• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Persepsi Guru Terhadap Lingkungan Kerja Dengan Disiplin di SMA Kartika III-I Banyubiru Tahun Ajaran 2012/2013 T1 132008037 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Antara Persepsi Guru Terhadap Lingkungan Kerja Dengan Disiplin di SMA Kartika III-I Banyubiru Tahun Ajaran 2012/2013 T1 132008037 BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Lembaga Kemahasiswaan

2.1.1 Pengertian Lembaga Kemahasiswaan

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi, hal ini tercantum dalam buku Peraturan Penyelenggarakan Kegiatan Akademik dalam Sistem Kredit Semester Universitas Kristen Satya Wacana (2009). Mahasiswa merupakan elemen penting dalam setiap perguruan tinggi. Seperti di Universitas Kristen Satya Wacana yang sering disebut UKSW, maha-siswanya dicetak menjadi mahasiswa yang berjiwa yang bermoral tinggi, berbudi luhur yang didasarkan atas kasih dan etika keilmuan serta peduli terhadap masalah sosial, lingkungan hidup dan kemanusiaan dalam kehidupan masyarakat. Untuk mencetak mahasiswa ini diperlukan wadah khusus di dalam perguruan tinggi. Oleh karena itu setiap perguruan tinggi menyediakan wadah Lembaga Kemaha-siswaan demi perkembangannya yang sering disebut LK.

(2)

8

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut maka UKSW harus melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, mendorong pemikiran yang kritis-prinsipil dan kreatif-realistis, menjadi pusat pemikiran dan pengalaman untuk pembinaan kehidupan yang adil, tertib, bebas dan sejahtera, menjadi Perguruan Tinggi Kristen Indonesia yang seluruh kegiatannya pada satu pihak merupakan perwujudan iman Kristen yang oikumenis dan pihak lain menjawab secara tepat situasi sosio-kultural dan kebutuhan bangsa dan dan negara Indonesia, mengusahakan hubungan yang bermakna antara iman Kristen dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan dan pelayanan serta mengusahakan terbentuknya angkatan pemimpin masyarakat yang dilengkapi bekal ilmu pengetahuan dan kepekaan di bidang tertentu serta memiliki kesadaran pengabdian kepada masyarakat.

Keseluruhan hal tersebut tidak dapat dijalankan oleh pimpinan fakultas atau Universitas semata namun oleh semua komponen didalamnya termasuk mahasiswa melalui Lembaga Kemahasiswaan (Dera, 2004)

2.1.2 Bentuk Organisasi Lembaga Kemahasiswaan di Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

Ketentuan Umum Keluarga Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (KUKM UKSW, 2011) menyebutkan bentuk organisasi LK di UKSW adalah: (1) Badan perwakilan Mahasiswa Universitas (BPMU) adalah lembaga

perwa-kilan dan permusyawaratan mahasiswa di aras Universitas.

(3)

9

(3) Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF) adalah lembaga perwakilan dan permusyawaratan mahasiswa diaras fakultas.

(4) Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) adalah lembaga eksekutif di aras fakultas yang mengkoordinasikan aktivitas mahasiswa di aras fakultas dan atau program studi.

(5) Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP) adalah himpunan mahasiswa yang terdapat pada fakultas tertentu yang mempunyai program studi.

(6) Kelompok Bakat Minat (KBM) yang merupakan himpunan mahasiswa yang memiliki satu kesamaan minat, bakat,dan perhatian pada bidang tertentu yang terintegrasi dengan LK di atas fakultas atau universitas, KBM ini termasuk dalam naungan SMF.

2.1.3 Tujuan Organisasi Lembaga Kemahasiswaan di Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

Tujuan organisasi di UKSW dalam KUKM UKSW (2011) sebagai berikut:

(1) Menjadi wahana bagi mahasiswa untuk berperan serta dalam mewujudkan tujuan perguruan tinggi pada umumnya dan Universitas Kristen Satya Wacana pada Khususnya.

(2) Menjadi wahana untuk membina persekutuan dan persaudaraan untuk kesejahteraan mahasiswa.

(4)

10

(4) Menjadi saluran bicara mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi konstruktif dan bertanggung jawab, yang hidup dikalangan mahasiswa.

2.1.4 Fungsi dan Peranan Lembaga Kemahasiswaan Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga

KUKM UKSW (2011) menyebutkan fungsi dan peran LK UKSW adalah: (1) Menjadi wahana bagi mahasiswa untuk berperan serta dalam mewujudkan

tujuan Perguruan Tinggi pada umumnya dan Universitas Kristen Satya Wacana pada khususnya.

(2) Menjadi wahana untuk membina persekutuan dan pesaudaraan untuk kesejahteraan mahasiswa.

(3) Menjadi wahana mempersiapkan calon-calon pemimpin yang kritis-analitis-obyektif, kreatif-inovatif, adaptif, dinamis, dedikatif dan terampil yang religius.

(4) Menjadi wahana bagi mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi kontruktif dan bertanggung jawab, yang hidup di kalangan mahasiswa.

2.1.5 Tugas dan Wewenang Organisasi Lembaga Kemahasiswaan yang ada

di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Tugas dan wewenang organisasi yang ada di UKSW dalam LK FKIP tercantum dalam KUKM UKSW (2011) yaitu:

1. Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF)

BPMF berfungsi dalam:

(5)

11

(4) Membantu Ketua SMF Terpilih untuk membentuk kepengurusan SMF. (5) Mengajukan nama fungsionaris SMF Terpilih untuk diangkat oleh SMU. (6) Merumuskan GBHPLK di aras Fakultas.

(7) Memberi saran dan pemikiran kepada SMF, baik diminta maupun tidak diminta.

(8) Mengawasi dan menilai pelaksanaan program kerja serta anggaran SMF dan menyerahkan penilaiannya kepada SMU.

(9) Memberi saran dan pemikiran yang kritis-prinsipiil dan kreatif-realistis kepada Pimpinan Fakultas. Menyalurkan aspirasi mahasiswa Fakultas kepada pihak-pihak yang terkait.

(10)Melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan SMF secara berkala. (11)Memberhentikan Ketua SMF.

(12)Melakukan advokasi terhadap masalah-masalah mahasiswa berkaitan dengan pemenuhan hak-hak mahasiswa.

(13)Membentuk Peraturan BPMF. (14)Membentuk Keputusan BPMF.

(15)Membahas dan mengesahkan rancangan Peraturan BPMF yang diajukan oleh SMF.

2. Senat Mahasiswa Fakultas (SMF)

Tugas dan tanggung jawab SMF yaitu:

(6)

12

(2) Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan pada Rapat LK. (3) Memberi laporan pertanggungjawaban kepada SMU melalui BPMF pada

akhir periode.

(4) Menggiatkan aktivitas mahasiswa Fakultas sebagai basis kegiatan akademik mahasiswa.

(5) Mewakili mahasiswa Fakultas dalam kegiatan ke dalam maupun ke luar Universitas.

(6) Memberi laporan berkala mengenai perkembangan pelaksanaan program kerja dan anggaran kepada SMU melalui BPMF.

(7) Memberikan saran dan pemikiran yang kritis-prinsipiil dan kreatif-realistis kepada Pimpinan Fakultas.

(8) Menyalurkan aspirasi mahasiswa di arasFakultas.

(9) Menyusun dan mengusulkan rancangan Peraturan BPMF untuk dibahas dan disahkan oleh BPMF.

(10)Membentuk Peraturan SMF. (11)Membentuk Keputusan SMF.

3. Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP)

Fungsi HMP yaitu:

(1) Membentuk Badan pengurus HMP, yang selanjutnya diangkat dengan Surat Keputusan SMF.

(7)

13

Haluan Program embaga Kemahasiswaan aras Fakultas pada permulaan tahun periode kepada SMF untuk dikoordinasikan.

(3) Melaksanakan program kerja HMP yang telah ditetapkan pada Rapat Koordinasi Lembaga Kemahasiswaan.

(4) Menggiatkan aktifitas mahasiswa program studi sebagai basis kegiatan akademik.

(5) Bertanggung jawab kepada SMF.

(6) Dapat mengutus perwakilan mahasiswa ke BPMF. (7) Menarik kembali perwakilannya di BPMF.

(8) Menghimpun dan menyalurkan aspirasi mahasiswa program studi kepada BPMF.

(9) Membentuk Keputusan HMP.

4. Kelompok Bakat Minat (KBM)

Fungsi KBM dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Membentuk Badan Pengurus KBM.

(2) Mengajukan diri sebagai KBM pada setiap awal periode LK kepada SMU di aras Universitas atau SMF di aras Fakultas.

(3) Menyusun dan mengajukan program kerja serta anggaran berdasarkan GBHPLK pada permulaan periode LK kepada SMF atau SMU untuk dikoordinasikan.

(4) Melaksanakan program kerja KBM yang telah ditetapkan pada Rapat Koordinasi Lembaga Kemahasiswaan.

(8)

14

(6) Bertanggung jawab kepada SMF atau SMU. (7) Membentuk Keputusan KBM.

2.1.6. Keaktifan dalam Organisasi Kemahasiswaan

Suharso dan Retnoningsih (2005) mengatakan keaktifan berasal dari kata aktif, yang memiliki arti giat, gigih, dinamis dan bertenaga atau sebagai lawan statis atau lamban dan mempunyai kecenderungan menyebar atau berkembang. Keaktifan merupakan suatu perilaku yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang untuk aktif dalam kegiatan. Keaktifan mahasiswa dalam organisasi merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari keteraturan dan keterlibatan seorang mahasiswa dalam kegiatan organisasi tersebut.

Sentosa (2008) mengatakan motivasi seseorang ikut serta dalam organisasi untuk mendapatkan kecakapan yang tidak mungkin didapatkan di bangku perku-liahan. Kecakapan tersebut meliputi, kecakapan mengatur waktu, kecakapan birokrasi, kecakapan surat menyurat, dan kecakapan lainnya, nampak jelas bahwa kecakapan – kecakapan tersebut jarang didapatkan dari bangku kuliah. Melalui organisasi LK, mahasiswa percaya bahwa potensi tersebut dapat diolah dan dikembangkan secara kreatif sehingga memberi kelebihan tersendiri bagi mahasiswa lainnya yang tidak aktif dalam berorganisasi LK.

(9)

15

menjadi sebuah kebanggaan tersendiri karena ia memiliki kemampuan yang tidak hanya diukur dari aspek kognitif saja tetapi mahasiswa juga bisa membuktikan kemampuan tersebut secara aplikatif dan praktis melalui kemandiriannya. Inilah capaian yang dimiliki oleh mahasiswa yang tidak hanya berorientasi kuliah tetapi juga organisasi LK, suatu kelebihan tersendiri yang membedakan dengan mahasiswa yang berorientasi pada kuliah saja.

2.1.7. Manfaat Mengikuti Organisasi Lembaga Kemahasiswaan

Dengan mengikuti organisasi LK dapat memperoleh manfaat terutama dalam kemandirian. Mahasiswa yang menjadi anggota LK dituntut memiliki sikap mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab berorganisasi LK serta perkuliahan. Sentosa (2008) meyebutkan manfaat mengikuti organisasi sebagai berikut :

(1) Melatih Leadership, karena dalam berorganisasi ada banyak hal yang harus diurus seperti acara – acara organisasi yang tentu melibatkan banyak orang, baik itu sesama mahasiswa anggota organisasi maupun orang – orang di luar organisasi.

(2) Belajar mengatur waktu, karena kita harus pandai – pandai mengatur waktu antara tugas kuliah dan tanggung jawab sebagai anggota organisasi. (3) Memperluas jaringan atau Networking, dalam mengikuti organisasi pasti akan menambah teman – teman baru.

(10)

16

(5) Problem Solving dan Managemen Konflik, dalam mengikuti organisasi mahasiswa dituntut untuk belajar memecahkan masalah apabila sewaktu – waktu terjadi kendala mengenai organisasi.

Firdaus (2008) mengatakan mahasiswa aktivis menemui kendala dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi. Tetapi mahasiswa anggota organisasi LK yang memiliki kemandirian akan memperoleh nilai tambah karena dengan berorganisasi seseorang akan terbiasa bekerjasama dengan orang lain (work as a team), memiliki jiwa kepemimpinan (work as a leader), terbiasa bekerja dengan managemen (work with management).

2.1.8. Azas-Azas Organisasi LK

Gulick (1957) mengatakan azas-azas organisasi, yaitu: (1) Orang yang layak pada struktur organisasi

(2) Pengakuan seorang pimpinan puncak sebagai sumber wewenang (3) Yang bersangkutan dengan kesatuan perintah

(4) Memakai staf khusus dan umum

(5) Departemenisasi berdasarkan tujuan, proses, orang dan tempat (6) Pelimpahan dan pemakaian azas pengecualian

(11)

17

2.1.9. Optimalisasi Performa Individu dalam Organisasi LK

Apapun bentuk, sifat, dan ukuran organisasi selalu diarahkan pada keber-hasilan pencapaian tujuan organisasi (organizational effectiveness) yang telah ditetapkan. Keberhasilan organisasi ini pada dasarnya merupakan akumulasi dan agregat usaha-usaha sekaligus keberhasilan individu-individu (individual effectiveness) dalam organisasi itu sendiri (Gibson, 1985). Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa performa individu atau mahasiswa anggota LK merupakan determinan terhadap performa organisasi LK.

Dengan melihat mahasiswa anggota LK merupakan determinan terhadap efektifitas organisasi dan dengan munculnya pendekatan baru yang disebut pendekatan perilaku organisasi, dimana pendekatan ini peduli terhadap individu (individu dinilai sebagai people, bukan thinks), maka tulisan ini hendak mengkaji upaya-upaya secara global (makro) untuk mengoptimalkan performa individu dalam organisasi LK dalam rangka pencapaian tujuan organisasi LK, dengan mendasarkan pada pendekatan perilaku organisasi LK.

(12)

18

(1) Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada.. (2) Memusatkan perhatian pada peningkatan produktivitas dan kualitas output. (3) Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi.

(4) Penerapan pembagian kerja.

(5) Meletakkan landasan bagi studi berikutnya mengenai efisiensi metode kerja dan organisasi.

(6) Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen LK.

Namun demikian pendekatan ini kemudian banyak ditinggalkan karena pendekatan ini hanya menekankan aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian tanggung jawab yang jelas dengan memberi perhatian relatif kecil terhadap arti pentingnya personal dan kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada dalam organisasi tersebut (Bennet, 1994). Hal ini menegaskan bahwa pendekatan klasik ini memperlakukan individu-individu dalam organisasi secara mekanistik-menilai bahwa secara eksklusif manusia hanya termotivasi oleh keinginan untuk memperoleh penghargaan berupa keuntungan finansial yang tinggi.

(13)

19

(1) Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya hubungan interpersonal dalam perilaku kelompok.

(2) Secara kritis menguji kembali hubungan antara keuntungan finansial dan motivasi.

(3) Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok individu yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan personalnya sendiri.

(4) Menunjukkan bahwa bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling berhubungan.

(5) Menunjukkan hubungan di antara kepuasan kerja dan produktivitasnya. Dalam bagian yang sama Bennet (1994) menunjukkan beberapa kele-mahan dari pendekatan ini yakni pendekatan ini mengesampingkan pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu, memandang organisasi sebagai sistem tertutup (closed system) dan mengabaikan kekuatan lingkungan politik, ekonomi dan lingkungan yang lain, tidak menjelaskan pengaruh kesatuan kerja terhadap sikap dan perilaku individu, meremehkan motivasi, keinginan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan kesadaran sendiri berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, memusatkan perhatian kepada pengaruh kelompok kecil namun mengabaikan pengaruh struktur sosial yang lebih luas.

(14)

menga-20

takan bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap perilaku orang-orang di dalam organisasi, dan bagaimana perilaku orang-orang tersebut mempengaruhi usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi. Duncan (dalam Thoha, 1990) juga menjelaskan bahwa studi perilaku organisasi termsuk di dalamnya bagian-bagian yang relevan dari semua ilmu perilaku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia di dalam organisasi, perilaku organisasi sebagaimana suatu disiplin mengenal bahwa individu dipengaruhi oleh bagaimana pekerjaan yang diatur dan siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya. Walaupun dikenal adanya keunikan pada individu, namun perilaku organisasi masih memusatkan pada kebutuhan manajer untuk menjamin bahwa keseluruhan tugas pekerjaan bisa dijalankan. Sehingga kesimpulannya pendekatan ini mengusulkan beberapa cara supaya usaha-usaha individu itu bisa terkoordinir dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

(15)

21

berperanan penting dalam mempelajari variabel dan hubungan, dan application orientation: memusatkan perhatian untuk menjawab berbagai permasalahan yang muncul dalam konteks manajemen organisasi. Dengan demikian dapat digaris bawahi bahwa pendekatan perilaku organisasi seperti LK merupakan

multidisipliner, integrated, comprehensive, dan people centered approach yaitu pendekatan yang memandang organisasi sebagai suatu sistem sosial, sehingga tidak lagi memandang organisasi sebagai wadah atau alat semata, sehingga dalam rangka memperbaiki produktifitas (productivity improvement) dalam arti luas guna mencapai efektivitas organisasi (organizational effectivity) tidak cukup memberi tekanan pada struktur dan desain organisasi (organizational structure and design) saja tetapi hendaknya juga dan lebih pada manusianya (human).

Tabel 1

Management Skills Necessary at Various Levels of an Organization

Executive Managerial

Supervisory

Nonsupervisory

Sumber: Etal, 1985 Dari ilustrasi tersebut dapat dilihat bahwa human skill merupakan kapasitas yang krusial dalam setiap level manajemen. Hersey (dalam Etal, 1985) juga menegaskan bahwa human skill telah dipandang penting pada masa lalu, namun menjadi utama pada saat ini. Untuk dapat mencapai kepemimpinan yang efektif yang secara langsung juga mengarahkan perilaku individu yang berorientasi tujuan organisasi (goal oriented behavior) maka perlu adanya

Human Conseptual

Technical

(16)

22

pemahaman yang jelas terhadap berbagai variabel yang mempengaruhi perilaku organisasi termasuk LK, yaitu :

(1) Perilaku Individu

(17)

23

Tabel 2

Model Umum Perilaku dalam Organisasi

<

Oleh karena itu manajer yang efektif adalah manajer yang mampu memahami karakteristik individu-individu yang berada dalam organisasi tersebut, dan hal ini dapat dilakukan dengan memahami prinsip-prinsip dasar yang mempengaruhi perilaku individu. Thoha (1990) menyebutkan beberapa prinsip

Karakteristik Individu Kemampuan Kebutuhan Kepercayaan Pengalaman Pengharapan

Karakteristik Organisasi Hirarki Tugas-tugas Wewenang Tanggungjawab Sistem Reward

Sistem Kontrol

Perilaku Individu

(18)

24

dasar tersebut yakni: manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama, manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak, seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya, seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang

(affective) dan banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang. Dengan demikian tantangan yang dihadapi manajemen adalah berkaitan dengan kemampuan untuk mengidentifikasikan setiap perilaku individu yang berada dalam organisasi dengan berbagai historical background-nya, dan tentunya ini perlu suatu strategi dan teknik tertentu.

Secara lebih terperinci Gibson (1985) mengidentifikasikan berbagai varia-bel yang mempengaruhi perilaku dan performa individu dalam organisasi, dan hal ini digambarkan pada gambar 3.

Tabel 3

Variables That Influence Behavior and Performance

(19)

25

Dari ilustrasi di atas dapat diamati bahwa banyak variabel yang mempe-ngaruhi dan menentukan perilaku dan performa individu, tidak hanya dari variabel organisasional, namun juga dari variabel individual dan variabel psikologis, yang semuanya tentunya perlu mendapat perhatian manajer secara menyeluruh dan terintegrasi. Perhatian manajer secara menyeluruh dan terintegrasi dapat dikalau-kan dengan partisipasi individu dalam pembuatan keputusan, kondisi kerja dan budaya organisasi yang membuat betah (convenient), adanya program pengembangan diri yang jelas, hubungan antar individu dalam kelompok yang harmonis, gaya kepemimpinan yang mendukung situasi dan kondisi yang harmonis dan kondusif untuk mengembangkan daya kreativitas dan inovatif, tingkat stres yang seminimal mungkin.

2.2 Kemandirian

2.2.1.Pengertian Kemandirian

Kemandirian dalam kamus psikologi berasal dari kata “independence”

(20)

26

secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri (Havighurst, 1972). Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian:

(1) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

(2) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya

(3) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

(4) Suatu keadaan di mana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kemajuan dirinya.

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, di mana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap.

2.2.2 Ciri-ciri Kemandirian

(21)

27

orang lain, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan – tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap diri sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.

Havighurst (1972) berpendapat mahasiswa yang memiliki kemandrian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(1) Percaya pada diri sendiri. (2) Tidak mudah terpengaruh.

(3) Memiliki kemampuan untuk bertindak sesuai dengan apa yang diyakini. (4) Mampu menentukan sikapnya sendiri.

(5) Gigih dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.

(6) Dapat memilih apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan.

2.2.3 Aspek-Aspek Kemandirian

Masrun (1986) mengemukakan bahwa ada lima aspek penting dalam kemandirian, yaitu :

(1) Bebas bertanggung jawab, ditunjukkan dengan adanya ciri – ciri: tindakan dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain.

(2) Progresif dan ulet, ditunjukkan dengan ciri – ciri: usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan – harapannya. (3) Inisiatif, ditunjukkan dengan ciri – ciri: mampu untuk berpikir dan bertindak

(22)

28

(4) Pengendalian diri, ditunjukkan dengan ciri – ciri: mempunyai perasaan mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan serta mampu mempengaruhi lingkungan dan mengenal diri sendiri.

(5) Kemantapan diri, ditunjukkan dengan ciri – ciri: merasa percaya pada kemampuan sendiri, dapat menerima dan memperoleh kepuasan dari usaha sendiri.

Havighurst (1972) menyatakan kemandirian terdiri dari beberapa aspek yaitu:

(1) Emosi, ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

(2) Ekonomi, ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi dari orang tua.

(3) Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghadapi masalah yang dihadapi.

(4) Sosial, ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

2.2.4 Faktor faktor yang mempengaruhi kemandirian

(23)

29

mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang – orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dari keluarga, memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi (Hurlock, 1996). Kemandirian terbentuk begitu saja akan tetapi berkembang karena pengaruh dari beberapa faktor.

Menurut Hurlock (1981) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kemndirian adalah :

(1) Pola asuh orangtua

Orangtua yang memiliki nilai budaya yang terbaik dalam memperlakukan anaknya adalah dengan cara yang demokratis, karena pola ini orang tua memiliki peran sebagai pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan anaknya, terutama sekali yang berhu-bungan dengan studi dan pergaulan, baik itu dalam ling-kungan keluarga maupun dalam lingling-kungan sekolah. (2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin membedakan antara anak laki-laki dan perempuan, dimana perbedaan ini mengunggulkan pria karena pria dituntut untuk berkepribadian maskulin, dominan, agresif dan aktif. Dibandingkan pada anak perempuan yang memiliki ciri kepribadian yang khs yaitu pola kepribadian yang feminis, pasif dan kepatuhan serta ketergantungan.

(3) Urutan kelahiran dalam keluarga

Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai mengendalikan diri, cemas takut gagal dan pasif jika dibandingkan dengan saudaranya, anak tengah lebih ekstrovert dan kurang mempunyai dorongan, akan tetapi mereka memiliki pendirian, sedang anak bungsu adalah anak yang sangat di sayang orangtua. (4) Ukuran Keluarga

(24)

30

dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif pada hubungan anak dengan orangtua maupun hubungan anak dengan saudaranya. Biasanya dampak negatif paling banyak dirasakan oleh keluarga yang mempunyai ukuran besar karena dengan keluarga yang besar berarti orangtua harus membagi perhatiannya pada setiap anak degan adil yang terkadang anak sering terabaikan.

2.2.5 Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik

Dalam penataan pendidikan profesional konselor dan layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal, Departemen Pendidikan Nasional (2008) menyebutkan standar kompetensi kemandirian peserta didik Perguruan Tinggi dalam aspek perkembangan kematangan intelektual mahasiswa diharapkan mampu mengambil keputusan dan pemecahan masalah atas dasar informasi/data secara objektif serta bermakna bagi dirinya dan orang lain. Dalam aspek perkembangan kematangan emosi mahasiswa diharapkan dapat mengekspresikan perasaan dalam cara-cara yang bebas, terbuka dan tidak menimbulkan konflik dan mampu berpikir positif terhadap kondisi ketidakpuasan.

Pendidikan yang bermutu, efektif dan ideal yaitu yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utama pendidikan secara sinergi, yaitu 1) Bidang Administratif dan Kepemimpinan. 2) Bidang Instruksional/Kurikuler. 3) Bidang Bimbingan dan Konseling. Berarti, pendidikan yang melaksanakan bidang administratif dan instruksional tetapi mengabaikan bidang bimbingan dan konseling menghasilkan siswa pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan/kematangan dalam aspek kepribadian.

(25)

31

konselor ke pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan Bimbingan dan Konseling Perkembangan/Developmental Guidance and Counseling, atau Bimbingan dan Konseling Komprehensif/Comprehensive Guidance and Counseling. Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi dan pengentasan masalah konseli.

Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang perlu dicapai konseli hingga pendekatan disebut Bimbingan dan Konseling Berbasis Standar/Standard Based Guidance and Counseling (Ditjen PMPTK, Depdiknas. 2007). Standar itu dirumuskan dalam Standar Kompetensi Keman-dirian yang melingkupi upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi diri siswa secara penuh dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karier serta upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier serta dipadukan dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial dan spiritual).

2.2.6 Perkembangan Kemandirian

(26)

32

bergerak ke arah perilaku yang dikehendaki oleh individu maupun masyarakat dalam sistem nilai tertentu. Fungsi bimbingan dan konseling dalam pemikiran seperti ini adalah menciptakan kemudahan bagi terjadinya perkembangan kepribadian individu secara normal. Hasil bimbingan dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan tugas-tugas perkembangan atau peningkatan perkembangan dari tingkat satu ke tingkat berikut yang lebih tinggi. Oleh karena itu cukup beralasan jika kemandirian menjadi wilayah studi dan bahkan sebagai tujuan bimbingan dan konseling (Kartadinata, 2011).

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang

signifikan antara kemandirian Mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang

Gambar

Tabel 1  Management Skills Necessary at Various Levels of an Organization
Tabel 2
Tabel 3 Variables That Influence Behavior and Performance

Referensi

Dokumen terkait

KURSI JADWAL PSIKOTEST Daftar Peserta dan Tempat Pelaksanaan Seleksi Lanjutan. Jalur USM Periode Mei Tahun 2014 Universitas Jenderal

Yang Lulus Seleksi Akademik Jalur Lanjutan / Pindahan Periode Mei Universitas Jenderal Achmad Yani.

Yang Lulus Seleksi Akademik Jalur Prestasi Periode Mei Universitas Jenderal Achmad Yani..

Panitia Pengadaan Barang/ Jasa Kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan. Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2013, dengan ini mengumumkan Pemenang E

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

- Direktur perusahaan hadir langsung, apabila diwakilkan membawa surat tugas dan mendapat kewenangan penuh untuk mengambil keputusan. Demikian undangan ini disampaikan,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi remaja terhadap pernikahan dini, faktor-faktor yang melatar belakangi remaja melakukan pernikahan dini dan

2 Pembangunan Laboratorium MAN 2 Boyolali Rp 129,240,000.00 Simo Pengadaan Langsung Kecil Mei APBN Tahun Anggaran 2013 3 Pembangunan Perpustakaan Man 2 Boyolali Rp