• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUMBUHAN KESADARAN SEJARAH (HISTORICAL CONSCIOUSNESS) PESERTA DIDIK MELALUI METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL SITUS PATIAYAM DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PATI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENUMBUHAN KESADARAN SEJARAH (HISTORICAL CONSCIOUSNESS) PESERTA DIDIK MELALUI METODE INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL SITUS PATIAYAM DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PATI."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Klarifikasi Konsep ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 14

A. Landasan Teori ... 14

1. Definisi sejarah lokal ... 14

2. Kesadaran Sejarah (Historical Counsciousness) ... 18

3. Pembelajaran dengan metode inkuiri ... 25

4. Situs Patiayam ... 32

(2)

C. Kerangka Pemikiran ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 50

A. Lokasi Penelitian ... 50

B. Pendekatan Penelitian ... 51

C. Metode Pengumpulan Data ... 53

D. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati... 64

B. Karakteristik Situs Patiayam ... 66

C. Pemanfaatan Situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati ... 78

D. Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati ... 98

E. Penumbuhan kesadaran sejarah di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati .... 115

F. Pembahasan Temuan Penelitian ... 120

1. Karakteristik Situs Patiayam ... 120

2. Pemanfaatan Situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati ... 123

3. Penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati ... 127

4. Penumbuhan kesadaran sejarah di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati .... 136

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

(3)
(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

1. Tahapan pembelajaran dengan metode inkuiri ... 31

2. Daftar fosil yang ditemukan di Situs Patiayam ... 43

3. Tempat penemuan fosil di Situs Patiayam ... 44

4. Riset ekskavasi fosil di Situs Patiayam dari waktu ke waktu ... 45

5. Waktu penelitian ... 51

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

1. Lokasi Situs Patiayam ... 32

2. Peta Indonesaia 17.000 tahun lalu... 40

3. Selat Muria ... 41

4. Kerangka pikir penelitian ... 49

(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu keadaan yang baik dan keadaan yang buruk. Manusia yang baik adalah menjadikan keadaan baik di masa lalu untuk dipertahankan bahkan ditingkatkan dan menjadi inspirasi di masa kini dan masa mendatang. Semua peristiwa yang kurang baik di masa lalu dijadikan sebagai peringatan dan cambuk untuk tidak dilakukan lagi di masa kini dan masa mendatang. Sikap seperti ini adalah hakikat dari kesadaran sejarah. Kesadaran sejarah mengantar manusia untuk menjadi insan yang cerdas dan cakap dalam menghadapi kehidupan.

Saat ini bangsa Indonesia dihadapkan pada berbagai problematika yang tidak jelas kapan dapat diselesaikan. Problematika yang datang silih berganti menunjukkan jika kesadaran sejarah bangsa ini masih rendah. Oleh karena itu, hal mendesak bagi bangsa saat ini adalah segera mengaktualisasi nilai-nilai kesadaran sejarah di dalam kehidupan sehari-hari.

Semangat mengaktualisasikan kesadaran sejarah sebenarnya telah menjadi bagian dalam tujuan pembelajaran sejarah di sekolah. Tujuan pembelajaran sejarah di SMA/MA antara lain :

(7)

2. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan

3. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau

4. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang

5. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional

(Permendiknas No. 22 Tahun 2006)

(8)

perilaku manusia pada masa kini. Sejarah mampu menentukan eksistensi kehidupan manusia di masa kini dan masa mendatang.

Sejarah merupakan pengalaman-pengalaman masa lalu manusia, maka manusia yang hidup sezaman atau sesudahnya dapat berguru dan belajar dari pengalaman-pengalaman itu agar menjadi manusia yang bijak. Manusia harus mampu mengambil nilai-nilai pelajaran yang terkandung dalam sejarah untuk dijadikan sebagai pedoman hidup dan inspirasi bagi semua tindakan yang diambilnya pada masa-masa mendatang (Sjamsuddin, 2007:285-286)

Tidak mengherankan bila sejarah adalah guru kehidupan yang berasal dari Bahasa Yunani “Historia Magistra Vitae”. HL. Harris mengutip Frederich Harrison menyatakan bahwa sejarah :

Mengajarkan kita sesuatu tentang kemajuan umat manusia, bahwa sejarah itu menceritakan kepada kita beberapa semangat leluhur yang meninggalkan jejak-jejaknya sepanjang masa, bahwa sejarah itu menunjukkan kepada kita bagaimana bangsa-bangsa di muka bumi saling berjalin dalam satu tujuan, atau diterangi dengan ide-ide besar dan tujuan-tujuan mulia yang telah memancarkan kesadaran kemanusiaan (Sjamsuddin, 2007:285)

(9)

filsafat Jerman mengartikan kesadaran sejarah sebagai kesadaran penuh akan historisitas setiap hal yang ada sekarang dan relativitas dari semua pendapat (Sjamsuddin, 2007:219). Menurut definisi ini dapat dikatakan bila kesadaran sejarah merupakan cara memandang peristiwa-peristiwa masa kini dengan pendekatan masa lalu.

Dengan demikian kesadaran sejarah merupakan sikap yang harus dikembangkan di setiap individu. Mengingat setiap individu tentu mempunyai sejarah yang harus dipahami agar dapat bertindak di masa kini secara tepat, cerdas dan mampu merencanakan masa depan dengan lebih baik. Masa lalu yang baik hendaknya dapat dipertahankan dan ditingkatkan di masa kini dan di masa depan. Masa lalu yang kurang baik hendaknya ditinggalkan dan tidak diulang kembali di masa kini. Kesadaran sejarah mengajarkan kepada individu dan masyarakat untuk menjadikan masa lalu sebagai cermin yang menuntun kehidupan di masa kini dan di masa depan.

(10)

Pembelajaran sejarah tidak hanya merupakan wahana pengembangan kemampuan intelektual dan kebanggaan masa lampau, tetapi juga merupakan wahana upaya memperbaiki kehidupan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya. Menurut Hasan (1999: 9) terdapat tiga hal baru yang harus dikembangkan dalam pembelajaran sejarah antara ; (1) Keterkaitan pelajaran sejarah dengan kehidupan sehari-hari peserta didik; (2) Pemahaman dan kesadaran akan karakteristik cerita sejarah yang tidak bersifat final; (3) Perluasan tema sejarah politik dengan tema-tema sejarah sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi.

Peserta didik dalam pembelajaran sejarah di sekolah idealnya dengan melihat secara langsung kehidupan nyata, bukan materi yang jauh dari realitas. Belajar sejarah yang baik dapat berasal dari pengalaman sehari-hari peserta didik. Kedekatan emosional peserta didik dengan lingkungan merupakan sumber belajar yang berharga (Mulyana, 2007:1).

(11)

Jawa Tengah (Mulyaningsih, 2008: 88). Sebagai salah satu situs prasejarah, Situs Patiayam mempunyai potensi yang strategis dalam memperkaya khasanah dunia purbakala di Jawa Tengah. Apalagi selama ini masyarakat lebih mengenal Sangiran sebagai situs prasejarah.

Beberapa alasan yang melandasi guru memasukkan Situs Patiayam adalah agar pemahaman peserta didik mengenai situs purba semakin lengkap dan mendorong peserta didik lebih aktif belajar sejarah dari lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Belajar sejarah dari lingkungan terdekat peserta didik telah menjadi kebijakan sekolah. Hal ini disebabkan sekolah ingin mengimplementasikan KTSP secara utuh selain itu juga untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih variatif dalam metode dan model. Tema Situs Patiayam menjadikan kajian sejarah harus menggunakan beberapa disiplin ilmu sosial lain sebagai ilmu bantu seperti arkeologi, geografi, dan antropologi.

(12)

dapat mengkaji kehadiran dan perkembangan manusia di Situs Patiayam sehingga dapat diidentifikasi jenis dan asal manusia purba di Situs Patiayam.

Beberapa ilmu sosial yang menjadi ilmu bantu sejarah tersebut sangat relevan dengan kajian social studies menurut NCSS. Menurut NCSS (National Council for the Social Studies), social studies adalah kajian integratif dari

ilmu-ilmu sosial dan humanitas yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu-ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi (Myers, 2000:17; Myers; 2002:17).

Situs Patiayam mempunyai peran yang penting untuk menumbuhkan kesadaran sejarah di kalangan peserta didik. Sesuai dengan jejak paleontologi, paleoantropologi, arkeologi dan geografi dapat diketahui bahwa Situs Patiayam merupakan situs prasejarah yang unik karena apabila dicermati pada masa kini letaknya jauh dari sumber air (sungai, danau atau laut). Padahal situs-situs prasejarah yang lain pada umumnya berada di daerah yang dekat dengan sumber air dan sumber makanan, contohnya Situs Sangiran dekat dengan Sungai Bengawan Solo, Wajak di Tulungagung dekat Kediri yang dialiri Sungai Brantas, Mojokerto yang dilewati Sungai Brantas, Ngandong yang dialiri Sungai Bengawan Solo dan lain-lain. Fenomena unik Situs Patiayam tentu merangsang peserta didik untuk menelusuri (inkuiri) kembali masa lalu daerah ini.

(13)

alokasi waktu dan tingkat pertemuan tiap minggu yang diberikan pada mata pelajaran sejarah sangatlah terbatas sehingga menyebabkan peserta didik kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran sejarah.

Selain itu realita di sekolah-sekolah juga menunjukkan pembelajaran sejarah kurang memberi ruang dan waktu sejarah lokal. Frekuensi guru sejarah memberikan materi sejarah lokal di sekolah sampai saat ini masih kurang. Hal-hal yang menyebabkan kondisi ini antara lain guru sejarah masih menganut paradigma pembelajaran berbasis buku ajar. Hampir semua buku ajar (teks) yang dimiliki oleh guru dan peserta didik lebih menekankan pada sejarah dengan skala nasional dan dunia. Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri mengingat peserta didik semestinya juga mendapat pembelajaran sejarah lingkungan terdekat (sejarah lokal). Pada umumnya buku ajar (teks) belum meng”cover” sejarah lokal.

Berbagai manfaat di atas hendaknya memotivasi guru sejarah untuk mampu menyusun sejarah lokal untuk diintegrasikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Salah satu sejarah lokal yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran sejarah adalah Situs Patiayam. Sejarah tentang Situs Patiayam ini saat ini belum banyak diangkat menjadi topik pembelajaran sejarah di sekolah. Situs Patiayam mempunyai koleksi yang lengkap tidak kalah dengan koleksi situs purbakala di tempat lain. Keunikan Situs Patiayam ini dapat dijadikan materi pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk menganalisis dan melakukan penelitian sederhana mengenai situs ini.

(14)

beberapa pendapat tentang metode pembelajaran inkuiri, antara lain: Suchman (1996 : 3), menyatakan bahwa metode pembelajaran inkuiri adalah suatu pola untuk membantu para peserta didik belajar merumuskan dan menguji pendapatnya sendiri dan memiliki kesadaran akan kemampuannya. Menurut Jones (1997 : 41), metode pembelajaran inkuiri adalah strategi mengajar yang memungkinkan para peserta didik mendapatkan jawabannya sendiri. Menurut Widja (1985 : 48), metode pembelajaran inkuiri adalah suatu metode yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip.

Oleh karena itu dengan mengenali aspek kesejarahan dari peristiwa lokal maka peserta didik memiliki kebanggaan pada wilayahnya sendiri tanpa harus kehilangan semangat menghormati kebudayaan dan sejarah miliki masyarakat lain. Pembelajaran sejarah lokal dimungkinkan peserta didik akan lebih mempunyai ketertarikan dalam belajar. Hal ini disebabkan materi belajar sejarah lokal diperoleh dari sekitar kehidupan peserta didik yang diperoleh lingkungan dan masyarakat setempat.

(15)

B. Rumusan Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penumbuhan kesadaran sejarah (historical consciousness) peserta didik melalui metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati” ?

Adapun masalah di atas dirinci ke dalam pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana karakteristik Situs Patiayam ?

2. Bagaimana pemanfaatan situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati?

3. Bagaimana penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati?

4. Bagaimana kesadaran sejarah dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati? C. Klarifikasi Konsep

Klarifikasi konsep dari penelitian ini terdiri dari : pembelajaran sejarah lokal, Situs Patiayam, metode inkuiri dan kesadaran sejarah.

Pertama, Pembelajaran sejarah lokal adalah sebagai suatu proses

(16)

Patiayam, (d) kondisi geografis sekitar Situs Patiayam yang melatarbelakangi munculnya peradaban kuno Situs Patiayam.

Kedua, Situs Patiayam adalah sebuah situs purba yang secara

administratif berada di Kabupaten Kudus namun status kepemilikan tanah berada di tangan Perum Perhutani Pati. Letak situs ini berada antara Kabupaten Pati dan Kudus tepatnya di Desa Terban Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Dari kota Kudus berjarak 20 km dan berjarak 15 km dari kota Pati. sejarah lokal Situs Patiayam termasuk dalam mata pelajaran sejarah kelas X. Silabus kelas X semester dua mata pelajaran sejarah salah satu Kompetensi Dasarnya adalah Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia yang dijabarkan dalam beberapa indikator antara lain : mendeskripsikan berbagai fosil manusia purba di Indonesia, mendeskripsikan perkembangan biologis manusia purba di Indonesia, membuat bagan perkembangan budaya di Indonesia secara kronologis. Dari beberapa indikator ini ditambah dengan materi sejarah lokal (Situs Patiayam) antara lain 1) Menganalisis proses muncul dan berkembangnya kehidupan awal manusia dan masyarakat di kepulauan Indonesia, 2) Mengidentifikasi Situs Patiayam berdasarkan keadaan alam, 3) Mengklasifikasi koleksi benda prasejarah di Situs Patiayam berdasar kajian paleotologi, paleoantropologi dan arkeologi, 4) Mengidentifikasi kehidupan di Situs Patiayam di masa lalu, dan 5) Menjadikan Situs Patiayam sebagai wahana menumbuhkan kesadaran sejarah.

Ketiga, metode inkuiri adalah sebuah proses pembelajaran di mana

(17)

manfaat dan pengetahuan yang baru. Pengetahuan ini adalah sesuatu yang baru bagi peserta didik dan dapat dapat digunakan untuk menjawab berbagai persoalan, untuk mengembangkan sebuah penyelesaian (solusi) dan mendukung membentuk sudut pandang/ paradigma peserta didik.

Keempat, kesadaran sejarah adalah kondisi kejiwaan yang menunjukkan

tingkat penghayatan pada makna dan hakikat masa lalu bagi masa kini dan masa yang akan datang. Sehingga masa lalu menjadi cermin bagi tiap manusia dalam menentukan langkah di masa kini dan memprediksikan masa depan.

D. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penumbuhan kesadaran sejarah (historical consciousness) peserta didik melalui metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui karakteristik Situs Patiayam

2) Untuk mengetahui pemanfaatan situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati

3) Untuk mengetahui penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati 4) Untuk mengetahui kesadaran sejarah dapat ditumbuhkembangkan

(18)

E. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

1) Memberikan kontribusi bagi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran sejarah lokal di persekolahan

2) Memberikan pengayaaan materi sejarah kelas X SMA/MA untuk materi kehidupan purba/ prasejarah di Indonesia

b. Manfaat praktis

1) Sebagai masukan bagi guru sejarah di Kabupaten Pati dan sekitarnya terutama yang tergabung di dalam forum MGMP sejarah agar dalam pembelajaran sejarah untuk memasukkan sejarah lokal Situs Patiayam. Sehingga memunculkan kebanggaan di kalangan peserta didik terhadap daerahnya yang ternyata mempunyai situs purbakala yang potensial. Mengingat selama ini peserta didik lebih mengenal situs purbakala Sangiran di lembah Bengawan Solo.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati dan di Situs Patiayam. Pemilihan lokasi penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati lebih dikarenakan sebagai satu-satunya lembaga pendidikan yang bercorak keagaamaan di Kabupaten Pati yang aktif dalam kegiatan MGMP Sejarah. MGMP Sejarah SMA/MA di Kabupaten Pati saat ini telah melakukan kajian terhadap Situs Patiayam untuk dijadikan materi ajar di persekolahan. Sebagai sekolah yang aktif mendukung kegiatan MGMP sejarah maka Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati berusaha menggalakkan pembelajaran sejarah lokal.

Pemilihan loaksi Situs Patiayam sebagai tempat penelitian karena situs ini merepresentasikan materi dengan kompetensi dasar “Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia” pada mata pelajaran sejarah kelas X

(20)

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan September 2010 sampai Mei 2011 dengan rincian sebagai berikut :

TAHAP PENELITIAN WAKTU Sep 10 Okt 10 Nop 10 Des 10 Jan 11 Peb 11 Mar 11 Apr 11 Mei 11 Jun 11 Penyusunan proposal Ujian proposal

Revisi ujian proposal

Tahap persiapan ke

lapangan

Penelitian ke lapangan

Analisis data

Penyusunan laporan

Bimbingan dan konsultasi

[image:20.595.92.563.191.607.2]

Ujian tesis

Tabel 5 : Waktu penelitian B. Pendekatan Penelitian

(21)

penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk naturalistik. Penelitian naturalistik adalah penelitian yang ingin mengungkapkan perilaku manusia dalam konteks natural atau alamiah, bulat dan menyeluruh. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah perilaku subjek penelitian seperti pengelola Situs Patiayam, guru sejarah dan peserta didik di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati.

Adapun yang dimaksud konteks alamiah adalah semua aspek non manusia seperti Situs Patiayam dan kondisi kelas yang dibiarkan seperti apa adanya tanpa rekayasa dari penelitian. Menurut Lincoln dan Guba (1985:35), konteks alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Sehingga penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli secara alami.

(22)

dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data bukan dari pandangan peneliti (Sugiono, 2006:12). Pemilihan metode naturalistik karena metode naturalistik dapat mengungkapkan pengetahuan yang tidak terkatakan, seperti perilaku subjek penelitian yang dapat diamati seperti perhatian, keseriusan, dan ekspresi informan pada saat wawancara maupun saat melakukan kegiatan.

Selain alasan tersebut metode naturalistik menawarkan pengambilan sampel secara purposif, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dalam hal ini peneliti mengambil subjek penelitian Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati dan di Situs Patiayam. Metode naturalistik mampu mengungkapkan hubungan yang wajar antara peneliti dan informan. Dalam penelitian ini hubungan yang wajar antara peneliti dan informan muncul ketika peneliti mewawancarai informan dan pada saat peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati dan di Situs Patiayam.

C. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, maka metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

(23)

dengan menentukan sarana dan prasarana, metode, alat dan perangkat pembelajaran sejarah dan kegiatan belajar mengajar di kelas X 1. Observasi pertama dilakukan tanggal 2 April 2011 di kelas X 1 untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran sejarah yang sedang membahas tema pembabakan prasejarah berdasarkan benda-benda yang dibuat (arkeologis) sekaligus menjelaskan tentang rencana kegiatan penelitian di Situs Patiayam. Observasi kedua dilaksanakan pada 3 April 2011 yaitu di Situs Patiayam. Peserta didik dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya bekerja melakukan kajian mengenai Situs Patiayam dengan panduan observasi yang telah diberikan guru sejarah. Observasi ketiga dilaksanakan pada 5 April 2011. Peneliti mengamati pembelajaran sejarah di kelas yang mendiskusikan mengenai Situs Patiayam. Peserta didik diberi kesempatan membuat laporan oleh guru dengan menggunakan langkah-langkah metode inkuiri. Observasi keempat dilaksanakan pada 9 April 2011 di kelas X 1. Peneliti mengamati kegiatan peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan di Museum Patiayam. Tiap kelompok diberi waktu menyampaikan hasil laporan untuk mendapat komentar dari kelas. Observasi kelima dilaksanakan pada 12 April 2011 untuk mengamati kegiatan belajar mengajar dengan materi ajar mengenai kesadaran sejarah dan kerelasinya dengan Situs Patiayam.

(24)

fosil gajah. Di sebelah selatan gardu pandang terdapat gua buatan penduduk yang digunakan untuk menggali pasir. Ternyata di dalam gua tersebut ditemukan berbagai fosil yang sebagian telah disimpan di dalam museum.

Secara umum observasi di kelas X 1 Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati, peneliti berhasil memotret suasana pembelajaran sejarah yang penuh dengan keaktifan peserta didik. Kelas menjadi lebih semarak dengan adanya diskusi di dalam kelompok membahas Situs Patiayam. Memang masih ada beberapa peserta didik laki-laki yang masih kurang antusias belajar. Observasi di Situs Patiayam, peneliti berhasil merekam jejak-jejak masa lalu bangsa Indonesia pada masa prasejarah. Bahwasanya bumi tempat tinggal manusia selalu mengalami perubahan bentuk baik yang disebabkan oleh tangan manusia sendiri ataupun aktvitas bumi sendiri.

2. Wawancara

(25)

dalam penelitian ini. Informan atau nara sumber yang diwawancarai oleh peneliti antara lain :

1. Rif’atun Nasikah, S.Pd. selaku guru mata pelajaran sejarah kelas X 1 memberikan informasi terkait dengan pembelajaran sejarah dan sejarah lokal, penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah dan kondisi kesadaran sejarah peserta didik.

2. Probo Hapsoro selaku pemerhati sejarah lokal tinggal di Pati memberi informasi mengenai Situs Patiayam dan beberapa tradisi lisan terkait dengan kawasan Patiayam.

3. Rakijan selaku pengelola Situs Patiayam dan Museum Patiayam memberikan informasi mengenai berbagai koleksi museum dan sejarah Situs Patiayam. 4. Ahmad Syafei peserta didik kelas X 1

5. Ari Yuliani peserta didik kelas X 1

6. Elica Ratnaningsih peserta didik kelas X 1 7. Gaby Shinta Burhana peserta didik kelas X 1 8. Munfaati peserta didik kelas X 1

9. Ratih Wahyuningtyas peserta didik kelas X 1 10. Fafirotin Nurul Hidayati peserta didik kelas X 1 11. Fathul Lailin Ni’mah peserta didik kelas X 1

(26)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pemanfaatan setiap bahan tertulis maupun rekaman yang tersedia dari Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati. Adapun dokumentasi yang dimanfaatkan untuk penelitian ini antara lain : Silabus sejarah kelas X, RPP sejarah kelas X semester dua dan daftar inventarasisai koleksi Museum Patiayam. Silabus sejarah SMA/ MA semester dua terdapat satu standar kompetensi yaitu : “Menganalisis peradaban Indonesia dan dunia” dan tiga kompetensi dasar yaitu : “Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia”, “Mengidentifikasi peradaban awal masyarakat di dunia yang berpengaruh terhadap peradaban

Indonesia”, “Menganalisis asal-usul dan persebaran manusia di kepulauan

Indonesia”. Dari tiga kompetensi dasar tersebut yang relevan dengan materi

sejarah lokal Situs Patiayam adalah kompetensi dasar pertama yaitu : “Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia”.

Di dalam silabus yang dibuat oleh guru sejarah kelas X Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati disebutkan bahwa kompetensi dasar “Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia” dijabarkan dalam beberapa indikator yaitu : 1)

(27)
(28)

menumbuhkan kesadaran sejarah” dengan materi pembelajaran antara lain : konsep kesadaran sejarah, Refleksi diri terhadap kondisi kesadaran sejarah yang dimiliki peserta didik, Tipe-tipe kesadaran sejarah dan Karakter yang mencerminkan kesadaran sejarah yang tinggi.

Dalam pembelajaran sejarah dengan metode inkuiri, peneliti melakukan kajian terhadap hasil penugasan yang diberikan guru. Penugasan ini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik mengenai sejarah lokal Situs Patiayam dan penerapan metode inkuiri.

Di Situs Patiayam, peneliti melakukan dokumentasi dengan mengambil gambar di sekitar Situs Patiayam seperti kondisi museum, koleksi museum dan tempat penemuan fosil.

D. Teknik Analisis Data

Secara umum ada tiga data yang berhasil diperoleh dari penelitian ini antara lain data dokumentasi berupa profil Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati, dokumentasi silabus dan RPP mata pelajaran sejarah kelas X semester dua, dokumentasi hand out Situs Patiayam yang diberikan guru kepada peserta didik, data observasi meliputi observasi di kelas X 1, observasi di Museum Patiayam, data wawancara yang diperoleh dari pengelola Museum Patiayam, pemerhati sejarah lokal di Pati, guru sejarah kelas X dan peserta didik kelas X 1.

[image:28.595.112.515.250.631.2]
(29)

diperoleh dari penelitian ini tentu harus melalui teknik analisis data yang dikemukakan oleh ahli.

Tahap pertama adalah pengumpulan data. Ada tiga jenis data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan penelitian ini antara lain :

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi di kelas X 1 ketika pelajaran sejarah berlangsung sebanyak empat pertemuan. Di dalam kelas, peneliti mencatat berbagai hal yang ditemukan seperti perilaku guru, sikap peserta didik saat pembelajaran sejarah dan interaksi guru dan peserta didik.

Peneliti juga melakukan observasi ke Situs Patiayam sebanyak dua kali. Pertama dilakukan untuk memotret kompleks Situs Patiayam dan yang kedua untuk mengamati kegiatan peserta didik ketika mengunjungi Museum Patiayam

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada nara sumber atau informan yang dianggap peneliti mampu menjawab rumusan masalah penelitian. Informan yang diwawancarai antara lain pengelola museum, pemerhati sejarah, guru sejarah kelas X 1 dan peserta didik kelas X 1.

3. Dokumentasi

(30)

Selain itu dalam pembelajaran sejarah dengan metode inkuiri, peneliti melakukan kajian terhadap hasil penugasan yang diberikan guru. Penugasan ini merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik mengenai sejarah lokal Situs Patiayam dan penerapan metode inkuiri.

Adapun tahap teknik analisis data yang kedua adalah reduksi data. Tahap ini adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasiakan data. Dari tiga jenis data yang diperoleh peneliti yang tidak layak dimasukkan ke dalam penelitian antara lain : sebagian hasil wawancara dengan Probo Hapsoro yang menginformasikan tentang Situs Patiayam dan sejarahnya. Dari hasil wawancara tersebut yang tidak direduksi oleh peneliti adalah bagian tradisi lisan yang ada kaitannya dengan daerah Patiayam. Tradisi lisan ini menceritakan mengenai tokoh fiktif Baron Sekeber yang pernah bermeditasi di salah satu gua yang ada di Bukit Patiayam. Baron Sekeber ini dikisahkan sebagai orang sakti yang mempunyai kesaktian dapat terbang. Ketika bermeditasi di gua yang ada di Bukit Patiayam, dia melihat ke arah tenggara dan menyaksikan keindahan Kadipaten Pati sehingga Baron Sekeber ingin menguasai Pati. Kisah ini dinilai tidak ada kaitannya dengan kajian purbakala Situs Patiayam.

(31)

berdasarkan tujuan penelitian. Ada empat rumusan masalah yang disajikan dalam penelitian ini antara lain :

1) Bagaimana karakteristik Situs Patiayam ?

2) Bagaimana pemanfaatan situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati ?

3) Bagaimana penerapan metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati ?

4) Bagaimana kesadaran sejarah dapat ditumbuhkembangkan dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati

[image:31.595.76.514.229.608.2]

Dari empat rumusan masalah ini akan dijabarkan berdasarkan data-data yang diperoleh melalui dokumentasi, observasi dan wawancara. Sehingga kegiatan dokumentasi, observasi dan wawancara yang dilakukan telah diusahakan sebisa mungkin memenuhi empat rumusan masalah di atas. Perhatikan gambar di bawah ini

Gambar 5 : Hubungan metode pengumpulan data dan rumusan masalah

Tahap analisis data yang keempat adalah kesimpulan atau verifikasi yaitu upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan hal-hal yang sering timbul dan sebagainya. Data yang dikumpulkan peneliti yaitu dokumentasi, observasi dan wawancara

Dokumentasi

Observasi

Wawancara

Analisis Data Jenis Data

1. Karakteristik Situs Patiayam 2. Pemanfaatan sejarah lokal Situs

Patiayam

3. Metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah

(32)
(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penumbuhan kesadaran sejarah (historical consciousness) peserta didik melalui metode inkuiri dalam pembelajaran sejarah lokal Situs Patiayam di Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati sangat penting untuk direalisasikan karena kesadaran sejarah merupakan sikap mental yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik dalam rangka menjalani kehidupan di masa kini dan masa mendatang dengan menggunakan perspektif masa lalu.

Pemanfaatan sejarah lokal Situs Patiayam ternyata cukup mendapat animo peserta didik. Hal ini dibuktikan dengan partisipasi aktif peserta didik dalam belajar sejarah. Peserta didik tampak bersemangat belajar sejarah lokal Situs Patiayam karena guru menerapkan metode belajar yang memungkinkan mereka menggali, menyelidiki, menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara kelompok (disebut juga metode inkuiri). Guru tidak berperan sebagai pihak yang paling tahu. Meskipun terkadang cara bekerja peserta didik dalam menyelesaikan masalah masih ada kekurangan. Situs Patiayam sebagai kajian sejarah lokal di kelas mengkaji beberapa aspek antara lain : peninggalan paleontologi, peninggalan paleoantropologi, peninggalan arkeologis dan kondisi geografis Situs Patiayam.

(34)

Memiliki kesadaran sejarah berarti dapat menangkap makna hubungan sejarah masa lalu, kini dan masa yang akan datang sebagai kelanjutan berkesinambungan. Setiap peristiwa sejarah dipahami secara selektif untuk kepentingan dirinya dalam menghadapi masa depan. Suatu peristiwa sejarah barulah dapat bermakna secara langsung dalam kehidupan masyarakat apabila peristiwa sejarah itu dipahami secara objektif. Dari sejarah manusia dapat mengetahui segala keteladanan, kelemahan dan berusaha secara maksimal untuk tidak membuat kesalahan yang sama atau sekurang-kurangnya memperkecil kekurangan. Pengetahuan sejarah masa lalu akan sangat membantu dalam pemecahan persoalan-persoalan masyarakat sekarang ini.

Kesadaran sejarah hanya dapat tumbuh dan berkembanga apabila peserta didik mempunyai pengetahuan tentang berbagai fakta sejarah. Beberapa karakter peserta didik Madrasah Aliyah Negeri 2 Pati dengan memanfaatkan Situs Patiayam antara lain siap menghadapi masa depan, mengagumi masa lalu, waspada, kreatif, sebagai inspirasi bagi kehidupan, keinginan untuk hidup lebih baik dari masa lalu, semangat kerja keras merupakan contoh sikap peserta didik yang mempunyai kesadaran sejarah tinggi.

B. Rekomendasi

1. Situs Patiayam perlu dikelola secara profesional agar kelak menjadi situs purbakala yang dikenal secara nasional bahkan dunia. Hal ini dapat direalisasikan apabila ada kepedulian dari pemerintah.

(35)

memang telah melakukan kajian terhadap Situs Patiayam pada tahun 1930-an serta memperkaya khasanah keilmuwan sejarah.

3. Pembelajaran sejarah lokal di persekolahan harus digalakkan dan dimaksimalkan. Tujuannya tidak lain adalah merangsang minat belajar sejarah yang selama ini memang memprihatinkan.

4. Metode belajar sejarah yang persekolahan harus selalu di evaluasi, jangan sampai guru hanya mengetahui metode ceramah. Guru sejarah perlu berimprovisasi dengan metode belajar yang lebih menantang guru dan peserta didik salah satunya dengan metode inkuiri.

5. MGMP sejarah sebagai pilar dalam menyelamatkan sejarah lokal harus pro aktif dan intensif dalam menyusun dan menginventarisasi kekayaan sejarah di daerah masing-masing.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (ed). 1990. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ahonen, Sirkka. 2005. Historical Consciousness: a Viable Paradigm for History

Education? Journal of Curriculum Studies.

http://www.tandf.co.uk/journals

Cassirer. E., 1987. Manusia dan Kebudayaan; sebuah Esei tentang Manusia (Edisi Terjemahan oleh Alois Nugroho). Jakarta: PT Gramedia

Daldjoeni, N. 1984. Geografi Kesejarahan II (Indonesia). Bandung: Penerbit Alumni

Diamond, L.Plattner, M.F. 1998. Nasionalisme, Konflik Etnik dan Demokrasi. (Edisi Terjemahan oleh Somardi). Bandung: Penerbit ITB Bandung

Echols, J. M. dan Shadily, H. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Erikson, E.H. 2002. Identitas Diri, Kebudayaan dan Sejarah. (EdisiTerjemahan oleh Agus Cremers). Maumere: LPBAJ

Gazalba, S. 1981. Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo

Farida Luwistiana 2009. Peran Pembelajaran Sejarah dalam Pelestarian Cagar Budaya Sangiran (Studi Kasus di SMP N I Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen). Tesis Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Gelar Magister Pendidikan Sejarah. Solo: Program Studi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta (tidak terbit)

Hasan,.S.H. 1999. “Pendidikan Sejarah Untuk Membangun Manusia Baru Indonesia”, dalam Mimbar Pendidikan, Nomor 2 Tahun XVIII, Bandung IKIP Bandung, hlm.4-11

(37)

Kan, Flora. (tt). On the Historical Consciousness of Hong Kong Students. Hong Kong: Department of Curriculum Studies The University of Hong Kong Kartodirjo, S.1987. Kebudayaan Pembangunan dalam Perspektif Sejarah.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press

---. 1992. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia

---. 1993. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Lee, Peter. 2002. Walking Backwards into Tomorrow: Historical Consciousness and Understanding History. Paper given at Annual Meeting of American Educational Research Association. New Orleans

Lincoln, Y.S., and Guba, E. G. 1985. Naturalistic Inquiry. California: Beverly Hills: Sage Pub.

Lowith. 1950. Meaning in History: the Theological Implications of The Philosophy of History. London: Cambridge University Press

Madjied, M. Dien. 2007. Penulisan Sejarah Lokal dari Aspek Kebudayaan dalam Mulyana, Agus dan Gunawan, Restu. 2007. Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran Sejarah. Bandung: Salamina Press (hal. 125-138)

Milles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, J.L. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Rosdakarya Offest

Mulyana, A dan Gunawan, R. 2007. Lingkungan Terdekat: Sumber Belajar Sejarah Lokal dalam Mulyana, Agus dan Gunawan, Restu. 2007. Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran Sejarah. Bandung: Salamina Press (hal. 1-12)

Mulyaningsih, S. Dkk. 2008. Vulkanisme Kompleks Gunung Patiayam di Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah dalam Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No.2 Juni 2008: 75-88

Myers, Charles B. 2000. National Standards for Social Studies Teachers. Washington: NCSS

(38)

Nasution. 1992. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Bandung: Tarsito. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Roestiyah N. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sartono, S. dkk. 1978. Sedimentasi daerah Patiayam (Jawa Tengah): Unit Paleoekologi-Radiometri. Jakarta: Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Setiawan, A. 2001. Geologi dan Paleontologi Vertebrata Daerah Patiayam dan Sekitarnya Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Departemen Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung

Sjamsuddin, H. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Suchman, J. R. 1966. Developing Inquiry. IIIlinois-USA: Science Research Associetes.

Soedijarto, 1998. Pengajaran Sejarah Sebagai Wahana Pendidikan Nilai dan Sikap (Makalah Simposium Nasional Sejarah IV). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugiyono, 2006. Metode Pendidikan Kualitatif, Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johan. 1999. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti

Supardan, D. 2004. Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global Untuk Integrasi Bangsa. Disertasi Doktor pada SPs UPI: tidak diterbitkan

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wasino. 2009. Pokok-Pokok Pikiran untuk Penulisan Sejarah Lokal. Makalah Sarasehan Koordinasi dan Curah Pendapat Penguatan Sejarah Lokal untuk Meningkatkan Wawasan Kebangsaan Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga. Patra Jasa Semarang, 24 Maret 2009.

(39)

---. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Penagajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Wineburg, S. 2008. Berfikir Historis, Memetakan Masa Depan, Mengajarkan Masa Lalu. (Edisi Terjemahan oleh Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Yuwono, JSE. 2008. Kawasan Karst Sukolilo – Jawa Tengah: Potensi Arkeologi dan Tinjauannya Secara Makro. Makalah diselenggarakan oleh PEKINDO dalam rangka penetapan zona lindung kawasan karst Sukolilo, Kabupaten Pati (Jawa Tengah) dan sekitarnya

Zaim, Y. 1996. Stratigrafi Kuarter di Indonesia: Pengaruh Perubahan Muka Laut Global Kala Plestosen Terhadap Penyebaran dan Lingkungan Hidup Manusia Purba di Jawa. Makalah

Suara merdeka 24 April 2011 halaman 13

Internet

www.patiayam/com

Gambar

Tabel 5 : Waktu penelitian
gambar di sekitar Situs Patiayam seperti kondisi museum, koleksi museum dan
Gambar 5 : Hubungan metode pengumpulan data dan rumusan masalah

Referensi

Dokumen terkait

Dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah itulah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bengkalis menggambil ukuiran untuk mencapai

Kelancaran dalam berkomunikasi sangat penting dan menyangkut implementasi pengadaan bus sekolah gratis bagi pelajar di Kecamatan Mandau Kabupaten Begkalis ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan manajemen stres mampu menurunkan tingkat kecemasan menghadapi UN pada murid SMP Negeri Kupang, dan ada perbedaan secara signifikan

Indonesia merupakan negara maritim, dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan, dengan perbandingan 2/3 laut dan 1/3 daratan. Bahkan total garis pantai

Dengan demikian, penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran IPS pada materi menghargai jasa para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dapat

Dari kasus sengketa tanah yang sampai ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) dengan nomor perkara 72/G.TUN/2005/PTUN-MDN tersebut gugatan datang dari

Penerapan Theory of Reasoned Action berkaitan dengan keputusan yang dilaksanakan oleh seseorang dalam rangka penerimaan sistem teknologi informasi dimana adalah suatu