerja mempengaruhi besarnya produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar. Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya tenaga kerja maka proses pembuatan roti lebih baik dan berkualitas.

Hasil tersebut sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh Kardiman (2003), yang mengatakan bahwa tenaga kerja merupakan segala kegiatan jasmani maupun rohani atau pikiran manusia yang ditujukan untuk kegiatan produksi. Pemanfatan tenaga kerja dalam proses produksi haruslah dilakukan secara manusiawi, artinya perusahaan pada saat memanfaatkan tenaga kerja pada produksinya harus menyadari bahwa kemampuan mereka ada batasnya, baik tenaga maupun keahliannya.

(43)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh teknologi terhadap produksi roti yaitu tidak signifikan. Dengan demikian variabel teknologi tidak mempengaruhi besarnya produksi roti dikabupaten Maros dan kota Makassar. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh teknologi terhadap output (produksi roti) baru bisa terlihat jelas dalam jangka waktu panjang.

2. Dari hasil uji regresi yang dilakukan bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi roti. Hal ini dimungkinkan karena bahan baku merupakan variabel utama dalam produksi roti atau dengan kata lain, kegiatan produksi akan berhenti jika bahan baku tidak tersedia.

3. Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi roti yaitu berpengaruh signifikan. Dengan demikian variabel tenaga kerja mempengaruhi besarnya nilai produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar. Hal ini dimungkinkan karena dengan adanya tenaga kerja maka proses pembuatan roti lebih baik dan berkualitas.

(44)

44 5.2. Keterbatasan

Kelemahan dalam analisis penelitian ini adalah tidak signifikannya pengaruh teknologi dan tenaga kerja terhadap produksi roti di kabupaten Maros dan kota Makassar, tidak semua responden bersedia memaparkan data yang lengkap terkait hal-hal yang menyangkut proses produksi roti. Hal tersebut menyebabkan kurang lengkapnya data yang digunakan.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian di atas, maka pada bagian ini dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan adanya pengaruh yang tidak signifikan antara teknologi dengan produksi roti maka industri roti dapat meningkatkan penggunaan teknologi agar mampu meningkatkan output secara signifikan.

b. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan bahwa variabel bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi roti. Hal ini berarti industri dapat lebih meningkatkan dan lebih berhati-hati dalam memilih bahan baku dalam memproduksi roti, semakin berkualitas bahan baku yg dipilih maka semakin tinggi produksi roti yang dihasilkan industri tersebut. c. Menurut peneliti, untuk meningkatkan output secara signifikan, Industri roti dapat mengurangi atau menambah tenaga kerja. Namun semuanya tergantung pada kondisi internal masing-masing produsen.

(45)

45

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Sudarman, 1984. Teori Ekonomi Mikro, Yogyakarta.

Djati, Sundring, Pantja. 1999. Pengaruh Variabel-variabel Motivasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pada Industri Rumah Tangga di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.1 No. 1 Flippo, B. Edwin, 1984. Manajemen Personalia. Edisi 6, Jilid 1, Erlangga, Jakarta. Glendoh, S. H., 2001. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Jurnal

Manajemen dan Kewirausahaan Vol 3. No. 1. Maret 2001

Godam, 2006. Faktor Pendukung dan Penghambat Industri Bisnis – Perkembangan dan Pembangunan Industri – Ilmu Sosial Ekonomi Pembangunan. Akses 24 Februari 2010.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan : Sumarno Zain

Harsono, 1972.Pendekatan Untuk Identifikasi Dari Jenis Industri Di Luar Sektor Pertanian yang Mungkin Dapat Dikembangkan. Buletin Ekonomi, FE UGM.

Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi Untuk Aplikasi dan Bisnis. Yogyakarta : BPFE.

Kardiman, 2003, Ekonomi, Jakarta: Yudhistira.

Maryono. 1996. Pengusaha kecil: Kendala yang dihadapi dan upah pemberdayaannya. Gema Stikubank. Semarang.

Mintaroem, Karjadi. 2003. Analisis Faktor-faktor Yang mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil Di Wilayah Segitiga Industri Di Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo dan Gresik). Majalah Ekonomi. Tahun XIII. No 2. Mubyarto, 1979. Industri Pedesaan di Jateng dan DIY, Suatu Studi Evaluasi,

Yogyakarta: BPFE UGM.

Payaman J. Simanjuntak, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta: LPFE UI.

(46)

46

Purwo, Minto, 2000, Ekonomi, Jakarta: Yudhistira

Ravianto, S, 1995. Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Jakarta: PT.SUN. Sinungan, Muchdarsyah. 1997. Produktivitas apa dan Bagamana. Jakarta: Bumi

Karsa.

Soekartawi, 1990, Teori Ekonomi Produksi, Analisis Fungsi Produksi Cobb- Douglas, Rajawali Press, Jakarta.

Soeratno dan Arsyad. 1999. Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Sugiyono, 2002. Statistika untuk Penelitian, Bandung: CV.Alfabeta. Supranto, J, 1996, Statistik dan Aplikasi, Jakarta: Erlangga.

Suprihanto, 1988, Ekonomi, Jakarta: Yudhistira.

Umar, Husein, 1998, Riset Sumber Daya Manusia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sudah sesuai dengan Permenaker PER.04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan pasal 4 poin (1) yang menyatakan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh Good corporate governance yang terdiri dari

Lalu kaum mereka memperadilkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan kewajiban membayar diyat

Sistem pendukung pengambilan keputusan untuk pemilihan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kecamatan Balung telah berhasil dalam membantu calon siswa atau wali murid untuk

bahwa berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pencegahan Penyebaran dan Percepatan Penanganan Corona Virus Disease

Melihat perkembangan industri perbankan syariah diatas, saat ini pada perkembanganya industri perbankan syariah dibagi dalam dua kategori yaitu lembaga keuangan

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja peternakan ayam

Menurut Sugiyono (2016:228), “Teknik korelasi digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval