• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KLASTER CABAI MERAH KPwBI CIREBON DI KABUPATEN KUNINGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III. IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KLASTER CABAI MERAH KPwBI CIREBON DI KABUPATEN KUNINGAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

38

CIREBON DI KABUPATEN KUNINGAN

3.1. Profil Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan

3.1.1. Kondisi Objektif Klaster Cabai Merah Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kecamatan Kramatmulya Kramatmulya adalah desa di Kecamatan Kramatmulya, Kuningan, Jawa Barat. Desa Kramatmulya memiliki luas wilayah 101.282 Ha, 3 dusun, 18 RT dan 6 RW. Bapak H. Kardi, S.Sos adalah Kepala Desa Kramatmulya, Desa Kramatmulya pun memiliki bentuk memanjang dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibentang dan Desa Ragawacana.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gandasoli dengan Desa Kalapagunung.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cikaso.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karangmangu denga Desa Widasari.

(2)

Penduduk Desa Kramatmulya berjumlah sebanyak 3.531 jiwa (721 kepala keluarga), terdiri dari laki-laki 1.764 jiwa dan perempuan 1.767 jiwa. Seluruhnya menganut agama Islam. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah buruh tani dan petani.

Tabel 3.1. Luas Wilayah Desa Kramatmulya dan Desa Cikaso

NO NAMA DESA LUAS WILAYAH

JUMLAH NAMA

KEPALA DESA Dusun RT RW

1 Kramatmulya 101.282 3 18 6 H. Kardi, S.Sos

2 Cikaso 170.666 5 28 6 H. Djabidin

Raharja Sumber: Data Desa Kramatmulya dan Desa Cikaso, Kecamatan

Kramatmulya.

Cikaso adalah desa di Kecamatan Kramatmulya, Kuningan, Jawa Barat. Nama desa Cikaso menurut sejarah berasal dari kata Ci:

Cai,Kaso: Pohon Kaso yang berarti cai/air yang keluar dari bawah pohon Kaso. Desa Cikaso merupakan salah satu desa yang sudah tua, memiliki luas wilayah 170.666 Ha, 5 dusun, 28 RT dan 6 RW. Bapak H. Djabidin Raharja adalah Kepala Desa Cikaso, Desa Cikaso pun memiliki bentuk memanjang dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibentang dan Desa Ragawacana.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Gandasoli dengan Desa Kalapagunung.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kramatmulya.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karangmangu denga Desa Widasari.

Penduduk Desa Kramatmulya berjumlah sebanyak 4.926 jiwa (735 kepala keluarga), terdiri dari laki-laki 2.486 jiwa dan perempuan 2.440 jiwa. Seluruhnya menganut agama Islam. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah buruh tani dan petani.

(3)

Tabel 3.2. Data Penduduk Desa Kramatmulya dan Desa Cikaso

NO NAMA

DESA

JUMLAH

TOTAL LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 Kramatmulya 1.764 1.767 3.531

2 Cikaso 2.486 2.440 4.926

Sumber: Data Desa Kramatmulya dan Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya.

3.1.2. Kondisi Objektif Klaster Cabai Merah Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan

Gambar 3.2. Desa Seda

Seda adalah desa di Kecamatan Mandirancan, Kuningan, Jawa Barat, Indonesia. Berada di kaki Gunung Ciremai, Desa Seda memiliki bentuk memanjang dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukasari dan Desa Nanggerangjaya.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Trijaya dan Desa Kertawinangun.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Ciremai.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan.

Penduduk Desa Seda berjumlah sebanyak 2.531 jiwa (651 kepala keluarga), terdiri dari laki-laki 1.330 jiwa dan perempuan 1.193 jiwa.

(4)

Seluruhnya menganut agama Islam. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah buruh tani sebanyak 832 orang dan petani sebanyak 436 orang. Sedangkan mata pencaharian pada bidang-bidang lainnya:

peternakan 104 orang, buruh/swasta 58 orang, pedagang 42 orang, PNS/Pegawai Negeri Sipil 8 orang dan pengrajin sebanyak 5orang.

3.1.3. Kelompok Tani Fajar Wijaya

Menurut wawancara dengan Bapak Cucu Sudarma, Kelompok Tani Fajar Wijaya beralamatkan di Desa Seda Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan. kelompok tani ini sudah berdiri sejak tahun 2016. Hingga saat ini kelompok tani Fajar Wijaya sudah mempunyai anggota sebanyak 20 orang dengan luas hamparan lahan pertanian cabai merah 70 Ha. Berikut struktur organisasi Kelompok Tani Fajar Wijaya.

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Fajar Wijaya KETUA

Cucu Sudarma

SEKRETARIS Edi Jumadi

BENDAHARA Hada

Sie. Sarana Produksi Sukliha

Sie. Usaha Suwandi

Sie. Hama Penyakit Maglis Sie. Pengairan

Jumhana

Sie. Humas Narhawa

Sie. Alsintan Rajida

Anggota Yoyo Setiadi

Anggota Muhidin

(5)

3.1.4. Kelompok Tani Bina Karya 2

Menurut wawancara dengan Bapak Dadi, Kelompok Tani Bina Karya 2 berdiri jauh lebih awal dibanding dengan Kelompok Tani Fajar Mulya, yakni pada tahun 2014 akhir bulan Desember. Kelompok tani ini beralamatkan di Desa Cikaso Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan. Saat ini, luas hamparan lahan pertanian cabai merah milik kelompok ini adalah 45 Ha dengan jumlah orang 15.

Berikut struktur organisasi Kelompok Bina Karya 2.

Gambar 3.4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Bina Karya 2

3.1.5. Kelompok Tani Mulya Asih 1

Menurut wawancara dengan Bapak Supandi, Kelompok Tani Mulya Asih 1 berdiri jauh lebih awal dibanding dengan Kelompok Tani Fajar Mulya dan Bina Karya 2, yakni pada tahun 2014 di awal

KETUA Sanen

SEKRETARIS Deni

BENDAHARA Dadi Rahardi

Sie. Sarana Produksi Iim

Sie. Usaha Rustaman

Sie. Hama Penyakit Musari

Sie. Pengairan Warnadi

Sie. Humas Engli

Sie. Alsintan Mamat

Anggota Dodo Widodo

Anggota Sunardi

(6)

bulan Januari. Kelompok tani ini beralamatkan di Desa Kramatmulya Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan. Saat ini, luas hamparan lahan pertanian cabai merah milik kelompok ini adalah 40 Ha dengan jumlah orang 15. Berikut struktur organisasi Kelompok Bina Karya 2.

Gambar 3.5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Mulya Asih 1

3.2. Program Pengembangan Klaster KPwBI Cirebon

Bank Indonesia (2014:21) Bank indonesia, sebagai salah satu lembaga independen yang turut serta dalam pembentukan klaster-klaster di Indonesia, menyatakan bahwa secara garis besar kegiatan tahapan pengembangan klaster adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan klaster.

2. Penguatan kelompok tani.

KETUA Supandi

SEKRETARIS Abu

BENDAHARA Didi Junandi

Sie. Sarana Produksi Junaedi

Sie. Usaha Heri

Sie. Hama Penyakit Darman

Sie. Pengairan Ikin Solikhin

Sie. Humas Anwar

Sie. Alsintan Ato

Anggota Burhan

Anggota Daskin

(7)

3. Identifikasi permasalahan, fasilitas pelatihan, kebutuhan pendampingan dan bantuan tekhnis.

4. Melaksanakan pemberian pelatihan, kebutuhan pendampingan dan bantuan tekhnis.

5. Penetapan penerima manfaat, penyusunan pelaksanaan aksi dan monitorng serta evaluasi.

Dalam upaya meningkatkan pemberdayaan sektor riil dan UMKM, Bank Indonesia melakukan program pembentukan klaster. Dan untuk mengembangkan klaster-klaster yang telah dibentuk, Kantor Perwakilan Bank Indonesia sebagai pelaksana mempunyai tahapan-tahapan pengembangan seperti yang telah disebutkan di atas. Dengan tahapan tersebut, KPwBI mengharapkan program pengembangan klaster yang telah diberlakukan memberikan dampak positif bagi semua pihak.

Berdasarkan dari penjelasan di atas, maka program pengembangan klaster yang dilakukan oleh KPwBI Cirebon mempunyai 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap implementasi dan tahap phasing out.

3.2.1. Tahap Persiapan

Langkah awal yang dilakukan dalam tahap persiapan pengembangan klaster adalah melakukan pemilihan klaster, yakni UMKM yang komoditasnya termasuk kepada komoditas mendukung pengendalian inflasi, komoditas pengembangan ekonomi ketahanan pangan, komoditas unggulan di daerah tersebut serta klaster yang sudah ada. Maka, dalam tahap persiapan pengembangan klaster yang dilakukan KPwBI Cirebon, yang dipilih adalah komoditas cabai merah. Cabai merah merupakan salah satu komoditas yang sangat berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia dan menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Kuningan. Oleh sebab itu, KPwBI membentuk Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan.

Langkah yang kedua yaitu melakukan analisa rantai nilai.

Analisis yang dilakukan oleh konsultan pengembangan klaster untuk memahami konsep pengembangan klaster. Dimana dinamika, kapasitas dan potensi klaster dilakukan wawancara langsung dengan

(8)

pihak terkait pada 31 Desember 2011 seperti Petani Kuningan dan pihak Pemerintah Daerah. Untuk lebih menguatkan tujuan tahap persiapan klaster cabai merah di Kabupaten Kuningan, maka dilakukanFocus Group Discussion (FGD) oleh Petani Kuningan, Pemerintah Daerah Bagian Perekonomian, Dinas Koperasi, Dinas Koperasi, Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Bank Pembangunan Daerah, BUMN dan BUMD didaerah setempat, pengurus koperasi, Perguruan Tinggi, pemasok bibit, unsur pedagang dan Dewan Cabai Nasional. Setelah itu dilakukan strategi pengembangan rantai nilai klaster yang komprehensif yaitu mampu menangkap dan menerima dengan baik.

Langkah selanjutnya melakukan penggalangan komitmen dengan sumber daya berupa sosialisasi atau forum yang sudah dianalisa menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan serta untuk mengetahui ancaman dan peluang yang terjadi di lingkungan sekitar. Selain itu, analisis SWOT yang dilakukan dengan stalkholders pemerintah terkait berguna untuk menggali informasi tentang program pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengembangan klaster yang akan diintervensi.

Menurut hasil wawancara dengan Pak Diding selaku Konsultan Pengembangan UMKM KPwBI Cirebn, KPwBI Cirebon bertindak sebagai fasilitator penyelenggara. Sasaran dalam pertemuan tersebut adalah tercapainya kesepakatan untuk mengembangkan klaster terpilih secara bersama-sama dan sinergi dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Mengenai tahap persiapan pengembangan klaster, dapat diketahui bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah memilih sektor riil atau usaha ekonomi lokal yang akan dikembangkan dengan pola klaster. Setelah itu, mengidentifikasi dan mendefinisikan klaster, kemudian mendefinisikan kekuatan dan kelemahan klaster.

(9)

Selanjutnya langkah yang dilakukan adalah melakukan mobilisasi untuk membangun kepentingan dan partisipasi dengan stakholders yang akan terlibat dalam pengembangan klaster, seperti pengelola klaster, pemerintah terkait, entitas usaha dan lembaga- lembaga lainnya seperti lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

Kemudian agar terjadi sinergi dalam membangun kolaborasi dapat disusun MoU atau perjanjian kerjasama antara pemerintah daerah atau pemangku kepentingan lainnya dalam bentuk kesepakatan kerjasama lainnya dalam rangka penyelenggaraan program tersebut dengan mengidentifikasi tindakan-tindakan atau aksi-aksi yang diperlukan untuk memperomosikan pengembangan klaster dengan kerjasama dengan para pemangku kepentingan di dalam klaster.

3.2.2. Tahap Implementasi

Dalam tahapan ini KPwBI Cirebon berkoordinasi dan bersinergi dengan stakholders terkait dengan bentuk intervensi yang dilakukan masing-masing pihak. Terkait dengan intervensi bantuan tekhnis dan pengadaan sarana dan prasarana produksi atau jasa, Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 yang kemudian diubah menjadi Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015 Tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Usaha Maikro, Kecil dan Menengah.

Tahap implementasi dari tahap persiapan sebelumnya menghasilkan pengembangan untuk akses pasar, kualitas produksi dan bahan baku, kemudian implementasi pengembangan melalui fasilitator klater dan membangun komitmen pelaku klaster dengan adanya sosialisasi kegiatan dan kriteria pelaku klaster tersebut. Setelah dilakukannya koordinasi dengan berbagai pihak yang terkait, maka terbentuklah tugas pokok dan fungsi masing-masing pihak. Selain sebagai perantara, KPwBI Cirebon mempunyai implementasi untuk mengembangkan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan.

Implementasi tersebut adalah:

1. Memberikan bantuan tekhnis (Bantek) bagi para petani klaster cabai merah.

(10)

2. Menyediakan sarana dan prasarana produksi atau jasa modern.

3. Sebagai intermediator antara klaster dan pasar serta lembaga keuangan.

Untuk implementasi bantuan tekhnis, KPwBI mengutus pihak pendampingan untuk memberikan pelatihan terhadap petani klaster dan mendengarkan informasi keluh kesah permasalahan yang petani alami untuk bersama-sama mncari solusi penyelesaian masalah.

Sebenarnya ini hanyalah pihak pendukung yang mempunyai tugas utama memonitor semua kegiatan agar program pengembangan kaster ini berjalan dengan baik.

Terkait Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/PBI/2015 Tentang Pembrian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Tekhis dalam Rangka Pengembangan UMKM, Bank Indonesia menghimbau seluruh Bank di Indonesia untuk melakukan pembiayaan sebesar 20% kepada UMKM. Hal tersebut bertujuan untuk semakin membuka akses keuangan UMKM ke lembaga keungan dan tentunya untuk membantu UMKM dalam hal permodalan agar dapat berkembang dan memperluas cakupan usahanya.

Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa tahap implementasi pengembangan klaster adalah kelanjutan dari tahap persiapan, yaitu kelanjutan dari proses mobilisasi yang telah dilakukan KPwBI Cirebon dengan berbagai pihak yang terkait dalam pengembangan klaster ini. Setelah semua pihak melakukan kesepakatan, maka terwujudlah tugas pok dan fungsi masing-masing pihak.

Dan tugas KPwBI Cirebon adalah melaksanakan implementasi pengembangan klaster yang telah dibuat guna membantu Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan semakin berkembang dan berdaya saing tinggi.

(11)

3.3.3. Tahap Pashing Out

Menurut wawancara dengan Konsultan Pengembangan UMKM KPwBI Cirebon Bapak Diding, tahap terakhir adalah pashing out hasil-hasil serta meninjau implementasi pengembangan klaster yang telah dilakukan. Pihak persiapan yang diadakan oleh KPwBI Cirebon memberikan laporan terkait bagaimana tahap implementasi pengembangan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan setiap bulannya. Laporan tersebut kemudian dikaji oleh KPwBI Cirebon untuk mrancang kembali langkah apa yang perlu dilakukan dalam implementasi pengembangan klaster pada bulan selanjutnya. Kemdian KPwBI Cirebon sendiri melakukan pelaporan hasil implementasi pengembangan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan kepada Bank Indonesia Pusat setiap triwulan sekali.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pashing out implementasi pengembangan klaster adaah dengan mengkaji laporan yang telah dilakukan untuk kemudian merancang kembali kontribusi apa yang bisa diberikan KPwBI Cirebon dalam pengembangan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan ke depannya.

3.3. Implementasi Pengembangan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan

Seperti yang kita ketahui bahwa cabai mrah memberikan kontribusi signifikan pada peningkatan laju inflasi yang dipengaruhi tekanan dari sisi supply seperti kekurangan pasokan, gangguan distribusi dan struktur pasar yang terdistorsi. Sehingga faktor utama yang mempengaruhi geliat agribisnis cabai merah antara lain harga, pemasaran dan produktivitas.

Situasi dan kondisi inilah yang mendorong KPwBI Cirebon melakukan pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster cabai merah.

Dalam pengembangan klaster yang dilakukan KPwBI Cirebon mempunyai implementasi-implementasi pengembangan klaster cabai merah.

Implementasi tersbut adalah sebagai berikut:

(12)

3.3.1. Implementasi Bantuan Tekhnis (Bantek)

Dalam persiapan dan pelaksanaan pengembangan klaster, KPwBI Cirebon membuat program bantuan tekhnis bagi petani cabai merah. Metode bantek ini dilakukan di awal terbentuknya program pengembangan klaster cabai merah dengan tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan klaster berupa pelatihan dan penyediaan informasi terkait klaster cabai merah yang ada di Kabupaten Kuningan.

Bantek dilakukan dari pelatihan sampai menyediakan informasi berupa fasilitas.

1. Pelatihan. Menurut wawancara dengan Konsultan Pengembangan UMKM KPwBI Cirebon Bapak Diding, dalam pelatihan yang diberikan oleh KPwBI Cirebon yaitu dengan klasikal materi dan perlengkapan dimana terdapat aspek keuangan dan non-keuangan berupa produksi, pemasaran, pembentukan kelompok, motivasi, kewirausahaan, dan manajemen.Terkait Peraturan Bank Indonesia No. 6//80/INTERN tanggal 30 Desember 2004 tentang Manajemen Logistik Bank Indonesia/MLB, perlengkapan yang disediakan untuk kepentingan pelatihan maksimal 40% dari semua biaya yang diperlukan untuk pelatihan dalam satu kali penyelenggaraan. Dinas pertanian pun ikut berpartisipasi dan bekerjasama dengan pendampingdari pihak KPwBI Cirebon, dalam memberikan solusi- solusi untuk menangani permasalahan yang terjadi dalam proses pengembangan Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan.

Menurut Bapak Diding dari data pelatihan bantuan tekhnis ada 40 petani klaster dari 3 kelompok binaan klaster Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon yaitu Bina Karya 2 sebanyak 15 orang petani, Mulya Asih 1 sebanyak 10 orang petani dan Fajar Wijaya sebanyak 15 orang petani. Untuk pelatihan dilakukan satu kali dalam 5 bulan terkait dengan cara pembibitan maupun hasil tanam yang sudah dilakukan.

(13)

Gambar 3.6. Pelatihan Klaster Cabai Merah Kabupaten Kuningan

2. Pendampingan atau fasilitator klaster. Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah, dalam pendampingan ini dilakukan secara langsung baik dengan kelompok petani klaster maupun petani secara individu.

Pertemuan dilakukan tiga kali dalam seminggu untuk setiap kelompok atau petani klaster secara bergiliran. Dimungkinkan pula waktu pendampingan dilakukan secara tidak terjadwal, tergantung pada tingkat permasalahan yang dihadapai petani. Bentuk pendampingannya seperti memberikan fasilitas penyemaian untuk petani klaster di masing-masing kelompok dengan memantau setiap hasil penyemaian yang dilakukan setiap minggunya.

Gambar 3.7. Fasilitas Penyemaian Klaster Cabai Merah

(14)

3. Study Banding. Menurut wawancara denganpetani klaster Bapak Dadi, dalam study banding ini dilakukan untuk membandingkan UMKM atau klaster yang mempunyai usaha sejenis yang lebih maju sebagai acuan agar menambah pengetahuan dan wawasan untuk UMKM ataupun klaster cabai merah itu sendiri. Kegiatan pengembangan ini dilakukan selama satu periode oleh KPwBI Cirebon pada klaster cabai merah. Dalam klaster cabai merah sendiri sudah melakukan pembandingan klaster di Kabupaten Kuningan yaitu Panen Raya bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan dengan petani individu yang ada di Kabupaten Kuningan.

Gambar 3.8. Tempat Penyemaian “Green House” Hasil Study Banding dengan UNPAD

(15)

Gambar 3.9. Hasil Penyemaian di Green House Kelompok Tani Bina Karya 2

4. Penyediaan informasi. Menurut wawancara dengan petani klaster Bapak Cucu selaku ketua kelompok petani klaster, dalam penyediaan informasi dilakukan kegiatan pameran yang membantu petani klaster dalam memasarkan langsung kepada konsumen serta keikutsertaan UMKM dalam mepromosikan produknya. Adapun forum fasilitasi dimana dengan adanya forum ini dapat meringankan petani klaster cabai merah dalam hal fasilitas untuk menunjang meningkatnya pemasaran cabai merah dalam pameran.

Yang terakhir penelitian, dimana proses ini untuk informasi terkait mengenai dampak yang dialami setelah diadakannya pameran oleh KPwBI Cirebon dalam peningkatan produk atau jasa dari klaster cabai merah.

(16)

Gambar 3.10. Penyediaan Informasi berupa Pameran CEF CIAYUMAJAKUNING 2017 oleh KPwBI Cirebon di Hotel

Prima

3.3.2. Implementasi Sistim Agribisnis yang Efisien dan Berbiaya Rendah Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah,dalam rangkaian kegiatan klaster juga diarahkan pada sistim agribisnis yang efisien dan berbiaya rendah. Pupuk yang diberikan oleh KPwBI Cirebon berupa kada MK dan Panah Merah itupun dalam jangka waktu yang cukup lamatapi menghasilkan banyak buah cabai merah namun untuk menghemat biaya produksi, para petani diarahkan untuk menggunakan pupuk alami. Karena selain harganya lebih murah dibandingkan dengan pupuk kimia, pupuk alami juga memberikan hasil yang bagus pada hasil panen cabai merah. Selain itu, para petani dibekali pembinaan untuk membuat sendiri pupuk alami dari kotoran hewan seperti ayam dan kambing. Pupuk alami hanya mengeluarkan modal sekitar Rp 100.000 untuk beberapa hektar penyemaian tanaman cabai merah lebih hemat jika dibandingkan dengan pupuk kimia yang mengeluarkan modal sekitar Rp 30.000 untuk satu bibit plastik.

Menurut wawancara dengan petani klaster Bina Karya 2 Bapak Dadi, Klaster Cabai Merah Kabupaten Kuningan juga pernah melakukan study banding dengan Klaster Cabai Merah Bandung lebih

(17)

tepatnya dengan Universitas Padjajaran (UNPAD). Study banding tersebut memberikan dampak positif bagi Klaster Cabai Merah Kuningan karena memberikan inspirasi untuk menggunakan sistim agribisnis yang lebih modern, yaitu dengan menggunakan tekhnologi Richerter dan Mulsa. Tekhnologi Richerter adalah tempat penyemaian yang ada di Klaster Cabai Merah Bina Karya 2 Kabupaten Kuningan dengan nama Green House, dengan adanya tempat tersebut petani klaster lebih mudah untuk penyemaian cabai merah agar tidak terganggu oleh hama dan untuk menjaga kelembaban tanah.Menurut wawancara dengan petani klaster Bapak Cucu selaku ketua kelompok petani klaster,sedangkan Mulsa adalah bahan penutup tanaman budidaya yang digunakan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tumbuh dengan baik. Terdapat dua jenis mulsa, yaitu mulsa serpihan kayu dan mulsa plastik, namun mulsa yang digunakan pada Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan adalah mulsa plastik.

Mulsa diaplikasikan sebelum penanaman dimulai, sehingga mulsa akan menyatu dengan tanah.

Gambar 3.11. Implementasi Sistem Agribisnis Modern:

Tekhnologi Richerter

(18)

Gambar 3.12. Implementasi Sistem Agribisnis Modern:

Penerapan Mulsa

Selain mulsa, sistem agribisnis modern diperkenalkan untuk mendukung pemaksimalan produktivitas Cabai Merah di Kabupaten Kuningan adalah penyediaan mesin cultivator, timbangan digital, krat dan penyemprot matic. Dengan alat agribisnis yang modern tersebut diharapkan dapat mempermudah proses budidaya cabai merah dan memberikan hasil yang memuaskan.

3.3.3. Implementasi Peningkatan Produksi dengan Bibit Unggul

Menurut wawancara dengan petani klaster Bapak Cucu selaku ketua kelompok petani klaster, selanjutnya pengembangan klaster cabai merah yang dilakukan KPwBI Cirebon adalah peningkatan produktivitas dengan penyediaan bibit unggul. Untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan cabai merah dengan permintaan pasar, KPwBI melakukan peningkatan produksi, hal ini diyakini mampu menurunkan harga pokok produksi per satuan luas lahan. Cara yang dipilih untuk meningkatkan produksi adalah dengan pemakaian bibit unggul. Bibit unggul yang digunakan adalah hibrida dan panah merah F1, karena mampu bertahan lama saat penyemaian menjadi

(19)

buah cabai dan hasilnya sangat bagus warnanya merah alami. Salah satu keunggulan hibrida dan panah merah tersebut adalah tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Gambar 3.13. Hibrida Bibit Cabai Merah

Gambar 3.14. Panah Merah F1 Bibit Cabai Merah

3.3.4. Implementasi Pembukaan Akses Pasar dan Akses Keuangan

Peran KPwBI Cirebon terhadap pengembangan klaster cabai merah selanjutnya adalah sebagai mediator. Kali ini, fokus

(20)

pengembangan klaster diarahkan pada penguatan akses pemasaran dan akses lembaga keuangan. Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah, dalam penerapannya diwujudkan kontrak-kontrak dengan pelaku pasar formal, pendirian lembaga formal, serta pelatihan-pelatihan manajemen organisasi. Semua fasilitas tersebut diberikan guna memberikan kepastian kepada petani terkait harga dan terserapnya hasil panen. Pasalnya, kedua hal tersebut sering menjadi permasalahan di sisi hulu terutama saat persediaan produk kurang atau berlebih di pasaran. Selain akses pemasaran, pengembangan klaster juga difokuskan pada upaya pembukaan akses ke lembaga keuangan.

Petani klaster mulai diperkenalkan pada produk dan jasa lembaga keuangan formal.

Untuk akses pasar, Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan bekerjasama dengan distributor pasar tradisional dan pasar modern, cabai merah yang akan dijual sebagai konsumsi, untuk pasar tradisional sebagian hasil panen diserahkan ke pengumpul cabai merah yang kemudian dikirim ke Pasar Kramat. selain itu, hasil panen juga diserahkan ke Pasar Caringin di Bandung, yang kemudian dari pasar tersebut, cabai merah didistribusikan lagi ke pasar-pasar tradisional di Jawa Barat.

Sedangkan untuk cabai merah yang akan digunakan sebagai bibit, para petani cabai bekerjasama dengan pemerintah daerah lain atau langsung dengan organisasi atau lembaga pertanian daerah lain.Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah, bibit bersertifikat asal Kuningan yang telah dikembangkan oleh kelompok petani Bina Karya 2, yaitu bibit Kuningan dikirim langsung keluar pulau Jawa yang merupakan kawasan calon sentra pengembangan cabai merah. Banyaknya bibit yang dikirim sesuai pesanan.

Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah, untuk akses ke lembaga keuangan,

(21)

dengan adanya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/12/2015 Tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Tekhnis dalam Rangka Pengembangan UMKM, dalam pengembangan klaster, Bank Indonesia menunjuk perbankan untuk bekerjasama dengan koperasi Bina Karya 2 guna memberikan pembiayaan kepada para petani yang kekurangan modal. Hal tersebut tentu sangat membantu para petani dalam menghadapi permasalahan dari aspek input, terutama aspek permodalan.

(22)

Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah, untuk akses ke lembaga keuangan, untuk biaya produksi dilihat dari jangka waktu pinjaman untuk yang paling pendek 6 bulan dan yang paling panjang 42 bulan, flafond sendiri untuk di koperasi Bina Karya 2 Kuningan sampai dengan Rp 25.000.000 yang paling kecil 0,50% dan yang paling besar 2,25%.

Sedangkan untuk flafond lebih dari Rp 25.000.000 yang paling kecil 0,75% dan paling besar 2,50%. Jika pinjaman Rp 5.000.000 dengan jangka waktu 12 bulan. Jadi biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp 5.000.000 X 1% = Rp 50.000. Jadi totalnya Rp 5.050.000/12bulan.

Tabel 3.4 Biaya Produksi Jangka Waktu

Pinjaman

Flafond s/d Rp 25 juta Flafond lebih dari Rp 25 juta

6 bulan 0,50% 0,75%

12 bulan 1,00% 1,25%

18 bulan 1,25% 1,50%

24 bulan 1,50% 1,75%

30 bulan 1,75% 2,00%

36 bulan 2,00% 2,25%

42 bulan 2,25% 2,50%

Sumber: Data Koperasi Bina Karya 2 Kuningan

(23)

Menurut wawancara dengan Pendamping Klaster Cabai Merah di Kabupaten Kuningan Ibu Indah, untuk akses ke lembaga keuangan, untuk biaya administrasi flafond dapat dilihat dari pinjaman biaya produksi Rp 5.050.000 ditambah Rp 20.000 jadi Rp 5.070.000.

Tabel 3.5 Biaya Administrasi

Flafond Biaya (Rp)

1-5 juta 20.000

6-10 juta 35.000

11-15 juta 50.000

16-20 juta 75.000

21-25 juta 100.000

Di atas 25 juta 150.000

Sumber: Data Koperasi Bina Karya 2 Kuningan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi minyak hati ikan kod dengan taraf yang berbeda pada pakan komersial berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap diameter

Metode Economic Order Quantity atau EOQ merupakan metode yang akan digunakan di dalam sistem untuk menentukan kapan Toko Keisya Salon melakukan pemesanan barang

Namun begitu permulaan Matematik moden bermula pada tahun 1575 (Carl, 1991). Hal ini kerana pada tahun ini Ilmuan Eropah barat menemui semula.. kebanyakan karya

karena itu peneliti dalam penelitian ini, menguji apakah kinerja strategi investasi contrarian mampu menghasilkan abnormal return negatif pada saham winners.. dan abnormal

Sementara bentuk latihan fisik untuk meningkatkan komponen biomotorik futsal yang menunjang kinerja skill seperti kelincahan dan kecepatan jarang sekali diberikan,

et vivent dans des régions où la tuberculose est fortement endémique. Le suivi à long terme de ces enfants après vaccination est souhaitable. Les nourrissons VIH positifs

dalam menyediakan beras bagi rumah tangga petani dilakukan dengan cara menghitung jumlah padi yang dapat digiling oleh agroindustri yang diukur dalam satuan ton/bulan;

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk menganalisis permasalahan arkeologi dasar, dengan menerapkan aktivitas belajar kuliah interaktif dan small group