• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH – IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

(2)

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH – IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

Finda Fatmawati

Hepi Wahyuningsih, S.Psi.,M.Si

INTISARI

Penelitian ini mempunyai tujuan yang pertama ialah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi pada remaja. Kedua ialah untuk mengetahui hubungan antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi pada remaja. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik Orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi pada remaja. Semakin tinggi konflik Orangtua (Ayah) - Anak maka semakin tinggi depresi pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah konflik Orangtua (Ayah) - Anak maka semakin rendah depresi pada remaja. Hipotesis yang kedua ialah ada hubungan yang positif antara konflik Orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi pada remaja. Semakin tinggi konflik Orangtua (Ibu) - Anak maka semakin tinggi depresi pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah konflik Orangtua (Ibu) - Anak maka semakin rendah depresi pada remaja.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi di SMU Muhammadiyah 2 Yogyakarta Tahun ajaran 2007/2008. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah purposive sampling.

Adapun skala yang digunakan yang pertama adalah skala Konflik Orangtua (Ayah) – Anak, dan yang kedua ialah Skala Konflik Orangtua (Ibu) – Anak. Sedangkan untuk mengukur tingkat depresi menggunakan skala depresi dari The Beck Deppression Inventory (BDI). Skala Konflik Orangtua (Ayah) – Anak, dan skala Konflik Orangtua (Ibu) – Anak disusun berdasarkan fokus area konflik dari Hall (Rice, 2001)yang berjumlah 23 aitem dan skala depresi disusun berdasarkan simtom-simtom depresi dari Beck (1985)yang berjumlah 20 aitem.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 11.5 for Windows, yang pertama untuk menguji apakah terdapat hubungan antara konflik orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi pada remaja. Kedua ialah untuk mengetahui hubungan antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi pada remaja. Korelasi product moment Pearson menunjukkan korelasi antara konflik orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi sebesar r = 0,193 dengan p = 0,013 (p<0,05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konflik orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi pada remaja. Jadi hipotesis pertama penelitian ini diterima.

Korelasi product moment Pearson untuk hipotesis yang kedua menunjukkan korelasi antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi sebesar r = 0,195 dengan p = 0,012 (p<0,05) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi pada remaja. Jadi hipotesis kedua penelitian ini diterima.

Kata Kunci : Konflik orangtua (Ayah-Ibu) - Anak, Depresi

(3)

PENGANTAR

Masa remaja merupakan tahapan yang paling penting dalam rentang kehidupan manusia, karena jika seseorang telah melewati tahapan ini dengan baik dan tumbuh menjadi dewasa yang matang dan tangguh maka akan dapat melaksanakan tugas untuk meneruskan cita-cita bangsa. Remaja yang tengah dalam masa transisi seharusnya didukung oleh lingkungan sekitarnya agar dapat melewati tahapan ini dengan maksimal sehingga dapat terwujud menjadi dewasa yang mempunyai kepribadian ideal dan dapat melaksanakan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa.

Remaja yang dapat melalui tahapannya dengan baik dan hidup dengan jiwa yang sehat di tengah masyarakat akan menjadi tumpuan harapan di masa yang akan datang, karena sebagai generasi muda remajalah yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa. Tapi pada kenyataannya akhir-akhir ini fenomena yang sering terjadi di lingkungan remaja adalah banyaknya keputusasaan karena ketidakmampuan melalui hambatan dalam tahapan perkembangannya. Keputusasaan yang berlarut-larut hingga menimbulkan stres dapat berujung pada depresi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ayub di delapan SMU di Jakarta (Hadi,

2004) membuktikan bahwa angka depresi untuk usia 15-17 tahun pada murid

wanita adalah 10,71% dan pada murid pria 8.33%. Sedangkan untuk usia di atas

17 tahun sampai 20 tahun, angka depresi pada murid pria 6.25% dan murid wanita

4.54%. Secara keseluruhan, dalam kelompok umur antara 15-20 tahun, angka

depresi lebih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata umum.

(4)

Sedangkan penelitian di Yogyakarta yang dilakukan oleh Retnowati (suaramerdeka.com, 2005) membuktikan bahwa 3.183 remaja yang diteliti, 2.586 remaja di antaranya atau kurang lebih 81% mengalami gejala depresi pada kategori sedang sampai tinggi. Sementara remaja perempuan lebih rentan terhadap depresi. Hal tersebut dikarenakan remaja perempuan menghadapi resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi dibandingkan laki-laki, karena umumnya mereka menghadapi lebih banyak tantangan sosial dibandingkan remaja laki-laki seperti tekanan untuk membatasi keinginan-keinginan mereka dan melakukan kegiatan-kegiatan yang dianggap sesuai dengan karakter mereka sebagai perempuan (Nolen-Hoeksema dkk dalam Nevid dkk., 2003).

Depresi yang berkepanjangan dapat menimbulkan perasaan putus asa dan berujung pada ide bunuh diri. Angka bunuh diri yang tinggi terdapat di kawasan Gunung Kidul, Yogyakarta, yaitu berkisar lima sampai enam kasus pertahun.

Kasus bunuh diri yang terjadi di wilayah Gunung Kidul Yogyakarta mencapai 95% dengan cara gantung diri (Tempo Interaktif dalam Shary, 2006).

Kasus-kasus di atas mengindikasikan bahwa kehidupan remaja terdapat berbagai macam persoalan yang dapat memicu depresi. Persoalan yang terjadi pada remaja berasal dari berbagai sumber, salah satunya ialah dari keluarga.

Seperti yang diungkapkan oleh Musbikin (2005) bahwa persoalan dalam keluarga

dapat memicu ketegangan. Ketegangan yang terjadi antara orangtua dan anak,

karena kebutuhan anak dan orangtua seringkali berselisih jalan. Perselisihan

antara orangtua dan anak inilah akhirnya menimbulkan konflik. Konflik yang

berkepanjangan akan menimbulkan stres. Stres merupakan suatu reaksi fisik dan

(5)

emosional terhadap suatu keadaan yang menekan, menuntut atau membebani.

Ketidakmampuan remaja dalam mengatasi stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi timbulnya depresi, stres dalam hidup dapat menyumbangkan depresi sebesar 85%.

Konflik dengan orangtua seringkali meningkat selama masa awal remaja,

mulai stabil selama usia 16–18 tahun, dan kemudian berkurang ketika remaja

mencapai usia 19-20 tahun. Pada masa awal remaja, orangtua berperan aktif

mendampingi remaja. Orangtua memberikan penekanan dengan aturan-aturan

yang diberikan pada anak dengan tujuan sebagai pegangan dalam menghadapi

masa transisi yaitu masa remaja. Akibatnya remaja merasa dibebani oleh aturan-

aturan yang diberikan orangtua, sehingga remaja menjadi cepat marah dan

tersinggung. Karena pada masa awal remaja sikap memberontak dan perasaan

cepat marah ialah perasaan yang seringkali dijumpai pada masa ini. Namun

setelah masuk usia 16-18 tahun atau masa pertengahan remaja, perasaan emosi

dalam diri remaja akan dapat lebih dikontrol, maka dari itu pula ketegangan antara

orangtua dan remaja pun mulai stabil. Konflik dengan orangtua mulai berkurang

ketika remaja berusia 19-20 tahun atau masa akhir remaja, karena remaja tinggal

jauh dari orangtua. Hubungan antara orangtua-remaja semakin baik bila remaja

jauh dari rumah karena kuliah, dibandingkan mereka yang kuliah namun tinggal

di rumah (Sullivan & Sullivan, 1980). Remaja yang kuliah dan tetap tinggal di

rumah dengan orangtua akan menghadapi kejadian-kejadian yang sama dimana

kejadian tersebut dapat memicu konflik dengan orangtua ketika pada masa awal

remaja dulu.

(6)

Konflik bisa diukur berdasarkan frekuensi terjadinya konflik yang dialami satu minggu terakhir seperti yang terdapat pada alat ukur the Conflict Behavior Questionnaire (Prinz dalam Loukas & Roalson (2006).

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa saat yang paling penuh tekanan selama puncak pertumbuhan pubertas adalah saat konflik antara orangtua (ayah-ibu) - remaja (Hill, dalam Santrock 2002). Konflik dengan orangtua menjadi saat yang paling penuh tekanan bagi remaja inilah yang dapat menjadi persoalan khusus. Remaja yang mengalami tekanan atau stress yang berkelanjutan akan menimbulkan depresi.

Berdasarkan kasus-kasus di atas dapat terlihat bahwa pemicu depresi pada remaja salah satunya ialah adanya konflik dengan orangtua seperti yang disampaikan Stice (Nevid, 2003). Hubungan yang kurang baik antara orangtua dan anak yang berlarut-larut dapat memicu depresi pada anak.

Dari beberapa ulasan di atas lalu timbul permasalahan yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara konflik orangtua (ayah) - anak dengan depresi pada remaja, dan apakah ada hubungan antara konflik orangtua (ibu) - anak dengan depresi pada remaja. Menghasilkan hubungan positif, yaitu semakin tinggi konflik orangtua (ayah) - anak maka depresi juga semakin tinggi. Semakin tinggi konflik orangtua (ibu) - anak maka depresi juga semakin tinggi.

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMU Muhammadiyah 2

Yogyakarta. Dalam mencari subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik

(7)

purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala dalam penelitian ini menggunakan tiga skala. Pertama, skala konflik orangtua (Ayah) – Anak. Kedua, skala konflik orangtua (Ibu) – Anak yang disusun oleh peneliti berdasarkan lima area konflik hubungan Orangtua (Ayah – Ibu) – Anak dari Hall (Rice, 2001) yang berjumlah 23 aitem. Ketiga, Skala depresi berdasarkan The Beck Deppression Inventory (BDI) yang disusun oleh Beck (1985) yang berjumlah 20 aitem. Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik, untuk mengetahui hubungan antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi pada remaja dan untuk mengetahui hubungan antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi pada remaja yaitu dengan menggunakan korelasi product momet Pearson.

HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan analisis korelasi product moment Pearson untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji linieritas.

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 11,5 for Windows dengan teknik one sample Kolmogorof Smirnov menunjukkan nilai K-S-Z sebesar 1,028 dengan p = 0,241 (p

> 0,05) untuk skala konflik orangtua (Ayah) – Anak, nilai K-S-Z sebesar 1,033

dengan p = 0,236 atau (p > 0,05) untuk skala konflik orangtua (Ibu) – Anak, dan

(8)

nilai K-S-Z sebesar 0,945 dengan p = 0,333 atau (p > 0,05) untuk skala depresi.

Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa skala konflik orangtua (Ayah) – Anak, skala konflik orangtua (Ibu) – Anak, dan skala depresi memiliki sebaran normal.

b. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) versi 11.5 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 4,937 ; p = 0,030 untuk hubungan antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi. Sedangkan untuk hubungan antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi menunjukkan F = 5,458 ; p = 0,023.

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi adalah linier karena p<0,05. Begitu juga dengan hubungan antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi adalah linier karena p<0,05.

c. Uji Hipotesis

Hasil analisis data yang pertama menunjukkan korelasi antara variabel konflik

orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi nilai r = 0,193 dengan p = 0,013

(p<0,05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang

signifikan antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi pada remaja,

sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hasil analisis data yang kedua

menunjukkan korelasi antara variabel konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan

depresi nilai r = 0,195 dengan p = 0,012 (p<0,05). Hal ini berarti menunjukkan

(9)

bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi pada remaja, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.

Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi menunjukkan angka sebesar 0,037 yang berarti konflik orangtua (Ayah) – Anak memberikan sumbangan sebesar 3,7 % terhadap depresi.

Sedangkan Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi menunjukkan angka sebesar 0,038 yang berarti konflik orangtua (Ibu) – Anak memberikan sumbangan sebesar 3,8 % terhadap depresi

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka kedua hipotesis yang telah diajukan, yang pertama yaitu ada hubungan positif antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi pada remaja dapat diterima. Hipotesis yang kedua menunjukkan ada hubungan positif antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi pada remaja dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,193 dengan p = 0,013 (p<0,05), untuk hubungan antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi, dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konflik orangtua (Ayah) – Anak dengan depresi pada remaja. Sedangkan untuk hubungan antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,195 dengan p

= 0,012 (p<0,05) dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan

(10)

positif yang signifikan antara konflik orangtua (Ibu) – Anak dengan depresi pada remaja. Semakin tinggi konflik orangtua (Ayah) - Anak maka semakin tinggi pula depresi pada remaja. Semakin tinggi konflik orangtua (Ibu) - Anak maka semakin tinggi pula depresi pada remaja.

Diterimanya hipotesis penelitian menunjukkan bahwa konflik orangtua (Ayah) - Anak berhubungan dengan depresi pada remaja dimana konflik orangtua (Ayah) - Anak memberikan sumbangan sebesar 3,7 % terhadap depresi dan selebihnya sebesar 96,3 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar konflik orangtua (Ayah) - Anak. Hipotesis penelitian yang kedua menunjukkan bahwa konflik orangtua (Ibu) - Anak berhubungan dengan depresi pada remaja dimana konflik orangtua (Ibu) - Anak memberikan sumbangan sebesar 3,8 % terhadap depresi dan selebihnya sebesar 96,2 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar konflik orangtua (Ibu) - Anak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Stice (Nevid, 2003), faktor-faktor yang mempengaruhi depresi pada remaja tidak hanya konflik dengan orangtua melainkan juga faktor ketidakpuasan pada tubuh setelah masa pubertas.

Kejadian tersebut dapat mengembangkan depresi selama masa remaja. Sedangkan faktor-faktor lain selain konflik dengan Orangtua yang dapat mempengaruhi depresi menurut Hadi (2004) ialah karena kehilangan sesuatu yang sangat berarti, reaksi terhadap stress, terlalu lelah atau capek, gangguan yang tidak jelas asalnya, dan reaksi terhadap stress.

Hasil kategorisasi pada nilai masing-masing variabel menunjukkan bahwa

konflik orangtua (Ayah) - Anak berada dalam kategori sedang yaitu 38 subjek

atau 28,79 % dari jumlah 132 subjek penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa

(11)

tingkat konflik orangtua (Ayah) – Anak di area kehidupan sosial remaja, tanggungjawab remaja, lingkungan di sekolah, hubungan di dalam keluarga, nilai dan akhlak yang ditanamkan pada anak adalah sedang.

Kategorisasi konflik orangtua (Ibu) - Anak berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 33 orang atau 25 % dari jumlah 132 subjek penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat konflik orangtua (Ibu) – Anak di area kehidupan sosial remaja, tanggungjawab remaja, lingkungan di sekolah, hubungan di dalam keluarga, nilai dan akhlak yang ditanamkan pada anak adalah rendah.

Sedangkan kategorisasi depresi berada pada kategori normal yaitu sebanyak 52 orang atau 39,39% dari 132 subjek penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pesimisme, kesedihan, rasa gagal, perasaan bersalah, ketidakpuasan, perasaan tidak suka pada diri sendiri, menuduh diri sendiri, tingginya frekuensi menangis, kejengkelan, kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial, ketidakmampuan untuk mengambil keputusan, perubahan gambaran tubuh, kelambanan dalam bekerja, insomnia, perasaan mudah lelah, anorexia, penurunan berat badan, preokupasi somatis, hilangnya libido, pengharapan akan hukuman, dan pikiran-pikiran untuk bunuh diri termasuk normal.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan

antara konflik orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi pada remaja. dan ada

hubungan positif yang signifikan antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan

depresi pada remaja. Adanya hubungan antara konflik orangtua (Ayah) - Anak

(12)

dengan depresi ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,193 dengan p = 0,013 (p<0,05). Sedangkan untuk hubungan antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,195 dengan p = 0,012 (p<0,05). Hal ini berarti semakin tinggi konflik orangtua (Ayah) - Anak maka semakin tinggi tingkat depresi yang dimiliki oleh remaja. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tinggi konflik orangtua (Ayah) - Anak maka semakin rendah pula tingkat depresi yang dimiliki oleh remaja. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara konflik orangtua (Ayah) - Anak dengan depresi pada remaja dapat diterima. Dan semakin tinggi konflik orangtua (Ibu) - Anak maka semakin tinggi tingkat depresi yang dimiliki oleh remaja. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tinggi konflik orangtua (Ibu) - Anak maka semakin rendah pula tingkat depresi yang dimiliki oleh remaja. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara konflik orangtua (Ibu) - Anak dengan depresi pada remaja dapat diterima

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Orangtua (Ayah – Ibu)

Orangtua diharapkan lebih memperhatikan kehidupan sosial anak, karena konflik dalam kehidupan sosial anak ialah area yang paling berpotensi menimbulkan depresi.

(13)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan penelitian yang lebih memperhatikan subyek penelitian. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada subyek yang lebih rentan mengalami gangguan depresi, misalnya subyek yang sedang berada di tempat rehabilitasi.

b. Aitem-aitem pada penelitian ini perlu diperjelas lagi untuk peneliti

selanjutnya yang ingin meneliti lebih jauh berkaitan dengan penelitian ini

dikemudian hari. Variabel konflik yang hendak diukur juga perlu diperinci

lagi, misalnya akan meneliti konflik mengenai kehidupan sosial anak.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Beck, A.T. 1985. Depression: Causes and Treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania Press

Hadi, P, 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta : Tugu

Loukas, A. & Roalson, L. A. 2006. Family Environment, Effortful Control, and Adjustment Among European American and Latino Early

Adolescents. University of Texas at Austin : Sage Publication Nevid, J. S. 2003. Psikologi Abnormal. Penerjemah: Tim Fakultas Psikologi

Universitas Indonesia. Jakarta : Erlangga

Rice, P. & Dolgin, G. 2001. The Adolescent. USA

Santrock, J. W. 2003. Adolescence. Jakarta : Erlangga http://www.liputan6.com/buser/?id=120038

http://suaramerdeka.com/harian/0501/15/ked7.htm

(15)

IDENTITAS PENULIS

Nama : Finda Fatmawati

Alamat Rumah : Jln. Danau Tondano F5A No. 29A Sawojajar, Malang, Jawa Timur

Kos Putri Cahya Kumala

Jl. Kaliurang Km.7,3 Gg. Kenanga No.6b Babadan baru

Sleman, Yogyakarta

No. Telp/HP : 0341-710793/081328074773

Email : chibby_potato@yahoo.com

Referensi

Dokumen terkait

Efikasi diri berhubungan dengan tingkat keyakinan yang dimiliki oleh individu untuk dapat berwirausaha (Liñán, 2005). Keyakinan yang dimiliki oleh individu dianggap penting

Jubilee Enterprise, 2008, Latihan Membuat Company Profile Dengan Flash , Elexmedia

Evaluasi perawat terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya

Pada pekerjaan – pekerjaan non kritis akan dilakukan reverse late start , yaitu menyusun kegiatan sesuai dengan late start namun disusun dari waktu mulai paling akhir kegiatan

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berasal dari program studi Teknik Pengelasan adalah sebanyak 4 orang atau 13.3%, untuk responden yang berasal

Arus yang optimum berdasarkan data diatas terdapat pada arus 120 A, karena tidak terdapat cacat las pada benda kerja ke 1 dan ke 2, akan tetapi pada benda kerja ke

Selain itu juga analisis terhadaap data hasil tes akhir dilakukan untuk melihat kemampuan pemahaman konsep dari pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghitung

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan DaLrah Kabupaten/Kota, perlu