EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KELEMBAGAAN
SERTIFIKASI SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN :
STUDI KASUS DI KALIMANTAN TIMUR DAN
KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
FAIQOTUL FALAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas dan Efisiensi Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan : Studi Kasus di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Februari 2010
Faiqotul Falah NIP E151070274
ii
ABSTRACT
FAIQOTUL FALAH. Effectiveness and efficiency of the institution on the forest seed source certification: Case study in East Kalimantan and South Kalimantan.
Under direction of BRAMASTO NUGROHO AND ISKANDAR Z. SIREGAR
The forest and land rehabilitation activities need abundant seed supplies from high quality seed sources. The forest seed sources are classified into 7 level/class according to the source of the genetic material and the quality of the management system. To guarantee the validity of forest seed source class and the products’ quality, Ministry of Forestry issued the seed source certification policy. This paper presents the effectiveness and efficiency of the institution on the forest seed source certification in South and East Kalimantan. This study was conducted by: 1) reviewing the related regulation and implementation; 2) comparative study on the seed source quality by reviewing related research reports; 3) identifying and analyzing stakeholders’ roles; 4) identifying the financial components and analyzing financial feasibility of seed source company, and 5) identifying and analyzing the benefit and information distribution among stakeholders. This study concluded that there are some weaknesses on the policy and its implementation in forest seed source certification before the issuing of Permenhut P.1/2009. Therefore it can not guarantee the validity of the high class seeds sources (ineffective) but effective enough for the certification of low class seed sources. After the issueing of Permenhut No P.1/2009, the seed sources certification would be more effective if only some conditions are fulfilled. The financial analysis showed that seed sources business are feasible and the transaction cost of certification is not significant, indicating that the institution of the forest seed sources certification is efficient. But it could be more efficient if the benefit distribution among the seed traders could be shared in balance, by shortening the traders’ path and empowering the bargaining position of the seed producers. This research also concluded that there is assymetric information among the stakeholders, including the information on the policy, seed technology, and market. The information distribution could be made in a balance by establishing a communication forum among the traders, and optimalyzing the performance of Forest Seeds Institution (BPTH) of Banjarbaru on seed information management.
Keywords : effectiveness, efficiency, institution, forest seed source certification,
iii
RINGKASAN
FAIQOTUL FALAH. Efektivitas dan Efisiensi Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan : Studi Kasus di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh BRAMASTO NUGROHO dan ISKANDAR Z. SIREGAR.
Upaya merehabilitasi kawasan hutan dan lahan memerlukan pasokan benih berkualitas dalam jumlah yang memadai, sehingga diperlukan pembangunan sumber benih. Untuk memberikan jaminan mutu sumber benih maka perlu adanya sertifikasi sumber benih tanaman hutan. Klasifikasi sumber benih dibagi menjadi 7 kelas, yaitu 1) Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT), 2) Tegakan Benih Terseleksi (TBS), 3) Areal Produksi Benih (APB), 4) Tegakan Benih Provenans (TBP), 5) Kebun Benih Semai (KBS), 6) Kebun Benih Klon (KBK), dan 7) Kebun Pangkas (KP).
Dalam kegiatan sertifikasi sumber benih terdapat aturan main dalam relasi antar beberapa pemangku kepentingan, atau disebut kelembagaan. Suatu kelembagaan dianggap efektif apabila tujuan terbentuknya kelembagaan tersebut tercapai. Secara ekologi, tujuan sertifikasi sumber benih adalah terjaminnya kebenaran klasifikasi sumber benih, sehingga dapat menjamin mutu produk yang dihasilkan dari sumber benih tersebut. Sedangkan secara ekonomi dari sudut pandang pengelola sumber benih, sertifikasi sumber benih diharapkan dapat menghasilkan keuntungan finansial yang seimbang dengan pengorbanan sumberdaya yang telah dikeluarkan (efisien).
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas dan efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih tanaman hutan di propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi mengenai : 1) peraturan yang berlaku dalam sertifikasi sumber benih dan implementasinya; 2) realisasi peran para pemangku kepentingan; 3) distribusi informasi dalam kegiatan sertifikasi sumber benih tanaman hutan; 4) kelayakan finansial pengusahaan sumber benih bersertifikat; 5) besarnya biaya sertifikasi sumber benih tanaman hutan; dan 6) distribusi manfaat dalam kegiatan sertifikasi sumber benih tanaman hutan. Penelitian ini dapat membawa manfaat sebagai penyedia informasi dan referensi penelitian yang terkait, bahan penyempurnaan kebijakan sertifikasi sumber benih tanaman hutan, dan bahan penyempurnaan kebijakan sertifikasi sumber benih tanaman hutan.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2009 di : 1) BPTH Banjarbaru; 2) BPDAS Barito dan BPDAS Mahakam Berau; 3) Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan; 4) Dinas Kehutanan Kab. Tanah Laut, Kab. Balangan, Kab. Penajam Paser Utara, dan Kab. Kutai Kartanegara; 5) Pengelola sumber benih bersertifikat; dan 6) pengada bibit di Kab. Banjar, Kab.Tanah Laut, Kab.Balangan, Kab. Penajam Paser Utara, Kab. Kutai Kartanegara, dan Kota Samarinda. Penelitian ini didahului dengan studi pustaka mengenai kebijakan dan hasil penelitian yang terkait, dilanjutkan pengambilan data primer dengan metode wawancara terstruktur dan observasi
iv
lapangan. Analisis kebijakan yang meliputi analisis isi kebijakan dan implementasinya dilakukan secara kualitatif. Analisis finansial pengusahaan sumber benih bersertifikat dilakukan melalui analisis kelayakan finansial pengusahaan sumber benih, analisis Farmer’s Share (FS), serta analisis distribusi manfaat. Dilakukan pula analisis distribusi informasi secara kualitatif.
Hasil penilaian efektivitas sertifikasi sumber benih sebelum penerbitan Permenhut No P.1/2009 adalah sebagai berikut : 1) Untuk sumber benih kelas TBP, KBS, KBK, dan KP sertifikasi belum efektif karena kelemahan pedoman pelaksanaan sertifikasi yang berlaku, serta kualitas staf dan sarana BPTH yang belum kompeten dalam melakukan uji genetis. Hasil penilaian sertifikasi baru efektif apabila melibatkan pakar dalam tim penilai karena memerlukan uji genetis; 2) Untuk TBT, TBS, dan APB penilaian dari BPTH efektif, namun masih mengalami kesulitan dalam pengenalan jenis; 3) Apabila sertifikasi akan dilakukan oleh Dinas sesuai Permenhut P.1/2009, akan lebih efisien dari segi waktu dan tenaga, namun agar dapat diimplementasikan secara efektif ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : a) Ditjen RLPS sudah mengeluarkan pedoman pelaksanaan sertifikasi dan menyelenggarakan diklat sertifikasi; b) manfaat melakukan sertifikasi harus benar-benar dirasakan oleh Dinas; c) ada persetujuan dari Kepala Daerah Kabupaten/Kota dan DPR setempat untuk mengalokasikan anggaran bagi sertifikasi perbenihan; d) ada lembaga yang bertugas melakukan akreditasi kepada Dinas; e) tim penilai sertifikasi harus benar-benar melibatkan BPTH dan pakar.
Hasil penilaian efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih tanaman hutan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut : 1) Kelembagaan sudah efisien dari sudut pandang pengelola sumber benih bersertifikat. Pengusahaan sumber benih bersertifikat ternyata layak dari segi finansial, dan biaya transaksi sertifikasi yang dikeluarkan tidak signifikan dibanding dengan keuntungan yang diperoleh. Meski demikian pengusahaan sumber benih bersertifikat apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 20%, atau terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 10%, atau kombinasi keduanya; 2) Distribusi manfaat antar pelaku tataniaga ternyata belum seimbang. Farmer’s Share (FS) terbesar dan distribusi marjin keuntungan paling seimbang diperoleh pada saluran langsung dan saluran tingkat satu, dengan syarat harga bibit mempertimbangkan adanya sertifikasi sumber benih. Harga bibit yang tidak mempertimbangkan adanya sertifikat membuat nilai FS dan distribusi manfaat yang diperoleh pengusaha sumber benih paling kecil dibanding pelaku tataniaga lain; 3) Distribusi informasi antar pemangku kepentingan ternyata belum merata, meliputi infomasi kebijakan, teknologi perbenihan, dan infomasi pasar. BPTH belum optimal dalan mengelola informasi perbenihan dan mendistribusikannya kepada pelaksana kebijakan di daerah serta pengusaha perbenihan.
Disimpulkan pula bahwa pengusahaan sumber benih bersertifikat masih berprospek menghasilkan keuntungan di masa mendatang, dengan syarat sistem sertifikasi tersebut disempurnakan agar efektif, dan perlu didukung kebijakan insentif dari pemerintah. Sertifikasi bertujuan memberikan perlindungan mutu produk kepada konsumen. Apabila sistem sertifikasi tidak disempurnakan (terutama dalam hal pengawasan peredaran benih/bibit), maka manfaat dari sertifikasi tidak dapat diwujudkan karena kurangnya jaminan mutu produk yang
v
benar-benar dapat melindungi konsumen, sehingga posisi tawar pengelola sumber benih dalam menentukan harga produk menjadi lemah. Apabila hal itu terjadi, maka secara ekologis maupun secara finansial, sertifikasi sumber benih tidak dapat membawa manfaat bagi produsen maupun konsumen.
Penelitian ini menghasilkan beberapa butir rekomendasi bagi Ditjen RLPS untuk menyempurnakan sistem sertifikasi sumber benih tanaman hutan, yaitu : 1) Ditjen RLPS segera mengeluarkan pedoman teknis sertifikasi sumber benih, mutu benih, maupun mutu bibit sebagai penjabaran Permenhut P.1/2009, termasuk mengenai distribusi biaya antara Dinas dan pengusaha benih/bibit, besaran pungutan jasa yang diperkenankan, serta akreditasi Dinas yang berhak menerbitkan sertifikat; serta 2) Ditjen RLPS segera menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan untuk tenaga pengawas perbenihan dan penilai sertifikasi untuk staf Dinas.
Untuk menyempurnakan sistem pengawasan terhadap peredaran benih atau bibit, disarankan agar Dinas menerapkan sanksi (punishment) tegas yaitu pencabutan izin bagi pengada benih/bibit yang tidak melaporkan produksi dan distribusi benih/bibitnya sehingga peredaran benih/bibit dapat terpantau. Pengelolaan sumber benih bersertifikat ternyata layak dan menguntungkan secara finansial, sehingga disarankan Dinas Kehutanan dapat lebih aktif melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sumber benih, sebab berprospek sebagai sumber pendapatan daerah (PAD). PAD bisa didapat dari pungutan jasa penerbitan sertifikat maupun retribusi, asalkan besarnya proporsional dan tidak memberatkan pengusaha benih.
Bagi pelaku tataniaga perbenihan, disarankan agar menbentuk forum komunikasi perbenihan di tingkat propinsi sebagai wahana tukar menukar informasi teknologi, ketersediaan benih dan atau bibit, serta informasi pasar. Sedangkan bagi para peneliti, disarankan agar melakukan penelitian permodelan untuk mengetahui besarnya pungutan jasa penerbitan sertifikasi yang layak bagi pengusahaan sumber benih, serta penelitian yang membandingkan secara teknis kualitas benih dari sumber benih bersertifikat dan non sertifikat.
Kata Kunci: efektivitas, efisiensi, kelembagaan, sertifikasi sumber benih tanaman hutan, kebijakan
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KELEMBAGAAN
SERTIFIKASI SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN
STUDI KASUS DI KALIMANTAN TIMUR DAN
KALIMANTAN SELATAN
Oleh :
FAIQOTUL FALAH
( E 151070274 )
Tesis
sebagai salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Magister Sains
pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Efektifitas dan Efisiensi Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan di Wilayah Kalimantan
Nama : Faiqotul Falah
NRP : E151070274
Disetujui : Komisi Pembimbing
Dr.Ir. Bramasto Nugroho, M.Si. Ketua
Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc. Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan
Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS.
A.n. Dekan Sekolah Pascasarjana Sekretaris Program Pascasarjana
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya proposal penelitian ini dengan baik dan lancar. Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian dalam rangka penulisan tesis untuk mendapatkan gelar Magister Sain pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan.
Proposal penelitian ini ditujukan untuk menilai efektifitas kelembagaan sertifikasi sumber benih tanaman hutan di Kalimantan dalam menjamin mutu benih tanaman hutan, serta menilai efisiensi distribusi manfaat dan informasi antar pemangku kepentingan yang terkait di dalamnya. Hasil penelitian diharapkan akan menjadi bahan penyempurnaan kebijakan sertifikasi sumber benih tanaman hutan di Kalimantan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Bramasto Nugroho, M.Si., dan Bapak Dr. Ir. Iskandar Zulkarnain Siregar, M.For.Sc atas kesediaan memberi bimbingan selama penulisan proposal. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan khususnya kepada rekan-rekan mahasiswa IPH angkatan 2007, serta kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana di lingkup Fakultas Kehutanan IPB atas dukungan dan bantuan secara langsung maupun tidak terhadap penyempurnaan rencana penelitian ini.
Pada akhirnya penulis berharap penelitian ini dapat berjalan lancar dan bermanfaat sesuai dengan tujuan. Kepada siapapun yang peduli terhadap perbaikan dan peningkatan kualitas penelitian ini diharapkan dapat menyampaikan kritik dan saran kepada penulis.
Bogor, Maret 2009 Penulis
vi
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugkan kepentingan yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
vii
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KELEMBAGAAN
SERTIFIKASI SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN :
STUDI KASUS DI KALIMANTAN TIMUR
DAN KALIMANTAN SELATAN
FAIQOTUL FALAH
E 151070274
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
viii
ix
Judul Tesis : Efektivitas dan Efisiensi Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan : Studi Kasus di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan
Nama : Faiqotul Falah
NRP : E 151 070 274
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS. Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc.
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan
Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS
x
PRAKATA
Alhamdulillah, penulisan tesis ini akhirnya dapat diselesaikan. Selain sebagai syarat dalam memperoleh gelar Magister Sains, kegiatan penelitian dalam penyusunan tesis ini menjadi bagian dalam kegiatan penelitian di instansi dimana penulis bekerja, yaitu di Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Samboja. Identifikasi masalah dalam kelembagaan sertifikasi perbenihan telah dilakukan sejak tahun 2007 dan 2008 di Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah oleh tim peneliti BPTP Samboja. Hasil temuan mengenai situasi masalah tersebut mendasari dilakukannya penelitian mengenai Efektivitas dan Efisiensi Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan, dengan mengambil studi kasus di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan yang terkait dalam bidang perbenihan tanaman hutan khususnya para penentu kebijakan perbenihan, serta para akademisi/peneliti pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, meski demikian penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat sesuai harapan.
Akhir kata, selamat membaca.
Bogor, Februari 2010
xi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian dan penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS., dan Dr. Ir. Iskandar Z. Siregar, M.For.Sc
atas perannya sebagai komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberi saran perbaikan.
2. Prof.Dr.Ir. Dudung Darusman, MA selaku penguji dalam sidang tesis. 3. Segenap staf dan penunjang Departemen Manajemen Hutan serta Program
Studi Ilmu Pengelolaan Hutan IPB atas dukungan dan bantuannya selama penulis menempuh studi dan menyelesaikan penulisan tesis.
4. Badan Litbang Kehutanan yang telah memfasilitasi terselenggaranya
Program Research School bersama dengan Sekolah Pascasarjana IPB. 5. Ir. Tjuk Sasmito Hadi, M.Sc. selaku Kepala BPTP Samboja beserta seluruh
staf atas segala dukungan dan bantuan bagi penulis selama menempuh studi maupun dalam persiapan dan pelaksanaan penelitian tesis.
6. Tim peneliti Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih BPTP Samboja : Amir Maruf, Tri Atmoko, Suhardi, dan Mira Kumala Ningsih untuk segala bantuan dan kerjasamanya dalam pengambilan data penelitian.
7. Dra.Dida Syamsuwida, M.Sc., Ir. Nurhasybi, Dr. Budi Leksono, dan Dr.Arif Nirsatmanto dari Balitbang Dephut untuk apreasiasi, saran, dan informasi yang sangat berguna untuk pelaksanaan penelitian ini.
8. Seluruh pihak yang telah berperan dalam memberi informasi dan saran dalam pelaksanaan penelitian ini : BPTH Banjarbaru, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kab. Tanah Laut, Kab. Hulu Sungai Tengah, dan Kab. Balangan, Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur, Dinas Kehutanan Kab. Penajam Paser Utara dan Kab. Kutai Kartanegara, BPDAS Barito, BPDAS Mahakam Berau, Manajemen PT. Inhutani III, PT ITCI Kartika Utama, PT Graha Kaltim Sentosa, PT. Karunia Sanjaya Makmur, Tectona Group, CV Girilusindo Landscape, LSM Gaharu Persada, dan KT Meratus Sejahtera, serta seluruh pengada bibit yang menjadi informan penelitian ini.
xii
9. Teman-teman seperjuangan peserta program S2 Research School angkatan 2007 untuk persahabatan, dukungan, dan kerja sama selama penulis menempuh studi S2 di IPB.
10. Rekan-rekan mahasiswa S2 IPH angkatan 2007 untuk pertemanan dan
bantuannya selama penulis menyelesaikan penulisan tesis ini.
11. Suami dan putra tercinta, Kurniadi Wahyudianto dan Tangguh Ahmad Fadhil Kurnia, beserta keluarga di Semarang dan Cibinong untuk semua dukungan, bantuan dan kesabaran selama penulis menempuh studi S2, melaksanakan penelitian di Kalimantan, dan menyelesaikan penulisan tesis di Bogor.
xiii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Semarang, 25 Juni 1977 sebagai anak keempat dari pasangan Yusuf Ruh Hayat dan Fathimatuzzahra. Penulis menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Semarang. Pendidikan Strata 1 ditempuh di Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (lulus tahun 2001).
Penulis pernah bergiat sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat dan pendidikan lingkungan bersama Yayasan Relung, Yogyakarta, antara tahun 1999 hingga 2002. Sejak tahun 2003, penulis bekerja sebagai peneliti pada Loka Litbang Satwa Primata Samboja (Kalimantan Timur), sebuah instansi di bawah Badan Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan Pada tahun 2007, Loka Litbang Satwa Primata berubah menjadi Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Samboja.
Penulis berkesempatan mendapatkan Diploma dalam Environmental Management dari Maastricht School of Management, The Netherlands, pada tahun 2006 dengan beasiswa dari Tropenbos-Huygens. Tahun 2007, penulis berkesempatan menempuh pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, Institut Pertanian Bogor, atas beasiswa dari Program Research School Badan Litbang Kehutanan.
Penulis menikah dengan Kurniadi Wahyudianto, dan dikaruniai seorang putra yang diberi nama Tangguh Ahmad Fadhil Kurnia.
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI xiv
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
DAFTAR SINGKATAN . xx I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Situasi Masalah 2 C. Rumusan Masalah 6 D. Tujuan Penelitian 8 1. Tujuan Umum 8 2. Tujuan Khusus 8 E. Hipotesis 9 F. Ruang Lingkup 9 G. Manfaat Penelitian 9
II. TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Kelembagaan 11
B. Batasan Operasional Beberapa Istilah dalam Bidang
Perbenihan 12
C. Kebijakan Pemerintah terkait Perbenihan Tanaman Hutan 14
D. Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan 17
E. Para Pemangku Kepentingan 21
F. Konsep Tataniaga 23
G. Biaya Transaksi 25
III METODOLOGI PENELITIAN 26
A. Waktu dan Lokasi Penelitian 26
B. Alur Penelitian 27
C. Analisis Data 29
1. Analisis isi kebijakan 30
2. Analisis implementasi kebijakan sertifikasi sumber benih 30 a. Analisis terhadap hasil penilaian sertifikasi sumber benih 30 b. Analisis terhadap implementasi mekanisme sertifikasi 30
c. Analisis peran para pemangku kepentingan 31
3. Analisis kesenjangan 31
xv
Halaman
5. Analisis rantai informasi 31
6. Analisis finansial tataniaga benih 32
a. Analisis kelayakan pengusahaan sumber benih
bersertifikat 32
b. Analisis Farmer’s Share 32
c. Analisis penyebaran marjin tataniaga 33
d. Analisis biaya transaksi 34
7. Penilaian efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 35
A. Hasil Observasi Kondisi Terkini 35
B. Efektivitas Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih 35
1. Analisis isi terhadap kebijakan sertifikasi sumber benih 36
a. Standar khusus sumber benih 36
b. Mekanisme penerbitan sertifikasi sumber benih 42 2. Analisis implementasi kebijakan setifikasi sumber benih 49 a. Analisis terhadap hasil penilaian sertifikasi 49 b. Analisis terhadap implementasi mekanisme sertifikasi
sumber benih 51
c. Analisis peran 54
d. Prospek implementasi Permenhut No P.1/2009 56
3. Analisis kesenjangan 58
4. Penilaian efektivitas kelembagaan sertifikasi sumber benih 60
C. Efisiensi Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih 61
1. Analisis kelayakan finansial dan biaya transaksi sertifikasi
sumber benih 61
2. Analisis sensitivitas 67
3. Jalur tataniaga benih dan distribusi manfaat 69
4. Analisis distribusi informasi 76
5. Penilaian efisiensi kelembagaan sertifikasi sumber benih 79 D. Sintesis Penilaian Efektivitas dan Efisiensi Sertifikasi Sumber
Benih 80
E. Pembelajaran dari Sistem Sertifikasi Sumber Benih Departemen Pertanian
82
F. Prospek Pengusahaan Sumber Benih Bersertifikat di Masa Mendatang
83
G. Permenhut No P.72/2009 sebagai Revisi Permenhut No
P.1/2009 86
H. Permasalahan dan Alternatif Solusi dalam Sertifikasi Sumber
Benih 87
xvi
Halaman V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 91
B. Saran 92
DAFTAR PUSTAKA . 94
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Peraturan perundangan yang terkait dengan perbenihan tanaman hutan 15
2. Tahapan, sumber data, dan metode penelitian 27
3. Hasil analisis biner mengenai ada tidaknya ketentuan yang menjamin kebenaran kelas sumber benih dalam kebijakan yang berlaku
38
4. Perbandingan mekanisme sertifikasi berdasar Keputusan Ditjen RLPS No 101/Kpts/V/2002, Peraturan Ditjen RLPS No 3/PTH-V/2007, dan Permenhut No 01/2009
48
5. Rata-rata pertumbuhan dan bentuk batang, serta tingkat perolehan perbaikan genetik berdasarkan kelompok sumber benih pada uji genetik A.mangium umur 2 tahun di tiga lokasi
50
6. Hasil telaah database penilaian sertifikasi SB kelas TBP, KB, dan KP yang dilakukan oleh BPTH Banjarbaru
52
7. Matrik analisis peran parapihak dalam kegiatan sertifikasi sumber benih tanaman hutan di Kalimantan
54
8. Kesenjangan antara aturan yang berlaku dengan realisasi kegiatan sertifikasi sumber benih
59
9. Hasil penilaian efektivitas sertifikasi sumber benih 60
10. Karakteristik pengelola sumber benih yang menjadi informan penelitian
62
11. Hasil analisis kelayakan finansial pengusahaan sumber benih bersertifikat
64
12. Hasil analisis sensitivitas kelayakan finansial pengusahaan sumber benih bersertifikat
67
13. Distibusi manfaat dalam tipe saluran satu tingkat 70
14. Distribusi manfaat dalam tipe saluran dua tingkat 72
15. Distribusi manfaat dalam tipe saluran tiga tingkat 73
16. 17.
Distribusi informasi dalam kegiatan sertifikasi sumber benih
Problema dan rekomendasi solusi dalam kegiatan sertifikasi sumber benih tanaman hutan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan
76 88
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema masalah dalam sertifikasi sumber benih tanaman hutan 5
2. Pohon masalah dalam penelitian Kelembagaan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan
8
3. Skema fungsi peran para pemangku kepentingan dalam perbenihan tanaman hutan
22
4. Jalur peredaran benih di Kalimantan untuk keperluan proyek pemerintah dalam rehabilitasi lahan
22
5. Jalur peredaran benih di Kalimantan untuk keperluan non proyek pemerintah dalam rehabilitasi lahan
23
6. Alur penelitian 29
7. Hubungan antara berbagai aspek kebijakan dalam sertifikasi sumber benih
36
8. Skema prosedur sertifikasi sumber benih tahun 2002 – 2007 43
9. Prosedur sertifikasi sumber benih kelas TBP, KBS, KBK, dan KP menurut Peraturan Ditjen RLPS No P.3/ 2007
45
10. Prosedur sertifikasi sumber benih menurut Permenhut No P.1/ 2009 47 11. Hubungan antar aktor dalam kegiatan sertifikasi sumber benih 55
12. Jalur tataniaga tipe saluran langsung 69
13. Jalur tataniaga tipe saluran satu tingkat 69
14. Jalur tataniaga saluran dua tingkat 72
15. Jalur tataniaga saluran tiga tingkat 73
16. Pertukaran informasi antar pelaku perbenihan 79
17. Sintesis penilaian efektivitas dan efisiensi sertifikasi sumber benih tanaman hutan
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data Sumber Benih di wilayah Kalimantan hingga tahun 2008 97 2. Data Sumber Benih di wilayah Kalimantan hingga tahun 2009 100
3. Hasil wawancara dengan BPTH Banjarbaru 104
4. Rekapitulasi hasil wawancara dengan Dinas-dinas Kehutanan 106 5. Hasil wawancara dengan pengelola sumber benih yang belum
mengajukan sertifikasi
111
6. Standar lembaga dan sarana penilaian sertifikasi menurut Permenhut P.1/2009
112
7. Kesenjangan antara standar khusus sumber benih dalam Permenhut No P.1/2009 dengan kondisi ideal
114
8. Rekapitulasi hasil wawancara dengan pengelola sumber benih mengenai persepsi tentang Permenhut P.1/2009
116
9. Analisis finansial pengusaha sumber benih bersertifikat 118 10. Rekapitulasi hasil wawancara dengan pengelola sumber benih
mengenai aspek informasi perbenihan
130
xx
DAFTAR SINGKATAN
APB : Areal Produksi Benih
Balitbanghut : Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
BCR : Benefit and Cost Ratio
BPDAS : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
BPTH : Balai Perbenihan Tanaman Hutan
BPTH : Balai Penelitian Teknologi Perbenihan
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMS : Badan Usaha Milik Swasta
DAS : Daerah Aliran Sungai
Dephut : Departemen Kehutanan
Deptan : Departemen Pertanian
Dit.PTH : Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan
Dirjen RLPS : Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Ditjen RLPS : Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
FS : Farmer’s Share
GKS : Graha Kaltim Sentosa
GL : Girilusindo Landscape
GNRHL : Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
HA : Hutan alam
HD : Hutan Desa
HKm Hutan Kemasyarakatan
HT : Hutan tanaman
HTI : Hutan Tanaman Industri
HTR : Hutan Tanaman Rakyat
INH III : Inhutani III
IRR : Interest Rate of Return
ITCIKU : ITCI Kartika Utama
IUPHHK- HT : Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman
xxi
KBK : Kebun Benih Klon
KBP : Kebun Benih Pangkas
KBS : Kebun Benih Semai
KP : Kebun Pangkas
KT MS : Kelompok Tani Meratus Sejahtera
LSM GP : Lembaga Swadaya Masyarakat Gaharu Persada
MARR : Minimum Attractive Rate of Return
Menhut : Menteri Kehutanan
NPV : Net Present Value
Pemda : Pemerintah Daerah
Permenhut : Peraturan Menteri Kehutanan
Permentan : Peraturan Menteri Pertanian
PP : Peraturan Pemerintah
SB : Sumber Benih
SK : Surat Keputusan
TBS : Tegakan Benih Terseleksi
TBT : Tegakan Benih Teridentifikasi