• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa Tahun 1961-1989 T1 152009003 BAB I"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

A. Latar Belakang

Depdiknas RI dalam Tri Widiarto (2003:5) mendefinisikan

pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan definisi

pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional tersebut, nampak bahwa

pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang menciptakan

peserta didik yang lebih berkembang secara spiritual, kepribadian serta

dapat berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya hidupnya. Proses

pembelajaran ditujukan kepada peserta didik agar bisa memimpin dirinya

untuk hidup selanjutnya.

Menurut Oteng Sutrisna dalam Dian Lukitaningtyas (2012:11)

Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber-sumber manusianya,

maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik,

aparat pemerintahan yang cakap dan bersih, angkatan perang yang

tangguh, ataupun peekonomian yang makmur bagi seluruh rakyat. Setiap

pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia selalu diupayakan melalui

sebuah pendidikan. Suatu bangsa yang maju adalah bangsa yang

(2)

Pendidikan yang berkualitas itu sendiri akan terwujud apabila

memiliki kesatuan antar faktor yang saling mempengaruhi keberhasilan

proses pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan akan nampak apabila

bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Tri Widiarto dan Esther Ariani

(2007:41) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

pendidikan, antara lain:

1. Tersedianya tenaga kependidikan yang cukup dan bermutu

2. Adanya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.

3. Tersedianya biaya pendidikan yang memadai

4. Sarana pendidikan yang dapat mendukung kurikulum

5. Manajemen pendidikan yang efektif.

Perkembangan pendidikan selanjutnya mulai dikuasai oleh para

penjajah salah satunya adalah bangsa Portugis yang datang pertama kali di

Indonesia pada abad ke-16. Tujuan utama mendatangi Indonesia adalah

mencari (berdagang) rempah-rempah yang banyak dihasilkan di Maluku

dengan missi 3G yaitu:

1. Mencari kekayaan termasuk berdagang (Gold)

2. Mencari kemuliaan bangsa (Glory)

3. Menyebarkan agama (Gospel)

Menurut Soemanto dan Soeyarno dalam Muhammad Rifai

(2010:54-55) untuk tugas-tugas menyebarkan agama, didatangkan para

(3)

Katolik para Misionari mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1536, di

Ternate didirikan sekolah yang mendidik calon-calon missionaris atau

pekerja agama. Banyak anak-anak Indonesia yang masuk sekolah- sekolah

Missionari. Dengan usaha-usaha sosial dari para missionari, kehidupan

masyarakat menjadi semakin maju.

Sekolah seminari pertama kali didirikan oleh Antonio Galvano di

Maluku untuk anak-anak pemuka-pemuka pribumi. Di sekolah ini selain

diajarkan pelajaran agama juga diajarkan membaca, menulis, dan

berhitung (Muhammad Rifai, 2010:54-55).

Menurut Depdikbud dan Gunawan dalam Muhammad Rifai

(2010:54) penyebaran agama Katolik juga didasarkan pada kebijakan

Politik Etis. Semakin lama sekolah seminari atau sekolah Katolik ini

berkembang pesat di daerah Indonesia, tidak hanya pada masa itu saja

bahkan hingga sekarang masih berdiri berbagai sekolah Katolik maupun

Kristen tersebut. Sekolah- sekolah tersebut masuk keberbagai daerah

Indonesia termasuk kota Ambarawa dan Bawen.

Menurut Soemanto dan Soeyarno dalam Muhammad Rifai

(2010:59) pada masa penjajahan Belanda, sekolah-sekolah yang didirikan

oleh pemerintah kolonial Belanda memiliki konteks pendidikan dan

pengajaran yang prinsipnya untuk memenuhi kebutuhan pegawai rendahan

di kantor-kantor praja dan lainnya, bahkan menjadi pengajar di sekolah

(4)

masa Hindia Belanda tersebut terbagi dalam tingkatan-tingkatan.

Tingkatan tersebut adalah:

1. Pendidikan tingkat rendah (Lagere Onderwijs),

2. Pendidikan menengah (middelbaar Oederwijs),

3. Pendidikan tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan guru bagi sekolah rendah, pemerintah

kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah guru untuk kaum pribumi.

Alasan pendirian sekolah ini juga karena pemerintahan Belanda merasa

keberatan jika harus menggaji guru-guru yang didatangkan dari Belanda

dengan biaya yang mahal. Para missionaris yang tersebar diseluruh

wilayah Indonesia ditugaskan untuk membangun sejumlah sekolah dan

asrama, salah satunya pembangunan sekolah missi di Kota Ambarawa

pada tahun 1924 oleh seorang suster. Sekolah Guru tersebut bernama

Normaalschool Te Ambarawa yang dalam perkembangannya berubah

nama menjadi Sekolah Pendidikan Guru Mendut (SPG Mendut).

Normaalschool Te Ambarawa dikelola oleh para Suster Ordo Santo

Franciscus (OSF) untuk sekolah putri. Sedangkan untuk sekolah putra

dikelola oleh Bruder Fratres Imaculate Congrulation (FIC). Sepanjang

sejarah SPG Mendut Ambarawa terdapat beberapa peristiwa penting

diantaranya pada tahun 1987 berpindah lokasi kedaerah Bawen

dikarenakan tidak dapat memenuhi syarat yang diminta oleh pemerintah

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dapat kita rumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru

(SPG) Mendut tahun 1961-1989?

2. Bagaimana masa Transisi Gedung Sekolah Pendidikan Guru

Mendut tahun 1984-1989?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menperdalam

materi mata kuliah Sejarah Pendidikan yang telah diajarkan dengan topik

permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini

yaitu:

1. Mendeskripsikan sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru

Mendut tahun 1961-1989?

2. Mengkaji secara mendalam masa Transisi Gedung Sekolah

Pendidikan Guru Mendut tahun 1984-1989

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

a. Menjadi bahan referensi bagi mata kuliah sejarah pendidikan.

b. Memberi pemahaman tentang sejarah perkembangan Sekolah

(6)

2. Manfaat Praktis

a. Memberi sumbangan bahan penelitian lebih lanjut tentang

sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru di Ambarawa

dan bagi masyarakat sekitar dalam bidang pendidikan.

b. Menambah wawasan pengetahuan tentang sejarah Sekolah

Pendidikan Guru Mendut Ambarawa bagi masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjaga fungsi bagian mesin yang bergesekan itu agar berfungsi dengan baik maka harus di pilihan jenis/tipe pelumas yang sesuai dengan mesin sebagai contoh mesin diesel

Penyelenggaran pelayanan samsat Corner galeria mall sudah berjalan dengan baik, pelaksanaan pelayanan telah menyesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan dan keputusan

Pokja ULP pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung untuk Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna

Pokja ULP/ Panitia Pengadaan Alat Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Cicalengka Kabupaten Bandung memberi kesempatan kepada penyedia barang jasa untuk

National Risk and Vulnerability Survey (NRVA) 1389-90. Afghanistan's Multi-Purpose

No Satuan Kerja Kegiatan Volume Pagu Sumber

[r]

[r]