2
Maka
K
N
O
W
L
E
D
G
E
11
14
15
23
12
5
4
7
5
96%
H
A
R
D
W
O
R
K
8
1
18
4
23
15
18
11
98%
Keduanya sangat penting, tetapi ada yang lebih penting:
A
T
T
I
T
U
D
E
100
1
20
20
9
20
21
4
5
%
A
W
A
R
E
N
E
S
S
105
1
23
1
18
5
14
5
19
19
%
Jika
A B C D E F G H I
J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Sama dengan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 11 1 2 13 1 4 1 5 1 6 17 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 67
Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Bulanan
Tahun 2020
CURAH HUJAN MEI
Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Bulanan 2020
Menengah
SIFAT HUJAN MEI
Normal hingga
Atas Normal
CURAH HUJAN MEI
Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Bulanan 2020
Menengah
SIFAT HUJAN MEI
Normal hingga
Atas Normal
SIFAT HUJAN JUNI
Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Bulanan 2020
Bawah Normal
hingga Atas
Normal
CURAH HUJAN JUNI
Curah Hujan mulai turun
(Kategori Menengah)
CURAH HUJAN JULI
SIFAT HUJAN JULI
Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Bulanan 2020
Bawah Normal
hingga Atas
Normal
Curah Hujan mulai turun
Kesimpulan
1. Kondisi
ENSO
diprediksi Netral (tidak Elnino dan tidak Lanina) sampai bulan Juli 2020
(bulan Agustus dan seterusnya )
2. Anomali
SST
(Suhu Muka Air Laut) Indonesia diprediksi cenderung normal – hangat (Curah
Hujan Normal)
3. Curah Hujan pada
Musim Kemarau 2019 masuk kategori Rendah (sangat kering)
walaupun
kondisi ENSO pada kondisi Netral (tidak Elnino dan tidak Lanina). Rendahnya Curah Hujan di
Musim Kemarau 2019 cenderung disebabkan dinginnya Suhu Muka Air Laut (SST) di sekitar
Indonesia
4. Curah Hujan pada bulan
Januari 2020
masuk kategori
Menengah hingga Tinggi
dan bersifat
Normal hingga Atas Normal
.
5. Curah Hujan bulan
Juni dan Juli
diprediksi
mulai terjadi penurunan
jika dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya.
6. Prediksi Curah Hujan pada Musim Kemarau 2020
tidak lebih kering
dari Musim Kemarau
2019.
Kajian Hukum dan aspek lain yang
terkait
Laporan Greenpeace 24 Sept 2019
• BGA berisiko masuk laporan Greenpeace berikutnya. Laporan
saat ini untuk 2015-18, BGA tidak kena
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENGENDALIAN KARHUTLA
➢ UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan ; terdapat larangan (Pasal 50 ayat (3) huruf d) dan
ketentuan pidana (Pasal 78 ayat (3) dan (4)) terhadap membakar hutan
➢ UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ; terdapat larangan
(Pasal 69 ayat (1) huruf h) dan ketentuan pidana (Pasal 108) terhadap pembukaan lahan dengan
membakar
➢ UU No. 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan ; terdapat larangan (Pasal 56 ayat (1)) dan ketentuan
pidana (Pasal 108) bagi pelaku usaha perkebunan yang membuka dan atau mengolah lahan dengan
cara membakar
➢ PP No. 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang
berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan
➢ PP No. 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan
➢ Inpres No. 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
➢ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 10 Tahun 2010 tentang Mekanisme Pencegahan
Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan
Lahan
➢ Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 32 Tahun 2016 tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan
➢ Peraturan Menteri Pertanian No. 05 Tahun 2018 tentang Pembukaan dan/atau Pengolahan Lahan
Perkebunan Tanpa Membakar
KRITERIA
UU 41/1999
UU 32/2009
UU 39/2014
LARANGAN
Pasal 50 ayat (3) huruf
d:
Setiap orang dilarang
membakar hutan
Pasal 69 ayat (1) huruf h:
Setiap orang dilarang
melakukan pembukaan
lahan dengan bakar
Pasal 56 ayat (1)
Setiap Pelaku Usaha
Perkebunan dilarang
membuka dan/atau
mengolah lahan dengan
membakar
KETENTUAN
PIDANA
Pasal 78 ayat (3) dan
(4):
Sengaja: pidana paling
lama 15 tahun dan
denda paling banyak
15 Milyar rupiah;
Kelalaian:pidana paling
lama 5 tahun dan
denda paling banyak
1,5 Milyar rupiah
Pasal 108:
Pidana penjara 3-10
tahun dan denda 3-10
Milyar rupiah
Pasal 108:
Pidana penjara paling
lama 10 tahun dan denda
paling banyak 10 Milyar
rupiah
LARANGAN DAN KETENTUAN PIDANA MEMBAKAR HUTAN DAN/ATAU
LAHAN
KEBIJAKAN UNTUK KEARIFAN LOKAL DAN MASYARAKAT ADAT
UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
→ Pasal 69 ayat (1) huruf h : “ Setiap orang dilarang melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar “
→ Pasal 69 ayat (2) : “Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h memperhatikan dengan sungguh sungguh kearifan lokal di daerah masing-masing”
→ Kearifan lokal (nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat) : melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimal 2 Ha per kepala keluarga untuk ditanami tanaman jenis varietas lokal dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10 Tahun 2010 tentang Mekanisme Pencegahan Pencemaran dan atau Kerusakan Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan
→ Pasal 4
(1) Masyarakat hukum adat yang melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimum 2 (dua) Ha per KK untuk ditanami jenis varietas lokal wajib memberitahukan kepada kepala desa.
(2) Kepala desa menyampaikan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota.
(3) Pembakaran lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada kondisi curah hujan di bawah normal, kemarau panjang, dan/atau iklim kering.
(4) Kondisi curah hujan di bawah normal, kemarau panjang, dan/atau iklim kering sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan publikasi dari lembaga non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang meteorologi klimatologi dan geofisika.
→ Pasal 1: Masyarakat hukum adat adalah kelompok masyarakat yang secara turun temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum.
FIRE MANAJEMENT PT. BGA
Dasar Kebakaran
Logo Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia
19
SIPONGI
Logo Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Indonesia
Berasal dari kata Pongo Pygmaeus yaitu Orangutan(Kalimantan).
20
Kebakaran
API
21
Pengertian Api
Reaksi kimia antara
Bahan Bakar
,
Oksigen
dan
Sumber Panas
/
Nyala
dalam
perbandingan tertentu atau seimbang
22
Apa itu Kebakaran????
Suatu bencana
akibat
API
yang
tidak
disengaja
dan
tidak terkendali
yang bisa
menimbulkan
kerugian
harta benda,
Elemen Dasar dari Organisasi Menejemen
Kebakaran Hutan dan Lahan
1. Membentuk Organisasi (bertanggung jawab melindungi
sumber Daya dengan pencegahan,deteksi dan menekan
kebakaran)
2. Bertindak cepat dalam deteksi dan pelaporan kebakaran.
3. Pengorganisasian yang baik, dan traning untuk semua
anggota.
4. Respon cepat terhadap kebakaran (Initial Attack).
5. Tersedianya peralatan yang tepat untuk pemadaman
kebakaran dan peralatan pendukung
6. Kerjasama antara Pemerintah, Institusi dan Komunitas untuk
saling membantu dalam bahaya kebakaran yang besar
7. Membuat Strategi dan perencanaan pemadam Kebakaran.
8. Mengadakan kerjasama dengan Organisisi Kebakaran lain dan
Konsep Utama
Pengelolaan
Kebakaran !
1. Analisa
2. Pencegahan
3. Persiapan
4. Respon
5. Restorasi
1. Analisa
Usaha untuk menghasilkan informasi jauh
sebelum kebakaran terjadi melalui suatu sistem
peringatan dini.
Antara lain:
a)
Risk Assessment
b)
Analisa Hotspot Satelit NOAA 18
c)
Pemetaan Area Rawan Kebakaran
Pencegahan Kebakaran/Peyuluhan/Pelaksanaan
Fire suppression resource allocation
Program Pengelolaan Bahan Bakar
Managing
Wildfire
Threat
1.a. Risk Assesment (Hazard/Risk)
Alam Populasi Akses Pemanfaatan lahan Manusia
Resiko
Weather Slope Type BB Ketebalan BB Fire IntensityBahaya
Kehidupan Manusia Harta benda Pertanian Hutan Kehidupan Satwa Adat istiadat Kualitas UdaraNilai
Deteksi Pemadaman Awal Orang/Peralatan Akses Kesediaan AirKekuatan
Ancaman Kebakaran
1.b. Hotspot
Titik Panas atau Hotspot adalah: "Indikator Kebakaran hutan yang mendeteksi suatu
lokasi yang memiliki suhu relatif tinggi dibandingkan suhu disekitarnya". (Pasal 1 angka 9
Permenhut No. P 12/ PMenhut-II/ 2009).
Data “Hotspot” dapat diperoleh dari:
→ ASMC (ASEAN Specialized Meteorological Center) Singapore
(
http://www.weather.gov.sg/wip/web/ASMC
)
→ LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Jakarta (
www.lapan.go.id
)
→ MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer)
2005
2006
2007
MODIS / NOAA “Hotspot” Monitoring Data
• “Peringatan Hotspot → panas dipermukaan 47◦C luasan minimal 100 m”
• “ Di Indonesia → Hotspot dengan suhu permukaan 45 ◦C ”
• Radius 1.1 km
2(Eror margin dari titiknya)
• Bukan selalu bermakna kebakaran
•
Efektif untuk mengidentifikasi lokasi umum aktivitas kebakaran
•
Efektif untuk menilai pola/gejala dan tren
•
Tidak efektif untuk deteksi dini & serangan dini terhadap kebakaran hutan & lahan
•
Menjadi data publik dan rujukan Dinas Perkebunan dan Badan Lingkungan Hidup
sebagai salah satu tindakan pencegahan dini kebakaran nasional
•
Pengecekan lapangan penting bagi perusahaan
Muaro Jambi Regency
1.c.Pemetaan area rawan kebakaran
➢ Hal –hal yang perlu dipertimbangkan untuk “area rawan kebakaran”
antara lain :
✓ aktifitas di area,
✓ jarak dari office estate,
✓ jarak dari lahan masyarakat,
✓ umur tanaman,
✓ aktifitas lain, dsb
➢ Dilengkapi dengan fasilitas dan informasi untuk pemantauan, pencegahan
dan pemantauan kebakaran lainnya, seperti:
✓
Papan peringatan,
✓
Posko,
✓
Fire Tower,
✓
Water Point ,
✓
Rute Patroli,
✓
Camp , dl
➢
Lebih fokus pada area tersebut saat patroli dilakukan maupun pada
saat terjadi musim kemarau
1.d. Monitor Tingkat Bahaya Kebakaran (FDR)
•
Merupakan salah satu sistem
peringatan dini dengan
memperhitungkan elemen
lingkungan yang mempengaruhi
perilaku kebakaran.
•
Elemen lingkungan : Bahan
Bakar, Cuaca dan Tofografi.
•
Meningkatkan kesiapsiagaan
terhadap bahaya kebakaran
terutama ketika terjadi musim
kemarau
Suhu
Kelambaban Curah hujan
Seresah(bahan bakar)
Pemantauan Bahaya Kebakaran
✓ berdasarkan observasi cuaca dan bahan
bakar yang tersedia.
✓ Penghitungan dilakukan setiap hari pada
pukul 13.30 waktu setempat
2. Pencegahan
•
Mengurangi dampak dari kebakaran.
•
Menerapkan hasil analisa
(Risk Assessment).
•
Kerjasama dengan pihak internal maupun external yang terkait dalam
usaha meminimalkan kejadian kebakaran hutan
Contoh Pelaksanaan:
1.
Patroli darat, air dan udara
2.
Sosialisasi dan training terhadap karyawan, kontraktor,
maupun ke masyarakat.
3.
Gladi Posko Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan
4.
Spanduk, baliho, brosur, poster dan lain-lain.
Patroli
Double Chabin
•
Terdapat peta rute/jalur patroli
•
Tersedia unit patroli khusus ke lokasi
yang tidak ada aktifitas operasional.
•
Area operasional bisa di patroli oleh
karyawan lain saat melakukan
aktifitas harian.
•
Patoli Idealnya membawa
perlengkapan pemadam yang kecil,
dengan 3 orang disertai baby tank
800 liter.
Patroli Air
Menara Pemantauan Api
Papan Himbauan
•
Lokasi strategis
1. Pintu jalan masuk Estate .
2. Kantor Estate
3. Camp satelite.
4. Area rawan kebakaran.
5. Posko Security .
Pemantauan, pemliharaan Water Level
Patroli Udara
•
Bisa melakukan patroli lewat udara apabila patroli dengan jalan darat
tidak bisa efektif.
•
Perusahaan bisa membeli Helicopter sendiri tetapi biayanya sangat
mahal, dengan alternatif rental saat kritis adalah leih efisien.
2. Initial Attack
3. Kebakaran besar
Fungsi Pengelolaan Kebakaran Hutan dan
Lahan
1. Kegiatan
Pencegahan
Mess Kru Fire Fire Crews
Kru Pemadam Pemerintah Perusahaan lain
Badan-badan lain
1. Deteksi dini.
Community Based Fire Mgt Informasi/Pendidikan Program
Kampanye, Media, Kebijakan tanpa bakar, dll.
Praktek membakar dengan aman
?
Keputusan
SOP. Sasaran/target, Strategi
(Rp) Biaya Tanggap darurat
(Rp) Biaya Penanggulangan
2. Kegiatan Penangulangan Kebakaran
Training, Logistik, Komunikasi, Koordinasi, Mobilisasi, Gudang, Peralatan, Maintenance, Insentif, dll.
FDR, Laporan Kebakaran, Peta, Monitoring dan Analisys
Butuh org banyak, Peralatan dan waktu tambahan
3. Persiapan
•
Pengadaan alat-alat teknologi untuk menghadapi kebakaran
a) Jalur Komunikasi (Radio Komunikasi,HP, Tel Kantor, DLL)
b) GPS
c) Satelit, dll.
•
Mempertimbangkan kebutuhan sumber daya berdasarkan luasan area.
a) Kebakaran Kecil: 12-25 personil.
b) Kebakaran Sedang-Besar: > 25 personil.
•
Persiapan peralatan pemadaman “ready to use”
a) 2 Pompa Besar lengkap accessories.
b) 2 Pompa Sedang lengkap accessories.
c) 2 Pompa kecil lengkap accessories
d) Fire Truck + Mesin pompa + accessories.
e) Water Truck tambahan.
f) Kenderaan kru.
g) Alat berat.
Fire truck/water truck
• 1 unit Tohatsu V20D2S. • 20 roll Hose 1,5” • 10 roll Hose 2,5” • 2 pcs Wrench spanner • 1 pc Strainer rotan • 1 pc Adaptor machino 2,5” • 6 pcs Nozzle AWG • 3 pcs Y Con 2,5X2,5X2,5. • 8 pcs Y conncetion 2,5X1,5X1,5. • 1 pc Hose Suction 2,5 X 6 meter. • 1 pc Monitor Hat• 1 pc battery charger • 1 lampu sorot Tohatsu • 2 lampu sorot truck • 1 toolkit Tohatsu
• 1 toolkit syandard chasis • 1 pc dongkrak
• 1 pc Linggis • 1 pc sekop
• 1 unit sirine assy
• 1 unit emergency light bar • 2 kunci kontak
• 4 kuci box.
Idealnya:
- HSE memiliki 1 unit Fire Truck khusus.
- Tangki air di seluruh department harus mengutamakan penanggulangan kebakaran.
SHIBAHURA TF-516 MH • Model Dimensi: – Ukuran: 555 X 466 X 520 mm. – Berat : 41 Kg. • Pompa: – Model SIBAHURA C505
– Type: High Pressure One Stage Turbine Pump.
– Rated Pressure Discharge: 0.50 Mpa 600 liter/mnt
– High Pressure Discgarge: Bore & Stroke & No. of cylinder: 66mm X 58mm X 1.
– Discharge Diameter Tread 65 mm – Suction Diameter Tread 65 mm • OIL-LESS Vacuum Pump:
– Model 4-Vane Eccentric Rotary Type – High Strength Carbon Blade.
• Accessories:
– Battery Charger. – Toolkit
– Pump Cover – Spark Plug.
Fire Accessories: Hose 2,5” 10 roll, Hose 1,5” 10 Roll, Nozzle 2, Gate Wye 2,5 in – 2,5 out 1, gate wye 2,5-1,5=2 unit, Selang isap 1, Bensin 20 ltr, Oli 2T Castrol 2 btl, Hose Spanner 1, Toolkit 1, Hose Adaptor 1,
TOHATSU V20D2S
• Ukuran: 555 X 470 X 532 mm. • Berat : 36 Kg.
• Type: 2 langkah, Satu silinder tegak, system pendingin udara, bahan bakar bensin.
• Bore & Stroke & No. of cylinder: 66mm X 58mm X 1.
• Displacement: 198 mL • Output: 8.6 kW (11.7 ps)
• Kapasitas bahan bakar: 3,5 liter.
• Komsumsi bahan-bakar: 4.9 liter/Jam. • System pengapian: Magnit Flywheel C.D
ignition.
• System pelumasan: 30:1 (bensin:Oli) • Starting Sytem: Recoil Starter (Engkol
tangan).
• Kapasitas lampu: 12 Volt35 Watt. • Volume Discarge: 400-600 liter/menit. • Tinggi maksimum selang isap: 9 meter.
Fire Accessories: Hose 2,5” 10 roll, Hose 1,5” 10 Roll, Nozzle 2, Gate Wye 2,5 in – 2,5 out 1, gate wye 2,5-1,5=2 unit, Selang isap 1, Bensin 20 ltr, Oli 2T Castrol 2 btl, Hose Spanner 1, Toolkit 1, Hose Adaptor 1,
WATER POINT
Air…
harus selalu tersedia
sumber air yg cukup dan
bisa dijangkau dalam
waktu yang dibutuhkan
Petugas dan Penanggungjawab Utama
EB
IC
Opt. Support
Chiff
Logistic
Chiff
Planning
Chiff
Financial
Chiff
CD
HS
Sec
4. Respon
•
Merupakan kegiatan untuk
menanggapi informasi /deteksi dan
melakukan penanganan kebakaran
dengan waktu secepatnya sebagai
upaya untuk memadamkan
Sasaran
Operasional Pengelolaan Kebakaran
1. Deteksi
:
Seluruh kebakaran teridentifikasi dan dilaporkan
sebelum mencapai 0.1 hektar.
2. Serangan dini :
Kebakaran mulai dipadamkan, maksimal 2 jam
setelah kebakaran terdeteksi.
3. Isolasi
:
Kawasan yang terbakar harus diisolasi maksimal
48 jam setelah serangan dini.
4. Ukuran
:
Ukuran maksimal kawasan yang terbakar kurang
dari 10 hektar.
Pertumbuhan Api VS Pemadaman
WAKTU
LU
AS
ARE
A
TERB
AKAR
(R
p)
Perbaikan Sekat bakar 18.00 Controlled 18.00 Out 12.00 Initial Attack 0800 Contained (firebreak selesai) 11.00 DeteksiDay 2
Day 1
Patrol/ Monitor 18.00 10.00 Periode BakarDay 3
Mop-up 12.00 Last Smoke DemobResource Values Lost
+ Cost of Suppression
Total Losses
Resource Values Lost
$$Mobilize$$ 1. People 2. Equipment 3. Supplies 08.00 Reinforcements