• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

Nomor : 04 Tahun 2008 Seri : D Nomor 04

Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 10 Juli 2008

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2008

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

Menimbang : a. bahwa penunaian Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam yang mampu maka untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang kurang mampu, diperlukan sumber dana yang diperoleh dari hasil pengumpulan Zakat;

b. bahwa pengelolaan Zakat perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan Zakat lebih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan;

c. bahwa dalam rangka perlindungan, pembinaan dan pelayanan terhadap para Muzakki, Mustahiq dan Amil Zakat serta untuk memenuhi maksud Pasal 25 huruf b Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat maka perlu adanya ketentuan yang mengatur pengelolaan Zakat;

(2)

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaskud dalam huruf a, b dan c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3829);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Idonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(3)

7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885);

8. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat;

9. Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 13 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Dumai (Lembaran Daerah Kota Dumai Tahun 2002 Nomor 26 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DUMAI Dan

WALIKOTA DUMAI MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Dumai.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Dumai.

(4)

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Dumai.

4. Walikota adalah Walikota Dumai.

5. Kepala Kantor Departemen Agama adalah Kepala Kantor Departemen Agama Kota Dumai.

6. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan adalah Kepala Kantor Urusan Agama yang ada di Kecamatan- kecamatan dalam wilayah Kota Dumai.

7. Badan Amil Zakat yang selanjutnya disebut BAZ adalah Organisasi pengelola Zakat yang dibentuk oleh Pemerintah yang terdiri dari unsur masyarakat dan Pemerintah Daerah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan Zakat sesuai dengan ketentuan Agama.

8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah Institusi pengelola Zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan Umat Islam.

9. Unit Pengumpul Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZ di semua tingkatan dengan tugas untuk melayani Muzaki yang menyerahkan Zakatnya.

10. Pengelolaan zakat adalah Kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaaan dan pengawasan terhadap pendistribusian dan pendayagunaan Zakat.

11. Zakat adalah Harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama, untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

12. Muzaki adalah orang atau badan yang dimiliki orang muslim yang berkewajiban menunaikan Zakat.

13. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima Zakat.

14. Agama adalah Agama Islam.

(5)

15. Badan Pelaksana BAZ adalah Lembaga pelaksana pengelolaan Zakat.

16. Dewan Pertimbangan BAZ adalah Lembaga yang memberikan pertimbangan kepada badan pelaksana BAZ.

17. Komisi Pengawas BAZ adalah Lembaga yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan Zakat serta penelitian dan pengembangan pengelolaan Zakat.

18. Infaq adalah Harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan di luar Zakat, untuk kemaslahatan umum.

19. Shadaqah adalah Harta yang dikeluarkan seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim di luar Zakat, untuk kepentingan agama.

20. Hibah adalah pemberian uang atau barang oleh seorang atau oleh badan yang dilaksanakan pada waktu orang itu masih hidup.

21. Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat, pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat meninggal dunia.

22. Waris adalah harta tinggalan seseorang yang beragama Islam yang oleh ahli warisnya diserahkan kepada Badan Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat atau orang lain berdasarkan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

23. Kafarat adalah Denda wajib yang dibayar kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat oleh orang yang melanggar ketentuan Agama.

24. Rikaz adalah harta yang terpendam didapatkan oleh orang muslim yang diserahkan kepada Badan Amil Zakat atau Lambaga Amil Zakat.

(6)

25. Barang adalah semua kekayaan orang atau badan yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya.

26. Nisab adalah batasan minimal harta yang Wajib dikeluarkan Zakatnya.

27. Haul adalah batasan lama harta yang wajib dikeluarkan Zakatnya.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

Pengelolaan Zakat dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada Muzaki, Mustahiq dan Amil Zakat.

Pasal 3

Pengelolaan Zakat bertujuan untuk :

a. meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan Zakat sesuai dengan tuntutan Agama Islam;

b. meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;

c. meningkatkan hasil guna dan daya guna Zakat.

BAB III

SUBJEK DAN OBJEK ZAKAT Pasal 4

(1) Subjek Zakat adalah orang Islam dan atau badan milik orang Islam.

(7)

(2) Obyek Pengelolaan Zakat adalah Zakat yang diberikan oleh atau dipungut dari Muzaki sesuai dengan ketentuan Agama.

BAB IV

ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT Bagian Satu

Badan Amil Zakat Pasal 5

(1) Pengelolaan Zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pejabat Kantor Departemen Agama yang membidangi zakat dan Pejabat Pemerintah Daerah karena jabatannya sesuai dengan tingkatannya dapat diangkat dalam pengurusan BAZ.

(3) Pembentukan Badan Amil Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sebagai berikut :

a. untuk tingkat Kota, oleh Walikota atas usulan Kepala Kantor Departemen Agama;

b. Untuk tingkat Kecamatan, oleh Camat setempat atas usulan Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan.

(4) Kepala Kantor Departemen Agama sebelum mengusulkan anggota kepengurusan BAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan tahapan sebagai berikut :

a. membentuk Tim penyeleksi terdiri dari unsur Ulama, Cendikiawan, Tenaga Profesional, Praktisi Pengelola Zakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang terkait serta unsur Pemerintah Kota Dumai;

b. menyusun kriteria calon pengurus BAZ;

c. mempublikasi rencana pengurus pembentukan BAZ secara luas kepada masyarakat;

(8)

d. melakukan penyeleksian terhadap calon pengurus BAZ sesuai dengan keahliannya.

(5) BAZ pada tingkat Kota dan Kecamatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif, dan informatif.

(6) Pengurus BAZ terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.

(7) Organisasi BAZ terdiri atas unsur dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan pelaksana yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh bidang- bidang.

Pasal 6

(1) Dewan Pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (7), terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris serta Anggota sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.

(2) Komisi Pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (7), terdiri dari atas seorang Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris serta Anggota sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.

(3) Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (7), terdiri dari atas seorang Ketua, Wakil Ketua I, Wakil Ketua II, Sekretaris dan Wakil Sekretaris I, Wakil Sekretaris II, Bendahara dan Wakil Bendahara bidang Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan dan Pengembangan.

Bagian Dua

Lembaga Amil Zakat (LAZ) Pasal 7

(1) LAZ dilakukan sepenuhnya atas prakarsa masyarakat yang bergerak dibidang kemaslahatan umat Islam.

(9)

(2) LAZ dikukuhkan oleh Walikota atas usulan Kepala Kantor Departemen Agama, dibina dan dilindungi oleh Pemerintah Daerah.

(3) Lembaga Amil Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi persyaratan yang diatur lebih dengan Peraturan Walikota.

(4) Pengukuhan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan atas permohonan Lembaga Masyarakat setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. berbadan Hukum;

b. memiliki data Muzakki Mustahiq;

c. memiliki laporan keuangan yang telah diaudit oleh Akuntan Publik selama 2 (dua) tahun terakhir;

d. mendapat rekomendasi dari Kakandepag Kota Dumai;

e. melampirkan surat pernyataan bersedia disurvei oleh Tim yang dibentuk oleh Kepala Kantor Departemen Agama dan diaudit oleh Akuntan Publik;

f. dalam melaksanakan kegiatan bersedia berkoordinasi dengan BAZ dan Kepala Kantor Departemen Agama.

(5) Pengukuhan LAZ dapat dibatalkan apabila tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6) Dalam melaksanakan tugasnya LAZ bertanggungjawab kepada Walikota.

BAB V

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 8

(1) BAZ dan LAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan Zakat, Infag, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris, Kafarat dan Rikaz sesuai dengan ketentuan agama.

(10)

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZ dan LAZ bertanggungjawab kepada Walikota sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 9

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), BAZ mempunyai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan serta pengawasan terhadap pengelolaan zakat.

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan organisasi dan tata kerja BAZ dan LAZ ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

BAB VI

PENGUMPULAN ZAKAT Pasal 11

(1) Zakat terdiri atas : a. Zakat Mal;

b. Zakat Fitrah.

(2) Harta yang dikenai Zakat adalah : a. emas, perak dan uang;

b. perdagangan dan perusahaan;

c. hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan;

d. hasil pertambangan;

e. hasil peternakan;

f. hasil pendapatan dan jasa;

g. Rikaz.

(3) Penghitungan Zakat mal menurut nisab, kadar dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum Agama Islam.

(11)

Pasal 12

(1) Pengumpulan Zakat dilakukan oleh BAZ atau LAZ dengan cara menerima atau mengambil dari muzaki atas dasar pemberitahuan muzakat.

(2) Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat dapat bekerja sama dengan instansi Pemerintah dan Swasta.

(3) BAZ dan LAZ memberikan teguran kepada Muzaki yang belum atau tidak menunaikan Zakat.

Pasal 13

BAZ dan atau LAZ dapat menerima harta selain Zakat, seperti Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat.

Pasal 14

(1) Muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama.

(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban Zakatnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), muzaki dapat meminta bantuan kepada BAZ atau LAZ.

(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat dikurangkan dari laba/

pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Pasal 15

Lingkup kewenangan pengumpulan Zakat oleh Badan Amil Zakat diatur dengan Peraturan Walikota.

300

(12)

BAB VII

LINGKUP KEWENANGAN BAZ Pasal 16

BAZ berwenang mengumpulkan Zakat, Infag, Shadaqoh, Hibah, Rikaz, Wasiat, Waris dan Kafarat serta harta waris orang yang tidak memiliki ahli waris pada instansi/ lembaga pemerintah, swasta dan perusahaan-perusahaan di daerah Kota Dumai.

Pasal 17

Pembayaran zakat dan pelaksanaan infaq dan sadaqah dapat dilakukan kepada UPZ dan BAZ secara langsung ataupun melalui rekening bank yang ditunjuk.

Pasal 18

(1) BAZ Kota Dumai mempunyai hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif dengan BAZ Nasional, BAZ Propinsi dan BAZ Kecamatan.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BAZ menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dilingkungan masing-masing serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi satu sama lain.

Pasal 19

Setiap pimpinan dilingkungan BAZ bertanggung-jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing- masing serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi satu sama lain.

Pasal 20

Setiap pimpinan dilingkungan BAZ Kota Dumai wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung- jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

(13)

Pasal 21

Setiap kepala bidang BAZ Kota menyampaikan laporan dan menampung laporan-laporan berkala BAZ serta menyampaikannya kepada Ketua BAZ melalui Sekretaris BAZ.

Pasal 22

Setiap laporan yang diterima oleh Ketua BAZ, wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut serta memberikan arahan kepada bawahannya.

BAB VIII

PENDAYAGUNAAN ZAKAT Pasal 23

(1) Hasil pengumpulan Zakat didayagunakan untuk Mustahiq sesuai dengan ketentuan Agama Islam.

(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.

Pasal 24

Hasil penerimaan Infaq, shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris, Rikaz dan Kafarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 12, didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.

BAB IX

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 25

(1) Pembinaan terhadap pelaksanaan Muzakki dan Mustahiq dilakukan oleh BAZ.

(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas BAZ dilakukan oleh unsur pengawas sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (7).

(14)

(3) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.

(4) Unsur pengawas berkedudukan di tingkat Kota dan Kecamatan.

(5) Dalam melakukan pemeriksaan Keuangan Badan Amil Zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik.

Pasal 26

(1) Badan Amil Zakat memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Dumai.

(2) Mekanisme laporan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Walikota.

Pasal 27

Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pengawasan Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat.

BAB X SANKSI Pasal 28

(1) Setiap pengelola Zakat yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta Zakat, Infaq, Shadaqah, Hibah, Waris dan Kafarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dan Pasal 13, diancam dengan hukuman kurungan selama- lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan pelanggaran.

(15)

(3) Setiap petugas Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29

Dalam upaya mengatur pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Walikota berdasarkan kewenangannya dapat menentukan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi Muzaki yang tidak mengeluarkan zakat sesuai dengan ketentuan agama.

BAB XI

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 30

(1) Penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini selain penyidik umum, dapat juga dilakukan Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Kota Dumai.

(2) Kewenangan PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah sebagai berikut :

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tetang adanya tindak piadana;

b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian dan melakukan pemerriksaan;

c. menyuruh berhenti seseorang atau tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. mengambil seseorang untuk didengar atau diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. memanggil seseorang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaaan perkara;

h. menghentikan penyidikan;

i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(16)

(3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib membuat berita acara setiap tindakan :

a. pemeriksaan tersangka;

b. penyitaan benda;

c. perusakan rumah;

d. pemeriksaan surat;

e. pemeriksaan sanksi;

f. memeriksa di tempat kejadian.

(4) Berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dikirim kepada penuntut umum melalui Penyidik Polri.

BAB XII KETENTUAN LAIN

Pasal 31

Dalam menunjang pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, Pemerintah Daerah wajib membantu biaya operasional Badan Amil Zakat yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Dumai.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 32

Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini, setiap organisasi pengelolaan Zakat yang telah ada, wajib menyesuaikan menurut ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XVI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 33

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.

(17)

Pasal 34

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Dumai.

Ditetapkan di Dumai

pada tanggal 11 September 2008 WALIKOTA DUMAI,

cap/dto, H. ZULKIFLI A.S Diundangkan di Dumai

pada tanggal 12 September 2008

SEKRETARIS DAERAH KOTA DUMAI, cap/dto,

H. WAN FAUZI EFFENDI Pembina Utama Muda NIP. 010055541

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 2008 NOMOR 04 SERI D

(18)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2008

TENTANG

PENGELOLAAN ZAKAT I. PENJELASAN UMUM

Setiap orang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim berkewajiban menyisihkan hartanya untuk dikeluarkan kepada yang berhak menerimanya. Zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi masyarakat khususnya di Kota Dumai. Oleh karenanya pengelolaan Zakat harus dilakukan secara aspiratif, bertanggung jawab, professional dan transparan dengan program kerja yang jelas dan terarah.

Upaya menggali dan memanfaatkan Zakat merupakan salah satu wujud aplikasi pembangunan spiritual melalui pembangunan di bidang agama sehingga terciptanya suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatnya akhlaqul karimah, terwujudnya kerukunan hidup umat beragama yang dinamis serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan sebagai landasan persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara.

Dalam pengelolaan Zakat, termasuk juga Infaq dan shadaqah, perlu terus ditingkatkan agar dapat berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan/Akuntabel, sehingga organisasi pengelolanya menjadi lembaga yang dipercaya oleh masyarakat luas.

(19)

Untuk mengoptimalkan potensi Pengelolaan Zakat sehingga dalam pelaksanaannya terarah sesuai dengan tujuan dalam rangka perlindungan, pembinaan dan pelayanan Muzaki, Mustahiq dan Amil Zakat, maka diperlukan pengaturan dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat. Peraturan Daerah ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran Muzakki untuk menunaikan Zakatnya dalam rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya, mengangkat derajat dan meningkatkan kesejahteraan Mustahiq serta meningkatnya keprofesionalan Pengelola Zakat, semuanya itu bermuara dalam rangka mengharap untuk mendapat Ridho Allah SWT.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 2

Yang dimaksud dengan Amil Zakat adalah Pengelola Zakat yang diorganisasikan dalam satu badan atau lembaga.

Pasal 3

Cukup jelas Pasal 4

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan zakat dalam Pasal ini termasuk Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat.

Pasal 5 Ayat (1)

Cukup jelas.

(20)

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Yang dimaksud dengan masyarakat adalah ulama, kaum cendekia dan tokoh masyarakat setempat.

Yang dimaksud dengan memenuhi persyaratan tertentu, antara lain memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintegritas tinggi.

Ayat (7)

Unsur pertimbangan dan unsur pengawas terdiri dari para ulama, kaum cendikia, tokoh masyarakat dan wakil pemerintah.

Pasal 6 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

(21)

Pasal 7 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 8 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

(22)

Pasal 11 Ayat (1)

Huruf a

Zakal Mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Huruf b

Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada Hari Raya Idul Fitri.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan Zakatnya

Kadar Zakat adalah besarnya penghitungan atau presentase Zakat yang harus dikeluarkan.

Waktu Zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Qomariah, Tahun qomariah, panen, atau pada saat menentukan rizak.

Pasal 12 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Pemerintah adalah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(23)

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Pengurangan Zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar Zakat dan pajak.

Kesadaran membayar Zakat dapat memacu kesadaran membayar pajak.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Pendayagunaan Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat diutamakan untuk usaha yang produktif agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengadministrasian keuangannya dipisahkan dari pengadministrasian keuangan Zakat.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18 Ayat (1)

Cukup jelas.

(24)

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25 Ayat (1)

Yang dimaksud Muzakki dalam Pasal ini adalah Muzakki yang berkewajiban mengeluarkan Zakat Mal. Sanksi yang ditetapkan oleh Walikota bersifat administratif dan persuasif serta tidak bertentangan dengan perundang- undangan yang lebih tinggi

Ayat (2)

Cukup jelas.

(25)

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 26 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 27

Peran serta masayarakat diwujudkan dalam bentuk :

a. memperoleh informasi tentang Pengelolan Zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat;

b. menyampaikan saran dan pendapat kepada Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat;

c. memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan Zakat.

Pasal 28 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

(26)

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR

Referensi

Dokumen terkait

38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, maka pelaksanaan zakat dilakukan oleh satu wadah, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk Pemerintah bersama masyarakat dan

Setiap perusahaan tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan perusahaan butuh waktu untuk mencapai semua itu, begitu juga pada Perusahaan Daerah

Buku keempat ini memuat data dan informasi sampai dengan pertengahan tahun 2012 serta mengungkapkan secara lebih luas dan mendalam tentang: Konsumsi Rokok dan Produk

Telah dilakukan penelitian mengenai analisis pola penggunaan obat pada pasien nefropati diabetik dan hipertensi yang bertujuan untuk mengetahui obat antidiabetes

Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah Institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh Pemerintah untuk melakukan kegiatan pengumpulan,

Badan Amil Zakat yang selanjutnya disingkat BAZ adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang kepengurusannya terdiri dari unsur

Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah Pengelola Zakat yang dibentuk atas prakarsa dan oleh masyarakat, telah dikukuhkan oleh Pemerintah Daerah serta

Dengan adanya regulasi mengenai pengelolaan keuangan Organisasi Pengelola Zakat, maka pengelolaan zakat baik oleh Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ),