Abstrak : Pekerjaan perencanaan site layout merupakan hal penting dalam perencanaan lapangan pada suatu proyek konstruksi. Perencanaan site layout yang baik akan berdampak pada durasi serta produktfitas proyek.
Pada penelitian dilakukan optimasi site layout proyek The Samator Surabaya menggunkan metode Multi Objectives Function dengan meminimumkan nilai Traveling Distance (TD) dan nilai Safety Index (SI). Proses optimasi dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase pekerjaan basement dan fase pekerjaaan tower gedung.
Terdapat 29 alternatif simulasi pada fase pekerjaan basement dan 56 alternatif simulasi pada fase pekerjaan tower. Hasil penelitian menunjukkan pada fase pekerjaan basement alternatif simulasi 15 dan 21 merupakan alternatif optimum dengan nilai SI dan TD masing-masing adalah 1581,54 dan 30955 meter ; 1678,32 dan 27684 meter. Pada fase pekerjaan tower alternatif simulasi 54 diambil sebagai bentuk site layout yang optimum dengan nilai TD 54533,6 meter dan SI 4158,14.
Kata Kunci : Equal site layout, Optimasi, Safety Index,
Traveling Distance
I. PENDAHULUAN
alam sebuah pekerjaan konstruksi aspek teknologi berperan penting. Umumnya, aplikasi teknologi banyak diterapkan pada metode – metode pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, cepat, praktis dan aman, sangat membantu dalam menyelesaikan pekerjaan pada suatu proyek konstruksi, sehingga target waktu, mutu dan biaya dapat tercapai. Dalam menunjang metode pelaksanaan kontruksi, pekerjaan pertama yang harus dilaksanakan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan merupakan tahap pekerjaan yang harus direncanakan sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu proyek konstruksi. Bahkan pekerjaan ini harus telah dipersiapkan pada saat tender proyek dan dijadikan bagian dari penawaran tender proyek yang bersangkutan. Setelah menerima paket penawaran tender, diadakan pengkajian dan pendalaman terhadap pekerjaan persiapan yang hendak dilaksanakan, seperti :
1. Menganalisa kondisi lokasi
2. Mengumpulkan informasi harga dan ketersediaan material maupun peralatan
3. Mengumpulkan informasi sumber tenaga kerja dan tingkat upah
4. Mengusahakan jaminan lelang
Dalam merencanakan pekerjaan persiapan harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut. Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, antara lain:
1. Perencanaan Site Layout (Site Installation) 2. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya 3. Pembuatan Shop Drawing
4. Pengadaan Material untuk Pekerjaan Persiapan 5. Pelaksanaan di Lapangan
Site layout merupakan hal penting dalam perencanaan lapangan pada suatu proyek konstruksi. Perencanaan lapangan memiliki peranan untuk menentukan dan menempatkan fasilitas-fasilitas penunjang pelaksanaan proyek seperti direksi kit, gudang, barak pekerja dan sebagainya pada lokasi yang tepat. Tata letak fasilitas sementara tersebut memiliki dampak yang penting bagi waktu pekerjaan proyek dan biaya proyek terutama pada proyek-proyek besar seperti pembangunan infrastruktur negara. Setiap proyek tentunya memiliki luas lahan yang berbeda-beda serta memerlukan fasilitas yang berbeda pula dalam pelaksanaan proyek[1].
Besar kecilnya jarak antar fasilitas yang digunakan, maka perjalanan antar fasilitas juga akan semakin banyak memakan waktu. Untuk itu diperlukan pengaturan site facilities dalam penentuan site layout yang optimal. Pengaturan site layout sendiri terdapat dua kondisi penempatan di lapangan yaitu equal site layout dan unequal site layout. Equal site layout digunakan jika jumlah fasilitas sama dengan jumlah tempat yang tersedia dalam proyek. Sedangkan unequal site layout digunakan jika jumlah fasilitas labih sedikit dari jumlah tempat yang tersedia dalam proyek. Dalam penelitian ini akan digunakan Equal site layout dalam pemodelannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan site layout proyek adalah jarak total perjalanan pekerja pada proyek dalam satu harinya. Semakin besar jarak total perjalanan pekerja maka produktifitas proyek kecil. Demikian sebaliknya jika jarak total perjalanan pekerja kecil maka produktifitas proyek besar. Selain itu perlu diperhatikan juga adalah faktor keamanan dan keselamatan dalam melakukan aktifitas antar fasilitas di proyek. Proses penempata site facilities bukan merupakan pekerjaan yang mudah karena masing-masing fasilitas dapat ditempatkan di lokasi yang berbeda-beda, serta memiliki beberapa alternatif dalam penentuan lokasi fasilitas proyek. Banyak alternatif yang dilakukan untuk mendapatkan penataan dan penempatan site
Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan
Multi Objectives Function Pada Proyek The
Samator Surabaya
Akhmad Alkhabib,
Trijoko Wahyu Adi, dan Yusroniya Eka Putri
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: [email protected]
LATAR BELAKANG Studi Literatur Survey Pendahuluan
Pengumpulan Data 1. Data Umum Proyek 2. Jarak Antar Fasilitas
3. Frekuensi PerjalananPekerja Identifikasi Safety Index Optimasi Site Layout Meminimumkan
Traveling Distance dan Safety Index
Mendapatkan Site Layout Optimum KESIMPULAN
yang optimal sehingga jarak tempuh antar fasilitas dapat diminimalkan serta tingkat bahaya yang dimiliki juga rendah.
Pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa metode yang digunakan untuk optimasi site layout. Pada tahun 2000, H Li dan P.E.D Love melakukan optimasi site layout menggunakan metode genetic algorithm[2]. Said M. Easa dan K. M. A. Hossain tahun 2000 melakukan optimasi site layout menggunakan metode New Mathematical Optimization[3]. Selain itu pada tahun 1995 I Cheng Yeh juga melakukan optimasi site layout menggunakan metode Annealed Neural Network[1]. Akan tetapi, pengoptimalan tersebut yang menjadi pertimbangan dalam menentukan site layout yang optimum hanya mempertimbangkan Traveling Distance. Oleh karena itu pada penelitian ini akan digunakan metode Multi Objectived Function, yaitu mempertimbangkan segi Traveling Distance dan safety Index, untuk pengoptimalan site layout di suatu proyek.
II. METODOLOGI A. Konsep Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk site layout yang optimum dengan melakukan pengukuran jarak antar fasilitas, frekuensi perjalanan pekerja serta safety index. Data-data tersebut akan dilakukan optimasi dengan metode multi objectives function untuk m endapatkan bentuk site layout yang optimum. Bentuk site layout optimum adalah site layout yang memiliki nilai traveling distance dan safety index kecil.
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
Penjelasan dari diagram alir serta metodologi secara rinci terkait penelitian dapat dilihat di Alkhabib, Akhmad (2014) [4].
III. HASIL DAN DISKUSI
A. Survey dan Pengumpulan Data
Survey lokasi dilakukan di proyek pembangunan The Samator di wilayah Surabaya timur. Proyek The Samator ini merupakan bangunan yang terdiri dari 1 t ower untuk perkantoran yang terdiri dari 21 lantai, tower untuk hotel terdiri dari 25 lantai dan 1 tower untuk soho dengan jumlah lantai sebanyak 25 lantai. Survey dilakukan untuk memperoleh data tata letak fasilitas dan ukuran tiap-tiap fasilitas, jarak antar fasilitas, frekuensi perpindahan antar fasilitas, serta identifikasi safety index. Dari hasil survey yang dilakukan memlalui proses pengamatan di lapangan dan wawancara pada kontraktor pelaksana pada proyek tersebut. Jumlah fasilitas yang tersedia selama proses pengerjaan basement berjumlah 8 fasilitas yaitu direksi kit, parkir, gudang logistik, bengkel fabrikasi, fabrikasi besi, stok besi, gudang peralatan, dan genset. Jumlah fasilitas akan bertambah ketika masuk pada pekerjaan t ower gedung, fasilitas tambahan tersebut adalah fabrikasi besi, bengkel fabrikasi dan stok besi. Berikut merupakan gambar site layout eksisting fase pekerjaan basement dan fase pekerjaan tower gedung.
(a)
(b)
Gambar 2 (a) Site layout Eksisting Fase Basement, (b) Site Layout Eksisting Fase Tower
FREKUENSI
(dalam 1 hari) Direksi Kit Parkir LogistikGudang Fabrikasi 1Bengkel Fabrikasi Besi 1 Besi 1Stok Peralatan GensetGudang
Direksi Kit 0 116 3 5 2 2 3 1 Parkir 116 0 3 25 4 7 5 2 Gudang Logistik 3 3 0 7 0 6 2 1 Bengkel Fabrikasi 1 5 25 7 0 74 96 37 5 Fabrikasi Besi 1 2 4 0 74 0 8 3 2 Stok Besi 1 2 7 6 96 8 0 22 1 Gudang Peralatan 3 5 2 37 3 22 0 2 Genset 1 2 1 5 2 1 2 0 FREKUENSI
(dalam 1 hari) Direksi Kit Parkir Gudang Logistik Fabrikasi 1Bengkel Fabrikasi Besi 1 Besi 1Stok PeralatanGudang Genset Fabrikasi Besi 2 Fabrikasi 2Bengkel Besi 2Stok Direksi Kit 0 116 3 5 2 2 3 1 2 4 3 Parkir 116 0 3 15 4 7 5 2 2 10 3 Gudang Logistik 3 3 0 7 0 6 2 1 0 5 4 Bengkel Fabrikasi 1 5 15 7 0 74 96 37 5 2 1 0 Fabrikasi Besi 1 2 4 0 74 0 8 3 2 0 2 0 Stok Besi 1 2 7 6 96 8 0 22 1 0 2 4 Gudang Peralatan 3 5 2 37 3 22 0 2 2 21 8 Genset 1 2 1 5 2 1 2 0 0 2 0 Fabrikasi Besi 2 2 2 0 2 0 0 2 0 0 42 6 Bengkel Fabrikasi 2 4 10 5 1 2 2 21 2 42 0 54 Stok Besi 2 3 3 4 0 0 4 8 0 6 54 0 Hasil pengukuran dilapangan dan gambar site layout proyek, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 1. Jarak Antar Fasilitas Fase Basement
Tabel 2. Jarak Antar Fasilitas Fase Tower Gedung
Dari proses pengamatan dilapangan dan wawancara dengan kontraktor pelaksana proyek, didapatkan data frekuensi perpindahan pekerja antar fasilitas sebagai berikut:
Tabel 3. Frekuensi Perpindahan Pekerja Antar Fasilitas Fase Basement
Tabel 4. Frekuensi Perpindahan Pekerja Antar Fasilitas Fase Tower
Hasil wawancara dengan K3 officer dan project manager di lapangan mengenai tingkat bahaya kecelakaan kerja pada seluruh zona proyek. Maka didapat 3 zona kecelakaan yang memungkinkan terjadi. Zona pertama adalah zona kejatuhan tower crane dengan radius 100 meter (sesuai dengan tinggi tower crane), zona kedua yakni perputaran lengan tower crane dengan radius 65 meter (sesuai dengan panjang lengan tower crane), zona ketiga yakni zona tersengat tegangan listrik genset atau ledakan genset dengan radius 25 m eter. Dari 3 zona tersebut ditentukan 6 kriteria nilai safety seperti pada
tabel 4.6. Kriteria tersebut digunakan untuk menghitung nilai safety dengan menggunakan proporsi jarak. Hasil perhitungan nilai safety seperti berikut ini:
Tabel 5. Nilai Safety Fase Basement
Tabel 6. Nilai Safety Fase Tower
B. Perhitungan Optimasi
Setelah didapat data hasil survey, maka dapat dilakukan perhitungan traveling distance dan safety index. Proses optimasi dilakukan menggunkan 6 alternatif perhitungan pada fase pekerjaan basement dan 12 alternatif perhitunga pada fase pekerjaan tower. Berikut merupakan alternatif-alternatif perhitungan masing-masing fase pekerjaan:
Tabel 7 Alternatif Perhitungan pada Fase Basement
Untuk perhitungan traveling distance menggunakan rumus: 𝑇𝑟𝑎𝑣𝑒𝑙𝑖𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑐𝑒 (𝑇𝐷) = � 𝑑𝑚𝑖∗ 𝑓𝑚𝑖 (2.1)
𝑛 𝑚,𝑖=1
Perhitungan Safety Index menggunakan rumus: 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥 (𝑆𝐼) = � 𝑆𝑚𝑖∗ 𝑓𝑚𝑖 (2.2)
𝑛 𝑚,𝑖=1
Dimana
n = Jumlah fasilitas total pada proyek
Smi = Tingkat keamanan dan keselamatan antar fasilitas m dan i
dmi = jarak dari fasilitas m menuju i
Fmi = Frekuensi perjalanan antar fasilitas m dan i
Berikut merupakan hasil perhitungan traveling distance dan safety index masing-masing fase.
1. Fase Pekerjaan Basement Alternatif 1 (kondisi asli)
Alternatif 1 merupakan kondisi asli dilapangan dimana pada alternatif ini belum ada fasilitas yang lokasinya ditukar. Hasil perhitungan didapatkan nilai TD = 27199 meter dan nilai SI = 1439,35.
Alternatif 15
Pada alternatif 15, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu gudang logistik dan bengkel fabrikasi. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 26495 meter, dan mengalami penurunan sebesar 2,6% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 1381,54. Nilai SI mengalami penurunan sebesar 4,02% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 20
Pada alternatif 20, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu fabrikasi besi dan bengkel fabrikasi. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 24587,4 meter, dan mengalami penurunan sebesar 9,6% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 1445,4. Nilai SI mengalami peningkatan sebesar 0,42% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 21
Pada alternatif 21, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi dan bengkel fabrikasi. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 23484 meter, dan mengalami penurunan sebesar 13,7% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 1478,32. Nilai SI mengalami peningkatan sebesar 2,71% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 22
Pada alternatif 22, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu gudang peralatan dan bengkel fabrikasi. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 28002,4 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 3% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI
= 1494,08. Nilai SI mengalami peningkatan sebesar 3,8% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 24
Pada alternatif 24, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi dan fabrikasi besi. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 30407,6 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 11,8% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 1484,72. Nilai SI mengalami peningkatan sebesar 3,15% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Dari perhitungan 6 alternatif traveling distance dan safety index, maka selanjutnya hasil perhitungan tersebut di plot ke dalam sebuah diagram pareto optima. Untuk penjelasan mengenai diagram pareto optima dapat dilihat pada bab sebelumnya. Berikut merupakan ringkasan hasil perhitungan TD dan SI serta ploting diagram pareto optima:
Tabel 9 Hasil Perhitungan TD dan SI Fase Basement
Gambar 3. Diagram Pareto Optima Fase Basement Dari gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 titik alternatif yang masuk dalam garis pareto optima yaitu alternatif 15, 20 dan 21. Untuk menentukan alternatif yang paling optimum yaitu dengan melihat selisih nilai TD (∆TD) dan selisih nilai SI (∆SI). Perhitungan nilai ∆TD dan nilai ∆SI adalah sebagai berikut:
∆SI1 = nilai SI alternatif 21 – nilai SI alternatif 20 = 1478,32 – 1445,4
= 32,92
∆SI2 = nilai SI alternatif 20 – nilai SI alternatif 15 = 1445,40 – 1381,54
= 63,86
∆TD1 = nilai TD alternatif 20 – nilai TD alternatif 21 = 24587,4 – 23484
= 1103.4 meter
∆TD2 = nilai TD alternatif 15 – nilai TD alternatif 20 = 26495 – 24587,4
Dari perhitungan nilai (∆TD) dan (∆SI) di atas, dapat dilihat bahwa nilai ∆SI antar alternatif sangat kecil. Sehingga, pada fase pekerjaan basement alternatif 15 dan 21 merupakan perhitungan yang optimum, karena memiliki nilai TD dan SI yang minimum. Akan tetapi, k edua alternatif tersebut tidak dapat dibandingkan satu sama lain, karena masing-masing alternatif tersebut memiliki keunggulan nilai TD dan SI. Alternatif 15 memiliki keunggulan nilai SI yang lebih kecil bila dibandingkan dengan alternatif 21. Akan tetapi, alternatif 21 memiliki keunggulan nilai TD yang lebih kecil dari alternatif 15. Sehingga, untuk menentukan site layout yang paling optimum tergantung pada prioritas pemilihan. Apabila lebih mementingkan jarak tempuh, maka site layout yang optimum adalah 21. Sedangkan, jika mementingkan safety index maka site layout yang paling optimum adalah 15.
2. Fase Pekerjaan Tower Alternatif 1 (kondisi asli)
Alternatif 1 merupakan kondisi asli dilapangan dimana pada alternatif ini belum ada fasilitas yang lokasinya ditukar. Hasil perhitungan didapatkan nilai TD = 49580 meter dan nilai SI = 4223,17.
Alternatif 33
Pada alternatif 33, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu bengkel fabrikasi 1 dan fabrikasi besi 2. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 107205,5 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 116% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 4673,8 dan mengalami peningkatan sebesar 10,7% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 35
Pada alternatif 35, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 2 dan bengkel fabrikasi 1. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 110379,2 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 123% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 4227,1 dan mengalami peningkatan sebesar 0,1% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 40
Pada alternatif 40, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu bengkel fabrikasi 2 dan fabrikasi besi 1. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 83696,8 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 69% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 3710,87 dan mengalami penurunan sebesar 12,1% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 41
Pada alternatif 41, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 2 dan fabrikasi besi 1. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 81644,8 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 65% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI
= 4824,52 dan mengalami peningkatan sebesar 14,2% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 44
Pada alternatif 44, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 1 dan fabrikasi besi 2. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 86985,8 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 75% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 4061,33 dan mengalami penurunan sebesar 3,8% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 45
Pada alternatif 45, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 1 dan bengkel fabrikasi 2. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 91322,8 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 84% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 4122,05 dan mengalami penurunan sebesar 2,4% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 49
Pada alternatif 49, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu bengkel fabrikasi 2 dan gudang peralatan. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 84089,4 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 70% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 3545,59 dan mengalami penurunan sebesar 15% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 50
Pada alternatif 50, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 2 dan gudang peralatan . Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 71301,3 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 44% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 4245,08 dan mengalami peningkatan sebesar 0,5% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 54
Pada alternatif 54, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu bengkel fabrikasi 2 dan fabrikasi besi 2. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 50073,6 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 1% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 3850,5 dan mengalami penurunan sebesar 8,8% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 55
Pada alternatif 55, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 2 dan fabrikasi besi 2. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 48865,2 meter, dan mengalami penurunan sebesar 1% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 4211,86 dan mengalami peningkatan sebesar 0,3% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Alternatif 56
Pada alternatif 56, terdapat 2 fasilitas yang ditukar lokasinya yaitu stok besi 2 dan bengkel fabrikasi. Dari perhitungan didapatkan nilai TD = 51140 meter, dan mengalami peningkatan sebesar 3% jika dibandingkan dengan alternatif 1. Sedangkan untuk perhitungan nilai SI = 3945,26 dan mengalami peningkatan sebesar 6,6% jika dibandingkan dengan alternatif 1.
Dari perhitungan 12 alternatif traveling distance dan safety index, maka selanjutnya hasil perhitungan tersebut di plot ke dalam sebuah diagram pareto optima. Untuk penjelasan mengenai diagram pareto optima dapat dilihat pada bab sebelumnya. Berikut merupakan ringkasan hasil perhitungan TD dan SI serta ploting diagram pareto optima:
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan TD dan SI
Gambar 4 Diagram Pareto OptimaTower Gedung Dari gambar 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 titik alternatif yang masuk dalam garis pareto optima. Pada garis pareto optima tersebut menunjukkan bahwa alternatif 49,54, dan 55 merupakan perhitungan yang optimum, karena memiliki nilai TD dan SI yang minimum. Namun, pada ketiga alternatif tersebut tidak dapat dibandingkan satu sama lain, karena masing-masing alternatif tersebut memiliki keunggulan nilai TD dan SI. Seperti alternatif 49 memiliki keunggulan nilai SI yang lebih kecil dari alternatif 54 dan 55. Akan tetapi nilai TD pada alternatif 49 lebih besar jika dibandingkan dengan alternalitf 54 dan 55. Sehingga untuk menentuka site layout yang paling optimum yaitu dengan cara melihat selisih nilai SI (∆SI) dan selisih nilai TD (∆TD) dari ketiga alternatif tersebut. untuk perhitungan nilai (∆SI) dan nilai (∆TD) adalah sebagai berikut:
∆SI1 = nilai SI alternatif 55 – nilai SI alternatif 54 = 4211,9 – 3850,5
= 361,34
∆SI2 = nilai SI alternatif 54 – nilai SI alternatif 49 = 3850,5 – 3545,6
= 304,93
∆TD1 = nilai TD alternatif 54 – nilai TD alternatif 55 = 50073,6 – 48865,2
= 1208,4 meter
∆TD2 = nilai TD alternatif 49 – nilai TD alternatif 54 = 84089,4 – 50073,6
= 34015,8 meter
Dari perhitungan nilai (∆SI) dan (∆TD) di atas, dapat dilihat bahwa penurunan atau kenaikan nilai SI dari ketiga alternatif tersebut tidak terlalu jauh. Sedangkan perbedaan nilai TD dari ketiga alternatif tersebut sangat besar. Maka, alternatif 54 diambil sebagi bentuk site layout yang paling optimum dari ketiga alternatif tersebut.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan traveling distance dan safety index terhadap fase pekerjaan basement dan tiga tower gedung pada proyek the samator surabaya, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada fase pekerjaan basement: Hasil perhitungan traveling distance (TD) dan safety index (SI) dengan 6 alternatif perpindahan fasilitas bentuk site layout yang optimum berdasarkan nilai safety index sebagai faktor terpenting adalah alternatif 15 dengan niali SI sebesar 1381,54. Sedangkan bentuk site layout yang optimum berdasarkan nilai traveling distance sebagai faktor terpenting adalah alternatif 21 dengan nilai TD sebesar 23484 meter.
2. Pada fase pekerjaan tiga tower gedung: Hasil perhitungan traveling distance (TD) dan safety index (SI) dengan 12 alternatif perpindahan fasilitas didapatkan bahwa alternatif 54 m erupakan bentuk site layout yang optimum dengan nilai TD sebesar 50073,6 meter dan nilai SI sebesar 3850,5.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Yeh, I-C. 1995. “Construction-site layout using annealed neural network”. Journal of Computing in Civil Engineering, 9(3) 201-208.
[2] Li, H & Love, P. 2000. Genetic Search for Solving Construction Site-lavel Unequal Area Facility Layout Problem, Elsevier Science, 217-226
[3] Easa, M. Said., Hossain, K. M. AA. 2008. “New Mathematical Optimization Model for Construction Site Layout”. ASCE Journal of Construction Engineering and Management, 134, 653-662
[4] Alkhabib, Akhmad. 2014. Tugas Akhir: Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya.