• Tidak ada hasil yang ditemukan

MONITORING POINT OF BOROBUDUR TEMPLE WALL DEFORMATION ANALYSIS USING ROBOTIC TOTAL STATION (RTS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MONITORING POINT OF BOROBUDUR TEMPLE WALL DEFORMATION ANALYSIS USING ROBOTIC TOTAL STATION (RTS)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

79

ANALISIS PERGESERAN TITIK PANTAU DINDING CANDI BOROBUDUR MENGGUNAKAN ROBOTIC TOTAL STATION

(RTS)

MONITORING POINT OF BOROBUDUR TEMPLE WALL DEFORMATION ANALYSIS USING ROBOTIC TOTAL

STATION (RTS)

Calvin Wijaya1, Raniah Salsabila1, Rizal Mubarok1 dan Joni Setiyawan2 Universitas Gadjah Mada1dan Balai Konservasi Borobudur2

e-mail : [email protected] ABSTRAK

Candi Borobudur merupakan salah satu warisan budaya dunia yang terletak di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Candi terbesar di Indonesia ini memiliki nilai historis dan budaya yang sangat berharga sehingga penting untuk dijaga dan dilestarikan.

Salah satu bentuk pelestarian yang dapat dilakukan dengan pemantauan pada struktur dinding candi. Tujuan pemantauan tersebut untuk melihat apakah terjadi pergeseran atau pergerakan pada dinding candi. Pergeseran yang terjadi dapat diakibatkan oleh faktor alam seperti pergerakan lempeng bumi maupun faktor non-alam. Semakin berkembangnya teknologi survei dengan Robotic Total Station (RTS) semakin memudahkan kegiatan pemantauan struktur. Metode pemantauan dilakukan dengan prinsip pengukuran geodetik untuk 60 prisma pantau di seluruh sisi candi dalam tiga cycle. Hasil pemantauan diperoleh besar pergeseran dinding candi yang kecil yakni di bawah 1 mm di seluruh sisi, sehingga dapat dikategorikan dinding candi relatif stabil.

Kata Kunci: Deformasi; Pengukuran Geodetik; Robotic Total Station

ABSTRACT

Borobudur temple is one of the world's cultural heritages which located in Magelang, Central Java. This largest temple in Indonesia has historical and cultural values that are very valuable, so it is important to be maintained and preserved. One way of preservation that can be done is to monitor the structure of temple walls. This purpose of this monitoring is to observe if there is a shift or movement in the earth’s plates and non-natural factors. The development of survey technology with Robotic Total Station (RTS) will make easier to monitor the structures. The monitoring method is carried out used the principle of geodetic measurement to measure 60 monitoring prisms on all sides of the temple in three cycles.

The results of the monitoringshowedthat magnitude of the shift in this temple walls was small, which was under than 1 mm on all sides, so that it can be categorized as relatively stable temple wall.

Keywords: Deformation; Geodetic Measurement; Robotic Total Station

(2)

80 PENDAHULUAN

Candi Borobudur merupakan candi peninggalan Dinasti Syailendra yang merupakan candi Budha terbesar di dunia dan menjadi warisan budaya yang resmi ditetapkan oleh World Heritage oleh UNESCO pada tanggal 13 September 1991 (Balai Konservasi Borobudur 2017). Secara astronomis, Candi Borobudur terletak di 7° 36′ 28” LS dan 110° 12′ 13” BT dengan ketinggian 265 m dpl. Secara geografis, candi dikelilingi dua pasang gunung kembar yaitu Gunung Sindoro Sumbing di sebelah barat laut, Gunung Merbabu dan Merapi di sebelah timur laut, Bukit Tidar di sebelah utara, dan jajaran Perbukitan Menoreh di sebelah selatan, serta diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur (Balai Konservasi Borobudur 2016). Sampai dengan saat ini, tidak diketahui pasti kapan Candi Borobudur dibangun. Hal ini dikarenakan tidak ada catatan yang memberikan keterangan pasti kapan dan siapa pendiri Candi Borobudur.

Balai Konservasi Borobudur senantiasa melakukan pemantauan di lokasi candi yang berpotensi mengalami deformasi baik secara alami maupun kegiatan manusia serta melakukan beberapa usaha untuk menjaga kelestariannya seperti pemugaran, pemeliharaan, dan perawatan pada candi. Salah satu bentuk antisipasi pencegahan kerusakan yang terjadi yaitu dengan pemantauan stabilitas struktur dinding Candi Borobudur terhadap kemungkinan terjadinya deformasi. Pemantauan struktur candi menjadi salah satu hal pokok yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi pergerakan batuan candi yang disebabkan oleh pergerakan tanah di bawah candi sebagai akibat beban dari batuan candi maupun faktor lainnya (Lestari, Yulaikhah, dan Sari 2018, 43). Balai Konservasi Borobudur telah melakukan pemantauan stabilitas dinding Candi Borobudur dengan pengukuran secara periodik dan berkelanjutan setiap tahun sejak 1983 sampai dengan sekarang (Setyawan 2011, 31).

Perubahan atau deformasi yang dialami Candi Borobudur tidak dapat dilihat secara kasat mata, sehingga pemantauan perlu dilakukan untuk memperoleh data pengamatan berkala pada candi. Pemantauan yang dilakukan oleh Lestari dkk. (2015) bertujuan untuk menentukan stabilitas Candi Borobudur berdasarkan integrasi data pengamatan GPS dan terestris jaring pemantau deformasi candi. Data yang digunakan yaitu data pengamatan GPS tahun 2002, 2003, dan 2012, data pengukuran jaring horizontal dengan metode poligon serta data pengukuran beda tinggi (levelling) jaring pemantau vertikal untuk kurun waktu 2002 s.d 2012. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis geometrik yang selanjutnya dibandingkan dengan hasil studi geoteknik yang sudah ada secara kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya deformasi berupa pergeseran vertikal dengan laju pergeseran 3,7 mm/tahun.

Data pengamatan merupakan koordinat titik pantau tiap kala yang selanjutnya dihitung untuk memperoleh besar pergeseran dan vektor arah gerak. Data stabilitas dinding candi dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan yang tepat dalam pelestarian dan konservasi Candi Borobudur. Pemantauan stabilitas dinding candi dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pemetaan yaitu Robotic Total Station (RTS). RTS dapat digunakan untuk memantau kestabilan dinding, relung, dan bagian-bagian lain dari candi yang mungkin mengalami deformasi secara parsial akibat pelapukan, efek gempa, dan sebagainya (Atunggal dkk. 2019, 2). Penggunaan RTS untuk pemantauan struktur candi dipilih karena lebih unggul dari segi perekaman data ukuran secara langsung dan cepat. RTS mendukung metode survei berulang terhadap titik-titik pantau dengan interval waktu tertentu secara otomatis.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisa stabilitas dinding Candi Borobudur di tahun 2022. Tujuan utama tersebut dapat dicapai dengan memenuhi tujuan spesifik dari penelitian ini yakni melakukan pemantauan stabilitas dinding candi sehingga diperoleh data pergeseran titik pantau yang telah tertanam pada dinding candi. Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis pergeseran yang terjadi pada tiap sisi candi dan

(3)

81 divisualisasikan menjadi vektor pergerakan. Hasil pemantauan kemudian dapat dievaluasi dan dilakukan analisis mengenai kestabilan dinding Candi Borobudur.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif karena melibatkan data koordinat dan pergeseran. Pengukuran deformasi dilakukan dengan mengukur titik pantau yang berada di dinding candi dari titik kontrol. Jumlah titik pantau berjumlah 60 titik, dimana tiap sisinya memiliki 15 titik dengan rincian tiap lantai memiliki tiga titik pantau.

Ketiga titik tersebut berada di pojok kiri, pojok kanan, dan di tengah dinding candi. Hasil pengukuran RTS yaitu koordinat titik pantau dari dua kala yang dapat diolah menjadi nilai pergeseran. Nilai pergeseran yang dihasilkan berupa selisih posisi dan arah vektor.

RTS sangat cocok digunakan untuk pemantauan deformasi karena mampu mengukur dengan pengulangan secara otomatis. Jumlah cycle yang digunakan bergantung pada kebutuhan data. Di awal pengukuran, RTS hanya perlu melakukan training agar RTS mengenali prisma pantau yang dibidik. Ketika proses training selesai maka RTS secara otomatis melakukan pengukuran dan tracking terhadap jarak maupun sudut dengan seri rangkap dari target prisma (Lienhart, Ehrhart, dan Grick 2017, 1). Selain itu, RTS memiliki tingkat akurasi dan presisi yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kapabilitasnya untuk proses pemantauan deformasi. Kelebihan lain yang dimiliki RTS yaitu dilengkapinya fungsi- fungsi yang membantu otomatisasi seperti fungsi untuk menyimpan data otomatis (autorecord), fungsi untuk tracking (autotracking), dan lainnya yang membantu pengukuran dengan RTS (Sin dan Zainon 2021, 164). RTS juga memiliki banyak sensor (multi-sensor) yang saling terintegrasi untuk memperoleh koordinat titik dengan kombinasi sudut horizontal, sudut vertikal, dan jarak (Lienhart, Ehrhart, dan Grick 2017, 1). RTS diciptakan dengan meningkatkan tingkat akurasi dan mengotomatisasi pengukuran dari Total Station. Adanya RTS semakin memudahkan pemantauan deformasi secara kontinyu. Kunci pemantauan dan analisis deformasi yaitu akurasi horizontal dan vertikal. Dengan demikian, penggunaan RTS untuk pemantauan deformasi sangatlah tepat mengingat akurasinya yang akurat (Zhou dkk. 2021, 1-2).

Deformasi dilakukan untuk pemantauan pergerakan lempeng tektonik, penentuan datum global, pembangunan infrastruktur, dan lain-lain (Hekimoglu, Demirel, dan Aydin 2002, 2). Pemantauan deformasi umumnya mengamati objek atau area tertentu dalam waktu tertentu secara kontinyu. Titik pantau umumnya telah terpasang secara permanen dan diamati pada dua kala atau lebih. Pengamatan dapat dilakukan dengan pengukuran terestris, fotogrametri, GPS, dan kombinasi dari metode-metode tersebut. Prosedur untuk analisis deformasi umumnya terdiri atas dua tahapan, yakni melakukan perataan untuk setiap kala lalu mendeteksi pergeseran diantara kedua kala tersebut. Analisis deformasi juga dapat ditentukan tren pergerakan titik-titik pantau. Menurut Yongqi (1983, 3-5), survei geodesi dalam pemantauan deformasi memiliki beberapa karakteristik, yaitu:

1. Membutuhkan akurasi yang lebih tinggi dari pengukuran geodesi lainnya. Akurasi yang dibutuhkan setidaknya hingga orde milimeter atau lebih tinggi tergantung kebutuhan.

2. Membutuhkan pengamatan yang kontinu atau berkelanjutan. Periode pemantauan deformasi bervariasi dari beberapa detik hingga tahun tergantung laju deformasi yang terjadi.

3. Membutuhkan integrasi dari berbagai jenis observasi. Selain ilmu geodesi, nilai deformasi juga dibutuhkan ilmu mekanikal-fisika dan instrumentasi, geologi, dan berbagai ilmu lainnya.

4. Hasil pemantauan bermanfaat untuk disiplin ilmu lainnya (interdisipliner).

Nilai pergeseran titik pantau didapat dari selisih koordinat hasil hitung perataan antara pengukuran kala tertentu terhadap pengukuran kala referensi. Perhitungan nilai pergeseran dilakukan dengan persamaan (1) sd. (3) (US Army Corps of Engineers 2018, 20).

(4)

82

d xi = xi (2) – xi (1)

d yi = yi (2) – yi (2)

d zi = zi (2) – zi (3)

Dalam hal ini:

dxi: pergeseran komponen X titik pantau ke-i dyi: pergeseran komponen Y titik pantau ke-i dzi: pergeseran komponen Z titik pantau ke-i (1): kala pengukuran awal (referensi)

(2): kala pengukuran akhir

Penelitian sebelumnya oleh Lestari dan Dewanto (2020) bertujuan untuk mengukur estimasi posisi, kecepatan, dan arah pergerakan dari titik kontrol GPS berdasarkan data 2003 dan 2012. Nilai pergeseran pada titik-titik kontrol GPS Candi Borobudur yaitu titik BORA, BORB, BORC, dan BORD yang berada di taman candi, titik BORE, BOR1, BOR3, dan BOR6 berada di halaman candi, serta titik BONE, BOSE, BONW, dan BOSW yang merupakan titik di lorong stupa. Nilai pergeseran horizontal rerata untuk kurun waktu 2003 dan 2012 yaitu 261 mm dengan arah vektor pergeseran (azimuth) ke tenggara. Penggunaan kerangka acuan ITRF 2008 pada analisis pergeseran posisi Candi Borobudur dengan data 2003 dan 2012 meningkatkan ketelitian dengan selisih terbesar yaitu 5 mm.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari s.d. Februari 2022 di Candi Borobudur seperti ditunjukkan Gambar 1. Secara rinci, pengukuran dilakukan selama dua minggu di bulan Januari 2022.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

(5)

83 Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif melalui pengumpulan data menggunakan metode survei pengukuran di lapangan dengan teknik statistik, matematika, dan komputasi.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan RTS untuk memperoleh besaran sudut dan jarak dari titik-titik pantau. Titik pantau berupa skrup kecil yang dipasang prisma reflektor pada empat sisi dinding candi yaitu sisi barat, utara, timur, dan selatan. Titik-titik pantau digunakan sebagai sampel untuk merepresentasikan dinding Candi Borobudur.

Pengumpulan data dilakukan dengan mendirikan RTS pada salah satu titik kontrol, kemudian RTS diarahkan ke prisma target yang terletak pada titik kontrol yang lain sebagai backsight. Setelah bacaan sudut horizontal, vertikal, dan tinggi backsight diperoleh, RTS diarahkan ke prisma reflektor pada dinding candi secara manual untuk proses training. Setelah proses training selesai, maka pengukuran dilakukan secara otomatis. Pengukuran tersebut dilakukan dalam tiga cycle dan dua rounds untuk setiap sisi candi. Dalam hal ini, satu cycle terdiri atas satu rangkaian pengukuran seri yaitu untuk kedudukan RTS dalam posisi biasa dan posisi luar biasa sehingga diperoleh empat bacaan sudut.

Metode Analisis Data

Data hasil pengukuran RTS kemudian diolah dengan perangkat lunak MSP Rapid Star Pro untuk memperoleh besaran nilai pergeseran di sumbu X, Y, dan Z serta untuk menentukan arah dan pergeseran masing-masing titik pantau. Selanjutnya, arah dan pergeseran tersebut dapat dianalisis dengan hasil pengukuran kala yang lain. Penelitian ini menganalisis antara pengukuran pada bulan Januari 2021 dan bulan Januari 2022. Hasil pengolahan perangkat lunak MSP Rapid Star Pro yaitu nilai pergeseran yang direpresentasikan dalam bentuk grafik dan dapat dibuka di perangkat lunak pengolah data seperti Microsoft Excel. Analisis arah dan visualisasi vektor pergeseran dilakukan dengan perangkat lunak spasial seperti ArcGIS dan QGIS dengan terlebih dahulu menghitung resultan dan arah vektornya. Oleh karena itu, hasilnya dapat diketahui pola dan tren pergerakan titik-titik pantau.

HASIL PENELITIAN

Pemantauan stabilitas dinding Candi Borobudur dengan RTS dilakukan pada keempat sisi candi yaitu sisi barat, utara, timur, dan selatan. Pengukuran dilakukan selama tiga cycle dan dua rounds untuk satu kali berdiri alat atau tiap pemantauan sisi.Tiap sisi candi terpasang 15 prisma pantau dengan rincian tiap lorong memiliki tiga prisma sehingga untuk keseluruhan Candi Borobudur terdapat 60 prisma pantau.

(6)

84

Gambar 2. Peta sebaran titik kontrol dan titik pantau Candi Borobudur

Pemantauan dilakukan bertahap sisi per sisi dengan mekanisme pengukuran geodetik dimana RTS didirikan di titik kontrol yang berada di halaman candi dan menghadap ke sisi candi. Titik kontrol yang digunakan berjumlah delapan titik dari titik P3- 1 hingga P3-8 dimana titik kontrol ganjil merupakan lokasi berdirinya RTS dan titik kontrol genap merupakan lokasi backsight. Sebaran titik kontrol dan titik pantau dalam pemantauan ditunjukkan pada Gambar 2.

Hasil Pemantauan Sisi Barat

Pemantauan sisi barat dilakukan pada titik kontrol P3-3 karena visibilitasnya yang paling banyak untuk mengukur prisma pantau sisi barat. Terdapat 15 prisma pantau di sisi barat dari titik B1 s.d. B15. Pemantauan menghasilkan nilai pergeseran prisma pantau di sumbu X, Y, dan Z di sisi barat seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Pergeseran Prisma Pantau Sisi Barat

Titik Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

B1 -0,1 -0,1 -0,2 0,0 -0,1 0,0 -0,1 0,0 -0,2

B2 -0,1 -0,1 -0,1 0,0 0,1 0,1 -0,1 -0,2 -0,3

B3 0,0 -0,1 -0,2 0,0 0,0 0,1 -0,1 0,0 -0,1

B4 0,0 -0,2 -0,3 0,1 0,1 0,3 -0,1 -0,1 -0,3

B5 0,0 -0,1 -0,1 0,0 0,1 0,3 -0,2 -0,2 -0,4

B6 0,0 -0,1 0,0 0,1 0,1 0,2 -0,1 0,0 -0,1

B7 -0,1 -0,1 -0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 -0,1 -0,3

B8 0,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 -0,1 -0,2 -0,4

B9 0,0 -0,2 -0,2 0,1 0,0 0,0 -0,1 -0,1 -0,2

B10 0,0 -0,1 -0,3 0,0 0,0 0,2 -0,1 -0,1 -0,4

B11 -0,1 -0,1 -0,1 0,0 0,0 0,2 -0,1 -0,2 -0,5

B12 -0,1 -0,1 -0,1 0,1 0,1 0,2 0,0 0,0 -0,2

B13 -0,1 -0,1 -0,3 0,1 0,2 0,6 -0,1 -0,2 -0,4

B14 -0,1 -0,1 -0,2 0,0 0,1 0,5 -0,1 -0,2 -0,3

B15 0,0 -0,1 0,0 0,1 0,1 0,4 0,0 0,0 -0,2

Mean -0,047 -0,107 -0,147 0,047 0,053 0,207 -0,087 -0,107 -0,287

Max 0,1 0,2 0,3 0,1 0,2 0,6 0,2 0,2 0,5

Keterangan: satuan pergeseran dinyatakan dalam milimeter

(7)

85 Pergeseran di sisi barat relatif kecil dimana nilai pergeseran tidak ada yang melebihi nilai 1 mm. Nilai pergeseran terbesar di sumbu X, Y, dan Z berturut-turut sebesar 0,3 mm, 0,6 mm, dan 0,5 mm menunjukkan nilai pergeseran yang kecil di setiap sumbu. Pergeseran di sumbu X relatif memiliki nilai yang berdekatan untuk tiap cycle-nya menunjukkan rentang deviasi yang kecil. Sedangkan untuk sumbu Y dan Z, terdapat perbedaan yang cukup besar antara cyle 1 dan 2 dengan cyle 3 untuk beberapa titik. Hal ini dapat terlihat pada grafik pergeseran prisma pantau ditunjukkan di Gambar 3. Perbedaan antara cycle 1 dan 2 dengan cycle 3 di sumbu Y dan Z dapat diakibatkan beberapa kesalahan saat pengukuran maupun pengolahan. Namun, keseluruhan nilai pergeseran tiap sumbu memiliki nilai kurang dari 1 mm sehingga dapat dikatakan dinding sisi barat relatif stabil.

Gambar 3. Grafik pergeseran prisma pantau sisi barat

Hasil Pemantauan Sisi Utara

Pemantauan di sisi utara dilakukan di titik kontrol P3-5 untuk membidik 13 titik pantau. Jumlah prisma pantau yang terpasang di sisi utara berjumlah 15 titik namun hanya 13 titik saja yang terlihat dari RTS. Kedua titik yang tidak terlihat yaitu U12 di lorong empat

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu X sisi barat

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu Y sisi barat

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B13 B14 B15

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu Z sisi barat

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

(8)

86 dan U15 di lorong lima dikarenakan tertutup oleh relief candi apabila RTS didirikan di P3- 5. Hasil pemantauan diperoleh nilai pergeseran sisi utara seperti pada Tabel 2.

Pemantauan menghasilkan nilai pergeseran di sisi utara cukup bervariasi dan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan sisi lainnya. Namun demikian, seluruh nilai pergeseran memiliki nilai kurang dari 1 mm. Pergeseran terbesar dari tiga cycle untuk sumbu X, Y, dan Z bertut-turut sebesar 0,9 mm, 0,6 mm, dan 0,4 mm. Pergeseran di sumbu X untuk beberapa titik yaitu U4 di lorong dua, U9 di lorong tiga, dan U11 s.d. U14 di lorong empat dan lima memiliki perbedaan yang tinggi dibandingkan titik pantau lainnya.

Pergeseran terbesar di sumbu X sisi utara yaitu 0,9 mm juga menjadi nilai pergeseran terbesar apabila dibandingkan dengan sisi-sisi lainnya. Variasi nilai yang tinggi antara cyle satu dandua dengan cycle tiga untuk beberapa titik di sisi utara menjadi perhatian khusus karena diindikasikan mengalami pergeseran. Pergeseran tersebut dapat diakibatkan berbagai faktor baik dari kesalahan saat pengukuran, saat pemasangan atau faktor mur prisma yang sudah tidak begitu baik. Sumbu Y juga memiliki pola yang sama dengan sumbu X dimana pada U4 dan U9 juga terjadi perubahan nilai pergeseran yang berbeda dengan cycle lain. Namun demikian, keseluruhan titik di sumbu Z memiliki pola dan tren yang mirip antar tiap cycle. Dengan demikian, U4, U9, U10, U11, U13, dan U14 di sisi utara menjadi catatan khusus karena diindikasikan mengalami pergeseran secara horizontal atau pergeseran di sumbu X dan Y. Seluruh nilai pergeseran di sisi utara memiliki nilai kurang dari 1 mm sehingga pergeserannya relatif sangat kecil. Grafik pergeseran prisma pantau di tiap sumbu sisi utara disajikan pada Gambar 4.

Tabel 2. Nilai Pergeseran Prisma Pantau Sisi Utara

Titik Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

U1 0,0 -0,2 -0,3 0,1 -0,2 -0,5 -0,2 0,0 0,1

U2 0,0 0,0 -0,2 0,1 0,0 -0,2 -0,3 -0,1 0,2

U3 0,0 0,0 -0,2 0,1 0,1 0,1 -0,2 0,1 0,3

U4 0,0 0,5 0,8 0,1 0,4 0,6 -0,2 -0,1 0,2

U5 0,0 0,3 0,5 0,0 0,0 -0,1 -0,2 0,0 0,2

U6 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 -0,2 0,0 0,3

U7 0,0 -0,3 0,0 0,1 -0,2 -0,1 -0,2 0,0 0,2

U8 0,0 0,0 0,4 0,1 0,0 -0,1 -0,2 -0,1 0,1

U9 0,1 0,5 0,9 0,0 -0,2 -0,6 -0,2 -0,1 0,0

U10 -0,1 -0,7 -0,8 0,1 -0,3 -0,4 -0,2 0,1 0,4

U11 0,0 -0,7 -0,5 0,1 0,1 0,0 -0,2 0,0 0,2

U13 0,0 -0,6 -0,9 0,1 -0,1 -0,4 -0,1 0,0 0,2

U14 0,0 -0,7 -0,8 0,1 0,1 0,0 -0,2 0,1 0,3

Mean 0,008 -0,138 -0,077 0,085 -0,015 -0,131 -0,200 -0,008 0,208

Max 0,1 0,7 0,9 0,1 0,4 0,6 0,3 0,1 0,4

Keterangan: satuan pergeseran dinyatakan dalam milimeter

(9)

87

Gambar 4. Grafik Pergeseran Prisma Pantau Sisi Utara

Hasil Pemantauan Sisi Timur

Pemantauan di sisi timur dilakukan pada titik kontrol P3-7 untuk membidik 15 titik pantau dari T1 s.d. T15. Sisi timur merupakan sisi pintu masuk pengunjung atau wisatawan ke area Candi Borobudur. Hasil pemantauan untuk sisi timur ditunjukkan pada Tabel 3.

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U13 U14

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu X sisi utara

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U13 U14

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu Y sisi utara

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

U1 U2 U3 U4 U5 U6 U7 U8 U9 U10 U11 U13 U14

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu Z sisi utara

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

(10)

88 Hasil pemantauan di sisi timur menunjukkan nilai pergeseran yang relatif kecil, dimana nilainya kurang dari 1 mm. Nilai pergeseran terbesar untuk tiap sumbu X, Y, dan Z berturut-turut sebesar 0,5 mm, 0,4 mm, dan 0,3 mm. Nilai pergeseran yang diperoleh relatif kecil, bahkan lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai pergeseran di sisi utara.

Pergeseran untuk sumbu X dan Z di tiap cycle memiliki pola dan tren yang mirip antar cycle. Hal ini menunjukkan pengukuran yang presisi di tiap cycle-nya di sumbu X dan Z. Namun demikian, sumbu Y ditemukan perbedaan sekitar 0,1 s.d. 0,4 mm antara cycle satu dengan cycle dua dan tiga di beberapa titik, terutama titik pantau di lorong tiga, empat, dan lima.

Pola pergerakan antar tiap titik pantau di cycle satu, dua, dan tiga di sumbu Y memiliki pola yang mirip seperti pada Gambar 5. Keseluruhan nilai pergeseran di sisi timur memiliki nilai kurang dari 1 mm sehingga dapat dikatakan dinding candi sisi timur relatif stabil.

Tabel 3. Nilai Pergeseran Prisma Pantau Sisi Timur

Titik Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

T1 0,2 0,3 0,5 -0,1 -0,2 -0,3 0,0 -0,1 0,2

T2 0,1 0,0 0,0 -0,1 -0,1 -0,2 -0,1 -0,3 0,0

T3 0,1 -0,1 -0,2 -0,1 -0,2 -0,3 0,0 -0,3 0,0

T4 0,2 0,1 0,2 -0,1 -0,1 -0,2 0,0 -0,2 0,0

T5 0,1 0,1 0,0 -0,1 -0,1 -0,1 -0,1 -0,3 0,0

T6 0,1 0,0 -0,1 -0,1 -0,1 -0,2 0,0 -0,2 0,1

T7 0,2 0,1 0,2 -0,1 -0,2 -0,2 0,0 -0,2 0,1

T8 0,2 0,1 0,1 -0,1 0,2 0,2 0,0 -0,2 0,1

T9 0,1 0,2 0,2 -0,1 0,2 0,1 0,0 -0,2 0,0

T10 0,2 -0,1 -0,1 0,0 0,4 0,4 0,1 -0,2 0,1

T11 0,3 0,2 0,2 -0,1 0,1 0,1 -0,1 -0,2 0,1

T12 0,1 0,2 0,2 -0,1 0,2 0,2 0,1 -0,2 0,1

T13 0,3 0,0 0,1 -0,1 0,3 0,4 0,1 -0,1 0,2

T14 0,2 0,1 0,1 -0,1 0,2 0,1 0,0 -0,1 0,2

T15 0,2 0,2 0,1 -0,2 0,1 0,1 0,1 -0,1 0,2

Mean 0,173 0,093 0,100 -0,100 0,047 0,007 0,007 -0,193 0,093

Max 0,3 0,3 0,5 0,2 0,4 0,4 0,1 0,3 0,2

Keterangan: Satuan pergeseran dinyatakan dalam milimeter

(11)

89

Gambar 5. Grafik Pergeseran Prisma Pantau Sisi Timur

Hasil Pemantauan Sisi Selatan

Pemantauan di sisi selatan dilakukan dengan RTS didirikan di titik kontrol P3-1 untuk membidik 15 prisma pantau dari S1 s.d. S15. Pemantauan menghasilkan nilai pergeseran untuk tiap sumbu di sisi selatan yang nilainya relatif kecil kurang dari 1 mm seperti pada Tabel 4.

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu X sisi timur

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

-1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5

T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15

Besar Pergeseran (mm)

Prisma Pantau

Pergeseran prisma pantau sumbu Y sisi timur

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

(12)

90 Hasil pemantauan menunjukkan nilai terbesar untuk masing-masing sumbu X, Y, dan Z berturut-turut sebesar 0,7 mm, 0,3 mm, dan 0,3 mm. Hasil pemantauan di sumbu X ditemukan adanya selisih antara cycle satu dan dua dengan cycle tiga yang cukup besar di beberapa titik pantau. Perbedaan terbesar terjadi di S13 cycle tiga di lorong lima dengan nilai pergeseran -0,7 mm. Namun demikian, nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan pergeseran di sumbu X sisi utara yang memiliki nilai -0,9 mm. Sedangkan sumbu Y dan Z memiliki pola dan tren pergeseran yang sama tiap cycle-nya. Hal ini menunjukkan pemantauan memiliki presisi yang baik. Keseluruhan nilai pergeseran prisma pantau di sisi timur memiliki nilai kurang dari 1 mm. Hal ini menunjukkan pergeseran yang kecil dan relatif stabil. Grafik pergeseran prisma pantau tiap sumbu di sisi selatan ditunjukkan pada Gambar 6.

Tabel 4. Nilai Pergeseran Prisma Pantau Sisi Selatan

Titik Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3

S1 0,0 0,0 -0,1 0,0 0,0 -0,1 -0,1 -0,2 -0,2

S2 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1 -0,2 -0,3 -0,3

S3 0,0 0,1 0,1 -0,1 -0,1 -0,1 -0,1 -0,2 -0,2

S4 0,0 -0,1 -0,2 -0,1 -0,1 -0,3 -0,1 -0,1 0,0

S5 0,1 0,0 -0,1 -0,1 0,0 0,0 -0,2 -0,3 -0,3

S6 0,0 -0,1 -0,3 -0,1 0,0 0,1 -0,1 -0,2 -0,1

S7 0,1 0,0 -0,3 0,0 0,0 0,0 -0,2 -0,2 -0,3

S8 0,0 0,0 -0,3 0,0 0,0 0,0 -0,2 -0,2 -0,2

S9 0,0 -0,1 -0,3 -0,1 0,0 0,1 -0,2 -0,3 -0,3

S10 0,1 0,0 -0,2 -0,1 -0,1 -0,2 -0,2 -0,2 -0,1

S11 0,0 -0,1 -0,3 -0,1 0,0 0,0 -0,2 -0,3 -0,3

S12 0,0 -0,1 -0,4 -0,1 0,0 0,1 -0,1 -0,1 -0,1

S13 0,1 -0,2 -0,7 0,0 -0,1 -0,3 -0,1 -0,2 -0,1

S14 0,0 -0,2 -0,6 0,0 0,0 0,0 -0,2 -0,3 -0,3

S15 0,0 -0,1 -0,4 -0,1 0,0 0,2 -0,1 -0,2 -0,2

Mean 0,027 -0,060 -0,273 -0,060 -0,027 -0,027 -0,153 -0,220 -0,200

Max 0,1 0,2 0,7 0,1 0,1 0,3 0,2 0,3 0,3

Keterangan: satuan pergeseran dinyatakan dalam milimeter

(13)

91

Gambar 6. Grafik Pergeseran Prisma Pantau Sisi Selatan (Sumber: Penulis, 2022)

DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Hasil pemantauan prisma pantau di seluruh sisi Candi Borobudur ditemukan nilai pergeseran titik pantau yang relatif kecil yaitu kurang dari 1 mm. Oleh karena itu, dinding candi di semua sisi relatif stabil. Namun demikian, beberapa titik memiliki pergeseran yang menyimpang atau berbeda antar cycle. Pembahasan terkait hasil pemantauan dan visualisasi vektor pergeseran dijabarkan sebagai berikut.

Hasil Pemantauan Stabilitas Dinding Candi

Hasil pemantauan stabilitas dinding Candi Borobudur diperoleh nilai pergeseran kurang dari 1 mm. Tiap titik pantau diamat pergeseran pada sumbu X, Y, dan Z sehingga diketahui pergeseran titik secara horizontal (X, Y) dan vertikal (Z). Pemantauan stabilitas dinding dilakukan dengan pengamatan 60 prisma pantau di seluruh sisi candi dalam tiga cycle sehingga dapat dibandingkan hasil ukuran tiap cycle. Hasil pemantauan diketahui nilai vektor pergeseran tiap sumbu memiliki selisih yang relatif kecil antar cycle. Beberapa sumbu antar cycle di salah satu sisi candi memiliki pola dan tren yang mirip antar cycle sehingga menunjukkan tingkat presisi yang tinggi. Namun demikian, pola pergeseran yang berbeda

(14)

92 juga ditemukan pada titik pantau di sisi utara dan selatan. Nilai rata-rata pergeseran dan nilai maksimum pergeseran tiap cycle kemudian dirata-rata untuk diperoleh nilai tunggal yang mewakili satu sumbu tiap sisi. Perbandingan nilai rata-rata dan pergeseran maksimum di tiap sumbu dan tiap sisi candi dijabarkan pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan nilai rata-rata dan maksimum tiap sumbu dari tiap sisi candi hasil tiga cycle. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa nilai pergeseran terbesar di sumbu X terjadi di sisi utara sebesar 0,9 mm di U13, selanjutnya 0,7 mm di sisi selatan pada S13.

Kedua titik tersebut berada di lorong kelima candi. Nilai pergeseran sumbu X di sisi barat dan timur memiliki nilai kurang dari 0,5 mm. Hal ini menunjukkan nilai yang sangat kecil sehingga relatif stabil. Sedangkan nilai maksimum untuk sumbu Y sebesar 0,6 mm pada B13 di sisi barat dan U9 di sisi utara. Nilai pergeseran di sumbu Y terbesar terjadi pada titik di lorong kelima candi di B13 dan lorong keempat di U9. Pergeseran di sumbu Z untuk seluruh sisi memiliki nilai kurang dari 0,5 mm. Hal ini berarti tiap sisi menunjukkan besar pergeseran yang relatif kecil di sumbu vertikal.

Nilai rata-rata untuk pemantauan tiap sumbu di masing-masing sisi candi menunjukkan nilai yang relatif kecil yaitu kurang dari 0,2 mm. Hal ini dikarenakan kebanyakan data hasil ukuran untuk tiap titik dan tiap cycle bernilai sangat kecil sehingga dapat dikategorikan mayoritas titik pantau dan dinding relatif stabil. Beberapa titik dapat diindikasikan mempunyai outlier dikarenakan terlihat nilainya yang tidak sesuai pola dan tren cycle lainnya. Titik dengan nilai penyimpangan yang besar atau lebih dari 0,5 mm yaitu S13 di sisi selatan, U4, U9, U10, U11, U13, dan U14 di sisi utara. Sedangkan titik-titik pantau di sisi timur dan barat cenderung stabil dikarenakan nilai pergeserannya kurang dari 0,5 mm.

Hasil pemantauan dapat diketahui bahwa titik-titik pantau di sisi utara memiliki nilai pergeseran terbesar dengan jumlah terbanyak dibandingkan sisi lainnya. Oleh karena itu, kondisi ini perlu menjadi perhatian khusus bagi analisis stabilitas dinding di sisi utara candi.

Namun demikian, pergeseran titik pantau di seluruh sisi candi memiliki nilai kurang dari 1 mm dan relatif kecil. Sisi utara sebagai sisi candi yang diindikasikan mengalami pergeseran lebih besar dibanding sisi lainnya karena ditemukan beberapa titik di cycle tertentu dengan penyimpangan nilai pergeseran yang berbeda dengan cycle lainnya.

Vektor Pergeseran Prisma Pantau

Vektor pergeseran titik pantau merupakan visualisasi arah dan besar dari pergerakan. Berdasarkan vektor pergeseran maka dapat diketahui pola pergeseran selama pengukuran dalam tiga cycle dan vektor resultannya. Pola pergeserannya dapat dibandingkan dengan pola hasil pengukuran tahun sebelumnya. Berdasarkan arah pergeserannya, pola pergerakan titik pantau dapat diketahui. Arah pergeseran juga dapat menunjukkan indikasi adanya deformasi elastis, yaitu apabila terdapat vektor pergeseran yang arahnya saling berlawanan. Vektor pergeseran diperoleh dari hasil pengukuran dengan RTS dan diolah dengan perangkat lunak MSP Rapid Star Pro seperti telah dijabarkan pembahasan

Tabel 5. Nilai Rata-Rata dan Maksimum Pergeseran Sisi Candi Di Tiap Sumbu

Sisi Sumbu X Sumbu Y Sumbu Z

Rata-rata Maksimum Rata-rata Maksimum Rata-rata Maksimum

Barat 0,0 0,0 0,0 0,0 -0,1 -0,2

Utara 0,0 0,0 0,0 0,0 -0,2 -0,3

Timur 0,0 0,1 -0,1 -0,1 -0,1 -0,2

Selatan 0,0 -0,1 -0,1 -0,1 -0,1 -0,1

Barat 0,1 0,0 -0,1 0,0 -0,2 -0,3

Keterangan: Satuan pergeseran dinyatakan dalam milimeter

(15)

93 sebelumnya. Nilai-nilai pergeseran diperoleh di tiga sumbu yaitu sumbu X (dX), Y (dY), dan Z (dZ). Visualisasi vektor horizontal menggunakan resultan dari dX dan dY dari persamaan (4) (Basuki, 2011).

𝑉𝐻𝑍 = √𝑑𝑋2+ 𝑑𝑌2 (4)

Arah vektor horizontal menggunakan persamaan (5) (Basuki, 2011).

𝛼𝐻𝑍 = 𝑇𝑎𝑛−1(𝑑𝑋

𝑑𝑌) (5)

Sedangkan vektor pergeseran vertikal dapat langsung divisualisasikan karena hanya merupakan komponen Z. Vektor pergeseran vertikal memiliki dua arah, yaitu nilai dZ positif menunjukkan pergeseran naik dan nilai dZ negatif menunjukkan pergeseran turun.

Visualisasi vektor pergeseran menggunakan dua perangkat lunak yaitu ArcGIS 10.6.1 untuk horizontal dan QGIS 3.16 untuk vertikal. Penggunaan dua perangkat lunak dikarenakan ArcGIS tidak mampu untuk menampilkan diagram batang apabila nilainya negatif, sedangkan nilai vektor pergeseran vertikal (dZ) dapat bernilai positif (naik) dan negatif (turun). Vektor pergeseran horizontal untuk tiap cyle pengukuran disajikan pada Gambar 7.

Vektor pergeseran pada Gambar 7 merupakan visualisasi vektor pergeseran selama tiga cycle pengukuran. Vektor pergeseran horizontal menunjukkan bahwa selama tiga cycle kebanyakan titik pantau cenderung mengalami perubahan ke sisi utara dan tidak ada yang bergerak ke arah selatan. Beberapa titik mengalami perubahan ke timur laut dan sebagian mengalami perubahan ke barat laut menunjukkan adanya arah yang berlawanan di beberapa titik. Hal tersebut mengindikasikan deformasi elastis. Besar pergeseran untuk kebanyakan titik pantau di semua sisi memiliki nilai kurang dari 1 mm. Beberapa titik memiliki nilai pergeseran yang cukup besar terutama di cycle tiga yakni U4, U9, U10, U13, dan U14 di sisi utara dan juga S13 di sisi selatan. Hal tersebut mengkonfirmasi hasil analisis sebelumnya

Gambar 7. Peta Vektor Pergeseran Horizontal Titik Pantau Tiap Cycle

(16)

94 bahwa titik-titik tersebut diindikasikan mengalami pergeseran lebih besar dibandingkan titik lainnya. Titik-titik tersebut berada di sisi utara dan cenderung mengalami resultan pergeseran ke arah utara ataupun barat laut, berbeda dengan cycle satu dan dua yang cenderung ke arah timur laut. Nilai vektor dX dan dY kemudian dapat dijumlahkan tiap cycle menjadi total dX dan dY, kemudian nilai besar vektor horizontal dan arahnya dihitung dengan persamaan (4) dan (5). Hasilnya dapat dibandingkan dengan resultan vektor pergeseran tahun 2021 seperti pada Gambar 8.

Berdasarkan hasil perhitungan resultan tiap cycle dari nilai besar dan arahnya, maka vektor pergeseran horizontal resultan dapat dihitung seperti ditunjukkan Gambar 8. Cara yang sama juga dilakukan untuk hasil ukuran tahun 2021 sehingga pola pergeserannya di dua tahun terakhir dapat dibandingkan. Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui bahwa pola pergeseran untuk pengukuran 2021 dan 2022 memiliki kemiripan satu sama lain. Pola vektor horizontal, selama dua tahun menunjukkan pergeseran titik yang dominan mengarah ke utara. Beberapa titik selama dua tahun menunjukkan pola pergeseran yang searah seperti B7, B14, B15, U5, U8, U9, U11, T1, T4, T7, S3, dan S15 yang mengarah ke barat laut sedangkan U1, U4, U7, T2, T3, T8, T9, T12, S11, S13, dan S14 yang mengarah ke timur laut. Namun demikian, terdapat juga titik-titik pantau yang mengalami perbedaan arah di kedua tahun seperti B3, B9, B12, dan S4. Hal ini mengindikasikan adanya deformasi elastis yang terjadi. Resultan nilai pergeseran horizontal memiliki nilai terbesar 1,7 mm. Dengan demikian, hasil pengukuran di tahun 2021 dan 2022 pada sebagian besar titik pantau menunjukkan pola arah pergeseran horizontalnya yang mirip satu sama lain. Namun titik pantau dengan pergeseran horizontal berlawanan arah juga ditemukan juga di kedua tahun.

Selain arah pergeseran horizontal, visualisasi vektor pergeseran vertikal dapat dilihat dengan komponen dZ hasil pengukuran. Visualisasi vektor pergeseran vertikal untuk tiga cycle pengukuran ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 8. Peta Resultan Vektor Pergeseran Horizontal Titik Pantau

(17)

95 Vektor pergeseran vertikal pada Gambar 9 menunjukkan perubahan vertikal yang dominan mengalami penurunan di banyak titik. Beberapa titik terlihat mengalami kenaikan dan penurunan antar cycle yang berarti terjadi deformasi elastis atau perubahan yang kembali ke tempat semula. Selain itu, terdapat beberapa titik yang terus mengalami penurunan dengan nilai yang konstan dari cycle satu s.d. tiga. Titik-titik tersebut berada di sisi selatan dan barat candi. Sedangkan, titik-titik di sisi utara dan timur cenderung mengalami kenaikan dan penurunan atau perubahan yang kembali ke posisi semula. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa titik di bagian selatan dan barat diindikasikan mengalami penurunan karena vektor sumbu Z nya yang bernilai minus di ketiga cycle. Namun demikian, mayoritas titik pantau memiliki nilai pergeseran vertikal sebesar 1 mm atau kurang dari 1 mm. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunannya relatif sangat kecil. Nilai pergeseran vertikal untuk ketiga cycle tersebut kemudian dapat diresultankan dan dibandingkan dengan resultan pengukuran tahun sebelumnya seperti pada Gambar 10.

Gambar 9. Peta Vektor Pergeseran Vertikal Titik Pantau Tiap Cycle

(18)

96 Pola resultan vektor pergeseran vertikal tahun 2022 dan 2021 juga menunjukkan variasi pola yang mirip antara kedua tahun. Polanya menunjukkan titik-titik pantau di sisi barat dan selatan cenderung mengalami penurunan sedangkan titik pantau di utara dan timur mengalami kenaikan dan penurunan. Titik pantau di sisi utara dan timur dikatakan bahwa hasil ukuran tahun 2021 mengalami kenaikan, sedangkan hasil ukuran tahun 2022 mengalami penurunan. Namun demikian, titik pantau di sisi selatan dan barat di kedua tahun menunjukkan arah pergeseran yang negatif atau mengalami pola penurunan.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dinding Candi Borobudur relatif stabil. Nilai pergeseran mempunyai nilai yang relatif kecil yakni kurang dari 1 mm. Pergeseran koordinat titik pantau terbesar untuk sumbu X adalah 0,9 mm pada sisi utara, untuk sumbu Y sebesar 0,6 mm pada sisi barat, dan untuk sumbu Z sebesar 0,5 mm pada sisi barat. Hasil visualisasi vektor pergeseran titik pantau menunjukkan bahwa titik pantau cenderung bergerak ke arah utara di dua tahun terakhir secara horizontal. Lebih spesifik sebagian titik mengarah ke timur laut dan sebagian mengarah ke barat laut. Pergeseran vertikal pada sisi utara dan timur mengalami kenaikan dan penurunan, sedangkan sisi selatan dan barat cenderung mengalami penurunan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Joni Setiyawan, S.T. dan Dedi Atunggal SP., S.T., M.Sc. selaku pembimbing penelitian ini yang telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan pada penulis.

Gambar 10. Peta Resultan Vektor Pergeseran Vertikal Titik Pantau

(19)

97 DAFTAR PUSTAKA

Atunggal, D., Bilal Ma’ruf, Yudi Suhartono, dan Joni Setiawan. 2019. “Evaluasi Kesiapan Pemasangan Sistem Pemantauan Pintar Menggunakan TS Robotik di Candi Borobudur.” in Conference: SIIG 2019, 1–8. Yogyakarta.

Balai Konservasi Borobudur. Profil Candi Borobudur. Magelang: Balai Konservasi Borobudur, 2016.

Balai Konservasi Borobudur. Refleksi 26 Tahun Kompleks Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia UNESCO. Magelang: Balai Konservasi Borobudur, 2017.

Basuki, S. (2011). Ilmu Ukur Tanah (Cetakan ke2). Gadjah Mada University Press.

Hekimoglu, Serif, Hüseyin Demirel, dan Cüneyt Aydin. 2002. “Reliability of the Conventional Deformation Analysis Methods for Vertical Networks Reliability of the Conventional Deformation Analysis Methods for Vertical Networks.” in FIG XXII International Congress, 1–12. Washington D.C.

Lestari, Dwi, Kabul Basah Suryolelono, Leni Sophia Heliani, dan T. Aris Sunantyo. 2015.

"Analisis Stabilitas Candi Borobudur Berdasarkan Integrasi Data Pengamatan GPS dan Terestris Jaring Pemantau Deformasi Candi." http://etd.repository.ugm.ac.id/.

Lestari, Dwi, dan Bondan Galih Dewanto. 2020. “Analisis Pergeseran Titik Jaring Pemantau Candi Borobudur Mengacu ke ITRF 2008 Berdasarkan Data Pengamatan GPS pada Tahun 2003 dan 2012.” JGISE: Journal of Geospatial Information Science and Engineering 3 (2): 133. https://doi.org/10.22146/jgise.60451.

Lestari, Dwi, Yulaikhah, dan Rizki Iman Sari. 2018. “Time Variant Adjustment for The Solution of Control Point Unstability in Deformation Analysis of Borobudur Vertical Deformation Monitoring Network.” JGISE: Journal of Geospatial Information Science and Engineering 1 (1): 43–50. https://doi.org/https://doi.org/10.22146/jgise.38590.

Lienhart, Werner, Matthias Ehrhart, dan Magdalena Grick. 2017. “High Frequent Total Station Measurements for the Monitoring of Bridge Vibrations.” Journal of Applied Geodesy 11 (1): 1–8. https://doi.org/10.1515/jag-2016-0028.

Setan, Halim, dan Ranjit Singh. 2001. “Deformation Analysis of a Geodetic Monitoring Network.” Geomatica 55 (3): 333–46.

Setyawan, Joni. 2011. “Studi Evaluasi Metode Pengukuran Stabilitas Candi Borobudur dan Bukit.” Jurnal Konservasi Cagar Budaya 5 (1): 31–35.

https://doi.org/10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v5i1.86.

Sin, Fong Kian, dan Othman Zainon. 2021. “Monitoring of Concrete Bridge using Robotic Total Station.” Journal of Advanced Geospatial and Science Technology 1 (1): 163–

92.

US Army Corps of Engineers. 2018. ”Structural Deformation Surveying Engineer Manual. ” No. February: 365.

Yongqi, Chen. 1983. “Analysis of Deformation Surveys – a Generalized Method.” Geodesy and Geomatics Engineering UNB. Fredericton, N.B. Canada.

Zhou, Jianguo, Bo Shi, Guanlan Liu, dan Shujun Ju. 2021. “Accuracy Analysis of Dam Deformation Monitoring and Correction of Refraction with Robotic Total Station.”

PLoS ONE 16 (5 May): 1–20. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0251281.

Referensi

Dokumen terkait