• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI SAMPUL DALAM..."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

TIM PENGUJI ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Sejarah dan Gambaran Umum Tanaman Kakao ... 9

2.1.1 Gambaran umum tanaman kakao ... 9

2.2 Budidaya Tanaman Kakao Yang Baik (Good Agriculture Practice On Cocoa) ... 11

2.2.1 Good agriculture practice (GAP) ... 11

2.2.2 Good agriculture practice (GAP) kakao... 11

(2)

2.3 Penanganan Pasca Panen Kakao

(Good Handling Practice on cocoa) ... 18

2.3.1 Good handling practice (GHP) ... 18

2.3.2 Good handling practice (GHP) kakao ... 18

2.4 Pengertian Usahatani ... 21

2.4.1 Faktor-faktor produksi dalam usahatani... 22

2.5 Biaya Usahatani ... 24

2.6 Penerimaan Usahatani ... 25

2.7 Pendapatan ... 25

2.7.1 Pendapatan usahatani ... 26

2.7.2 Pendapatan non usahatani ... 27

2.7.3 Pendapatan rumah tangga ... 27

2.8 Rumah Tangga ... 28

2.9 Kontribusi ... 29

2.10 Penelitian Terdahulu ... 30

2.11 Kerangka Pemikiran ... 31

III. METODELOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

3.2 Jenis Data ... 34

3.3 Sumber Data ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5 Populasi dan Sampel ... 36

3.5.1 Populasi ... 36

3.5.2 Sampel ... 37

3.6 Variabel dan Pengukuran Variabel ... 39

3.7 Metode Analisis Data ... 41

3.7.1 Analisis Sumber Pendapatan Petani ... 41

3.7.2 Pendapatan usahatani kakao ... 42

3.7.3 Pendapatan usahatani lainnya ... 43

3.7.4 Pendapatan non usahatani ... 44

(3)

3.7.5 Kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga ... 44

3.7.6 Praktek manajemen fisik dan penanganan pascapanen kakao ... 44

3.8 Batasan Oprasional ... 45

IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

4.1 Gambaran Umum Desa Pangsan... 47

4.1.1 Letak geografis Desa Pangsan ... 47

4.1.2 Batas-batas wilayah ... 47

4.1.3 Orbitasi Desa Pangsan... 47

4.2 Kependudukan ... 48

4.3 Pemerintahan Desa Pangsan ... 50

4.3.1 Pembagian wilayah Desa ... 50

4.3.2 Perangkat Desa dan Kelurahan ... 50

4.4 Usahatani Kakao di Desa Pangsan ... 52

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

5.1 Karakteristik Responden ... 54

5.1.1 Umur responden ... 54

5.1.2 Tingkat pendidikan formal responden... 55

5.1.3 Jumlah anggota rumah tangga ... 57

5.1.4 Pekerjaan pokok dan sampingan ... 58

5.1.5 Luas garapan ... 60

5.1.6 Status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani ... 61

5.2 Pendapatan Rumah Tangga Petani Kakao ... 61

5.2.1 Pendapatan usahatani kakao ... 61

5.2.2 Pendapatan usahatani lainnya... 66

5.2.3 Pendapatan non usahatani ... 70

5.3 Kontribusi Usahatani Kakao Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 71

5.4 Manajemen Fisik Usahatani dan Penanganan Pascapanen Kakao di Desa Pangsan ... 72

5.4.1 Good agriculture practice (GAP) pada usahatani kakao ... 73

(4)

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 79

6.1 Simpulan ... 80

6.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 85

(5)

ABSTRAK

Elta Dina Partiwi. NIM 1305315053. Kontribusi Usahatani Kakao Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani di Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Dibimbing oleh : Dr. I Wayan Budiasa, SP, MP dan Ir. I Wayan Widyantara, MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Pangsan, dan mengetahui praktek manajemen fisik dan penanganan pascapnen yang diterapkan oleh petani kako.

Teknik penentuan sampel menggunakan propotional random sampling dan sampel diambil secara acak untuk memilih sampel dengan metode undian dengan jumlah sampel sebanyak 34 petani kakao. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dari awal Februari sampai akhir Februari 2017. Peneliti menggunakan analisis usahatani untuk menghitung pendapatan bersih dan total pendapatan rumah tangga petani kakao selama tahun 2016.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani kakao memiliki kontribusi

tertinggi sebesar 70,10% dari total pendapatan rumah tangga petani sebesar Rp 85.954.990,80/th dengan rata-rata pendapatan Rp 60.252.258/th. Praktek

manajemen fisik usahatani kakao yang diterapkan oleh petani kakao di Desa Pangsan sudah sesuai dengan praktek manajemen fisik pada pedoman GAP kakao, dan diketahui petani tidak menerapkan GHP pada penanganan pascapanen.

Kata kunci : Kakao, Pendapatan rumah tangga , Kontribusi, GAP kakao

(6)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi alami yang baik untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk tanaman perkebunan. Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis di sekitar khatulistiwa. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konstan sepanjang tahun, kondisi iklim yang memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata pertahun yang cukup tinggi. Semua kondisi itu merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk membudidayakan beragam jenis tanaman termasuk tanaman perkebunan.

Tanaman perkebunan memiliki dua potensi pasar yaitu di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, tanaman perkebunan dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat, diperlukan sebagai bahan baku industri untuk diolah menjadi bahan jadi atau barang jadi, makanan ternak, juga sebagai komoditas substitusi impor (Rahardi, dkk. 1993).

Sektor perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar dalam pengembangan sektor pertanian. Pembangunan disektor perkebunan juga terus mengalami peningkatan, dan salah satu tujuan utama pembangunan di sektor ini adalah meningkatkan mutu dan produksi dari tanaman perkebunan yang memiliki potensi untuk dikembangkan.

Salah satu tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan adalah komoditas kakao yang merupakan komoditi unggulan di bidang perkebunan. Kakao memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan dalam usaha meningkatkan pendapatan

(7)

petani. Perkebunan kakao menyumbang banyak pendapatan bagi pemerintah dan petani kakao (Distanbunhut, Badung 2013). Pangsa pasar kakao yang luas, dan prospek pasar yang menjanjikan menjadikan alasan mengapa tanaman ini banyak dikembangkan setelah tanaman perkebunan lainnya.

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan yang memiliki peran yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri. Sebagai bahan baku utama pembuatan coklat, kakao merupakan komoditas yang sangat strategis terhadap perkembangan industri coklat.

Perkebunan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian terbanyak di Provinsi Bali.

Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian pada subsektor perkebunan di tahun 2013 tercatat sebanyak 8.624 rumah tangga (Antara,2013). Menurut Teneng, (2013) Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan di Bali yang memberikan sumbangan terbesar setelah komoditi perkebunan unggulan lainnya. Sumbangan kakao terhadap devisa diketahui sebesar 709.968,98 dolar AS. Komoditas kakao hasil perkebunan rakyat di Bali mulai memasuki pasar ekspor 4.703 ton seharga 709.968,98 dolar AS, dengan tujuan utama pasaran Amerika Serikat (Teneng, 2013).

Perkebunan kakao di Propinsi Bali khususnya 6 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai dengan 2015 mengalami kenaikan dan penurunan luas lahan diikuti dengan produksi dan produktivitas kakao yang mengalami fluktuasi setiap tahunya, peningkatan luas areal terjadi pada tahun 2011 sebesar 14.868 ha penurunan luas areal terjadi pada tahun 2012 sampai 2013 sebesar 14.078 ha dan mengalami

(8)

peningkatan luas areal kembali pada tahun 2014 sampai 2015 sebesar 14.471 ha.

Seperti halnya terlihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Luas Area , Produksi dan Produktivitas Tanaman Kakao Tahun 2015

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Bali 2015

Fluktuasi produksi dan produktivitas kakao salah satunya disebabkan karena Perubahan iklim global yaitu naiknya suhu udara yang juga berdampak terhadap unsur iklim lain. Fluktuasi suhu dan kelembapan udara yang semakin meningkat mampu menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman. Disamping itu, akibat dari perubahan iklim, adalah adanya curah hujan yang tinggi. Akibat dari adanya curah hujan yang tinggi memicu terjadinya berbagai penyakit pada tanaman budidaya, tidak terkecuali pada tanaman perkebunan seperti penyakit busuk buah pada tanaman kakao (Ditejenbun, 2014).

Di Bali banyak daerah yang sangat berpotensi untuk mengembangkan komoditi kakao. Kabupaten Badung merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki potensi yang sangat potensial untuk mengembangkan tanaman kakao setelah Kabupaten

Tahun Luas Areal (ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kg/ha/th)

2010 14.865 6.151,727 595

2011 14.866 4.915,629 476

2012 148.22 5114,412 495

2013 14.078 6.288,625 601

2014 14.470 6.575,27 645

2015 14.471 6.315,57 626

(9)

Tabanan dan Kabupaten lainnya dalam mengembangkan jenis komoditi perkebunan ini. Seperti halnya terlihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2

Luas Area, Produksi dan, Produktivitas Tanaman Kakao Per Kabupaten

Tahun 2015

Kabupaten

Luas Area (ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kg/ha/th)

Jembrana 6259 2741,46 640

Tabanan 4625 2110,68 605

Badung 606 181,55 574

Gianyar 326 194,24 894

Bangli 257 93,65 455

Klungkung 53 35,90 798

Karangasem 1067 187,95 477

Buleleng 1279 770,13 675

Kota Denpasar - - -

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Bali 2015

Kabupaten Badung masuk ke dalam lima besar daerah yang memiliki luas area yang luas untuk mengembangkan tanaman kakao, produksi dan produktivitas yang terbilang cukup tinggi menandakan bahwa Kabupaten Badung merupakan salah satu daerah penghasil kakao dan sangat berpotensi dalam mengembangkan produksi kakao.

(10)

Di Kabupaten Badung pengembangan tanaman kakao dilakukan di tiga Kecamatan yaitu di Kecamatan Mengwi, Abiansemal, dan Petang, dengan sentra luas areal tanam kakao terluas, tingkat produksi, dan produktivitas yang tinggi di kecamatan Abiansemal dan disusul oleh kecamatan Petang, dan kemudian Mengwi.

Seperti yang terlihat pada Tabel 1.3 berikut Tabel 1.3

Luas Areal. Produksi, dan Produktivitas Tanaman Kakao Kabupaten Badung 2015

Kecamatan

Luas Areal (ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kg/ha/th)

Mengwi 56 19,38 383

Abiansemal 373 13,84 656

Petang 173 23,77 434

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Bali 2015

Kecamatan Petang merupakan Kecamatan yang memiliki potensi untuk mengembangkan tanaman kakao setelah Kecamatan Abiansemal. Salah satu Desa yang mengembangkan tanaman kakao adalah Desa Pangsan, Kecamatan Petang.

Desa Pangsan merupakan salah satu desa agrowisata yang memiliki kekayaan sumber daya alam serta keindahan alam yang indah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Desa Pangsan telah dioptimalkan oleh warganya dengan cara memaksimalkan pengembangan komoditi yang terdapat di daerah tersebut. Salah satu sumber komoditi yang dominan diandalkan oleh warga Desa Pangsan adalah kakao (Desa Pangsan ,2016).

(11)

Di Desa Pangsan tanaman kakao banyak dikembangkan dikarenakan Desa tersebut memiliki letak geografis yang sesuai dan potensial untuk mengembangkan tanaman perkebunan ini. Usaha pembudidayaan kakao dilakukan secara berkelanjutan, sehingga usahatani kakao ini dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan rumah tangga petani. Kurangnya kelembagaan pemasaran yang ada menjadi salah satu kendala petani untuk memasarkan hasil produksinya, dan secara langsung hal tersebut mempengaruhi tingkat pendapatan petani kakao. Meski mengalami kendala dalam segi kelembagaan pemasarannya, petani kakao tetap mempertahankan untuk membudidayakan tanaman kakao secara berkelanjutan dan menjadi sebagai salah satu sumber pendapatan petani. Pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani kakao tentunya memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani di Desa Pangsan, namun besar kontribusi dari usahatani kakao belum diketahui terhadap pendapatan rumah tangga petani, mengingat petani di Desa Pangsan membudidayakan tanaman kakao secara berkelanjutan.

Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong penulis untuk mengadakan penelitian mengenai besarnya kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pangsan Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat di kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Berapa besar kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung ?

(12)

2. Bagaimanakah praktek manajemen fisik usahatani dan penanganan pascapanen kakao di Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung ?.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut 1. Untuk mengetahui besar Kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan

rumah tangga petani kakao di Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

2. Untuk mengetahui praktek manajemen fisik usahatani dan penanganan pasca panen kakao di Desa Pangsan .

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu, antaralain sebagai berikut

1. Mahasiswa

Sebagai media untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh, dari perkuliahan maupun dari literatur yang ada dalam penerapannya dengan masalah yang dihadapi.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu pelajaran dan latihan mengemukakan masalah serta pemecahannya sesuai dengan bidang studi yang diteliti atas dasar kemampuan yang dimiliki.

2. Petani kakao

(13)

Sebagai acuan petani kakao dalam meningkatkan dan mengembangkan produksi kakao, guna meningkatkan pendapatan dan taraf kesejahteraan petani kedepannya.

3. Pemerintah

Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang menyangkut berbagai aspek, seperti bantuan modal dalam produksi kegiatan usahatani.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup sumber pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pangsan Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Sumber pendapatan rumah tangga petani kakao pada tahun 2016, meliputi pendapatan usahatani kakao, pendapatan usahatani lainnya meliputi usahatani pisang dan kelapa, sedangkan pendapatan non usahatani terdiri dari pedagang, buruh bangunan dan PNS. Sumber pendapatan rumah tangga petani kakao dianalisis secara kuantitatif.

Rata-rata umur tanaman kakao yang dianalisis pada penelitian ini berumur 15 tahun.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar kontribusi usahatani kakao terhadap pendapatan rumah tangga petani kakao.

Analisis secara deskriptif kualitatif juga dilakukan dalam penelitian ini dengan melakukan survey usahatani untuk melihat, menyesuaikan, dan mendeskripsikan praktek manajemen fisik usahatani dan penanganan pasca panen

(14)

kakao yang diterapkan oleh petani kakao di Desa Pangsan. Peneliti menggunakan GAP (Good Agriculture Practice) kakao sebagai pedoman apakah praktek yang diterapkan petani kakao dalam manajemen fisik usahatani kakao dan GHP (Good Handling Practice) pada penanganan pascapanen kakao sudah sesuai dengan pedoman tersebut guna menghasilkan produksi yang memiliki kualitas yang baik.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang telah dilakukan olen penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa adanya pelatihan memiliki peran penting terhadap kinerja karyawan dalam meningkatkan

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat kepada Bappeda Sulut untuk dapat melakukan kegiatan monitoring sumber daya menggunakan program aplikasi, dimana dengan menggunakan

pelajaran Instalasi Listrik Komersial yang tidak sesuai dengan tuntutan dunia kerja, dihapus dari GBPP Kurikulum 1984 SMKTA. Sejalan dengaxi uraian pada sub bab

Kebijakan hukum pidana terhadap perlindungan anak korban dari tindak pidana kekerasan fisik dalam rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 76c, bahwa pelaku

[r]

Dengan adanya kesadaran merek terhadap M yang tinggi dari konsumen, asosiasi merek yang kuat dari konsumen terhadap Minute Maid Pulpy, serta adanya pemberian

Variables determined for forage production were plant height, number of shoots and bundles respectively for the legumes and the Panicum grass, dry weight of

Dari ke tiga tahap perancangan, penulis merekomendasikan rancangan tahap tiga sebagai alternatif, dengan pertimbangan pada perancangan tahap tiga diameter lengan renograf