71 - Volume 3, No. 1, Februari 2015
PERDESAAN (PUAP) PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KOTA LHOKSEUMAWE
Andria Afrida
1, Said Muhammad
2, Sofyan Syahnur
31) Mahasiwa Magister Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstract: The study aims to analyze the effect of PUAP funds towards production and income of rice farmers and to analyze the efficiency of paddy rice farming in Lhokseumawe. This study uses primary data obtained through interviews with 89 farmers sampled in the study site. Data were tested and analyzed by using stochastic frontier production function. The result from this research indicates that PUAP funds significantly affect the rice production in Lhokseumawe. Based on the results of the t-test, rice production was significantly affected by the land, labor and fertilizer give positive effect with 95.99% of coefficient determination (R2). PUAP grant recipients for rice farmers in the study area has been technically efficient, but not efficient for allocative and economic efficiency. Technical efficiency of farmers in the research area is 0,799 above 0,7. It indicates that farmers are quite efficient technically. Allocative efficiency of farmers is 0,691 below 0,7 which indicates that the farmer has not been efficient, on the other hand the economical efficiency of farmers is 0,545 below 0,7 and indicates that farmers are not economically efficient. Excessive use of input causes low allocative efficiency as well as economic efficiency. Therefore we need intensive guidance and assistance by agricultural extension, so that farmers get the information of cultivation techniques, the using of optimal input, the provision of collective input and also marketing output.
Keywords: PUAP, Production, Stochastic Frontier, Efficiency
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian dana PUAP terhadap produksi dan pendapatan petani padi sawah dan menganalisis tingkat efisiensi usahatani padi sawah di Kota Lhokseumawe. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan 89 petani sampel di lokasi penelitian. Data diuji dan dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian dana PUAP berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Kota Lhokseumawe. Berdasarkan hasil uji t produksi padi sawah secara nyata dipengaruhi oleh luas lahan, tenaga kerja dan jumlah pupuk dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 95,99%. Petani padi sawah penerima dana PUAP di daerah penelitian telah efisien secara teknis, namun belum efisien secara alokatif dan ekonomis. Efisiensi teknis petani di daerah penelitian sebesar 0,799 di atas 0,7 mengindikasikan bahwa petani cukup efisien secara teknis. Efisiensi alokatif petani sebesar 0,691 di bawah 0,7 mengindikasikan bahwa petani belum efisien secara alokatif, sedangkan efisiensi ekonomis petani sebesar 0,545 di bawah 0,7 mengindikasikan bahwa petani belum efisien secara ekonomis. Penggunaan input yang berlebihan menyebabkan tingkat efisiensi alokatif dan ekonomis rendah.
Oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pendampingan secara intensif oleh penyuluh pertanian sehingga petani dapat memperoleh informasi mengenai teknis budidaya yang tepat, penggunaan input yang optimal, penyediaan input secara kolektif dan pemasaran hasil.
Kata Kunci: PUAP, Produksi, Stochastic Frontier, Efisiensi
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2014, penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Indonesia tercatat sebesar 28,28 juta jiwa (11,25 persen). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 8,34 persen, sedangkan penduduk miskin di daerah
perdesaan sebesar 14,17 persen. Penduduk di daerah perdesaan tersebut umumnya bermatapencaharian utama di sektor pertanian.
Kemiskinan di perdesaan akan terus menjadi
masalah pokok nasional yang
penanggulangannya tidak dapat ditunda dan
harus menjadi program prioritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 72 Oleh karena itu pembangunan ekonomi
nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan pengembangan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan.
Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar, teknologi dan organisasi tani yang masih lemah. Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di bawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM- Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat (Kementerian Pertanian, 2014).
Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki arti strategis dan mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian adalah tanaman padi sawah. Kota Lhokseumawe merupakan salah satu daerah pemekaran di Provinsi Aceh yang memiliki produktivitas padi sawah yang rendah dengan tingkat produktivitas rata-rata 5,17 ton per hektar.
Kota Lhokseumawe pertama kali mendapatkan dana PUAP pada tahun 2010.
Gapoktan penerima dana PUAP sejak digulirkan di Kota Lhokseumawe sampai tahun 2013 sebanyak 35 gapoktan yang berasal dari 35 desa dari 68 desa yang ada di Kota Lhokseumawe. Bantuan diberikan kepada gapoktan sebesar Rp.100 juta per Gapoktan.
Peningkatan efisiensi usahatani dipengaruhi oleh kinerja petani dalam pengelolaan usahataninya dan pemanfaatan fasilitas dana bantuan yang diterima. Kinerja petani erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi petani baik faktor internal maupun eksternal.
Program PUAP merupakan salah satu faktor eksternal petani. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk menganalisis program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada usahatani padi sawah di Kota Lhokseumawe.
KAJIAN PUSTAKA
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang dikoordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Konsep efisiensi menurut Farrel (1957:254),
Lau dan Yotopaulos (1971:94) dibedakan menjadi
tiga yaitu: (1) efisiensi teknis (technical efficiency),
(2) efisiensi harga atau efisiensi alokatif (price or
allocative efficiency), dan (3) efisiensi ekonomi
(economic efficiency). Efisiensi teknis mengacu
kepada pencapaian maksimum dari kemungkinan
tingkat produksi untuk tiap kombinasi penggunaan
input yang digunakan. Efisiensi alokatif adalah
kemampuan memilih tingkat input optimal pada
harga input tertentu. Efisiensi ekonomis adalah
kombinasi antara efisiensi teknis dan efisiensi
alokatif.
73 - Volume 3, No. 1, Februari 2015 Penelitian Sebelumnya
Anggriani (2012) menyimpulkan hasil penelitiannya tentang dampak pelaksanaan program PUAP yang dapat meningkatkan rata-rata pendapatan rumah tangga petani penerima manfaat sebesar 12,86 persen dan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 7,67 persen.
Anita dan Salawati (2011) meneliti tentang analisis pendapatan penerima Bantuan Langsung Masyarakat PUAP di Kabupaten Barito Kuala bahwa pendapatan dipengaruhi nyata oleh variabel besarnya dana BLM PUAP, modal sendiri, umur, pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga yang ditanggung dan dummy jenis usaha yang digunakan pada taraf uji 99%.
Mariyah (2008) dalam penelitiannya tentang pengaruh Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) terhadap pendapatan petani menyatakan bahwa program BPLM berpengaruh positif dan nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Penajam Paser Utara. Rata-rata petani padi sawah di daerah penelitian efisien secara teknis, tetapi belum efisien secara alokatif dan ekonomis dengan nilai rata-rata efisiensi yang dicapai secara berurut-turut 0.93, 0.68, dan 0.63.
Kurniawan (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis pada usahatani padi lahan pasang surut menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi stochastic frontier yang berpengaruh secara nyata terhadap produksi padi adalah penggunaan benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.
Tadesse dan Krishnamoorthy (1997)
mengenai efisiensi teknis usahatani padi di Tamil Nadu, India berdasarkan analisis ukuran usahatani dan zona ekologi dengan menggunakan fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglass. Hasil menunjukkan bahwa 90 persen variasi output yang dihasilkan oleh usahatani padi disebabkan oleh efisiensi teknis. Lahan, tenaga hewan dan pupuk secara signifikan mempengaruhi tingkat produksi padi. Efisiensi teknis yang dicapai antara 0.59 sampai 0.97, dengan efisiensi teknis rata-rata 0.83.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan 89 petani sampel di lokasi penelitian.
Penelitian ini menggunakan model stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE) yang dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi dan input-input produksi, dan tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga keseluruhan parameter faktor produksi, intersep dan varian dari kedua komponen kesalahan vi dan ui. Dari analisis ini akan diketahui efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi dari petani sampel, serta faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis.
Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi stochastic frontier dengan persamaan sebagai berikut:
lnY =β 0+ β1lnX 1+ β2lnX 2+β3ln X 3+ β4ln X 4+Ɛ𝑖 dimana:
Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 74
Y= total produksi padi (kg gabah kering panen)X1 = luas lahan usahatani padi (hektar) X2 = Jumlah benih padi (Kg)
X3 = Jumlah pupuk (Kg) X4 = Jumlah tenaga kerja (HOK) β0 = intersep
βi = koefisien parameter penduga dimana i = 1, 2, 3, 4
Ɛi= error term, dimana Ɛi = vi-ui (Vit: faktor acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal, Uit: faktor acak non negatif dan diasumsikan mempengaruhi tingkat inefisiensi (teknis) dan berkaitan dengan faktor-faktor internal).
Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TEi = E[exp( - Ui)|εi] . i = 1, 2, 3,..N dimana:
TEi adalah efisiensi teknis petani ke-i,
[exp( -Ui )|εi] adalah nilai harapan (mean) dari ui
dengan syarat εi, jadi 0 < TEi < 1.
Efek inefisiensi teknis dinyatakan sebagai berikut:
Ui = δ 0 +δ1 Z1 + δ 2 Z 2 + δ 3 Z 3 + e dimana:
Ui = efek inefisiensi teknis δ 0 = konstanta
Z1 = umur petani (tahun)
Z2 = tingkat pendidikan formal petani (tahun) Z3 = pengalaman petani (tahun)
e = error term
Fungsi biaya frontier (isocost frontier) hasil penurunan fungsi produksi stochastic frontier sebagai berikut:
lnC=β 0+β1lnY+β 2ln PX 2+β3ln PX 3+β 4ln PX 4+e dimana:
C = biaya produksi padi sawah per individu petani (Rupiah)
Y = jumlah produksi padi sawah per hektar (Kg) PX 2= harga rata-rata benih padi (Rupiah) PX 3= harga rata-rata pupuk (Rupiah) PX4= Biaya rata-rata tenaga kerja (Rupiah) e = error term
Efisiensi ekonomis diperoleh dari rasio biaya produksi minimum terhadap biaya total produksi observasi. Efisiensi alokatif per individu usahatani diperoleh dari efisiensi teknis dan ekonomis sebagai berikut:
AE = EE/TE
HASIL PEMBAHASAN
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Sawah
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh variabel luas lahan, jumlah benih, pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh nyata meningkatkan produksi. Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap produksi padi sawah di Kota Lhokseumawe diperoleh hasil seperti pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Varian Fungsi Produksi Padi Sawah di Kota Lhokseumawe
Sumber Keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F
Hitung
F-Tabel P-Value
Regresi 4 26.311 6.577 502.280
**
3.55 0,00
Error 84 1.100 0.013
Total 88 27.411 0.311
Sumber: Data Primer (diolah), 2014.
Ket : ** = berbeda nyata pada taraf 1 % (FHitung > FTabel )
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa F
Hitung> F
Tabel, sehingga hasil analisis varian fungsi produksi padi sawah menjelaskan secara serempak variabel bebas (luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk dan tenaga kerja) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (produksi).
Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Pendugaan parameter fungsi produksi Cobb-Douglas dengan metode OLS memberikan gambaran kinerja rata-rata dari proses produksi petani pada tingkat teknologi yang ada. Pada Tabel 2 dapat dilihat fungsi produksi rata-rata tanpa restriksi dan dengan restriksi.
Berdasarkan hasil pendugaan fungsi
produksi dengan OLS menunjukkan bahwa
koefisien determinasi (R
2) dari fungsi produksi
75 - Volume 3, No. 1, Februari 2015
tanpa restriksi adalah 0,9599. Artinya secara bersama-sama variabel bebas mampu menjelaskan perubahan variabel terikat sebesar 95,99 persen, sedangkan sisanya 4,01 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model analisis.
Tabel 2. Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode OLS
Variab el
Tanpa Restriksi Restriksi
Koefisien Regresi
P-Value Koefisien Regresi
P-Value
Luas Lahan (LX1)
0,562 0,000*** - -
Jumlah Benih (LX2)
0,004 0,933 0,001 0,980
Jumlah Pupuk (LX3)
0,127 0,141* 0,259 0,004***
Tenaga Kerja (LX4)
0,390 0,011*** 0,905 0,000***
Konstanta 5,994 7,102 2,661 17,920
R2 = 0,959 0,952
Sumber: Data Primer (diolah), 2014.
Ket : *** = signifikan, α = 1%
* = signifikan, α = 10%
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil regresi dari faktor-faktor produksi (variabel bebas) yaitu variabel luas lahan, benih, pupuk dan tenaga kerja adalah positif, artinya semakin besar dan semakin tinggi penggunaan faktor- faktor produksi tersebut akan menyebabkan semakin bertambah produksi padi sawah (variabel terikat) yang dihasilkan. Variabel luas lahan, jumlah pupuk dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi rata-rata padi sawah, sedangkan variabel jumlah benih tidak berpengaruh nyata.
Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi dengan restriksi lahan diperoleh koefisien determinasi (R
2) dari fungsi produksi sebesar 0,9522, artinya input-input yang digunakan dalam model tersebut dapat menjelaskan 95,22 persen dari variasi produksi
padi sawah di daerah penelitian. Variabel jumlah pupuk dan tenaga kerja berpengaruh nyata pada α sama dengan 1 persen, sedangkan variabel benih tidak berpengaruh nyata.
Fungsi produksi stochastic frontier ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengukur efisiensi alokatif dan ekonomis yang diturunkan menjadi fungsi biaya dual. Pendugaan dilakukan dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Hasil pendugaan dengan metode MLE dapat menggambarkan kinerja terbaik (best practice) dari petani sampel pada tingkat teknologi yang ada. Hasil pendugaan yang dilakukan terhadap usahatani disajikan pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Stochastic Frontier dengan Metode Maximum Likelihood Estimation (MLE)
Variabel Nilai Dugaan Standard Error
t-ratio
Konstanta 6,373 0,753 8,456
Luas Lahan (LX1) 0,607 0,125 4,847***
Jumlah Benih (LX2) 0,003 0,033 0,099 Jumlah Pupuk (X3) 0,189 0,074 2,564***
Tenaga Kerja (LX4) 0,289 0,133 2,164**
Log-Likelihood OLS
69,216 Log-Likelihood
MLE
79,913
LR 21,394
Sumber: Data Primer (diolah), 2014.
Berdasarkan Tabel 2 variabel-variabel
yang berpengaruh nyata terhadap produksi
batas (frontier) adalah luas lahan, jumlah pupuk
dan tenaga kerja, sedangkan variabel jumlah
benih tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi padi sawah. Variabel luas lahan dan
jumlah pupuk berpengaruh nyata pada α sama
dengan 1 persen, sedangkan tenaga kerja
berpengaruh nyata pada α sama dengan 5
persen.
Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 76 Analisis Efisiensi Teknis
Efisiensi dalam pengelolaan usahatani berkaitan dengan kemampuan manajerial petani.
Efisiensi teknis dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Adhiana (2005: 68) dan Tanjung (2003: 84) menyatakan bahwa nilai efisiensi teknis petani dikategorikan cukup efisien jika bernilai ≥ 0.7 dan dikategorikan belum efisien jika bernilai < 0.7. Sebaran efisiensi teknis dari model ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran Efisiensi Teknis Petani Sampel
Selang Efisiensi
Indeks Efisiensi Teknis Jumlah Persentase (%)
0,61 – 0,70 12 13,48
0,71 – 0,80 46 51,68
0,81 – 0,90 16 17,98
0,91 – 1,00 15 16,86
Jumlah 89
Rata-rata 0,799
Minimum 0,635
Maksimum 0,999
Sumber: Data Primer (diolah), 2014.
Berdasarkan tabel 4 rata-rata efiisiensi teknis yang dicapai petani sampel dalam usahatani padi sawah di lokasi penelitian adalah 0.799 dengan nilai terendah 0,635 dan nilai tertinggi 0,999. Dengan melihat sebaran nilai efisiensi teknis per sampel, jumlah petani yang memiliki nilai efisiensi teknis lebih besar dari 0,70 adalah 86,52 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar usahatani padi sawah yang diusahakan petani sampel cukup efisien secara teknis .
Berdasarkan nilai rata-rata efisiensi pada model tersebut dapat dikemukakan bahwa secara rata-rata petani sampel masih memiliki
kesempatan untuk memperoleh hasil potensial yang lebih tinggi hingga mencapai hasil maksimal seperti yang diperoleh petani paling efisien secara teknis. Dalam jangka pendek, secara rata-rata petani padi sawah di daerah penelitian berpeluang untuk meningkatkan produksinya sebesar 20,02 persen (1 – 0,799/0,999) dengan menerapkan keterampilan dan teknik budidaya petani yang paling efisien.
Rata-rata petani sampel di daerah penelitian telah mencapai efisiensi teknis. Jika petani berkeinginan untuk meningkatkan produksi maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan teknologi budidaya padi sawah dan peningkatan manajemen usahatani. Teknologi yang dapat diterapkan diantaranya sistem pengelolaan tanaman terpadu (PTT) melalui penggunaan benih unggul, penanaman dengan jarak tanam legowo dan pemupukan berimbang. Hal ini dapat meningkatkan produksi padi sawah dan menurunkan biaya produksi sehingga keuntungan petani meningkat.
Hasil pendugaan model efek inefisiensi teknis disajikan pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Parameter Dugaan Efek Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastic Frontier
Variabel Nilai
Dugaan
Standard Error
t-ratio
Konstanta 0,393 0,140 2,799
Umur (Z1) -0,002 0,002 -0,905
Pendidikan (Z2) -0,013 0,006 -2,064 Pengalaman (Z3) 0,004 0,002 1,504*
Sumber: Data Primer (diolah), 2014.
Ket: t-tabel signifikansi 10%= 1.2917,* = signifikan, α= 10%
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa
variabel umur dan pendidikan yang dimiliki
petani sampel tidak berpengaruh nyata terhadap
77 - Volume 3, No. 1, Februari 2015
tingkat inefisiensi teknis petani sampel, sedangkan variabel pengalaman berpengaruh nyata pada taraf α sama dengan 10 persen.
Koefisien tingkat pendidikan petani sampel bertanda negatif. Tanda negatif tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan ini berarti bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh petani, maka akan semakin efisien secara teknis usahatani yang dijalankan. Hal ini berkaitan dengan semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi kemampuan mereka untuk mengadopsi teknologi dan dapat menggunakan input secara proporsional sehingga akan meningkatkan kinerja dalam berusahatani padi sawah.
Fungsi biaya frontier (isocost frontier) hasil penurunan fungsi produksi stochastic frontier sebagai berikut:
Ln C = 1,011 + 0,155 lnY+ 0,053 lnPX2 + 0,169 lnPX3 + 0,668 lnPX4
dimana:
C = biaya produksi padi sawah per individu petani (Rupiah)
Y = jumlah produksi padi sawah per hektar (Kg/ha) PX 2= harga rata-rata benih padi (Rupiah), yaitu Rp.13.801,48 per kg
PX 3= harga rata-rata pupuk (Rupiah),
yaitu Rp. 10.720,58 per kg Urea, SP-36 dan KCl PX4= Biaya rata-rata tenaga kerja per HOK (Rupiah), yaitu Rp. 50.000
Inefisiensi usahatani diasumsikan akan meningkat dengan kenaikan biaya produksi.
Berdasarkan hasil penurunan fungsi biaya dual frontier pada persamaan (4.2) dapat dihitung efisiensi alokatif dan ekonomis pada penelitian ini. Sebaran nilai efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis petani sampel disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Alokatif dan Ekonomis Petani Sampel
Selang Efisiensi
Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomi Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%) (%)
0,41 – 0,50 1 1,12 8 8,98
0,51 – 0,60 19 21,35 80 89,88
0,61 – 0,70 28 31,46 1 1,12
0,71 – 0,80 32 35,96 0 0,00
0,81 – 0,90 9 10,11 0 0,00
0,91 – 1,00 0 0,00 0 0,00
Total 89 89
Rata-rata 0,691 0,545
Minimum 0,502 0,497
Maksimum 0,868 0,625
Sumber: Data Primer (diolah), 2014
.
Berdasarkan hasil penelitian ini dihasilkan rata-rata efisiensi alokatif dan ekonomis masing-masing sebesar 69,1 persen dan 54,50 persen. Petani yang memiliki nilai efisiensi alokatif lebih besar dari 0,7 adalah 46,07 persen.
Petani yang memiliki nilai efisiensi alokatif lebih kecil dari 0,7 jumlahnya cukup besar yaitu 53,93 persen. Tidak ada petani yang memiliki efisiensi ekonomi di atas 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi yang diharapkan. Akibatnya keuntungan petani rendah karena terjadi inefisiensi biaya.
Efisiensi alokatif yang rendah pada penelitian ini disebabkan penggunaan input yang tinggi sehingga biaya yang dikeluarkan tinggi. Keuntungan maksimum tercapai jika produk marginal (PM) sama dengan rasio harga input-output (Px/Py), agar tercapai efisiensi alokatif maka penggunaan input tertentu harus dikurangi sehingga akan tercapai keuntungan maksimum.
Salah satu penyebab inefisiensi alokatif adalah penggunaan pupuk urea yang berlebihan.
Petani menggunakan pupuk urea secara berlebihan karena harga yang lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk lainnya.
Harga rata-rata pupuk urea adalah Rp. 1800,
sedangkan pupuk SP-36 dan KCl adalah
Volume 3, No. 1, Februari 2015 - 78 Rp.2000 dan Rp.7000 per kg. Hal ini
menyebabkan petani mengurangi penggunaan pupuk KCl dan menggantinya dengan urea dengan asumsi bahwa tanaman padi yang subur adalah tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik dan daunnya berwarna hijau.
Penggunaan pupuk urea yang berlebihan yaitu 242,95 kg per hektar menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberian pupuk urea secara tepat.
Selain itu penyebab inefisiensi alokatif adalah pemakaian benih yang berlebihan.
Penggunaan benih yang berlebihan yaitu 45,1 kg per hektar menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi, sedangkan rekomendasi penggunaan benih adalah 25 kg per hektar. Oleh karena itu alokasi penggunaan input secara tepat sesuai dengan harga inputnya akan menyebabkan peningkatan efisiensi alokatif. Peningkatan efisiensi alokatif ini akan menyebabkan penurunan biaya sehingga keuntungan petani akan meningkat (Kurniawan, 2010). Penyebab lain dari nilai efisiensi alokatif yang rendah adalah informasi harga input dan output yang tidak sempurna dan penggunaan harga rata-rata dalam perhitungan. Oleh karena itu, terjadi keragaman harga input dan output yang tidak dapat diwakili oleh harga rata-rata semata.
Ketidakmampuan petani mencapai efisiensi ekonomis juga terkait dengan belum terjadinya perubahan manajemen kelompok tani terutama dalam keaktifan menjalin kemitraan usaha untuk penyediaan input. Pada saat
penelitian dilaksanakan peran penyuluh sangat penting dalam memberikan informasi penggunaan input produksi yang sesuai anjuran Dinas Pertanian. Kelompok tani sebaiknya harus terlibat dalam pembelian input produksi sehingga anggota kelompok tidak melakukan pembelian sendiri. Pendampingan oleh penyuluh untuk meningkatkan peran aktif kelompok tani sangat diperlukan. Kelompok tani diharapkan dapat melakukan kerja sama dengan pihak tertentu dalam hal pemasaran hasil dan pembelian input secara kolektif sehingga efisiensi alokatif dan ekonomis usahatani padi sawah dapat tercapai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemberian dana PUAP berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah di Kota Lhokseumawe. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi padi.
2. Berdasarkan hasil uji t produksi padi sawah secara nyata dipengaruhi oleh luas lahan dan tenaga kerja (berpengaruh nyata pada tingkat keyakinan 99%), sedangkan variabel jumlah pupuk secara positif berpengaruh nyata pada tingkat keyakinan 90% dengan koefisien determinasi (R
2) sebesar 95,99 %.
3. Petani padi sawah penerima dana PUAP di daerah penelitian telah efisien secara teknis.
Efisiensi teknis petani di daerah penelitian
79 - Volume 3, No. 1, Februari 2015
sebesar 0,799 di atas 0,7 mengindikasikan bahwa petani cukup efisien secara teknis.
Sumber inefisiensi teknis tingkat pendidikan bernilai negatif (-0,013) hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan petani, maka akan semakin efisien secara teknis usahatani yang dijalankan.
4. Petani padi sawah penerima dana PUAP di daerah penelitian belum efisien secara alokatif dan ekonomis. Efisiensi alokatif petani sebesar 0,691 di bawah 0,7 mengindikasikan bahwa petani belum efisien, sedangkan efisiensi ekonomis petani sebesar 0,545 di bawah 0,7 mengindikasikan bahwa petani belum efisien secara ekonomis. Penggunaan input yang berlebihan menyebabkan tingkat efisiensi alokatif dan ekonomis rendah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini saran yang diajukan sebagai berikut:
1. Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah perlu memberikan perhatian lebih kepada para petani di perdesaan terutama dalam bentuk permodalan usahatani sehingga kesejahteraan dan pendapatan petani dapat meningkat.
2. Dinas Pertanian dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) perlu meningkatkan pembinaan dan pendampingan terhadap petani penerima dana PUAP sehingga petani dapat memperoleh informasi mengenai teknis budidaya yang tepat, penggunaan
input yang optimal, penyediaan input secara kolektif dan pemasaran hasil.
3. Petani diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mencapai produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum.
DAFTAR PUSTAKA