• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN SUMBER DAYA APARATUR MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN (Studi Kasus Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN SUMBER DAYA APARATUR MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN (Studi Kasus Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan)."

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Lamongan)

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veter a n” J awa Timur

Oleh :

ZALDY HERDIAN KURNIAWAN

NPM : 0641310071

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAH AN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO LITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Kabupaten Lamongan)

S K R I P S I

Oleh :

ZALDY HERDIAN KURNIAWAN

NPM : 0641310071

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAH AN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PO LITIK

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(3)

MELALUI P ENDIDIKAN DAN LATIHAN

(Studi Kasus Di Kantor K ecamatan Madur an

Kabupaten Lamongan)

Nama Mahasiswa : ZALDY HERDIAN KURNIAWAN

NPM :

0641310071

Pr ogr am Studi : Ilmu Administr asi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa Skr ipsi ini telah dir evisi dan disahkan

Pada Tanggal 31 J uli 2012

Tim Penguji :

Penguji I

DR. Luk man Ar if, M.Si NIP. 1964 1102 1994 0310 01

Penguji II

Dr a. Susi Har jati, M.Ap NIP. 1969 0210 1993 03 2001

Penguji III

(4)

Oleh :

ZALDY HERDIAN KURNIAWAN NPM : 0641310071

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Sk r ipsi Pr ogr am Studi Ilmu Administr asi Negar a Fakultas Ilmu Sosial Politik

Univer sita s Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur . Pada Tanggal : 31 J uli 2012

Menyetujui,

Pembimbing Utama Tim Penguji 1.

Dr s. Pudjo Adi. M.Si DR. Lukman Ar if, M.Si NIP. 1951 0510 1973 0310 01 NIP. 1964 1102 1994 0310 01

Pembimbing Pendamping 2.

Tukiman, S.Sos, M.Si Dr a . Susi Har djati, MAP

NIP. 1961 0323 1989 0310 01 NIP. 1969 0210 1993 03 2001

3.

Tukiman, S.Sos, M.Si

NIP. 1961 0323 1989 0310 01

Mengetahui

(5)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Peningkatan Sumber Daya Apar atur Melalui Pendidikan Dan

Latihan (Studi Kasus Di Kantor Kecamatan Madur an Kabupaten

Lamongan)” dengan baik.

Dengan tersusunnya skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Drs. Pudjo Adi. M.Si sebagai Dosen Pembimbing Utama dan Bapak

Tukiman, S.Sos, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Pendamping yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. Di samping

itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Ibu Dra. Susi Hardjati, M.Ap, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara UPN “Veteran” Jawa Timur

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara UPN yang telah

memberikan ilmu yang sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun

(6)

5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan sembah

sujud serta ucapan terima kasih atas semua do’a, restu, dukungan, nasehat

yang diberikan kepada penulis.

6. Seluruh Pegawai Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan yang

telah membantu proses kelancaran pengambilan data.

7. Terima kasih teman- temanku yang turut membantu dan memberikan

semangat

8. Kepada Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

telah membantu penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Juli 2012

(7)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAM PIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu... 7

2.2. Landasan Teori ... 9

2.2.1. Pembinaan ... 9

2.2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 16

2.2.3. Pendidikan dan Latihan (Diklat) ... 19

2.2.3.1. Pengertian Pendidikan dan Latihan ... 19

(8)

2.2.4. Kinerja Karyawan ... 35

2.2.4.1. Pengertian Kinerja Karyawan ... 35

2.2.4.2. Penilaian Kinerja ... 37

2.3. Kerangka Berfikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Fokus Penelitian ... 41

3.3. Instrumen Penelitian ... 42

3.4. Lokasi Penelitian ... 43

3.5. Sumber Data dan Jenis Data ... 44

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.7. Analisa Data ... 47

3.8. Keabsahan Data ... 49

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

4.1.1. Sejarah Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan 51

4.1.2. Prestasi dan Penghargaan yang pernah diterima oleh Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan . 54 4.1.3. Visi dan Misi Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 54

(9)

4.1.6. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Berdasarkan Pendidikan ... 61

4.1.7. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

4.1.8. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Berdasarkan Usia ... 63

4.1.9. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Berdasarkan Pendidikan dan Latihan ... 63

4.1.10. Inventaris Kantor ... 64

4.2. Hasil Penelitian ... 66

4.2.1. Metode Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 66

4.2.2. Materi Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 68

4.2.3. Peserta Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 70

4.2.4. Jadwal Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 71

4.2.5. Intensitas Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 74

4.2.6. Sarana Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 76

4.3.7. Kemampuan Sumber Daya Aparatur di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 78

4.3. Pembahasan ... 79

(10)

Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 85

4.3.4. Jadwal Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 87

4.3.5. Intensitas Pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 88

4.3.6. Sarana Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 89

4.3.7. Kemampuan Sumber Daya Aparatur di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan... 91

5.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Tabel 4.1. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan Berdasarkan Pangkat/ Golongan ... 61

Tabel 4.2. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan Berdasarkan Pendidikan ... 62

Tabel 4.3. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

Tabel 4.4. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan Berdasarkan Usia ... 63

Tabel 4.5. Komposisi Pegawai Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan Berdasarkan Pendidikan dan Latihan ... 64

Tabel 4.6. Inventaris Barang Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

(12)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ... 31

Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif ... 48

Gambar 4.1. Struktur Organisasi di Kantor Kecamatan Maduran

(13)

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. UU RI No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan dan Perda Kab. Lamongan No.10 Tahun 2002 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, dan PP RI No. 101 Tahun 2000, Tentang Pendidikan Dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil

Lampiran 3. Foto – Foto Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

Lampiran 4. Surat Keterangan Riset

Lampiran 5. Surat Tanda Tamat (Sertifikat) Pendidikan Dan Latihan (Diklat)

(14)

APARATUR MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN (Studi Kasus Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan)

Fenomena yang terjadi pada saat ini berkaitan dengan rendahnya kualitas sumber daya manusia di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Hal ini dapat diketahui Jumlah Pegawai Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2010 – 2012 terus mengalami penurunan, Pada tahun 2010 jumlah pegawai di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan yang mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) sebesar 37.50 %, selanjutnya pada tahun 2011 jumlah pegawai yang mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) sebesar 24 %, dan terakhir pada tahun 2012 jumlah pegawai yang mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) sebesar 23.08 %.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam tentang pelaksanaan pendidikan dan latihan (Diklat) di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Fokus dalam penelitian faktor- faktor yang diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan (Diklat) sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.10 Tahun 2002: tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lamongan, Bahwa upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan Pendidikan dan Pelatihan Kerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan Dan Latihan (Diklat) di Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ditinjau dari terkait dengan Metode meliputi studi kasus, kuliah, studi sendiri, program computer, komperensi, dan presentasi. Terkait dengan Mater i bahwa materi yang diberikan berbeda- beda tergantung tingkatan jabatannya dan Diklat yang diikuti. Terkait dengan Peserta meliputi Latihan yang bersifat umum, wajib diikuti semua peserta pegawai negeri sipil. Latihan yang bersifat umum ini dibagi lagi menjadi 3 tingkat, yaitu: Latihan tingkat I, Latihan tingkat II, dan Latihan tingkat III, Latihan yang bersifat khusus yang hanya pegawai negeri sipil tertentu. Terkait dengan J adwal meliputi menyebutkan bahwa waktu untuk pelaksanaan Pendidikan dan Latihan (Diklat) tidak pasti, tapi pada dasarnya setiap tahun selalu ada. Terkait dengan Intensitas meliputi tidak selalu ada di setiap tahunnya, tapi pada dasarnya setiap tahun selalu ada, tapi biasanya diganti dengan BIMTEK (Bimbingan Teknik). Dan Terkait dengan Sar ana meliputi Tempat penginapan (hotel) termasuk makan 3x sehari selama Pendidikan dan Latihan (Diklat) berlangsung, Modul dan semua kebutuhan belajar termasuk buku dan balpoint, Uang saku yang biasanya diberi oleh kecamatan yang mengirimkan peserta mengikuti Diklat dan Sertifikat Diklat

(15)

1.1. Latar Belaka ng

Adanya perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke masa,

membuat persaingan dalam dunia pekerjaan meningkat. Hal ini dikarenakan

adanya globalisasi dan modernisasi. Jika suatu organisasi atau instansi tidak bisa

menyikapi hal tersebut, maka kelangsungan kegiatan atau pekerjaan di dalam

organisasi atau instansi tersebut akan terhambat. Untuk itu, diperlukan adanya

sistem yang baik yang harus dimiliki oleh setiap organisasi. Sebuah instansi harus

didukung sumber daya manusia yang cakap karena sumber daya manusia sangat

berperan dalam menjalankan usaha atau kegiatan di dalam instansi tersebut

(Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 2).

Perlu disadari, bahwa untuk mengimbangi perubahan-perubahan dan

kemajuan dalam berbagai aspek yang mempengaruhi beban kerja pimpinan

dituntut tersedianya tenaga kerja yang setiap saat dapat memenuhi kebutuhan.

Untuk itu, seorang pimpinan harus dapat mengelola sumber daya-sumber

daya secara efektif dan efisien terutama dalam pengelolaan sumber daya manusia.

Dalam kondisi seperti ini, bagian kepegawaian juga dituntut harus selalu

mempunyai strategi baru untuk dapat mengembangkan dan mempertahankan

pegawai yang cakap yang diperlukan oleh suatu instansi. Untuk mendapatkan

(16)

penerimaan, penempatan, promosi sampai dengan pengembangan pegawai

tersebut.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatan sumber

daya aparatur (Ambar T.S dan Rosidah, 2003: 175). Untuk mencapai kinerja yang

diharapkan dalam suatu organisasi atau instansi, para pegawai harus mendapatkan

program pendidikan dan pelatihan yang memadai untuk jabatannya sehingga

pegawai terampil dalam melaksanakan pekerjaannya (Anwar, 2005:67). Untuk

meningkatkan mutu atau kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Maduran

Kabupaten Lamongan dengan cara memberikan pendidikan dan latihan (Diklat)

untuk mencapai hasil yang memuaskan. Hal tersebut dilakukan untuk

meningkatkan keterampilan dan kecakapan pegawai dalam menjalankan tugasnya

(Widjadja,1995:73).

Untuk menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki

kompetensi tersebut diperlukan peningkatan mutu profesionalisme, sikap

pengabdian dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan negara, semangat kesatuan

dan persatuan, dan pengembangan wawasan Pegawai Negeri Sipil. Oleh sebab itu,

suatu instansi harus dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Untuk

meningkatkan kualitas atau kemampuan-kemampuan pegawainya tersebut, dapat

dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Karena pendidikan dan pelatihan

merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha pembinaan Pegawai Negeri Sipil

secara menyeluruh.

Pengembangan pegawai sangat diperlukan dalam sebuah instansi, karena

(17)

keterampilan pegawai. Pentingnya pendidikan dan pelatihan bukanlah

semata-mata bagi pegawai yang bersangkutan, tetapi juga keuntungan organisasi. Karena

dengan meningkatnya kemampuan atau keterampilan para pegawai, dapat

meningkatkan produktivitas kerja para pegawai. Produktivitas kerja meningkat

berarti organisasi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan (Soekidjo

Notoadmodjo, 2003:31). Pendidikan dan pelatihan juga merupakan upaya untuk

mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian pegawai. Oleh karena

itu setiap organisasi atau instansi yang ingin berkembang, pendidikan dan

pelatihan pegawainya harus memperoleh perhatian yang lebih besar sehingga

dapat meningkatkan kinerja pegawainya tersebut (Notomidjojo, 2003 : 30).

Dengan adanya kesadaran akan pentingnya pendidikan dan pelatihan bagi

karyawan, maka hendaknya pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dapat

dilakukan secara kontinue atau berkelanjutan. Dan dengan adanya pemberian

pendidikan dan pelatihan bagi pegawai negeri sipil, maka diharapkan para birokrat

dapat mempersembahkan kinerja yang maksimal bagi instansinya. Melihat

pentingnya sumber daya manusia dalam suatu organisasi atau instansi, maka tidak

berlebihan jika dikatakan bahwa manusia adalah aset yang paling penting dan

berdampak langsung pada organisasi atau instansi tersebut dibandingkan dengan

sumber daya-sumber daya lainnya. Karena manusia memberikan tenaga, bakat,

kreativitas, dan usaha mereka kepada organisasi atau instansi tersebut.

Penelitian ini dilakukan di Kantor Kecamatan Maduran, Kabupaten

Lamongan, yang mana pendidikan pelaksanaan pelayanan publiknya belum bisa

(18)

Berdasarkan jenis jabatan dan pendidikan pada Perangkat Desa di Kantor

Kecamatan Maduran Tahun 2011 dapat dijelaskan bahwa jumlah Perangkat Desa

dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 27 (24,77%), pendidikan terakhir SMP

sebanyak 19 (17,43%), pendidikan terakhir SMU sebanyak 44 (40,37 %),

pendidikan terakhir D1/D2/D3 sebanyak 2 (1,83 %), pendidikan terakhir D4/S1

sebanyak 17 (15,60%), dan yang berpendidikan terakhir S2 belum ada. (Sumber:

Kantor Kecamatan Maduran, Tahun 2010)

Fenomena yang terjadi di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan pada saat ini adalah terkait dengan dengan pendidikan dan latihan

dalam upaya peningkatan sumber daya pegawai kecamatan. Tabel berikut ini akan

ditampilkan jumlah pegawai di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten

Lamongan periode tahun 2010 – 2012 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Jumlah Pegawai Di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan Tahun 2010 – 2012

No Tahun

Pegawai

Prosentase

(%) Keterangan

Jumlah Ikut Diklat

1 2010 16 6 37.5 -

2 2011 25 6 24

Peserta Diklat adalah orang yang sama dengan tahun sebelumnya

3 2012 26 6 23.08

Peserta Diklat adalah orang yang sama dengan tahun sebelumnya

(19)

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa jumlah pegawai

di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan dalam 3 tahun terakhir terus

bertambah, tetapi jumlah peserta yang mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat)

di tiap tahunnya tetap yaitu 6 orang, dan keenam orang tersebut adalah orang yang

sama dengan tahun sebelumnya. Secara prosentase (%) jumlah pegawai di Kantor

Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan yang mengikuti Diklat dari tahun

2010 – 2012 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2010 jumlah pegawai yang

mengikuti Diklat sebesar 37.50 %, selanjutnya tahun 2011 jumlah pegawai yang

mengikuti Diklat sebesar 24 %, dan tahun 2012 jumlah pegawai yang mengikuti

Diklat sebesar 23.08 %. Hal ini mengindikasikan semakin menurunnya kualitas

sumber daya pegawai di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan kajian yang lebih

mendalam terhadap “Peningkatan kualitas sumber daya aparatur melalui

pendidikan dan latihan di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan”

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka penulis di dalam

melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah peningkatan kualitas sumber daya aparatur melalui

pendidikan dan latihan di Kantor Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk mengembangkan hasil

(20)

sejalan atau konsisten terhadap judul dan permasalahan penelitian. Dalam

rumusan penelitian harus tercantum jawaban dan permasalahan penelitian

(Amirin, 1987 : 86).

Berdasarkan latar belakang serta perumusan masalah dimuka, maka tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan

kualitas sumber daya aparatur melalui pendidikan dan latihan di Kantor

Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Penelitian ini bermanfaat melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah,

berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi

Negara.

2. Bagi Instansi

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan atau sumbangan

secara teori agar dapat membantu mengatasi masalah yang tengah terjadi.

3. Bagi Universitas

Untuk menambah koleksi perbendaharaan pada Perpustakaan Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya pada Fakultas Ilmu

(21)

2.1. Penelitian Ter dahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yang

pernah dilakukan diantaranya adalah :

1. Alpha Kurdianto (2004), Jurusan Administrasi Negara FISIP Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, dalam penelitianya yang

berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Dan Latihan

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Hotel Kartika Wijaya Batu

Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan

dan latihan terhadap produktivitas kerja Karyawan Pada Hotel Kartika Wijaya

Batu Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan latihan

mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produktivitas kerja Karyawan

Pada Hotel Kartika Wijaya Batu Malang.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Fitri Nurcahyono (2010) dengan judul

Strategi Kepala Desa Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Di Kantor Desa

Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa strategi Kepala Desa Tegalarum Kecamatan Bendo

Kabupaten Magetan dalam meningkatkan kinerja pegawai melalui penilaian

Kerja maupun peningkatan kualitas pegawai mengacu pada Peraturan Daerah

Kabupaten Magetan Nomor 5 Tahun 2006 Pasal 5 dan Tugas Pokok dan

(22)

berjalan dengan baik dan telah membawa hasil dalam arti adanya peningkatan

kinerja pegawai di Kantor Desa Tegalarum Kecamatan Bendo Kabupaten

Magetan

3. Lysa Nuriana (2004), Jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

dalam penelitianya yang berjudul “Hubungan Antara Pelatihan Dengan

Prestasi Kerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT. Industri Soda Indonesia

(Persero) Di Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara variabel kemampuan pelatih, materi pelatihan, metode pelatihan,

fasilitas pelatihan secara simultan dan parsial dengan prestasi kerja karyawan

PT. Industri Soda Indonesia (Persero). Populasi dalam penelitian ini adalah

karyawan PT. Industri Soda Indonesia (persero) di Sidoarjo khusus pada

bagian produksi berjumlah 140 karyawan. Teknik pengambilan sampel

menggunakan probability sampling tepatnya simple random sampling yaitu

metode pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sehingga semua

anggota dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk diambil

sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Industri Soda

Indonesia (persero) di Sidoarjo khusus pada bagian produksi berjumlah 140

karyawan.

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat diketahui persamaanya dengan

penelitian yang sekarang yaitu terletak pada masalah penigkatan kualitas sumber

(23)

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Pembinaa n

Pembinaan kepegawaian adalah segala usaha dan tujuan kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, penggunaan dan pemeliharaan pegawai dengan

tujuan untuk mampu melaksanakan tugas organisasi dengan efektif dan efisien.

Pembinaan dilakukan adalah dengan tujuan untuk menghasilkan pegawai yang

bermutu dan berkualitas yang berdaya guna dan berhasil guna, yang dilakukan

secara sistematis dan pemanfaatan potensi dan kemampuan sesuai dengan

kebutuhan organisasi.

Beberapa pengertian pembinaan menurut beberapa ahli adalah sebagai

berikut:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Peorwadarmita, 1997) pembinaan

adalah sautu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara bedaya guna

dan behasil guna unutk memperoleh hasil yang lebih baik.

2. Menurut Thoha (1999:7) pembinaan adalah suatu proses, hasil atau

pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan,

kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan

atas sesuatu.

3. Menurut Widjaja (1998) pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan

yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan,

membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha

perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya. Pembinaan tersebut

(24)

pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan unutk mencapai tujuan hasil

yang maksimal.

Dari beberapa definisi pembinaan di atas, jelas bagi kita maksud dari

pembinaan itu sendiri dan pembinaan tersebut bermuara pada adanya perubahan

kearah yang lebih baik dari sebelumnya, yang diawali dengan kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan

pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik

Selanjutnya terdapat beberapa ciri- ciri pembinaan menurut Mappa

(1994:24) adalah:

1. Pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka mencapai

setinggi-tingginya tingkat kematangan dan tujuan pembinaan.

2. Prosedur pembinaan dirancang sedemikian rupa agar tujuan yang hendak

dicapai terarah

3. Pembinaan sebagai pengatur proses belajar harus merancang dan memilih

peristiwa yang sesuai dengan anak binaan

4. Pembinaan diartikan sebagai usaha untuk menata kondisi yang pantas.

Dalam perspektif yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa pembinaan pada

dasarnya merupakan bagian dari manajemen sumber daya manusia, yang intinya

adalah bagaimana memberikan treatment (perlakuan) terhadap sumber daya

manusia yang ada agar sesuai dan diarahkan untuk pencapaian tujuan organisasi.

Tujuan adanya manajemen sumber daya manusia ini adalah untuk meningkatkan

(25)

Pembinaan pengawas agar dapat melaksanakan tugas kepengawasan

akademik dan manajerial mutlak diperlukan. Ruang lingkup pembinaan mencakup

pembinaan kualifikasi, profesi dan pembinaan karir. Pembinaan kualifikasi

ditujukan agar para pengawas dapat meningkatkan tingkat pendidikan formal

sampai minimal berpendidikan Sarjana (SI) bagi yang berpendidikan diploma, dan

berpendidikan S2 bagi pengawas yang berpendidikan S1. Pengembangan profesi

diarahkan pada peningkatan kompetensi pengawas mencakup kompetensi pribadi,

kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi professional.

Sedangkan pembinaan karir pengawas diarahkan untuk mempercepat kenaikan

pangkat dan jabatan pengawas sesuai dengan ketentuan yang berlaku melalui

pengumpulan angka kredit. Jenjang jabatan pengawas mulai dari pengawas

pratama sampai pada pengawas utama.

Ruang lingkup pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan dan

supervisi. Pengawasan dan supervisi mempunyai kaitan erat antara yang satu

dengan yang lainnya, dan keduanya saling isi mengisi atau saling melengkapi.

Kedua sub fungsi ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan pengawasan

dan supervisi menurut Sudjana (2000:158) adalah:

1. Keduanya bagian dan kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen

2. Keduanya dilakukan secara sengaja;

3. Keduanya merupakan proses kegiatan yang sistematis dan terprogram;

4. Dalam pelaksanaannya keduanya memerlukan tenaga yang profesional

5. Hasil dan keduanya digunakan untuk kepentingan program dalam mencapai

(26)

Setiap pimpinan dalam melaksanakan pembinaan harus mengetahui secara

tepat sasaran pokok yang hendak dicapai oleh organisasi, terutama dalam

mengadakan pembinaan pegawai supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan, seperti yang dikemukakan oleh Silalahi

(1994:78-79) bahwa sasaran pembinaan bertujuan untuk:

1. Bidang pengetahuan yang bertujuan untuk :

a. Meningkatkan pengetahuan tentang kebijakan dan peraturan perusahaan

b. Meningkatkan prestasi kerja para bawahan hingga mencapai taraf yang

dituntut oleh jabatan yang bersangkutan

c. Membina karyawan muda untuk regenerasi dan pelestarian pimpinan

organisasi

d. Meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan organisasi

2. Bidang fungsional yang bertujuan untuk :

a. Meningkatkan produktivitas melalui penjurusan keterampilan

b. Mengembangkan keterampilan baru, pengetahuan, pengertian dan sikap

c. Menggunakan dengan tepat peralatan baru, mesin, proses dan tata cara

pelaksanaan yang baru

d. Meningkatkan efisiensi kerja

3. Bidang afektif yang bertujuan untuk :

a. Membina mutu dan moral kerja

b. Mengurangi pemborosan, kecelakaan dan biaya yang tidak perlu;

c. Mengurangi kadaluarsa dalam keterampilan teknologi, metode, proses,

(27)

d. Meningkatkan rasa tanggung jawab kesetiaan/loyalitas dan kejujuran

pada organisasi, dan

e. Membina pengabdian, solidaritas, dan gotong royong.

Berdasarkan uraian di atas, manajer atau pimpinan dalam melaksanakan

pembinaan bawahan terlebihi dahulu dalam mengetahui sasaran pembinaan

diklasifikasikan kepada tiga sasaran yaitu pembinaan bidang pengetahuan,

fungsional dan afektif. Keberhasilan pembinaan di samping mengetahui aspek

sasaran perlu diketahui pula oleh pimpinan atau manajer tentang teknik-teknik

pembinaan yang kontinyu sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pembinaan

agar tujuan dari pada pembinaan tersebut dapat berhasil dengan baik.

Tujuan umum dari pembinaan dan pengembangan karir pengawas satuan

pendidikan/sekolah adalah meningkatnya kemampuan dan karir pengawas

sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas

satuan pendidikan/sekolah yang profesional. Adapun tujuan khusus pembinaan

pengawas satuan pendidikan adalah agar para pengawas satuan pendidikan atau

sekolah:

1. Mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pengawasan

akademik dan pengawasan manajerial pada satuan pendidikan yang dibinanya

2. Meningkatnya kompetensi pribadi, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik

dan kompetensi profesional sehingga dapat mempertinggi kinerjanya

3. Mampu bekerjasama dengan guru, kepala sekolah, staf sekolah dan komite

(28)

4. Mampu melakukan berbagai inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah binaannya

5. Berjalannya jenjang karir jabatan pengawas melalui angka kredit jabatan

fungsional.

Hasil yang diharapkan dari pembinaan dan pengembangan karir pengawas

satuan pendidikan atau sekolah adalah diperolehnya pengawas yang profesional

sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannnya.

Pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru oleh pengawas sangatlah

penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Pembinaan guru selama ini adalah

dari kepala sekolah dan pengawas. Karena sibuknya kepala sekolah menerima

tamu, masalah administrasi dan keuangan sering kinerja guru di kelas tidak

terpantau. Pengawas pun jarang memantau ke kelas dengan berbagai alasan.

Pengawas tampaknya belum menyadari bahwa pembinaannya sangat berarti

dalam meningkatkan kinerja guru. Membina guru hanya lewat kehadiran di waktu

rapat untuk berceramah tidak akan banyak meningkatkan kinerja guru dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Sebetulnya Depdiknas telah berupaya

meningkatkan kinerja para pengawas dengan cara menjadikan pengawas mata

pelajaran.

Pengangkatan pengawas dari Pemkot/Pemkab hendaknya bukan lagi

menampung usia pensiun atau karena mantan pejabat. Profesionalisme betul-betul

menjadi pertimbangan dan yang tidak kalah pentingnya adalah tunjangannya.

(29)

sekolah yang profesional sehingga masalah profesionalisme pengawas kurang

mendapat perhatian. Misalnya, bagaimana bisa melaksanakan tugas untuk

membina guru kalau tidak pernah menjadi guru. Menjadi pengawas bukanlah

memarahi guru, melainkan membina bahkan sebagai mitra kerja. Bila perlu,

pengawas memberikan contoh cara pembelajaran materi tertentu jika guru

mengalami kesulitan di kelas.

Sehubungan pembinaan guru, penataran/pelatihan guru sering dikatakan

menghabiskan dana yang tidak sedikit namun belum banyak berarti dalam

peningkatan kinerga para guru. Ada beberapa kendala atau kelemahan yang ada.

Pertama, motivasi guru sangat rendah dalam mengikuti kegiatan. Mereka sekadar

ikut karena taat perintah kepala sekolah atau sekadar mendapatkan sertifikat untuk

kenaikan pangkat. Kedua, ada yang berpikir negatif sebelum kegiatan dimulai

baik terhadap nara sumber atau guru pendamping walau guru yang bersangkutan

kinerjanya di sekolah belum dapat dikatakan baik. Ketiga, ada guru terlalu banyak

berharap namun tanpa kreatif dalam kegiatan. Semestinya dalam kegiatan inilah

terjadi tukar pengalaman atau berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi di

sekolah. Keempat, sistem pelatihan perlu disempurnakan. Setelah kegiatan seolah

proyek sudah selesai. Setelah pelatihan perlu ada pembinaan beberapa bulan di

sekolah tempat tugas peserta oleh narasumber atau tim pelatih.

Di samping itu pembinaan juga berfungsi untuk mengevaluasi apakah

kegiatan pelatihan efektif atau tidak. Jadi, kegiatan pelatihan tidak selesai dalam

beberapa hari saja sebab akan cenderung teori tanpa praktek. Pelatihan guru

(30)

tidak akan bisa membelajarkan siswanya kalau ia sendiri tidak belajar atau

berlatih terus-menerus

2.2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) antara lain

dikemukakan oleh Gomes (2000: 6) bahwa MSDM adalah “Perencanaan,

Pengorganisasian, Pengarahan dan Pengawasan atas pengadaan, Pengembangan

pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan

tenaga kerja dengan maksud untuk membantu pencapaian tujuan organisasi,

individu dan masyarakat”. Sementara Handoko (2002: 8) menjelaskan manajemen

sebagai “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan

usaha- usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya- sumber daya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Dalam

usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi, maka pihak

manajemen perlu melaksanakan fungsi- fungsi manajemen secara tepat.

Pengertian dari masing- masing fungsi manajemen adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan

Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi

kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik

yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Kegiatan fungsi ini

meliputi:

1. Menetapkan tujuan dan target bisnis

(31)

3. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan

4. Menetapkan standar/ indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan

target bisnis

2. Fungsi Pengorganisasian

Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan

dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan

tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat

memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif

dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Adapun kegiatan fungsi

pengorganisasian meliputi:

- Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan

menetapkan prosedur yang diperlukan

- Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis

kewenangan dan tanggung jawab

- Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber

daya manusia/tenaga kerja

- Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang tepat

3. Fungsi Pengarahan

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam

organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat

menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas

yang tinggi. Fungsi ini meliputi kegiatan:

(32)

pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif

dan efisien dalam pencapaian tujuan

- Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan

- Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

4. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang

telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan

sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi

dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Adapun kegiatan ini antara lain:

- Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis

sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan

- Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang

mungkin ditemukan

- Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait

dengan pencapaian tujuan dan target bisnis

Nampak bahwa sumber daya manusia yang dimiliki organisasi berperan

dalam menentukan berjalannya fungsi manajemen karena menurut Gomes

(2000:2) “Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang

memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan,

dorongan semangat. Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi”.

Simamora (2004: 20) menjelaskan mengenai peranan manajemen sumber

(33)

membuahkan peningkatan kemampuan sebuah organisasi untuk menarik dan

mempertahankan orang – orang terbaik. Perencanaan menjadikan perusahaan

lebih sadar terhadap tipe orang – orang yang dibutuhkan dalam jangka waktu

pendek, menengah dan panjang. Aktivitas rekruitmen dan seleksi yang berkualitas

menunjukkan orang – orang terbaik untuk jabatan yang tersedia dan memastikan

bahwa mereka ditempatkan pada posisi yang tepat. Evaluasi kinerja dan pelatihan

akan mengembangkan individu yang menuntut keahlian, pengetahuan, dan sikap

yang berbeda dari yang mereka miliki sekarang ini”.

Lanjut Simamora (2004: 20) menambahkan bahwa: “Praktik manajemen

sumber daya manusia yang sehat juga dapat memotivasi anggota – anggota

organisasi agar melakukan pekerjaan yang hebat. Praktek ini juga dapat

memancing komitmen para karyawan dan keterlibatan dalam organisasi.

Kemampuan berkembang dalam organisasi, mengalami pertumbuhan dan

perkembangan karir, serta menerima balas jasa yang sepadan dengan kinerja

sehingga dapat memacu kinerja yang tinggi dan sikap positif terhadap pekerjaan.

Keahlian manajer dalam berhubungan dengan serikat pekerja juga akan

mempengaruhi kinerja dan sikap karyawan”.

2.2.3. Pendidikan dan Latihan (Diklat)

2.2.3.1. Penger tian Pendidikan dan Latihan

Menurut Sedamayanti (2001: 32) bahwa pendidikan dan pelatihan

mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pengembangan Sumber Daya

(34)

adalah peluang bagi generasi baru guna memperoleh pengetahuan kualifikasi dan

kemampuan dibidang profesi khusus atau guna meningkatkan, mencapai

produktifitas kerja dan mencapai tujuan karir.Pendidikan dengan berbagai

programnya mempunyai peranan penting dalam proses memperoleh dan

meningkatkan kualitas kemampuan profesional individu. Melalui pendidikan,

seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan

mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan

masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari. Hal tersebut

nantinya akan nampak pada kinerjanya, yang pada akhirnya akan menjamin

produktivitas kerja yang semakin tinggi.

Pendidikan dan latihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber

daya manusia terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan

kepribadian manusia. Pada dasamya pendidikan lebih bersifat teoritis atau

berhubungan dengan perbaikan umum sedangkan pelatihan lebih bersifat teknis

atau berhubungan dengan perbaikan penguasaan berbagai ketrampilan dan teknis

pelaksanaan kerja tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang ketenagakerjaan bahwa pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk

memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja,

produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan

keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan

Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan biasanya

(35)

pendidikan dilaksanakan maka diikuti dengan pelatihan guna mempraktekkan apa

yang telah didapat melalui pendidikan.

Sebelum penulis menjelaskan lebih lanjut mengenai pendidikan dan

latihan terlebih dahulu harus diketahui pengertian dari pendidikan dan latihan itu

sendiri. Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990.77) mengemukakan

pengertian pendidikan yaitu: "Pendidikan ialah termasuk kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan

teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan- persoalan yang

menyangkut kegiatan mencapai tujuan".

Hadipoenyono (1979: 76) menjelaskan maksud pendidikan, yaitu : "....,

dimana manusia itu belajar untuk berpikir sendiri dan mendorong berkembangnya

kemampuan-kemampuan dasar yang ada padanya".

Sedangkan menurut Notoatmojo (1998: 25) pendidikan adalah: "Suatu

proses pengembangan kemampuan ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang

bersangkutan". Untuk lebih menambah pengetahuan dan ketrampilan yang

nantinya diperlukan untuk menghadapi setiap bidang pekerjaan maka perlu

diadakan latihan bagi karyawan.

Untuk memberikan pengertian mengenai latihan akan dikemukakan

beberapa pendapat, antara lain Dessler (1997: 263) yang mendefinisikan latihan

sebagai berikut: "Proses mengajar karyawan baru atau yang ada sekarang,

ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pelajaran mereka".

Selanjutnya arti pelatihan menurut Nawawi (1997:206) menyebutkan bahwa :

(36)

melaksanakan secara individual, kelompok dan atau berdasarkan jenjang dalam

organisasi perusahaan”.

Pengertian pelatihan menurut Notoatmojo (1998:25) adalah: “Merupakan

bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan

kemampuan atau ketrampilan khusus seseorang atau kelompok orang”.

Sedangkan Ranupandojo dan Husnan (1990:77) menegaskan pengertian

tentang latihan yaitu: “Latihan membantu karyawan dalam memahami suatu

pengetahuan praktis dan pengetrapannya, guna meningkatkan ketampilan,

kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam usaha mencapai

tujuannya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

a. Latihan bukanlah tujuan, melainkan suatu alat dari manajemen untuk

mencapai tujuan perusahaan yang mana merupakan usaha dan tanggung

jawab pimpinan tertinggi terhadap karyawan yang menjadi tanggung

jawabnya.

b. Dengan adanya latihan akan dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan

bekerja, perubahan sikap, tingkah laku, ketrampilan serta pengetahuan

karyawan. Dan latihan tersebut harus dilakukan secara terus menerus agar

dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini.

c. Latihan merupakan proses timbal balik yang bersifat membantu dan mereka

yang dilatih harus aktif demi keberhasilan latihan tersebut agar tujuan

(37)

2.2.3.2. Tujuan Pendidikan dan Latihan

Setiap perusahaan yang menginginkan agar para karyawan dapat bekerja

secara lebih efektif dan efisiensi haruslah memperhatikan masalah pendidikan dan

Latihan. Pendidikan dan Latihan yang dilaksanakan tidak hanya untuk karyawan

baru saja, akan tetapi karyawan lama perlu juga untuk diberi pendidikan dan

Latihan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman yang banyak

mempergunakan teknologi-teknologi baru guna menunjang kegiatan

operasionalnya.

Sedangkan yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pendidikan dan Latihan

sebagai berikut:

a. Tujuan utama setiap Latihan ialah agar supaya masing-masing pengikut

latihan dapat melakukan pekerjaan kelak lebih efisien.

b. Tujuan lain dari pada latihan ialah agar supaya pengawasan lebih sedikit

c. Pendidikan atau latihan bertujuan pula agar pengikut dapat berkembang.

d. Pendidikan atau latihan bertujuan pula untuk menstabilkan pegawai atau

untuk mengurangi Perpindahan Pegawai

Pendapat lain dari Ranupandojo dan Husnan (1990:74) mengemukakan

bahwa:

Tujuan dan pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki

efektivitas kerja karyawan demi tercapainya hasil-hasil yang telah ditetapkan.

Perbaikan efektivitas kerja dapat dilakukan denga cara memperbaiki pengetahuan

karyawan, ketrampilan karyawan maupun sikap karyawan itu sendiri terhadap

(38)

Dengan demikian latihan bertujuan untuk menambah pengetahuan dan

keahlian serta menambah sikap dan tingkah laku karyawan dengan harapan agar

karyawan yang dilatih lebih mampu dan lebih terampil dalam melakukan tugas

bagi pencapaian tujuan perusahaan.

Sedangkan menurut Moekijat (1981:83) bahwa tujuan dari pada

pendidikan dan latihan, diantaranya, yaitu:

a. Mengurangi pemborosan dan kerusakan mesin serta alat-alat lainnya.

b. Perbaikan metode-metode dan sistem-sistem.

c. Pengurangan ketidakhadiran dan perpindahan pegawai.

d. Pengurangan waktu belajar.

e. Pengurangan uang lembur.

f. Pengurangan biaya pemeliharaan mesin-mesin.

g. Pengurangan keluhan.

h. Perbaikan mutu pekerja.

i. Pengurangan angka kecelakaan.

j. Perbaikan komunikasi.

k. Perbaikan ketidakstabilan pegawai.

l. Perbaikan moral pegawai.

Dari pendapat-pendapat tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa

latihan mempunyai tujuan utama untuk melatih karyawan agar dalam melakukan

pekerjaan dapat lebih efisien sehingga waktu kerja yang tersedia dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dan juga dengan adanya latihan, karyawan

(39)

melakukan pengawasan dan mengurangi kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh

kelalaian karyawan.

Disamping itu, pendidikan dan latihan yang diadakan bertujuan untuk

dapat meningkatkan produktivitas, perbaikan moral, meningkatkan pengetahuan

dan ketrampilan serta rasa tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya

sehingga karyawan tersebut mempunyai kesadaran dan rasa memiliki yang tinggi

terhadap perusahaan dan mereka turut menjaga keberadaan perusahaan itu sendiri.

2.2.3.3. J enis Pendidikan dan Latihan

Menurut Hadipoerwono (1976:77) bahwa jenis pendidikan dan latihan ini

terbagi dalam lima, yaitu

a. Pendidikan dasar (basic education)

Merupakan pendidikan yang disyaratkan sebelum seorang tenaga masuk

bekerja atau dimasukan dalam corps personalia dalam roda organisasi.

b. Pendidikan tambahan

Biasanya dinamakan upgrading atau kursus aplikasi. Diadakan secara

periodik diantara petugas-petugas tertentu dengan tujuan agar para tenaga

kerja mendapat tambahan dan selalu mengikuti perkembangan dari segala

sesuatu dalam lingkungan pekerjaannya. Terutama dengan pesatnya

kemajuan tekhnologi dan pengetahuan- pengetahuan tambahan yang

diselenggarakan secara sistematis dan periodik akan membawa manfaat yang

(40)

c. Pendidikan penyegar

Mempunyai tujuan menyegarkan kembali pengertian- pengertian dan

pengetahuan-pengetahuan yang telah silam dan ada hubungannya dan sangkut

pautnya dengan pelaksanaan tugas. Refresing course ini dapat berupa

ceramah-ceramah, symposium dan sebagainya.

d. Latihan- latihan dalam perusahaan

Antara lain apa yang telah terkenal dengan nama TWI (Training Within

Industri) yang merupakan latihan yang diadakan dalam rangka roda

perusahaan. Latihan ini meliputi:

1. Latihan Instruksi Kerja (Job Instruction Training), yang melatih

cara-cara yang tepat untuk memberikan instruksi, baik bagi tenaga kerja yang

baru, maupun tenaga kerja lama dalam menghadapi tugas-tugas baru.

2. Latihan Tenaga Kerja (Job Method Training) yang melatih cara- cara

kerja yang tepat dan menyempurnakan cara kerja (Job Improvement

Training).

3. Latihan Hubungan Kerja (Job Relation Training) yang melatih

cara-cara hubungan kerja, antara tenaga kerja dengan pengawas pimpinan,

maupun antara tenaga kerja sendiri. Sehingga terciptalah perpaduan

kerja.

e. Latihan Ketrampilan (Vocational Training)

Untuk melatih ketrampilan physik (manual dextritnya) bagi tenaga-tenaga

pelaksana seperti latihan pada tukang Las, tukang bubut, tukang batu, tukang

(41)

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, pada pasal 9, menyatakan bahwa pelatihan kerja

diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas, dan kesejahteraan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, pada pasal 10 menyatakan bahwa

1. Pelatihan kerja dilaksanakan dengan memperhatikan kebutuhan pasar kerja

dan dunia usaha, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja.

2. Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang

mengacu pada standar kompetensi kerja.

3. Pelatihan kerja dapat dilakukan secara berjenjang.

4. Ketentuan mengenai tata cara penetapan standar kompetensi kerja

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan No.10 Tahun 2002

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

Lamongan

2.2.3.4. Metode dalam Pendidikan dan Latihan

Dalam pelaksanaan latihan bagi karyawan, harus pula dipikirkan metode

atau cara yang akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan latihan tersebut. Hal ini

akan sangat membantu perusahaan untuk mencapai sasaran yang diharapkan dan

melalui metode apa sasaran tersebut dapat dicapai. Oleh karena itu pemilihan

(42)

Bila dilihat dari metode yang akan digunakan dalam latihan, maka harus

dibedakan terlebih dahulu latihan tersebut diperuntukan bagi karyawan

operasional atau karyawan manajerial. Seperti dikemukakan oleh Soeprihanto

(1984: 48) yang mengartikan tentang metode latihan bagi karyawan yaitu:

"Metode latihan bagi karyawan non manajerial dan manajerial dalam fungsi

pengembangan".

Ranupandojo dan Husnan (1990:83) mengartikan bahwa metode latihan

untuk karyawan operasional adalah sebagai berikut:

1. On The Job Training merupakan metode latihan yang paling banyak

dipergunakan. Sistem ini terutama memberikan tugas kepada kemampuan

atasan langsung dari karyawan yang baru dilatih, untuk melatih mereka.

Keberhasilan sistem ini akan sangat tergantung pada kemampuan atasan

langsung tersebut. Meskipun demikian cara ini mempunyai efek phisik dan

psikologis yang kuat terhadap para karyawan yang dilatih karena dijalankan

pada tempat kerja yang sebenarnya.

2. Vestibule School merupakan bentuk latihan dimana pelatihnya bukanlah para

atasan langsung, tetapi pelatih-pelatih khusus (staff'specialist). Alasanya

terutama adalah untuk menghindari para atasan langsung tersebut dengan

tambahan kewajiban dan memusatkan latihan hanya kepada para ahli dalam

bidang latihan. Salah satu bentuk vestibule school ini adalah simulasi, seperti

latihan untuk para (calon) pilot.

3. Apprenticeship, biasa dipergunakan untuk pekerja-pekerja yang

(43)

bisa mengkombinasikan on the job training dan pengalaman dengan

petunjuk- petunjuk di kelas dalam pengetahuan- pengetahuan tertentu.

Mereka yang menjalani masa apprenticeship merupakan karyawan penuh

perusahaan, artinya juga mendapatkan hak-hak yang sama seperti

karyawan-karyawan lainnya.

4. Kursus- kursus khusus merupakan bantuk pengembangan karyawan yang

lebih mirip pendidikan daripada latihan. Kursus-kursus ini biasanya diadakan

untuk memenuhi minat para karyawan dalam bidang-bidang pengetahuan

tertentu (diluar bidang pekerjaannya) seperti kursus bahasa asing, kursus

manajemen, kepemimpinan an sebagainya. Kursus-kursus ini biasanya dibuat

dalam bentuk programmed learning, dimana para peserta bisa belajar sendiri

dan menyesuaikan kecepatan belajarnya sesuai dengan kemampuan

masing-masing.

Untuk tenaga manajerial, yaitu mereka yang mempunyai wewenang

terhadap orang lain, metode-metode yang digunakan berbeda dengan metode

metode untuk karyawan operasional. Hal ini disebabkan karena karakteristik

kepribadian untuk para manajer berbeda dengan untuk karyawan operasional.

Karakteristik tersebut diantaranya adalah pengetahuan yang luas, kemampuan

untuk mengambil keputusan, kepercayaan terhadap diri sendiri, kepekaan sosial

dan stabilitas emosi.

Sedangkan metode latihan untuk karyawan manajerial menurut

(44)

a. Metode Kuliah

Metode ini biasanya untuk menambah pengetahuan para karyawan. Metode

ini banyak dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dalam metode ini aktivitas

hanya berjalan sepihak yaitu pihak pengajar/instruktur aktif memberikan

pengetahuan kepada para karyawan sedangkan karyawan bersikap pasif yaitu

mendengarkan saja dan kadang-kadang diselingi pertanyaan-pertanyaan

untuk hal-hal yang belum jelas. Metode ini sangat efektif sebab dengan sekali

kerja dapat diikuti oleh banyak peserta.

b. Metode Diskusi

Metode ini diterapkan dengan maksud untuk meningkatkan ketrampilan bagi

karyawan dalam hal menawarkan pendapat, menerima pendapat orang lain,

berkoordinasi dengan pihak yang lain, cara-cara menggunakan waktu

seefisien mungkin, di samping itu juga dapat dipetik pengalaman bagaimana

memimpin bawahan sehingga dapat diciptakan adanya semangat kelompok di

dalam grup diskusi tersebut.

c. Metode Kasus

Metode ini dilaksanakan dengan cara, peserta diminta untuk memberikan

pemecahan atau mencari jalan keluar terhadap suatu peristiwa yang terjadi di

perusahaan. Dengan metode ini peserta di latih untuk mendiagnose

sebab-sebab dari suatu masalah tertentu dan juga dilatih untuk memecahkan atau

mencarikan jalan keluar bagi peristiwa khusus.

d. Metode Permainan Bisnis

(45)

memutuskan bagi peserta, khususnya yang berkaitan dengan

masalah-masalah manajemen. Dalam hal ini diberikan informasi yang nyata dari

perusahaan, baik yang berkenaan dengan posisi keuangan, barang-barang

hasil produksi, pemasaran dan informasi yang lainnya. Kemudian diberikan

masalahmasalahnya dan peserta diminta untuk memecahkan masalah

tersebut.

Menurut Decenzo dan Robbins (1999: 230), bahwa terdapat dua kategori

pokok program pendidikan dan pelatihan, antara lain :

Teknik- teknik on the job training merupakan metode latihan yang paling

banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan pengawasan

langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain). Berbagai

macam teknik ini yang bisa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut:

1. Rotasi jabatan, yaitu pergantian dan perputaran jabatan karyawan atau

Pegawai

2. Latihan instruksi pekerjaan, yaitu latihan memberikan instruksi dan

penjelasan kepada karyawan terkait pekerjaannya masing- masing

3. Magang (apprenticeships), yaitu sistem pelatihan generasi baru bagi para

praktisi bidang keahlian tertentu

4. Coaching, yaitu proses mengarahkan yang dilakukan oleh seorang manajer

untuk melatih dan memberikan orientasi kepada karyawan

5. Penugasan sementara, yaitu proses pemberian tugas untuk sementara waktu

(46)

Teknik-teknik off the job training, dengan pendekatan ini karyawan

peserta latihan menerima representasi tiruan (articial) suatu aspek organisasi dan

diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan

utama teknik presentrasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan

berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta. Metode yang bisa

digunakan adalah:

1. Studi kasus, yaitu pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang

subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu

2. Kuliah, yaitu metode belajar dalam bentuk pemberian materi oleh pengajar

kepada peserta diklat

3. Studi sendiri, yaitu metode yang memberikan kebebasan kepada peserta

untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya sendiri

4. Program computer, yaitu metode belajar untuk memahami dan

mengaplikasikan program- program computer

5. Komperensi, yaitu metode belajar yang didasarkan melalui partisipasi lisan

dan interaksi antar peserta atau anggota peserta

6. Presentasi, yaitu suatu metode yang menonjolkan komunikasi antara pengajar

dengan peserta diklat

Implementasi program pendidikan dan pelatihan berfungsi sebagai proses

transformasi. Pata tenaga kerja (karyawan) yang tidak terlatih diubah menjadi

karyawan- karyawan yang berkemampuan dan berkulitas dalam bekerja, sehingga

(47)

Masing-masing kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap konsep atau

pengetahuan dan/atau keterampilan utama yang berbeda. Dalam pemilihan teknik

tertentu untuk digunakan pada program pelatihan dan pengembangan, ada

beberapa trade offs. Ini berarti tidak ada satu teknik yang selalu baik: metode

tergantung pada sejauh mana suatu teknik memenuhi faktor-faktor berikut:

1. Efektivitas biaya.

2. Isi program yang dikehendaki

3. Kelayakan fasilitas-fasilitas

4. Preferensi dan kemampuan peserta

5. Preferensi dan kemampuan instruktur atau pelatih

6. Prinsip-prinsip belajar

2.2.3.5. Keuntungan dan Ker ugian Pendidikan ser ta Latihan

Dalam melakukan pekerjaan apapun, tentu tidak terlepas dari suatu resiko

dan besar kecilnya resiko yang ada tergantung dari macam pekerjaan yang

dilakukan. Demikian juga halnya dengan kegiatan pendidikan dan latihan yang

dilakukan, tentu mempunyai keuntungan dan kerugian dalam proses

pelaksanaannya. Keuntungan dan kerugian pendidikan serta latihan menurut

Nitisemito (1996: 57) adalah sebagai berikut :

a. Keuntungan latihan

1. Mengurangi pengawaan

2. Meningkatkan rasa harga diri

(48)

4. Memudahkan pelaksanan promosi dan mutasi

5. Memudahkan pelaksanaan pendelegasian wewenang

b. Kerugian latihan

1. Hilangnya sebagian waktu yang produktif

2. Biaya yang terlalu tinggi

3. Harapan dari karyawan yang terlalu besar

4. Berpindahnya karyawan yang telah mendapatkan latihan

Menurut Siagian (1992: 184) keuntungan dari pelaksanaan kegiatan

pendidikan dan latihan, yaitu:

a. Membantu para pegawai membuat keputusan dengan lebih baik.

b. Meningkatkan kemampuan para pekerja dalam menyelesaikan berbagai

masalah yang dihadapinya.

c. Terjadinya internalisasi dan operasionallisasi faktor-faktor motivasional.

d. Timbulnya dorongan dalam diri para pekerja untuk terus meningkatkan

kemampuan kerjanya.

e. Peningkatan kemampuan pegawai untuk mengatasi stress, frustasi dan konflik

yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri sendiri.

f. Tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat dimanfaatkan

oleh para pegawai dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara teknikal

dan intelektual.

g. Meningkatnya kepuasan kerja.

h. Semakin besarnya pengakuan atas kemampuan seseorang

(49)

j. Mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa depan.

Sedangkan menurut Edwin B. Flippo yang dialihbahasakan adalah :

a. Keuntungan

1. Produktivitas yang bertambah di pandang dari susut jumlah dan mutu.

2. Kecelakaan-kecelakaan yang berkurang

3. Pengawasan yang berkurang

4. Stabilitas dan fleksibilitas organisasi yang bertambah

5. Semangat kerja yang bertambah

b. Kerugian

1. Pekerjaan menjadi terganggu karena ditinggalkan untuk mengikuti latihan.

2. Hasil kerja menjadi berkurang

3. Kepercayaan kepada diri sendiri menjadi berkurang

4. Dapat memadamkan ide- ide baru

5. Apabila instruktur kurang baik mungkin hasil latihan menjadi lebih rendah

6. Kesulitan mencari tenaga pengajar yang cakap

7. Mereka yang telah menyelesaikan latihan dengan baik mungkin merasa

kecewa apabila tidak dinaikkan jabatannya.

2.2.4. Kiner ja Kar yawan

2.2.4.1 Penger tian Kiner ja Kar yawan

Definisi kinerja dalam model harapan adalah persepsi individu bahwa

upaya yang mereka keluarkan mengarah ke suatu evaluasi yang mendukung dan

(50)

Mengikuti model harapan dari motivasi, jika harapan yang diharapkan

karyawan untuk dicapai tidak jelas, jika kriteria untuk pengukuran sasaran

tersebut samar-samar, dan jika karyawan itu kekurangan keyakinan diri bahwa

upaya mereka akan mengarah ke penilaian yang memuaskan mengenai kinerja

mereka atau meyakini bahwa akan ada pembayaran yang tidak memuaskan oleh

organisasi bila sasaran kinerja mereka tercapai, kita dapat mengharapkan bahwa

individu-individu akan bekerja cukup jauh dibawah potensial mereka.

Sedangkan menurut Suprihanto (2003: 7) "Setiap kegiatan yang dilakukan

karyawan pasti menghasilkan sesuatu tetapi sesuatu sebagai hasil kegiatan

tersebut belum tentu merupakan kinerja yang diharapkan suatu badan usaha untuk

itu badan usaha menetapkan standar kinerja karyawan agar tujuan dapat tercapai".

Gomes (2000: 141) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil

kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya

sesuai dengan standard dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.

Menurut Gomes (2000: 142) ukuran kinerja mencakup beberapa tipe

kriteria performansi kinerja didasarkan diskripsi perilaku yang spesifik, yaitu:

1. Kuantitas kerja (quantity of work), adalah jumlah hasil kerja yang dia dapat

dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

2. Kualitas kerja (quality of work), adalah kualitas kerja yang dicapai

berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3. Pengetahuan (job knowledge), adalah luasnya pengetahuan mengenai

(51)

4. Kreativitas (creativeness), adalah keaslian gagasan-gagasan yang

dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang timbul.

5. Kerjasama (cooperative), adalah kesediaan untuk bekerja sama dengan orang

lain (sesama organisasi).

6. Ketergantungan (dependability), adalah kesadaran dan dapat dipercaya dalam

hal kehadiran dan penyelesaian kerja.

7. Inisiatif (initiative), adalah semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru

dan dalam memeperbesar tanggung jawabnya.

8. Kepribadian (personal qualities), adalah menyangkut kepribadian,

kepemimpinan, keramahtamahan dan intergrasi pribadi.

Dengan mengidentifikasi aspek-aspek atau dimensi dari kinerja, maka dapat

diketahui efektivitas kinerja suatu pekerjaan yang telah dilakukan seorang

karyawan, sehingga akan lebih mudah bagi badan usaha untuk menentukan

penghargaan yang pantas diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja yang

telah dicapainya. Hal ini akan dapat mendorong karyawan untuk lebih

mengembangkan diri dalam peran pekerjaannya sesuai dengan tuntutan badan

usaha, sehingga kinerja yang dicapai juga akan lebih meningkat.

2.2.4.2. Penilaian Kiner ja

Penilaian kinerja menurut Davis (2001: 341) bahwa penilaian kinerja

merupakan suatu proses di mana organisasi mengevaluasi hasil kerja yang

(52)

dapat digunakan untuk memastikan apakah setiap karyawan pada setiap tingkatan

telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan demikian sistem penilaian

dapat digunakan oleh badan usaha terutama Supervisor dan Manajer untuk

mengevaluasi kinerja, sehingga apabila ada hasil kerja menurun dapat diambil

suatu tindakan.

Menurut Cascio (2000: 302) penilaian kinerja mempunyai dua tujuan yaitu

meningkatkan job performance masing-masing karyawan dan memberikan

informasi untuk karyawan dan manajer dalam pengambilan keputusan. Sesuai

dengan tujuan dari penilaian kinerja maka sebaiknya penilaian kinerja dilakukan

secara terbuka dan rahasia, maksud dari sifat terbuka yaitu: bahwa karyawan yang

dinilai berhak mengetahui penilaian yang dilakukan oleh atasannya, selain itu

apabila menurut karyawan penilaian yang dilakukan tidak sesuai atau tidak adil,

maka karyawan dapat mengajukan keberatan atas penilaian yang diberikan.

Dalam penilaian kinerja, ada pihak yang bertugas sebagai penilai.

Beberapa pihak yang dapat menjadi penilai menurut Mathis dan Jackson

(2002: 87) adalah :

a. Penilaian bawahan oleh atasan

Penilaian karyawan oleh atasan secara tradisional didasarkan bahwa atasan

langsung adalah orang yang berkualitas untuk mengevaluasi kinerja karyawan

secara realistis, objektif, dan adil.

b. Penilaian atasan oleh bawahan

Dalam sebuah pendekatan yang sangat baru, dewan direksi beberapa

(53)

dewan direksi adalah untuk menetapkan tujuan-tujuan dan mengarahkan

upaya pencapaiannya, bagian dari kinerja harus juga dievaluasi.

c. Penilaian kelompok/rekan kerja

Untuk menggunakan anggota kelompok sebagai penilai adalah jika penilaian

lainnya dengan adanya potensi untuk membantu atau menyakiti.

Penilaian kinerja khususnya berguna di saat atasan tidak memiliki

kesempatan untuk mengobservasi setiap kinerja karyawan, tetapi rekan kerja

anggota kelompok melakukannya.

d. Penilaian diri sendiri

Penilaian diri sendiri dilakukan dalam kondisi tertentu. Intinya, hal ini

merupakan alat pengembangan diri yang memaksa karyawan untuk

memikirkan kekuatan dan kelemahan mereka dan menetapkan tujuan

pengembangan. Meskipun ada kesulitan dalam penilaian diri sendiri,

penilaian karyawan jenis ini dapat berguna dan menjadi sumber yang kredibel

untuk informasi penilaian.

e

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif
Gambar 4.1
Tabel 4.1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sukacita bagi orang percaya adalah sukacita yang mengandung kairos dan nilai kekekalan, oleh sebab itu janganlah sukacita orang Kristen menjadi rusak atau hilang karena

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis puisi mahasiswa kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran

Pengujian ketahanan watermark dimaksudkan untuk menguji seberapa tahankah watermark berada pada musik digital sehingga pada saat mengalami ekstraksi, isi dari watermark tersebut

Mentukan dosen calon pembimbing bagi mahasiswa yang menyelesaikan tugas akhir berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai bahan masukan

Informasi bagi pengembangan program kesehatan ibu hamil sampai nifas atau asuhan komprehensif agar lebih banyak lagi memberikan penyuluahan yang lebih sensitive

Dans le monde plus ou moins sombre, éclairé par les lumières au crépuscule, où on pourrait confondre le début du soir et le jour, ou bien la nuit, on voit une femme en blanc

Peningkatan sudut pitch pada penelitian ini yaitu dari 10 o menjadi 11 o menyebabkan penurunan yang besar pada koefisien tangensisal sehingga mengakibatkan penurunan yang

4.2.1 Setiap sekolah dibenarkan mendaftar satu pasukan yang terdiri tidak lebih daripada 13 orang pemain. Semua pemain yang didaftarkan hanya dari Sekolah Menengah sahaja dan