• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH WANITA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH WANITA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH WANITA

DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN

TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARSARI

SURAKARTA

TESIS

Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Program Studi

Magister Pendidikan

Oleh :

SUTRISNO

NIM. Q. 100 030 032

PROGRAM PASCA SARJANA

(2)

ABSTRAK

SUTRISNO. NIM. Q. 100030032. PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH WANITA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA. Program Studi Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta 2005.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pengaruh kepemimpinan kepala sekolah yang berjenis kelamin wanita dengan pria terhadap peningkatan kualitas pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, (2) pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dasar wanita yang berijasah S1 dengan yang tidak/belum berijazah S1 terhadap kualitas hasil belajar siswa tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sumber data penelitian adalah data sekunder berupa hasil tes kemampuan belajar siswa Sekolah Dasar semester II tahun pelajaran 2003/2004 se Kecamatan Banjarsari, data jenis kelamin dan tingkat pendidikan Kepala Sekolah Sekolah Dasar se Kecamatan Banjarsari. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah ANAVA.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian bahwa : (1) Tidak ada pengaruh positif antara kepemimpinan kepala sekolah yang berjenis kelamin wanita dengan pria terhadap peningkatan kualitas pendidikan tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Berdasarkan hasil dalam Anava diketahui nilai Fhitung = 2,217. Nilai Fhitung ini dikonsultasikan dengan Ftabel ternyata diperoleh nilai F tabel (0,05) = 1,680 sehingga F hitung > F tabel. (2) Ada pengaruh positif antara kepemimpinan kepala sekolah wanita yang berijasah S1 dengan yang tidak/belum berijazah S1 terhadap kualitas hasil pendidikan tingkat sekolah dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Berdasarkan hasil dalam Anava diketahui nilai Fhitung = 39,888. Nilai Fhitung ini setelah dikonsultasikan dengan Ftabel ternyata diperoleh nilai F tabel (0,05) = 3,200 sehingga F hitung > F tabel.

(3)

PERSETUJUAN

Telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Thesis Program Studi Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada Hari : Minggu Tanggal : 15 Mei 2005

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yetty Sarjono, M.Si. Drs. H. Bambang Sumardjoko, M.Pd.

(4)

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Thesis Program Studi Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan diterima untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar magister pendidikan.

Pada Hari : Tanggal :

DEWAN PENGUJI Tanda Tangan

Ketua Penguji :

Penguji I :

Penguji II :

Mengesahkan Program Pasca Sarjana

Direktur,

Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.Si.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang telah melindungi serta membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan thesis ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak mungkin untuk dapat menyusun thesis ini dengan baik karena keterbatasan penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakartayang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian.

2. Prof. Dr. Bambang Setiaji, M.Si., Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta yang memberi petunjuk dalam penyusunan thesis ini.

3. Dr. Yetty Sarjono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan saran-saran serta pengarahan hingga selesainya penulisan thesis ini.

4. Drs. H. Bambang Sumardjoko, M.Pd. Pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan saran-saran serta pengarahan hingga selesainya penulisan thesis ini.

5. Kepala Cabang Dikpora Kecamatan Banjarsari yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

6. Segenap Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Banjarsari yang telah memberikan data penelitian.

(6)

7. Segenap dosen Program Studi Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ilmunya.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan thesis ini. Namun demikian penulis selalu membuka kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan thesis ini. Semoga thesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Mei 2005

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

(8)

...

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Jenis Penelitian... 58

A. Populasi dan Sampel ... 59

B. Metode Pengumpulan Data ... 60

C. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Persiapan Penelitian ... 63

(9)

D. Pengujian Hipotesis

... ... 73

E. Pembahasan

... ... 74

BAB V PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran-saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Data Penelitian

64

Tabel IV.2 Matrik Data Berdasarkan Gender dan Tingkat Pendidikan

67

Tabel IV.3 Responden Berdasarkan Jenis Penelitian

68

Tabel IV.4 Responden KS Wanita Berdasarkan Tingkat Pendidikan

69

Tabel IV.5 Hasil ANAVA Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kualitas Pendidikan

71

Tabel IV.6 Hasil ANAVA Pengaruh Tingkat Pendidikan KS Wanita

terhadap Kualitas Pendidikan

72

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Tabulasi Data Perbandingan TKB Berdasarkan Jenis Kelamin Lampiran II Hasil Uji ANAVA Pengaruh Perbedaan Jenis Kelamin terhadap

Kualitas Hasil Pendidikan

Lampiran III Tabulasi Data Perbandingan TKB KS Wanita Sarjana dan Belum Sarjana

Lampiran IV Hasil Uji ANAVA Pengaruh Perbedaan Tingkat Pendidikan KS Wanita terhadap Kualitas Hasil Pendidikan

Lampiran V Tabel F Lampiran VI Tabel t

(12)

BAB I

berkepribadian, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas

dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan Nasional juga

diharapkan mampu menumbuhkan dan memperdalam cinta tanah air,

mempertebal semangat kebangsaaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan

dengan hal tersebut maka perlu dikembangkan situasi belajar mengajar yang

dapat menumbuhkan rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif dan

kreatif. Dengan demikian pendidikan nasional akan mampu mewujudkan

manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta

bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Salah satu strategi kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia Indonesia adalah melalui peningkatan mutu

pendidikan. Terlebih pada era reformasi dewasa ini, peningkatan mutu

pendidikan secara terus menerus dilakukan, diantaranya dengan adanya

kebijakan otonomi daerah yang telah digulirkan melalui ketetapan MPR No.

XV/MPR/1998, dan lahirnya UU Nomor 25 tahun 2000 tentang Pembagian

Kewenangan antara Pusat dan Daerah membawa dampak pada pengelolaan

bidang pendidikan yang selama ini sentralistik menuju pada desentralistik.

(13)

Desentralisasi pengelolaan pendidikan mengandung arti adanya pelimpahan

wewenang berkaitan dengan konsentrasi perumusan kebijakan dan

pengambilan keputusan diberikan pada tingkat bawah.

Realisasi otonomi dalam bidang pendidikan diberikan pada tingkat

sekolah dengan anggapan bahwa sekolah sebagai lembaga tempat

penyelenggaraan pendidikan yang merupakan sebuah sistem dengan

memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan satu sama

lain. Secara internal sekolah memiliki perangkat kepala sekolah, guru,

murid, kurikulum, sarana dan prasarana. Sementara secara eksternal sekolah

memiliki dan berhubungan dengan instansi lain baik secara vertikal maupun

horisontal yang sama-sama ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Sekolah merupakan organisasi penyelenggara pendidikan yang langsung

berhubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder)

sehingga sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang maupun

ancaman vang dihadapinya. Oleh karena itu perumusan kebijakan dan

pengambilan keputusan harus melibatkan sekolah sebagai penyelenggara

terdepan dalam proses pendidikan. Otonomi pengelolaan sekolah

mengandung arti bahwa sekolah diberi keleluasaan dalam mengelola

sumber dayanya sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah. Otonomi

sekolah merupakan suatu upaya menampilkan kemandirian sekolah melalui

pemberdayaan semua potensi yang tersedia ditujukan untuk meningkatkan

mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

(14)

akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh

kepemimpinan yang baik. Mutu pendidikan sangat berkaitan dengan

kepemimpinan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang

bersangkutan. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan mutu pendidikan

perlu pula dilakukan upaya pola kepemimpinan partisiparotis. Realitanya

dalam kepemimpinan partisipatoris itu masih ada kesenjangan seperti belum

terintegrasinya stakeholder secara menyeluruh dalam rangka peningkatan

mutu yang diharapkan.

Kepala sekolah sebagai top manajer diharapkan dapat memainkan

peranannya dalam mempengaruhi bawahanya, khususnya para guru dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melaksanakan pekerjaan

seperti itu tidaklah mudah karena pekerjaan itu menuntut adanya sejumlah hal

yang harus dimiliki olehnya. Mereka tidak hanya dituntut memiliki

kemampuan di bidang pengetahuan, tetapi juga hams memiliki keterampilan

mengendalikan emosi untuk dapat memahami diri sendiri dan orang lain.

Berdasarkan hasil studi pendekatan sifat (the trait approach), ada tiga

macam sifat pribadi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat

berhasil dalam kepemimpinannya, yakni: 1) ciri-ciri fisik (physical

characteristics) seperti tinggi badan dan penampilan; 2) kepribadian

(personality), seperti menjunjung tinggi harga diri (self esteem), berpengaruh

(dominant), dan stabilitas emosi; dan 3) kemampuan atau kecakapan

(ability), seperti kecerdasan umum (general intelligence), lancar berbicara

(verbal fluency), keaslian (originality), dan sense sosial (social insight)

(Davis dalam Thoha, 1998: 127).

(15)

Berkenaan dengan kepemimpinan dalam sekolah, sekolah merupakan

intuisi yang memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan

dan kepala sekolah adalah pelaku utama yang memainkan peranan sekolah.

Peningkatan mutu sekolah memerlukan kepala sekolah yang bertumpu : (a)

Memandang bahwa sumber daya yang ada adalah guna menyediakan

dorongan yang memadai bagi guru-guru. (b) Mencurahkan banyak waktu

untuk pengelolaan dan koordinasi proses instruksional. (c) Berkomunikasi

secara teratur dengan staf, orang tua, siswa, dan anggota masyarakat

disekitarnya (Sudjana, 2001: 23).

Richard C. Williams (1974:19), mengemukakan bahwa "The leader

behavioral school principal is one determinant of the ability of a school to

attain it's state educational goal". Pandangan tersebut menunjukkan bahwa

setiap tingkah laku kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan diarahkan

untuk membantu mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kemampuan

kepemimpinan kepala sekolah dapat menciptakan inovasi dan

perubahan-perubahan sekolah.

Paul Harling (1984:30) mengemukakan "The importance leadership

in the process of inovation and change within an education organization is

(16)

peningkatan kualitas pendidikan. Secara realitas di lapangan, nampak bahwa

masalah kepala sekolah masih menjadi persoalan bahkan tidak lepas dan

fenomena yang muncul ke permukaan mulai dari rekrutmen (promosi),

dengan penyalahgunaan wewenang dalam pcngolahan sumber daya, dan

kemerosotan wibawa kepemimpinan. Yang seluruhnya saling tcrkait dalam

sistem, dan mekanisme yang ada. Fenomena tersebut dihadapkan pada

berbagai percepatan tuntutan yang begitu mendesak, namun secara dinamika

organisasi, dapat dijadikan suatu peluang untuk perbaikan di masa depan.

Salah satu hal yang menurut penulis berkenaan dengan kepala dalam rangka

peningkatan pendidikan adalah perlu adanya suatu formulasi penilaian

obyektif dan selaras dengan tuntutan dan kewilayahan.

Kepala Sekolah juga berupaya memperbaiki manajemen pendidikan

dasar adalah dengan cara : (1) melaksanakan desentralisasi bidang pendidikan

secara bertahap, bijaksana dan profesional, termasuk peningkatan peranan

Komite Sekolah dengan mendorong daerah untuk melaksanakan rintisan

penerapan konsep pembentukan Dewan Sekolah; (2) mengembangkan pola

penyelenggaraan pendidikan berdasarkan manajemen berbasis sekolah untuk

meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan dengan

memperhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat; (3)

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,

seperti diversifikasi penggunaan sumber daya dan dana; (4) mengembangkan

sistem insentif yang mendorong kompetisi yang sehat baik antarlembaga dan

personel sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan; (5) memberdayakan

(17)

lembaga profesional. Program pemberdayaan ini perlu diikuti dengan

pemantauan dan evaluasi secara bertahap dan intensif agar kinerja sekolah

dapat bertahan sesuai dengan standar mutu pendidikan yang ditetapkan; (6)

meninjau kembali semua produk hukum di bidang pendidikan yang tidak

sesuai lagi dengan arah dan tuntutan pembangunan pendidikan; dan (7)

merintis pembentukan badan akreditasi dan sertifikasi mengajar di daerah

untuk meningkatkan kualitas tenaga kependidikan secara independen.

Umumnya Kepala Sekolah negeri di Indonesia memiliki otonomi

yang terbatas dalam mengelola sekolah dan mengalokasi sumber daya yang

diperlukan. Tambahan pula, kepala sekolah kebanyakan tidak .dilengkapi

dengan kemapuan manajerial kepemimpinan yang memadai. Banyak diantara

kepala sekolah yang hanya mengikuti pelatihan beberapa hari tentang konsep

administrasi dan orienlasi peraturan kebijaksanaan pendidikan ketika mereka

baru menjabat sebagai kepala sekolah. Selain itu promosi sebagai kepala

sekolah secara ketat didasarkan pada urutan jenjang kepangkatan, dan belum

ada suatu pola yang mantap (World Bank Study, 1988).

Michael Fulan (1995:12), mengemukakan isi pokok lemahnya

peraturan kepala sokolah dalam mengelola lembaganya. Ada tiga faktor,

yaitu pertama, pada umumnya kepala sekolah dasar memiliki otonomi yang

(18)

merupakan bagian dari peran kepemimpinan kepala sekolah. Oleh sebab itu

menarik perhatian penulis untuk menganalisis upaya-upaya apa yang dapat

disumbangkan kepada suatu rencana atau keadaan di masa depan berkenaan

dengan pendidikan, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Salah satu yang menjadi perhatian, baik secara konseptual maupun

praktik di lapangan pendidikan, yaitu kepemimpinan kepala sekolah wanita di

lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Banjarsari, yang semula untuk

kedudukan Kepala Sekolah khususnya pada jenjang Sekolah Dasar lebih

banyak diisi oleh pria. Namun dalam perkembangannya, para guru wanita

yang potensial mulai menduduki jabatan kepala sekolah. Hal tentunya

menimbulkan paradigma dalam keorganisasian dengan adanya kesangsian

akan kualitas kepemimpinan para wanita tersebut terutama dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan di institusi yang dipimpinnya. Kondisi

demikian muncul karena adanya pandangan bahwa wanita adalah sosok yang

lemah sebagai decision maker atau pengambil keputusan. Namun realitasnya,

para kepala sekolah wanita dapat berbuat lebih banyak dengan keberhasilan

membawa sekolah yang dipimpinnya dapat berprestasi lebih jauh dilihat dari

rangking sekolah dalam satu kecamatan.

Berdasarkan gejala-gejala di atas maka penulis merasa tertarik untuk

mengkaji tentang kepemimpinan wanita dengan mengambil judul penelitian :

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Wanita Dalam Meningkatkan

Kualitas Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari

Surakarta.

B. Identifikasi Masalah

(19)

Asumsi adanya keterkaitan antara gender dengan kualitas

kepemimpinan diidentifikasi dalam permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada keterkaitan kepemimpinan kepala sekolah yang berjenis

kelamin wanita dengan pria terhadap peningkatan kualitas pendidikan ?

2. Adakah keterkaitan antara kepemimpinan kepala sekolah dasar yang

berijasah S1 dengan yang tidak/belum berijazah S1 terhadap kualitas

hasil belajar siswa ?

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak menyimpang dari obyek yang diteliti maka penulis

membatasi ruang lingkup masalah sebagai berikut:

1. Kajian pokoknya hanya terbatas pada kepemimpinan wanita dalam

konteks kepala sekolah wanita yang memimpin Sekolah Dasar.

2. Kualitas pendidikan hanya dibatasi pada pencapaian nilai tes kemampuan

belajar (TKB) siswa sekolah dasar pada semester II tahun pelajaran

2003/2004.

3. Lokasi penelitian di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan

pertimbangan terdapat data yang sesuai dengan penelitian ini.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta pembatasan masalah yang

telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah

sebagai berikut :

(20)

1. Adakah pengaruh positif kepemimpinan kepala sekolah yang berjenis

kelamin wanita dengan pria terhadap peningkatan kualitas pendidikan

tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta ?

2. Adakah pengaruh positif kepemimpinan kepala sekolah dasar yang

berijasah S1 dengan yang tidak/belum berijazah S1 terhadap kualitas

hasil belajar siswa tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota

Surakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian mempunyai tujuan yang akan memberikan manfaat

dan penyelesaian dari penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh positif kepemimpinan kepala sekolah yang berjenis

kelamin wanita dengan pria terhadap peningkatan kualitas pendidikan

tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

2. Mengetahui pengaruh positif kepemimpinan kepala sekolah dasar yang

berijasah S1 dengan yang tidak/belum berijazah S1 terhadap kualitas

hasil belajar siswa tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota

Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan memiliki signifikansi teoritis dan

praktis.

1. Manfaat Teoritis

(21)

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki sumbangan teoritis dalam

khasanah pengetahuan dalam bidang manajemen pendidikan khususnya

tentang kepemimpinan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan informasi bagi pihak manajemen pendidikan

mengenai pentingnya kepemimpinan wanita dalam meningkatkan

kualitas pendidikan.

b. Bagi stakeholders pendidikan, sebagai bahan kaji untuk rujukan

pengambilan keputusan, terutama yang terkait langsung dengan

persoalan kegiatan belajar mengajar di sekolah dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan dengan mengoptimalkan

kepemimpinan kepala sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Jam Prime Time adalah waktu penayangan paling baik , yaitu pada jam 19.30 21.00 yang dimana pemirsa televisi dapat menyaksikan program acara pada jam tersebut Tetapi

Hasil dari pengolahan citra penginderaan jauh tidak terlepas dari adanya kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi akibat beberapa hal. Hal-hal yang dapat mempengaruhi

Tulisan ini juga diharapkan bisa menjadi suatu potret bagi lembaga-lembaga maupun instansi-instansi yang akan melakukan pembinaan dan memberikan pengetahuan bagi remaja

Perilaku untuk conceptual skills ini memungkinkan pemimpin yang melayani untuk berpikir lebih dalam mengenai sebuah masalah yang dihadapi oleh organisasi atau

Pendidikan keagamaan merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu tertanam serta terpatri dalam setiap insan sejak dini, hal ini merupakaan

Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Berikut adalah kriteria penilaian butir soal.. Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua

“ Bagaimanakah kualitas tes tertulis Two-tier Multiple Choice yang dikembangkan pada materi pokok Organisasi