Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
BAB III
PELAKSANAAN KERJA MAGANG
3.1. Kedudukan dan Koordinasi 1. Kedudukan
Selama kerja magang di Pijaru, penulis mengambil bagian sebagai video editor. Tugas utama penulis adalah mengedit setiap video yang diberikan oleh pembimbing lapangan.
2. Koordinasi
3.2. Tugas yang Dilakukan
No. Minggu Proyek Keterangan
1 1 “Tangisan Anak Indonesia”,
“Fideo Tanpa Vaedah”
Editing “Fideo Tanpa Vaedah” dan finishing “Tangisan Anak
Indonesia”
2 2 Web series, “Fideo Tanpa Vaedah”
Shooting web series Ramadhan dan revisi hasil editing Fideo Tanpa Vaedah
3 3 News, “D.I.WHY” Editing News dan “D.I.WHY” &
preview offline “D.I.WHY”
4 4 “D.I.WHY”, “Taste This”, Shooting web series Ramadhan, Gambar 3.1. Bagan Alur Koordinasi
Pembimbing Lapangan Penulis Pembimbing Lapangan / Sutradara
Revisi
Supervisor (Manager) Publikasi
(Sosial Media)
web series editing “D.I.WHY” & “Taste This”, dan finishing “D.I.WHY”
5 5 “Taste This”, web series Editing “Taste This” & offline web series Ramadhan episode 7,
finishing “Taste This”
6 6 Web series, “Sketches” Editing offline web series Ramadhan episode 7 & “Sketches”
7 7 “Sketches” Editing “Sketches”
8 8 “Sketches”, “Tangisan Anak Indonesia”, giveaway
Editing “Sketches”, video giveaway, dan “Tangisan Anak Indonesia”
9 9 “Fideo Tanpa Vaedah”,
“Tangisan Anak Indonesia”, News
Editing “Fideo Tanpa Vaedah”, News, dan finishing “Tangisan Anak Indonesia”
10 10 News, “Tangisan Anak Indonesia”
Editing News, dan offline “Tangisan Anak Indonesia”
11 11 “Tangisan Anak Indonesia”,
“Sketches”
Editing dan finishing “Tangisan Anak Indonesia” dan “Sketches”
12 12 “Sketches”, “Fideo Tanpa Vaedah”
Editing dan finishing “Sketches” &
“Fideo Tanpa Vaedah”
Tabel 3.1. Detail Pekerjaan Yang Dilakukan Selama Magang
3.3. Uraian Pelaksanaan Kerja Magang
Penulis tidak hanya mengedit satu jenis konten dari Pijaru. Konten yang harus diedit oleh penulis ditentukan oleh pembimbing lapangan. Sebelum mulai mengedit, pembimbing lapangan akan memberitahu penulis tentang apa saja yang harus disiapkan oleh penulis dan konten apa saja yang harus dikerjakan. Deadline dari proyek ini pun diberitahukan oleh pembimbing lapangan. Selama magang, penulis bertanggung jawab untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, mulai dari pemotongan adegan (Offline editing) hingga mixing suara, color correction, color grading, dan visual effect.
3.3.1. Proses Pelaksanaan
3.3.1.1. News-Duel Robot
Gambar 3.2. Thumbnail News-Duel Robot
News Pijaru mengangkat berbagai isu unik yang terjadi di berbagai tempat.
Format berupa slideshow dengan gambar yang berkaitan dengan judul berita digunakan untuk menyampaikan setiap beritanya. Durasi News Pijaru adalah satu menit, batas waktu ini disesuaikan dengan batas durasi video pada “Instagram”. Tidak jarang, cuplikan video yang berhubungan dengan isu yang diangkat pun ditunjukkan. Setiap bagian dalam News ini dilengkapi dengan kalimat yang disusun berdasarkan baris. Terdapat kalimat yang terdiri dari satu baris, dua baris, dan tiga baris.
Gambar 3.3. Kalimat News satu baris
Gambar 3.3. Kalimat News dua baris
Gambar 3.4. Kalimat News tiga baris
Penulis diberikan file “After Effect” berisikan template untuk thumbnail News serta template kalimat, teks punchline, sumber, bagian Like & Share, bumper, dan logo pijaru untuk News. Durasi tiap kalimat ini pun sudah ditentukan oleh pohak Pijaru, sehingga penulis hanya perlu mengikuti durasi ini selama mengedit News. Untuk kalimat dengan satu baris diberikan durasi tiga detik, kalimat dua baris berdurasi empat detik, dan kalimat tiga baris berdurasi lima detik. Untuk bagian sumber dan Like
& Share, penulis disarankan oleh pembimbing lapangan untuk memberikan masing masing bagian durasi sekitar tiga sampai empat deitik.
Untuk proses editing, penulis sudah diberikan bahan-bahan berupa script beserta list sumber yang digunakan, serta gambar dan video yang berkaitan dengan News yang akan diedit. Semua bahan ini kemudian harus disortir sesuai dengan jenis filenya. Pengorganisasian file ini akan memudahkan penulis selama proses editing.
Gambar 3.5. Pengorganisasian file
Setelah semua file telah disortir, file gambar, video, serta template kalimat News akan diexport ke software “Adobe Premiere Pro CC 2017”.
Kesulitan yang dihadapi penulis saat mengedit News-Duel Robot ini adalah menentukan prioritas. Penulis masih bingung dalam menentukan bagian mana yang harus diedit terlebih dahulu. Tidak hanya gambar dan video yang harus diedit oleh penulis dalam News ini, tetapi teks pada template kalimat juga harus disesuaikan dengan script yang telah diberikan. Teks ini harus disusun dengan video dan gambarnya.
Gambar 3.6. Script News
Pada proses pengerjaan News ini, penulis masih sering berpindah fokus selama proses editing. Ketika baru menyelesaikan beberapa teks News, penulis beralih ke penambahan gambar dan video pada timeline. Di tengah proses penambahan gambar dan video, penulis dapat beralih kembali ke penambahan teks News. Langkah kerja seperti ini tentunya tidak efisien.
Untuk mengganti kata pada template kalimat yang telah diberikan, penulis memilih salah satu template kalimat yang telah masuk di timeline, kemudian membuka Master di Effect Control. Pada bagian ini terdapat field teks yang isinya dapat diedit. Setelah disesuaikan dengan isi script, penulis cukup menekan tombol Enter dan teks pada template tersebut akan berubah sesuai dengan teks yang diketik.
Gambar 3.7. Master pada Effect Control
Langkah mengedit teks News ini dilakukan terus menerus hingga semua teks pada script sudah tercantum di dalam video News. Untuk mempermudah proses pengeditan teks ini, penulis disarankan untuk menduplikat layer template kalimat sesuai dengan kebutuhan. Ketika penulis telah menyelesaikan satu template kalimat tiga baris, lalu ada kalimat tiga baris lain yang harus ditambahkan, penulis cukup menduplikat template kalimat tiga baris yang telah diedit sebelumnya dengan menggunakan kombinasi tombol Alt+Left Mouse Button yang kemudian dapat didrag di timeline sebagai layer duplikat. Teks pada layer duplikat ini dapat diedit kembali tanpa mempengaruhi layer asli. Jika layer asli di timeline hanya dicopy kemudian dipaste pada timeline, ketika isi layer hasil paste tersebut diubah, isi layer yang dicopy pun akan berubah sesuai dengan isi layer yang dipaste. Hal ini terjadi karena layer tersebut masih dianggap sebagai satu file pada bagian Media Browser. Namun, ketika sebuah layer diduplikat, maka “Adobe Premiere Pro CC” akan mengenalinya sebagai dua file yang berbeda.
Penyusunan gambar, video, dan teks pada News Pijaru merupakan proses offline editing. Pada proses online editing, tidak ada color correction dan color grading yang perlu dilakukan oleh penulis. Gambar
pada offline editing masih merupakan still image. Oleh karena itu, penulis perlu memasang keyframe pada beberapa elemen di Effect Control untuk memberikan animasi pada still image tersebut. Setelah menyelesaikan menganimasikan still image dan menyusun video yang sesuai dengan setiap konteks kalimatnya, penulis diminta untuk memasukkan musik ke dalam News ini. Musik ini diperoleh dari website yang sudah sering digunakan oleh Pijaru, “https://soundstripe.com/” dan “https://artlist.io/”.
Untuk mengakses kedua website ini, penulis haruss meminta tolong kepada pembimbing lapangan untuk proses login menggunakan akun Kompas. Pihak Pijaru lebih sering menggunakan website “Soundstripe”, sehingga penulis disarankan untuk menggunakan website “Soundstripe”.
Salah satu bagian dari News ini sempat membuat penulis bingung.
Bagian ini berisikan sebuah cuplikan video untuk mendukung teks yang ada. Dikarenakan resolusi News yang dikhususkan untuk “Instagram” dan
“Facebook”, ketika cuplikan video ini pertama kali dimasukkan, terdapat gap hitam di bagian atas dan bawah video.
Gambar 3.8. Gap hitam pada salah satu bagian News-Duel Robot
Awalnya penulis bingung bagaimana cara menghilangkan atau setidaknya menutupi gap hitam ini. Karena pada saat penulis melihat refrensi berupa News Pijaru yang telah diupload, tidak ada satu pun News
yang memiliki gap hitam di bagian cuplikan videonya. Setelah dipikirkan kembali, penulis menemukan cara agar gap hitam tersebut dapat ditutup.
Penulis menduplikat layer video tersebut ke baris video baru di timeline, sehingga terdapat dua layer cuplika video yang bertumpuk di timeline.
Gambar 3.9. Layer video yang bertumpuk
Kemudian penulis memperlebar ukuran layer video di bagian bawah sehingga video tersebut menutupi gap hitam dengan memperbesar angka Scale pada Effect Control. Agar video di layer bawah tidak menganggu keterbacaan teks, maka layer video ini perlu diberikan Gaussian Blur.
Gambar 3.10. Cuplikan video setelah online editing
Setelah itu, penulis menambahkan musik sesuai dengan kebutuhan dan menyelesaikan tahap online editing. Penulis kemudian meminta pembimbing lapangan untuk melakukan preview atas hasil editing penulis.
Pembimbing lapangan menyetujui hasil editing penulis, namun ketika dipreview oleh manager, manager meminta penulis untuk memperbaiki sedikit penulisan pada bagian punchline. Bagian punchline ini berisikan kalimat “Ngambil popcorn”. Manager minta untuk ditambahkan tanda “*”
pada awal dan akhir kalimat, Penambahan tanda baca ini diperlukan agar kalimat punchline tersebut dibaca sebagai bentuk tindakan.
Gambar 3.11. Bagian punchline sesudah direvisi
Setelah revisi disetujui, penulis membuat thumbnail menggunakan screenshot salah satu cuplikan dari News ini dan dimasukkan ke dalam template thumbnail yang sudah diberikan. Lalu penulis akan menduplikat sequence menjadi dua, satu sequence untuk “Facebook” dan sequence lainnya untuk “Instagram”. Thumbnail yang sudah selesai dibuat, akan dimasukkan ke dalam bagian paling awal video yang dikhususkan bagi
“Instagram”. Video News Pijaru untuk “Facebook” tidak memerlukan thumbnail. Durasi thumbnail ini sekitar satu detik. Ketika sudah selesai, penulis melakukan rendering untuk kedua sequence tersebut lalu mengcopy semua video beserta thumbnailnya ke hard disk eksternal Pijaru dan dimasukkan ke dalam folder berdasarkan bulan publiikasinya. lalu memberikannya ke pembimbing lapangan.
3.3.1.2. Tangisan Anak Indonesia-Duka Anak Marketing Bisnis
Gambar 3.12. Thumbnail “Tangisan Anak Indonesia-Duka Anak Marketing Bisnis”
“Tangisan Anak Indonesia” merupakan konten Pijaru yang menggambarkan realita yang dihadapi oleh berbagai macam profesi di dunia kerja. Selain itu, terkadang “Tangisan Anak Indonesia”
menggambarkan realita tentang stereotype yang ada di Indonesia. Video ini merupakan “Tangisan Anak Indonesia” yang pertama kali penulis edit.
Tentunya tugas ini cukup mengagetkan penulis, karena penulis baru saja terbiasa dengan kebutuhan editing untuk News.
Karena ini merupakan pengalaman pertama penulis mengedit
“Tangisan Anak Indonesia”, pembimbing lapangan menyarankan penulis untuk melihat “Tangisan Anak Indonesia” yang sudah ada di channel Youtube Pijaru sebagai referensi selama proses editing. “Tangisan Anak Indonesia” umumnya berdurasi tiga hingga lima menit. Oleh karena itu, konten “Tangisan Anak Indonesia” harus disampaikan secara singkat, padat, dan juga menghibur.
Penulis memulai editing dengan melihat kertas timecode dan script yang diberikan oleh sutradara. Timecode berfungsi untuk memberitahu video editor tentang file audio dan video yang akan digunakan selama proses editing. Setelah mengetahui keseluruhan cerita dalam video ini, penulis mulai mengorganisasi file-file yang diberikan oleh pembimbing lapangan.
Gambar 3.13. Pengorganisasian file
Setelah semua file yang diberikan telah dikelompokkan, penulis mengimport file video dan audio ke dalam “Adobe Premiere Pro CC 2017”
untuk memulai proses editing. Dikarenakan file video dan audio yang direkam dengan alat yang berbeda, penulis harus melakukan prose syncing berdasarkan list pada timecode. Setelah proses syncing selesai, penulis dapat melanjutkan pekerjaannya ke tahap offline editing. Untuk video ini, penulis baru dapat menyelesaikan offline editing sekitar tiga hari kerja.
Jika disatukan dengan waktu pengerjaan online editing, maka penulis menghabiskan 7 hari kerja untuk menyelesaikan satu video ini. Tentunya durasi kerja ini tidak efektif dan mengundur jadwal publikasi video Pijaru.
Selama offline editing, penulis kesullitan menentukan bagian yang bagus untuk video ini. Oleh karena itu, penulis tidak mampu mencapai target durasi yang diminta. Hasil offline editing pertama penulis berdurasi 6 hingga 7 menit. Durasi ini tentunya bermasalah, karena “Tangisan Anak Indonesia” terbagi menjadi beberapa segmen berdasarkan script. Ditambah lagi, masih ada visual effect yang perlu ditambahkan untuk bagian opening, dan pergantian tiap segmen. Penulis membutuhkan masukan baik dari pembimbing lapangan, sutradara, ataupun video editor senior di Pijaru. Oleh karena itu, penulis melakukan preview offline editing pertama dengan pembimbing lapangan dan salah satu video editor senior. Sesudah
preview, penulis kembali mencoba mempersingkat durasi video berdasarkan saran dari video editor senior. Pada akhirnya, penulis dapat mencapai durasi tiga sampai empat menit. Lalu di preview kedua dengan sutradara dan video editor senior yang sama, penulis mendapatkan masukan untuk kembali mempersingkat beberapa bagian hingga durasi akhir pada offline editing mencapai sekitar dua setengah sampai tiga menit. Dari hasil preview kedua ini, penulis menyadari jump cut yang disusun dengan baik, memberikan impact yang besar dalam penyampaian komedi.
Ketika hasil offline editing sudah disetujui oleh sutradara dan pembimbing lapangan, maka penulis mulai fokus pada proses online editing. Pada proses online editing, penulis menambahkan visual effect untuk opening dan membuat transisi untuk pergantian tiap segmen.
Tangisan Anak Indonesia sudah mempunyai template opening tersendiri, Karena itu, penulis hanya perlu mengganti teks judul sesuai dengan judul video yang sedang diedit kemudian diimport ke “Adobe Premiere Pro CC 2017”.
Gambar 3.14. Visual effect opening “Tangisan Anak Indonesia”
Gambar 3.15. Teks judul opening “Tangisan Anak Indonesia”
Transisi tiap segmen dalam “Tangisan Anak Indonesia” terletak di akhir setiap ssegmen. Transisi ini terbentuk dari still image frame terakhir di segmen tersebut yang kemudian ditambahkan teks dan animasi. Pengerjaan transisi ini dilakukan di “Adobe After Effect CC 2017”. Langkah pertama, penulis melakukan screen capture pada setiap frame terakhir segmen. Screen capture dilakukan di “Adobe Premiere Pro CC 2017” dengan menggunakan icon Export Frame (Ctrl+Shift+E).
Gambar 3.16. Icon Export Frame
Semua screen capture yang telah didapatkan kemudian diimport ke
“Adobe After Effect CC”. Kemudian setiap screen capture dimasukkan ke dalam template transisi “Tangisan Anak Indonesia”. Template ini berisikan cuplikan transsisi dari salah satu video “Tangisan Anak Indonesia” yang sudah dipublish. Template ini berisikan animasi teks judul segmen, dan sound effect transisi. Transisi yang selalu digunakan oleh setiap video “Tangisan Anak Indonesia” adalah zoom in pada object of interest di dalam frame, background perlahan menjadi blur, teks judul
segmen naik ke tengah layar, lalu semua elemen tersebut turun dan segmen berikutnya dimulai.
Gambar 3.17. Timeline Layer transisi “Tangisan Anak Indonesia”
Penulis memulai proses editing transisi ini dengan menduplikat layer still image untuk membedakan antara layer object of interest dan background. Untuk layer object of interest, penulis melakukan masking di sekitar object of interest tersebut. Masking ini bertujuan untuk memisahkan object of interest dengan background, sehingga ketika layer background diberikan blur effect, layer object of interest tidak tertimpa effect yang sama. Setelah menyelesaikan masking, penulis memasukkan efek “Camera Lens Blur” pada layer background dan memasang keyframe pada bagian awal dan akhir dari frame background.
Kesulitan yang sempat dialami oleh penulis pada proses pemasangan efek blur ini adalah ujung frame yang terpotong dan terlihat seperti terpasang Feather. Setelah mencoba mengubah-ubah setting pada efek blur ini, ternyata permasalahan ini timbul karena bagian “Edge Behavior” tidak dinyalakan. Ketika “Edge Behavior” dinyalakan, setiap ujung frame kembali terlihat normal.
Gambar 3.18. Ujung frame ketika “Edge Behavior” dimatikan
Gambar 3.19. Ujung frame ketika “Edge Behavior” dinyalakan
Proses berikutnya, penulis memasang keyframe bagian Scale dan Position pada layer object of interest, dan Position pada layer background.
Lalu penulis memasukkan animasi teks judul yang cukup diganti isi teksnya saja. Teks ini sudah diberi animasi sehingga bergerak dari bawah ke tengah layar, kemudian turun ke bawah. Agar gerakan transisi ini terlihat lebih halus, motion blur diaktifkan pada setiap layer.
Gambar 3.20. Transisi “Tangisan Anak Indonesia”
Proses yang sama dilakukan pada setiap transisi dalam video ini.
Semua transisi yang telah diselesaikan kemudian dimasukkan ke dalam project “Adobe Premiere Pro CC 2017” dan kemudian disusun sesuai dengan kebutuhan script.
Kemudian, penulis melanjutkan pekerjaanya ke color correction dan color grading. Selama proses color correction, penulis mengalami kesulitan menyamakan warna dan pencahayaan. Penulis tidak menggunakan adjustment layer saat pertama kali melakukan. Color correction, sehingga banyak menghabiskan waktu mengoreksi setiap shot pada timeline. Melihat performa penulis yang lambat, video editor senior yang sebelumnya mempreview offline editing penulis, memberikan saran untuk memasang adjustment layer terpisah untuk color correction dan color grading. Penggunaan adjustment layer ini dapat memudahkan proses color corretion setiap segmen.
Gambar 3.21. Adjustment layer
Untuk memastikan setiap segmen sudah dikoreksi dengan baik, penulis disarankan untuk memperhatikan Lumetri Scope ketika sedang mengoreksi footage menggunakan Lumetri Color.
Gambar 3.22. Lumetri Color dan Lumetri Scope
Ketika penulis sedang mengubah-ubah setting pada lumetri color, grafik pada lumetri scope akan berubah sesuai dengan setting lumetri color yang diaplikasikan. Grafik lumetri scope di bagian atas kiri digunakan untuk mengukur intensitas bagian gelap dan terang pada video yang ada di
lumetri color. Untuk mencapai intensitas cahaya yang tepat, bagian paling atas dari grafik ini harus mencapai angka 100 dan bagian paling bawah harus mencapai angka 0. Grafik pada bagian kanan atas dan kiri bawah digunakan untuk mengukur keseimbangan warna dalam video yang dipilih. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, setiap bagian dari grafik ini harus dibuat sejajar satu sama lain. Ketika. Diagram terakhir pada Lumetri Scope terletak di kanan bawah, digunakan untuk mengukur intenssitas saturasi warna pada video yang dipilih. Jika ingin menaikkan atau menurunkan value dari diagram ini, penulis menaikkan atau menurunkan value dari saturation pada lumetri color.
Gambar 3.23. Footage sebelum online editing
Gambar 3.24. Footage sesudah online editing
Penulis sempat mengalami kesulitan utnuk mengaplikasikan color correction pada layer transisi segmen. Kesulitan ini muncul ketika transisi ini ditumpuk dengan adjustment layer dari color correcction. Ketika transisi menghilang, maka scene berikutnya akan turut terpengaruh oleh adjustment layer color correction yang ditumpuk di atas layer transisi.
Untuk mengatasi permasalahan ini, penulis mempelajari video tutorial yang diberikan oleh pihak Pijaru ketika penulis memulai magang.
Dari video tersebut, penulis mengetahui bahwa elemen pada adjustment layer color correction dapat dicopy langsung ke layer transisi menggunakan Copy dan Paste Attributes. Pertama, penulis mengcopy adjustment layer color correction, lalu klik layer transisi dan tekan kombinasi “Ctrl+Alt+V”.
Gambar 3.25. Paste attributes
Paste attributes hanya akan menempelkan elemen tertentu dari layer yang dicopy. Sehingga, penulis dapat menempelkan setting lumetri color yang sudah ada pada adjustment layer, dan scene berikutnya pun tidak akan terpengaruh oleh color correction yang ada pada layer transisi.
Setelah color correction dan color grading diselesaikan, penulis menambahkan musik dari “Soundstripe”. Namun pada Tangisan Anak Indonesia ini, durasi musik yang dipilih, tidak cukup mengcvoer durasi video. Oleh karena itu, penulis melakukan stretching durasi musik menggunakan “Adobe Audition CC 2017”.
Untuk melakukan stretcthing audio ini, penulis mengimport file musik ke dalam timeline “Adobe Audition CC 2017”. Kemudian penulis menekan klik kanan pada file audio di timeline. Kemudian pilih “Remix”
lalu “Enable Remix”, setelah dikilik, penulis harus menunggu beberapa detik untuk “Adobe Audition CC 2017” menganalisa file audio yang ada di timeline. Setelah analisa selesai, penulis dapat menarik file audio di timeline hingga mencapai durasi yang sesuai dengan video yang diedit.
Gambar 3.26. Enable Remix
Setelah itu, penulis mengexport file audio yang sudha distretch ke
“Adobe Premiere Pro CC 2017”. Kemudian, file audio tersebut baru dapat dimasukkan ke dalam timeline. Ketika semua proses editing sudah selesai, penulis meminta sutradara untuk kembali melakukan preview. Setelah disetujui sutradara, penulis meminta manager untuk melakukan preview.
Setelah mendapatkan peretujuan manager, penulis menduplikat sequence video ini menjadi dua. Sequence pertama untuk “Youtube”, dan sequence kedua untuk “Facebook”. Perbedaan versi “Youtube” demgan versi
“Facebook” terletak pada bagian ending. Pada versi “Youtube”, ending video merupakan cuplikan blooper dengan tanda bertuliskan subscribe.
Sedangkan untuk versi “Facebook”, pada bagian akhir video ditempelkan tulisan like and share.
Gambar 3.27. Ending versi “Youtube”
Gambar 3.28. Ending versi “Facebook”
Penulis kemudian membuat sequence baru untuk mengedit teaser berdurasi 15 detik. Teaser ini merupakan cuplikan-cuplikan bagian yang menarik dari video ini. Dengan terselesaikannya teaser, penulis kemudian melakukan proses rendering.
Sambil menunggu rendering selesai, penulis membuat thumbnail untuk video ini menggunakan template thumbnail yang diberikan oleh pihak Pijaru. Ketika semua video telah selesai dirender, maka penulis akan
mengcopy video tersebut beserta thumbnailnya ke dalam hard disk eksternal Pijaru dan dimasukkan ke dalam folder berdasrkan bulan publikasinya, lalu menyerahkannya ke pembimbing lapangan.
3.3.1.3. D.I.WHY-TINTA
Gambar 3.29. Thumbnail “D.I.WHY-Tinta”
“D.I.WHY” merupakan konten Pijaru di mana para host akan melakukan challenge yang diberikan oleh sutradara berdasarkan tema yang diberikan.
Berbeda dengan “Tangisan Anak Indonesia”, “D.I.WHY” mengandalkan improvisasi dari para hostnya, karena itu tidak ada script untuk memandu penulis selama proses editing. Hal ini memberikan tantangan tersendiri bagi penulis.
Seperti “Tangisan Anak Indonesia”, penulis mengelompokkan file ke dalam folder sesuai dengan jenis filenya sebelum memulai editing.
Kemudian file video dan audio diimport ke dalam “Adobe Premiere Pro CC 2017”. Karena tidak ada script, penulis harus menyaksikan semua footage yang diberikan terlebih dahulu. Footage yang diberikan untuk
“D.I.WHY” ini tidak banyak dan merupakan long take. Dalam satu take, terdapat tiga kamera yang merekam secara bersamaan. Karena itu, proses syncing setiap footage menjadi mudah dan cepat diselesaikan. Penulis
cukup mengambil bagian visual setiap footage dengan take yang sama, kemudian melakukan syncing dengan audionya.
Gambar 3.30. Timeline editing “D.I.WHY-Tinta”
Dalam “D.I.WHY-Tinta” ini terdapat tiga challenge untuk menggambar menggunakan tiga macam tinta yang berbeda. Challenge dimulai dengan sutradara menyampaikan hal apa yang akan dikerjakan oleh host. Kemudian sutradara memberikan satu jenis tinta yang akan digunakan dalam challenge pertama. Kemudian, para host mulai menjalani challenge yang diberikan. Setelah menyelesaikan challenge, host dan sutradara membicarakan hasil akhir yang telah dibuat oleh para host.
Struktur ini pun berlaku untuk challenge kedua dan ketiga.
Berdasarkan struktur tersebut, penulis harus menemukan momen yang menarik dan menghibur agar setiap challenge tidak membosankan untuk ditonton. Karena tiga layer video ditumpuk bersamaan, penulis cukup memotong bagian dari video yang tidak ingin ditunjukkan, lalu membuat layer video tersebut menjadi disabled. Kendala yang dihadapi oleh penulis dalam proses offline editing adalah, menentukan momen untuk dimasukkan ke dalam video dan durasi yang terlalu panjang.
“D.I.WHY-Tinta” memiliki banyak momen yang menghibur, namun jika semua momen itu dimasukkan ke dalam video, maka konten “D.I.WHY”
ini menjadi tidak padat. Pada proses offline editing pertama, penulis menyelesaikan video ini dengna durasi sepuluh menit. Sedangkan, video
“D.I.WHY” lainhya di channel “Youtube” Pijaru hanya berkisar sekitar tujuh hingga delapan menit.
Karena itu, penulis kembali memotong beberapa filler yang tidak terlalu penting. Kemudian penulis meminta sutradara untuk melakukan preview. Berdasarkan masukan sutradara, penulis akhirnya dapat menyelesaikan offline editing dengan durasi tujuh menit. Setelah hasil offline editing disetujui oleh sutradara, penulis berbincang dengan sutradara untuk menentukan peletakan visual effect dalam video ini.
Perbincangan ini diperlukan karena ada dua visual effect “D.I.WHY” yang hanya muncul pada momen tertentu di dalam video. Sutradara akan menentukan momen mana yang cocok untuk memunculkan dua visual effect ini. Dua visual effect yang penulis maksud adalah misery meter dan chaos meter.
Gambar 3.31. Chaos meter
Gambar 3.32. Misery meter
Berikutnya, penulis membuat speech bubble untuk highlight suara sutradara dalam video. Speech bubble ini sudah memiliki template sendiri, sehingga penulis hanya perlu mengganti isi kalimatnya saja. Speech bubble ini kemudian disimpan dalam format “.png” sebelum diimport ke
“Adobe Premiere Pro CC 2017”.
Gambar 3.33. Template speech bubble
Gambar 3.34. File .png speech bubble
“D.I.WHY” juga mempunyai transisi yang muncul untuk menandakan pergantian challenge. Transisi ini muncul di bagian akhir challenge yang telah selesai, kemudian menampilkan challenge berikutnya.
Gambar 3.35. Transisi “D.I.WHY”
Setelah semua file speech bubble dan visual effect diimport ke
“Adobe Premiere Pro CC 2017”, penulis tidak langsung menyusun visual effect tersebut. Penulis memulai proses online editing dengan melakukan
color correction dan color grading terlebih dahulu. Proses color correction dan color grading pada “D.I.WHY” ini sama seperti saat penulis mengedit
“Tangisan Anak Indonesia”. Penulis menggunakan lumetri color dan lumetri scope.
Gambar 3.36. Online editing “D.I.WHY-Tinta”
Kesulitan yang dihadapi oleh penulis pada online editing
“D.I.WHY” ini adalah menyamakan warna dan cahaya pada setiap footage. Karena kamera yang digunakan pada shooting “D.I.WHY”
kemungkinan berbeda (Dilihat dari perbedaan warna footage asli sebelum online editing), maka diperlukan beberapa adjustment layer color correction dengan setting lumetri color yang berbeda. Proses ini memakan waktu yang cukup lama karena pencahayaan dan warna pada footage asli yang berbeda-beda. Setelah selesai dengan color correction dan color grading, penulis memasukkan semua visual effect yang diperlukan.
Kemudian penulis memilih musik yang sesuai dengan video, dan melakukan stretching audio agar musik yang dipilih cukup mengcover keseluruhan video.
Gambar 3.35. Footage sebelum online editing
Gambar 3.36. Footage setelah online editing
Dengan terselesaikannya online editing, penulis melakukan preview dengan sutradara. Kerika sudah disetujui oleh sutradara, penulis melanjutkan preview dengan supervisor. Setelah disetujui supervisor, penulis menduplikat sequence menjadi dua, untuk dijadikan versi
“Facebook” dan versi “Youtube”.
Penulis juga harus membuat teaser 15 detik untuk video ini.
Kemudian ketiga sequence ini dirender. Selama menunggu rendering, penulis membuat thumbnail berdasarkan template yang sudah diberikan oleh pihak Pijaru. Setelah rendering selesai, penulis mengcopy video- video “D.I.WHY” beserta thumbnailnya ke hard disk eksternal Pijaru, lalu menyerahkannya ke pembimbing lapangan.
3.3.2. Kendala yang Ditemukan
Selama kerja magang, penulis sempat terkejut dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak terduga. Ditambah kemampuan editing penulis yang tidak berkembang cukup pesat saat pertama kali mulai kerja magang. Karena ketidakmampuan penulis ini, proses editing yang penulis lakukan sempat terasa sangat berat dan sulit.
3.3.3. Solusi Atas Kendala yang Ditemukan
Untuk mengatasi kendala yang dialami ini, penulis menerima banyak masukan dari atasan dan teman-teman magang lainnya. Penulis pun perlahan mencoba untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan kerja di Pijaru. Dengan bantuan dari masukan dan adaptasi tersebut, penulis pada akhirnya dapat bekerja dengan lebih efisien.