• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA

KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran

Oleh: Lina Anggraeni

(0901299)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)
(3)

PENGARUH PROGRAM PRAKTEK KERJA

INDUSTRI (PRAKERIN)

TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA

KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI

PERKANTORAN

DI SMKN 11 BANDUNG

Oleh

Lina Anggraeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Lina Anggraeni 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA

KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dr. H. Edi Suryadi, M. Si. NIP. 196004121966031002

Pembimbing II,

Sambas Ali Muhidin, S. Pd.,M. Si. NIP. 197406272001121001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran FPEB UPI

(5)

ABSTRACT

INFLUENCE THE INDUSTRIAL JOB TRAINING PROGRAM (PRAKERIN) TO STUDENT JOB READINESS

OF COMPETENCY SKILLS OFFICE ADMINISTRATION AT SMKN 11 BANDUNG

By:

Lina Anggraeni 0901299

This Script is guided by:

Dr. H. Edi Suryadi, M. Si. dan Sambas Ali Muhidin, S. Pd., M. Si.

This research was done in SMKN 11 Bandung. The problem that is examined in this study that students job readiness is not optimal yet. The method that is used explanation survey method. The data analysis techniques that is used descriptive inferential. Furthermore, the technique of data collection used questionnaire with likert-scale models, which was analyzed by using simple regressions.

Based on the analysis of the respondents answers, the results from the perception of students of the competency skills office administration of the industrial job training program variable (X) is in the quite effective rank, and student job readiness variable (Y) is in the middle rank.

Based on the calculations using simple regression analysis, it is found that of the industrial job training program has a positive and significant influence to the student job readiness.

(6)

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA

KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

Oleh:

Lina Anggraeni 0901299

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dr. H. Edi Suryadi, M. Si. dan Sambas Ali Muhidin, S. Pd., M. Si.

Penelitian ini dilakukan di SMKN 11 Bandung. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah belum optimalnya kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei eksplanasi dengan teknik analisis data deskriptif inferensial. Selanjutnya, teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara penyebaran angket dengan model skala likert, yang dianalisis menggunakan regresi sederhana.

Berdasarkan analisis terhadap jawaban responden, diperoleh hasil bahwa persepsi siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran terhadap variabel program praktek kerja industri (X) termasuk kategori cukup efektif dan variabel kesiapan kerja siswa (Y) termasuk kategori sedang.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi sederhana, diperoleh kesimpulan bahwa program praktek kerja industri memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Masalah... Error! Bookmark not defined. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Error! Bookmark not defined. 1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISError!

Bookmark not defined.

2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Konsep Program Praktek Kerja IndustriError! Bookmark not

defined.

(8)

BAB III DESAIN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Program Praktek Kerja IndustriError! Bookmark not defined. 3.3.2 Kesiapan Kerja ... Error! Bookmark not defined. 3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel PenelitianError! Bookmark not defined.

3.5.1 Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Teknik Penarikan Sampel PenelitianError! Bookmark not defined.

3.5.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data Penelitian ... Error!

Bookmark not defined.

3.6 Pengujian Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Uji Validitas ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Uji Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.7 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.7.1 Analisis Deskriptif ... Error! Bookmark not defined. 3.7.2 Analisis Inferensial ... Error! Bookmark not defined. 3.8 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

(9)

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi PenelitianError! Bookmark not defined.

4.1.2 Gambaran Karakteristik RespondenError! Bookmark not defined.

4.1.3 Hasil Uji Coba Instrumen PenelitianError! Bookmark not defined.

4.1.4 Gambaran Variabel Hasil PenelitianError! Bookmark not defined.

4.1.5 Pengujian Persyaratan Analisis DataError! Bookmark not defined.

4.1.6 Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Program Praktek Kerja Industri Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. ... Error!

Bookmark not defined.

4.2.2 Kesiapan Kerja Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.Error! Bookmark not defined.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena keahlian/kompetensinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini mengakibatkan masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, seiring dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun jumlah pengangguran juga semakin meningkat.

Oleh karena itu, Bangsa Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan etos kerja yang tinggi, sehingga mampu berperan aktif dalam mengisi pembangunan dan mampu untuk berkompetisi dalam dunia kerja yang semakin ketat sehingga dapat menekan jumlah pengangguran di Indonesia. Hampir semua lapangan pekerjaan menuntut sumber daya manusia yang terampil dalam bidang kerja yang akan digelutinya. Untuk memperoleh tenaga-tenaga kerja tersebut serta memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para pencari kerja ini kuncinya terletak di dunia pendidikan.

(11)

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Tujuan tersebut harus menjadi acuan utama bagi sekolah menengah kejuruan, bahwa lulusan SMK setelah selesai mengenyam pendidikan harus memiliki kemampuan yang baik dibandingkan dengan lulusan SMA. Sehingga dalam proses belajar mengajar pun tentunya akan berbeda antara pengajaran di SMK dengan SMA yang tujuan utamanya bukan untuk mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke dunia kerja.

Menurut American Vocational Assocoation dalam Thomson (1973:III) dalam Made Wena (1996:1), mendefinisikan pendidikan kejuruan sebagai “Education designed to develop skill, abilities, understandings, attitudes, work

habits, and appreciations needed by workers to enter and make progress in

employment on useful and productive basis”.

Dari pengertian di atas, pendidikan kejuruan pada dasarnya bertujuan mengembangkan keterampilan, kemampuan, pemahaman, sikap, kebiasaan kerja dan pengetahuan bagi pekerja guna memenuhi dan mengembangkan keterampilan kerja agar mampu menjadi pekerja yang betul-betul berguna dan produktif.

Berpijak pada uraian tentang konsepsi pendidikan kejuruan seperti di atas, secara jelas nampak terdapat kaitan yang sangat erat antara lembaga pendidikan kejuruan dengan dunia kerja.

(12)

lembaga pendidikan melainkan pula erat kaitannya dengan kemajuan dan kemakmuran suatu negara. Di bawah ini menunjukkan jumlah angka pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 2010 sebagai berikut:

Gambar 1. 1

Persentase Pengangguran Berdasarkan Pendidikan Tertinggi Tahun 2010

(13)

pengangguran yang akan semakin meningkat dan rendahnya kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Jika telah tertanggulangi dengan baik, tentu akan berdampak positif pada lulusan SMK yang benar-benar siap bekerja, serta mampu menciptakan lapangan kerja baru. Hal tersebut didukung pula dengan tabel di bawah ini yang menunjukkan penyerapan lulusan SMK yang relatif masih rendah dan tingginya tingkat pengangguran menurut jenjang pendidikan masih tinggi.

Tabel 1. 1

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tinggi yang Ditamatkan, 2011-2012

(juta orang)

No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2011 2012

Feb Agust Feb Agust

1 Sekolah Dasar ke Bawah 55,12 54,18 55,51 53,88 2 Sekolah Menengah Pertama 21,22 20,70 20,29 20,22 3 Sekolah Menengah Atas 16,35 17,11 17,20 17,25 4 Sekolah Menengah Kejuruan 9,73 8,86 9,43 9,50

5 Diploma I/II/III 3,32 3,17 3,12 2,97

6 Perguruan Tinggi 5,54 5,65 7,25 6,98

Jumlah 111,28 109,67 112,80 110,80

Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik Nasional, 2012.

(14)

Tabel 1. 2

Pengangguran Terbuka

Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2011 -2012

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2011 2012

Februari Agustus Februari Agustus

SD ke bawah 3,37% 3,56% 3,69% 3,64%

Sekolah Menengah Pertama 7,83% 8,37% 7,80% 7,76% Sekolah Menengah Atas 12,17% 10,66% 10,34% 9,60% Sekolah Menengah Kejuruan 10,00% 10,43% 9,51% 9,87%

Diploma I/II/III 11,59% 7,16% 7,50% 6,21%

Universitas 9,95% 8,02% 6,95% 5,91%

Jumlah 6,80% 6,56% 6,32% 6,14%

Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik Nasional, diakses 2012.

Berdasarkan tabel di atas, bisa dilihat bahwa angka pengangguran terbuka dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun 2011 bulan Februari sebanyak 10,00% dan pada bulan Agustus tahun 2011 terjadi peningkatan sebanyak 0,43% menjadi 10,43%, dan pada tahun 2012 bulan Februari terjadi penurunan sebanyak 0,92% menjadi 9,51% dan pada bulan Agustus tahun 2012 terjadi peningkatan sebanyak 0,36% menjadi 9,87%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami penurunan, namun jumlah 9,87% masih merupakan jumlah pengangguran yang cukup tinggi untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

(15)

penyerapan angkatan kerja dari lulusan jenjang sekolah menengah kejuruan masih kurang.

Adapun lembaga pendidikan yang dituntut untuk dapat menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian serta kualifikasi yang dibutuhkan dalam persaingan dunia kerja adalah SMKN 11 Bandung.

SMKN 11 Bandung merupakan sekolah menengah kejuruan negeri yang memberikan kesempatan kepada lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikan dan mendapatkan keahlian tertsentu sesuai dengan keinginannya. Selain itu SMKN 11 Bandung merupakan SMK yang telah memperoleh sertifikat Quality Management System ISO 9001:2000 pada tahun 2008. Pada penelitian ini yang akan menjadi perhatian penulis dalam melakukan penelitian, yaitu Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

(16)

Bandung yang keterserapannya belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat pada Bekerja Kuliah Wirausaha Tidak

Bekerja

Sumber: Dokumen SMKN 11 Bandung, 2012.

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data tersebut menggambarkan bahwa lulusan SMKN 11 Bandung pada Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran belum optimal dalam mewujudkan tujuan agar lulusan dapat dengan mudah diserap oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI). Banyaknya lulusan yang tidak dapat terserap oleh dunia usaha/dunia industri (DU/DI) dikarenakan tingkat kesiapan kerja lulusan masih rendah.

(17)

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan salah satu implementasi struktur kurikulum SMK/MAK (KTSP) yaitu pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.

.Dalam Pendidikan Sistem Ganda (PSG), dipadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan belajar langsung pada bidang pekerjaan yang relevan dan terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu.

Bentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG) bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu melalui Praktek Kerja Industri (Prakerin). Program ini wajib diselenggarakan oleh sekolah khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pendidikan luar sekolah serta wajib diikuti oleh peserta didik. Dalam penyelenggaraannya, Praktek Kerja Industri (Prakerin) menuntut kerjasama antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan instansi pemerintah/swasta maupun dengan dunia industri.

(18)

sudah mendapatkan pengalaman sebelumnya dalam Praktek Kerja Industri (Prakerin). Seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (1990:205) bahwa “tujuan praktek kerja industri adalah memberi kesempatan kepada siswa sekolah kejuruan untuk mendalami dan menghayati situasi dan kondisi dunia usaha yang aktual sesuai dengan program studi yang sedang didalaminya”.

Selain itu, dengan adanya pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi siswa SMK, diharapkan dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa karena siswa secara langsung mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja yang sebenarnya. Sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, melalui kerjasama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan industri. Hal ini sesuai dengan teori Law of Axercise (hukum latihan) dari Thorndike yang menyatakan bahwa “Melalui latihan dari tindakan tertentu, didalamnya

menyatakan bahwa latihan dapat menguatkan ikatan atau hibungan”.

(19)

Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah suatu kegiatan belajar yang harus diikuti oleh siswa SMK sebagai wahana untuk lebih memantapkan hasil belajar dan sekaligus memberikan kesempatan untuk mendalami dan menghayati kemampuan hasil tersebut dalam situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya. Adanya program praktek kerja industri merupakan hal yang ideal, karena siswa akan lebih mengenal masalah praktis berkenaan dengan bidang keahliannya. Program praktek kerja industri juga merupakan suatu pola belajar di mana setiap siswa mengalami proses belajar melalui bekerja langsung pada pekerjaan yang sesungguhnya sehingga dapat meningkatkan kesiapan kerja siswa. Hal tersebut sesuai dengan lima hasil belajar dari teori belajar kognitif Robert M Gagne yang dipengaruhi oleh faktor internal yang salah satunya adalah kematangan/perkembangan siswa.

Dalam teori perkembangan Robert J. Havighurst dari psikologi pendidikan setiap fase perkembangan individu pada dasarnya membawa tugas-tugas perkembangan (Muhibbin Syah, 2013:51). Pada siswa SMK umumnya berusia antara 15 sampai 17 tahun dan dalam fase perkembangan digolongkan pada fase remaja (12-16 tahun) dan dewasa awal (mulai dari usia 16 tahun). Sehingga pada fase perkembangan remaja siswa SMK mimiliki tugas untuk mempersiapkan karir ekonomi (bekerja) sehingga pada fase berikutnya (dewasa awal) siswa telah memiliki kesiapan untuk bekerja.

(20)

optimal, baik dilihat dari waktu, relevansi jenis pekerjaan dengan runtutan kompetensi yang ada dalam kurikulum. Hal itu diduga dari ketersediaan sumber daya pendukung baik di sekolah maupun di industri dalam menyelenggarakan pelayanan Praktek Kerja Industri (Prakerin).

Tabel 1. 4

Akumulasi Nilai Praktek Kerja Industri Siswa SMKN 11 Bandung

Tahun Ajaran 2011/2012

No. Nilai Keterangan Presentase

1. 90 – 100 Sangat Baik 4,16 %

2. 80 – 89 Baik 40,65 %

3. 70 – 79 Cukup 55,19 %

4. ≤ 70 Gagal -

Jumlah 100 %

Sumber: Dokumen SMKN 11 Bandung, 2013

(21)

1) Hasil peserta didik akan lebih bermakana, karena setelah tamat akan betul-betul memiliki bekal keahlian profesional untuk terjun ke lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupannya dan untuk bekal pengembangan dirinya secara berkelanjutan.

2) Rentang waktu (lead time) untuk mencapai keahlian professional menjadi lebih singkat, karena setelah tamat praktik kerja industri tidak memerlukan waktu latihan lanjutan untuk mencapai tingkat keahlian siap pakai.

3) Keahlian profesional yang diperoleh melalui praktik kerja industri dapat meningkatkan harga dan rasa percaya diri tamatan yang pada akhirnya akan dapat mendorong mereka untuk meningkatkan keahlian pada tingkat yang lebih tinggi.

Dengan adanya program Praktek Kerja Industri siswa dapat belajar langsung tentang kondisi riil dari dunia kerja yang sesungguhnya. Semakin efektif program Praktek Kerja Industri akan berdampak pada semakin tingginya tingkat kesiapan kerja siswa begitu juga sebaliknya.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Program Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) terhadap

Kesiapan Kerja Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di

(22)

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah masalah rendahnya tingkat kesiapan kerja siswa di SMKN 11 Bandung, khususnya pada Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran. Aspek tersebut diduga sebagai kekuatan strategis untuk membangun bangsa melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, masalah rendahnya kesiapan kerja siswa harus segera ditindaklanjuti.

Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa, diantaranya kematangan fisik, mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan, motivasi, pengalaman praktek kerja industri, informasi dunia kerja, dan lain sebagainya. Dan berdasarkan hasil kajian secara empirik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung, diduga faktor determinan yang paling berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa adalah masalah program Praktek Kerja Industri (PRAKERIN). Oleh karena itu masalah kesiapan kerja siswa dalam penelitian ini akan dikaji dalam perspektif efektivitas praktek industri.

(23)

ini harus segera ditanggulangi mengingat bila tidak, akan merdampak pada tingginya tingkat pengangguran di Indonesia”.

Berdasarkan pernyataan masalah (problem statement) di atas, masalah dalam penelitian ini secara spesifik dirumuskan dalam pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran efektivitas program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran yang dilaksanakan di SMKN 11 Bandung.

2. Bagaimana gambaran tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

3. Adakah pengaruh efektivitas program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pengetahuan dan melakukan kajian secara ilmiah tentang program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. Analisis tersebut diperlukan untuk mengetahui pengaruh program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

(24)

1. Mengetahui bagaimana gambaran efektivitas program Praktek Kerja Industri (Prakerin) Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

2. Mengetahui bagaimana gambaran tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

3. Mengetahui adakah pengaruh program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap tingkat kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Jika tujuan penelitian yang dikemukakan di atas dicapai, penelitian ini akan memberikan dua macam kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. Dengan adanya penelitian ini manfaat yang diharapkan adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi pengembangkan program praktek kerja industri dan kesiapan kerja siswa. Temuan-temuan ini dapat dijadikan bahan pengembangan teoritik, Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal menerapkan penguasaan program praktek kerja industri dan kesiapan kerja siswa. 2. Kegunaan Praktis

(25)

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi satuan pendidikan mengenai pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran.

c. Sebagai bahan masukan bagi para pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan peningkatan mutu kesiapan kerja siswa. d. Sebagai sumbangan bagi para siswa untuk meningkatkan kesiapan kerja

siswa sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai dengan Undang-Undang Dasar.

e. Untuk mengetahui dengan pasti implikasi pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran.

(26)

BAB III

DESAIN PENELITIAN

1.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh program Praktek Kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas (independent) atau variabel X dalam penelitian ini adalah praktek kerja industri (Prakerin) dan yang menjadi variabel Y (dependent) adalah kesiapan kerja siswa. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung

Penelitian ini dilakukan di SMKN 11 Bandung berlokasi di jalan Budhi Cilember, kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung Tel. (022) 6652442. SMKN 11 Bandung ini merupakan SMK Negeri yang telah memperoleh sertifikat Quality Management System ISO 9001:2000 pada tahun 2008.

1.2 Metode Penelitian

(27)

dapat diperoleh suatu kesimpulan penelitian yang merupakan pemecahan dari masalah yang diteliti.

Metode penelitian merupakan suatu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, sehingga di dalam metode penelitian ini akan terkandung beberapa alat serta teknik tertentu yang akan digunakan untuk menguji suatu hipotesis penelitian.

Sebagaimana Sugiyono (2010:2), mengemukakan bahwa:

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara yang dilakukan dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Menurut Arikunto (2002:136), menjelaskan “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Surakhmad (1998:131), menyatakan bahwa:

Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajaran ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

(28)

survey yaitu metode untuk menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau

lebih melalui pengajuan hipotesis”.

Metode penelitian survei eksplanasi (explanatory survey) merupakan penjelasan penelitian yang menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden. Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Suporno (1999:254), serta dalam kamus ilmiah popular edisi millennium, metode penelitian survei eksplanasi (explanatory survey) yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari sumber dengan menggunakan pertanyaan tertulis melalui kuesioner pengumpulan data yang diperlukan dapat diperoleh.

Objek telaahan penelitian survei eksplanasi (explanatory survey) adalah untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antar dua atau lebih variabel, untuk mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya, atau apakah sesuatu variabel disebabkan ataukah tidak oleh variabel lainnya.

(29)

1.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

Definisi operasional dimaksudkan untuk memberikan persamaan persepsi sehingga terdapat persamaan pemahaman terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Pentingnya definisi operasional dibahas karena terdapat banyak istilah-istilah berbeda yang digunakan untuk menyebutkan isi atau maksud yang sama, atau sebaliknya istilah-istilah yang sama dipergunakan untuk menyebutkan isi atau maksud yang berbeda.

Operasionalisasi variabel dilakukan untuk membatasi pembahasan agar tidak terlalu meluas. Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. Menurut Sugiyono (2006:19), “Variabel penelitian itu adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Untuk menghindari kesimpangsiuran dan salah pengertian terhadap istilah yang terdapat dalam judul, maka terlebih dahulu peneliti akan mencoba menjelaskan pengertian serta maksud yang terkandung dalam judul penelitian sehingga diharapkan akan menambah keragaman landasan berpikir peneliti dan pembaca.

Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “Pengaruh Program Praktek Kerja

(30)

1.3.1 Program Praktek Kerja Industri

Efektivitas Program Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan suatu komponen praktek keahlian profesi yang dilaksanakan secara tepat, efektif dan efisien oleh siswa berupa kegiatan secara terprogram dari sekolah sesuai dengan kurikulum yang berlaku dalam situasi sebenarnya untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional yang dilakukan di industri.

Praktek Kerja Industri (Prakerin) merupakan suatu penyelenggaraan pendidikan yang mengintegrasikan kegiatan pendidikan (teori) di sekolah dengan kegiatan pendidikan (praktek) di dunia industri. Dengan kata lain bahwa Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah suatu strategi dimana setiap siswa mengalami proses belajar melalui bekerja langsung (learning by doing) pada pekerjaan yang sesungguhnya. Dengan praktek kerja industri ini siswa memperoleh pengalaman dengan bahan kerja serta membiasakan diri dengan perkembangan-perkembangan baru.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Made Wena pada BAB II di atas, variabel Efektivitas Program Praktek Kerja Industri dapat diukur melalui indikator 1) Perencanaan Praktek Kerja Industri, 2) Pengorganisasian Praktek Kerja Industri, 3) Penyelenggaraan Praktek Kerja Industri dan 4) Pengawasan Praktek Kerja Industri.

(31)

Tabel 3. 1

Operasionalisasi Variabel Program Praktek Kerja Industri

Variabel Dimensi Indikator Skala No

Item

kerja industri Ordinal 2 3) Melakukan

(32)
(33)

1.3.2 Kesiapan Kerja

Kesiapan kerja adalah keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kesiapan kerja siswa akan terbentuk jika telah tercapai perpaduan antara tingkat kematangan, pengalaman-pengalaman yang diperlukan serta keadaan mental dan emosi yang serasi. Variabel kesiapan kerja ini dapat ditinjau dari aspek mental atau afektif yang memiliki beberapa indikator yang dapat mengukur tingkat kesiapan kerja siswa menurut Dali Gulo (2008:245):

(1) Mempunyai pertimbangan yang logis dan objektif. Siswa SMK setelah lulus akan berhadapan dengan banyak pilihan, maka dalam mengambil keputusan sudah harus sesuai dengan akal sehat dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, (2) mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bekerjasama, (3) mempunyai sikap kritis, individu yang memiliki sikap kritis terhadap bidang kerjanya (4) bertanggung jawab secara individu, (5) mempunyai ambisi untuk maju dan berusaha mengikuti perkembangan.

Adapun indikator-indikator tersebut dicantumkan pada tabel berikut:

Tabel 3. 2

Operasionalisasi Variabel Kesiapan Kerja

Variabel Dimensi Indikator Skala No

Item

(34)

Variabel Dimensi Indikator Skala No

tugas yang diberikan Ordinal 4 5) Mentaati setiap tata

dengan pihak industri Ordinal 8

3. Mempunyai

kegiatan pembelajaran Ordinal 11

(35)

Variabel Dimensi Indikator Skala No

tujuan pembelajaran Ordinal 20 Dali Gulo (2008:245)

1.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian

(36)

Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh atau dikumpulkan yang subjeknya berhubungan secara tidak langsung dengan objek penelitian tetapi sifatnya membantu dan dapat memberikan informasi untuk bahan penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah Wakasek Bidang Humas dan Hubin, sejumlah guru Bidang Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung, pembimbing praktek kerja industri baik dari sekolah maupun dari industri, kepustakaan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian.

1.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

1.5.1 Populasi Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2010:389), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

(37)

Tabel 3. 3

Populasi Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung

No. Siswa Kelas XI Administrasi

perkantoran Jumlah Siswa

1 XI AP 1 35

2 XI AP 2 35

3 XI AP 3 37

4 XI AP 4 39

JUMLAH 146

Sumber: Dokumen dari Hums Hubin SMKN 11 Bandung, diolah oleh penulis

1.5.2 Teknik Penarikan Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari unit populasi penelitian, dalam penelitian sampel harus dapat mewakili dari populasi yang ingin diteliti, Dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, tenaga, dana serta kemudahan dalam pengumpulan data dari populasi, maka dilakukan penentuan sebagian dari populasi yang dijadikan sampel penelitian yang benar-benar mewakili seluruh populasi. Sampel penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2002:107), menyatakan bahwa:

Untuk sekedar ancer-ancer, maka bila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari seratus maka dapat diambil antara 10% - 15% sedangkan untuk subjeknya kurang dari 100 dapat diambil 20%-25% atau lebih.

(38)

tidak melibatkan parameter populasi yang tidak diketahui, serta disesuaikan dengan keadaan objek penelitian dalam penerimaan penyebaran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel minimal yang represintatif untuk pengujian hipotesis tersebut, penentuan sampel dari populasi yang ada, dengan menggunakan rumus slovin, menurut Husein Umar (2000:146), dengan menggunakan rumus seperti berikut:

(Riduwan, 2005:65)

Keterangan:

n = Ukuran sampel keseluruhan N = Ukuran populasi

e = tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolerir (tingkat kesalahan yang diambil dalam sampling ini adalah sebesar 10%)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka didapat sampel mahasiswa sebagai berikut:

n =

n =

(39)

Dengan demikian penulis dalam penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 59 sampel yang telah dibulatkan. Guna mendapatkan jumlah sampel yang representatif, selanjutnya sampel tersebut dalam penyebaranya dibagikan secara proposional.

Untuk menghitung besarnya proporsi dari setiap kelas yang terpilih sebagai sample maka digunakan rumus sebagai berikut:

n

1

=

x n

0

(Al-Rasyid, 1994:80) Keterangan:

n1 = banyaknya sampel masing-masing unit

n0 = banyaknya sampel yang diambil dari seluruh unit NI = banyaknya populasi dari masing-masing unit

= jumlah populasi dari seluruh unit

Dengan demikian hasil perhitungan keseluruhan dapat diperhitungkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3. 4

Sampel Siswa kelas XI Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung

No. Siswa Kelas XI Administrasi perkantoran

Jumlah

Siswa Perhitungan Sampel

1 XI AP – 1 35 (35/146) x 59 14

2 XI AP – 2 35 (35/146) x 59 14

3 XI AP – 3 37 (37/146) x 59 15

4 XI AP – 4 39 (39/146) x 59 16

JUMLAH 146 59

(40)

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah sampel yang akan diambil di SMKN 11 Bandung sebanyak 59 siswa. Karena setiap responden mempunyai peluang yang sama untuk dipilih ke dalam sampel, maka setiap proporsi sampel yang akan menjadi wakil tiap kelas dipilih melalui pengundian.

1.5.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti perlu menggunakan instrumen sebagai pengumpul data agar data yang diperoleh akurat. Arikunto (2002:150),

menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pengerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Pengumpulan data atau informasi merupakan prosedur dan prasyarat bagi pelaksanaan pemecahan masalah penelitian. Dalam pengumpulan data ini, diperlukan cara-cara dan teknik tertentu sehingga data dapat dikumpulkan dengan baik.

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan dan sesuai untuk mendukung jalannya penelitian sehingga dapat menghasilkan suatu gambaran dalam pemecahan masalah yang dikajinya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket.

(41)

jawab). Bentuk angket yang disebar adalah angket tertutup yaitu pada setiap pernyataan telah disediakan sejumlah alternatif jawaban untuk dipilih oleh setiap responden dengan menggunakan kategori Likert skala penilaian lima.

Selain itu dalam penelitian ini diperlukan studi kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan, acuan atau landasan teoritis yang berkaitan erat dengan masalah yang diteliti yang dilakukan selama penyusunan skripsi. Studi kepustakaan ini merupakan studi yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku (literatur) dan pemilihan teori-teori yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dibahas.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai berikut:

1) Menyusun kisi-kisi daftar pertanyaan/pernyataan

Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawaban. Angket yang digunakan merupakan angket tertutup dengan lima alternatif jawaban, yaitu: SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

2) Menetapkan skala penilaian angket

(42)

skala untuk mengukur sikap seseorang terhadap suatu hal dengan menggunakan ukuran ordinal (dibuat ranking).

Faisal (2007: 142), menambahkan pendapatnya bahwa skala likert biasa

juga disebut sebagai “skala sikap” yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh

seseorang memiliki ciri-ciri sikap tertentu yang ingin diteliti dengan dihadapkan

pada beberapa pernyataan “positi” dan “negatif” (dalam jumlah yang berimbang) dan beberapa pernyataan tersebut dijawab dengan beberapa alternatif jawaban

“Sangat Setuju”, “Setuju”, “Kurang Setuju”, “Tidak Setuju”, dan “Sangat Tidak Setuju”.

Tabel 3. 5

Kriteria Penilaian Angket untuk Variabel X dan Y Program Praktek Kerja Industri dan Kesiapan Kerja Siswa

Alternatif Jawaban Pernyataan (Item)

Positif Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Kurang Setuju (KS) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

3) Melakukan uji coba angket

(43)

1.6 Pengujian Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpulan data perlu diuji kelayakannya, karena akan menjamin bahwa data yang dikumpulkan tidak bias. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiyono

(2008:137) ,“Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data maka diharapkan hasil dari penelitian pun akan menjadi valid dan reliabel.

1.6.1 Uji Validitas

(44)

Instrumen penelitian dapat dikatakan valid apabila alat tersebut cocok untuk mengukur apa yang hendak diukur. Tinggi rendahnya nilai validitas suatu instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketetapan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Dengan demikian syarat instrumen dikatakan memiliki validitas apabila sudah dibuktikan melalui pengalaman, yaitu melalui sebuah uji coba atau tes. Tes yang valid adalah tes yang dapat mengukur dengan tepat dan teliti gejala yang hendak diukur. Uji validitas instrumen menggunakan analisa item, yakni dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total.

Pengujian validitas instrumen adalah dengan menggunakan teknik korelasi

product moment dari Karl Pearson dengan rumus sebagai berikut:

]

r = Koefisien korelasi antara Variabel X dan Y

N = Jumlah responden

(45)

i

 = Total dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden 2

i

Y = Kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden 2

i Y

 = Toral dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden

i iY X

 = Jumlah hasil kali item angket ke i dengan jumlah skor yang diperoleh tiap respoden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur validitas instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menyebarkan instrumen yang akan diuji validitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya. Banyaknya responden untuk uji coba intrumen, sejauh ini belum ada ketentuan yang mensyaratkannya, namun disarankan sekitar 20-30 orang responden.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

(46)

5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi pada tabel pembantu.

6. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. 7. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap bulir/item

angket dari skor-skor yang diperoleh.

8. Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment hasil perhitungan dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat di tabel. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2, dimana n adalah jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas adalah 20 orang, sehingga diperoleh db = 20-2 = 18 dan  = 5%.

9. Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai tabel r. Kriterianya : 1. jika rxy hitung > r tabel, maka valid

2. jika rxy hitung ≤ r tabel, maka tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka item tersebut dapat dipergunakan pada kuesioner penelitian. Perhitungan uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2010. Setelah rhitung, kemudian dibandingkan dengan nilai rtabel dengan taraf nyata () = 0,05 pada tingkat kepercayaan 95% dengan db=n-2. Jika thitung > ttabel maka item tersebut dinyatakan signifikan (valid) dan sebaliknya jika thitung < ttabel maka item tersebut dinyatakan tidak signifikan (tidak valid).

1.6.2 Uji Reliabilitas

(47)

menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006:178). Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten dan cermat akurat. Jadi uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Formula yang dipergunakan untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah Koefisien Alfa dari Cronbach, yaitu sebagai berikut:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya bulir soal

= jumlah varians

= varians total

Rumus variansnya adalah sebagai berikut:

(48)

= varians = jumlah skor N = jumlah responden

Langkah kerja yang dapat dilakukan dalam rangka mengukur reliabilitas instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menyebar instrumen yang akan diuji realibilitasnya, kepada responden yang bukan responden sesungguhnya.

2. Mengumpulkan data hasil uji coba instrumen.

3. Memeriksa kelengkapan data, untuk memastikan lengkap tidaknya lembaran data yang terkumpul. Termasuk di dalamnya memeriksa kelengkapan pengisian item angket.

4. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh. Dilakukan untuk mempermudah perhitungan atau pengolahan data selanjutnya.

5. Memberikan/menempatkan skor (scoring) terhadap item-item yang sudah diisi responden pada tabel pembantu.

6. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. 7. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing

responden.

8. Menghitung jumlah skor masing-masing item yang diperoleh.

(49)

12.Membandingkan nilai koefisien alfa dengan nilai koefisien korelasi yang terdapat dalam tabel. Menentukan nilai tabel koefisien korelasi pada derajat bebas (db) = n-2. dimana n adalah jumlah responden yang dilibatkan dalam uji validitas adalah 20 orang, sehingga diperoleh db = 20-2 = 18 dan  = 5%. 13.Membuat kesimpulan, dengan cara membandingkan nilai hitung r dan nilai

tabel r. Kriterianya: 1. Jika r11 hitung > r tabel, maka reliabel,

2. Jika r11 hitung ≤ r tabel, maka tidak reliabel.

1.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada tujuan penelitian yang sudah dirumuskan, yaitu (1) untuk melihat bagaimanakah gambaran variabel-variabel yang diteliti dan (2) untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk manganalisis gambaran variabel, sementara teknik analisis inferensial digunankan sebagai alat untuk menarik kesimpulan ada tidaknya hubungan antar variabel yang diteliti.

(50)

dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

1.7.1 Analisis Deskriptif

Untuk mempermudah dalam mendeskripsikan variabel penelitian, digunakan kriteria tertentu yang mengacu pada skor angket yang diperoleh dari responden. Data yang diperoleh kemudian diolah, maka diperoleh rincian skor dan kedudukan responden berdasarkan urutan angket yang masuk untuk masing masing variabel. Untuk itu penulis menggunakan langkah langkah seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002:81), yaitu:

a. Menentukan jumlah skor kriterium (SK) dengan menggunakan rumus: SK=ST x JB x JR.

b. Membandingkan jumlah skor hasil angket dengan jumlah skor item, untuk mencari jumlah skor dari hasil angket dengan rumus:

xi = x1 x2 x3 ...+x37. Keterangan :

X1 = Jumlah skor hasil angket variabel x

X1-Xn = Jumlah skor angket masing masing responden c. Membuat daerah kontinum. Langkah langkahnya sebagai berikut:

 Menentukan kontinum tertinggi dan terendah Sangat Tinggi : K = ST x JB x JR Sangat Rendah : K = SR x JB x JR

 Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkatan dengan rumus :

(51)

 Menentukan daerah kontinum sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan cara menambahkan selisih (R) dari mulai kontinum sangat rendah ke kontinum sangat tinggi

d. Hasil perhitungan dari langkah-langkah di atas, maka dapat disimpulkan dalam rekapitulasi skor kriterium antara lain seperti di bawah ini.

Tabel 3. 6

Skala Penafsiran Skor Rata Rata

No Skor Kriterium Kategori Penafsiran

1. 1,00 – 1,79 Sangat Rendah Sangat Buruk

2. 1,80 – 2,59 Rendah Buruk

3. 2,60 – 3,39 Sedang Cukup

4. 3,40 – 4,19 Tinggi Baik

5. 4,20 – 5,00 Sangat Tinggi Sangat Baik Sumber: Pengolahan Data Penelitian, 2013.

1.7.2 Analisis Inferensial

Selanjutmya analisis data inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik. Sehubungan dengan data variabel terdapat data variabel yang diukur dalam bentuk skala ordinal, sementara pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik mensyaratkan data sekurang kurangnya harus diukur dalam bentuk skala interval. Dengan demikian semua data ordinal yang telah dikumpulkan oleh peneliti terlebih dahulu harus ditranformasikan menjadi skala interval. Secara teknis operasional pengubah data dari ordinal ke interval menggunakan bantuan software Microsoft Exel 2010 melalaui Method

Successive Interval (MSI).

(52)

2) Masuk ke menu bar kemudian pilih analize. 3) Buka analize, kemudian pilih Successive Interval.

4) Pada Successive Interval disediakan tiga menu, yaitu: input, output option. 5) Pada menu input terdapat data range diisi dengan sel data ordinal yang mau

diubah ke data interval pada menu option Min Value (nilai terendah) diisi dengan angka 1 dan Max Value (nilai tertinggi diisi dengan angka 5 karena skala yang digunakan 1-5 (skala likert). Sedangkan pada menu output diisi dengan sel yang akan digunakan untuk hasil pengubahan data ordinal ke interval.

1.7.2.1Konversi Data

Jenis data yang akan dikumpulkan oleh peneliti berkaitan erat dengan metode statistika yang digunakan. Oleh karena itu setiap jenis data yang tidak memenuhi syarat dilakukannya suatu metode statistika tertentu, harus dirubah atau dikonversi ke dalam jenis data yang sesuai dengan metode statistika yang akan digunakan.

(53)

Langkah kerja yang dapat dilakukan untuk merubah jenis data ordinal ke data interval melalui method of successive intervals adalah (Sambas A. Muhidin dan Maman Abdurahman, 2007):

1. Perhatikan banyaknya (frekuensi) responden yang menjawab (memberikan) respon terhadap alternatif (kategori) jawaban yang tersedia.

2. Bagi setiap bilangan pada frekuensi oleh banyaknya responden (n), kemudian tentukan proporsi untuk setiap alternatif jawaban responden tersebut.

3. Jumlahkan proporsi secara beruntun sehingga keluar proporsi kumulatif untuk setiap alternatif jawaban responden.

Pk1 = f1 Pk2 = f1 + f2 …

4. Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal Baku, hitung nilai z untuk setiap kategori berdasarkan proporsi kumulatif pada setiap alternatif jawaban responden tadi.

5. Menghitung nilai skala (scale value) untuk setiap nilai z dengan menggunakan rumus: SV = (Density at lower limit dikurangi Density at upper

limit) dibagi (Area under upper limit dikurangi Area under lower limit).

6. Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala ordinal ke nilai skala interval, dengan rumus:Y = SVi + |SVMin|. Dengan catatan, SV yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar diubah menjadi sama dengan satu (=1).

1.7.2.2Uji Persyaratan Analisis Data

Dalam melakukan analisis data, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa pengujian yaitu Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Dan Uji Linieritas.

Density at lower limit - Density at upper limit Area under upper limit - Area under lower limit SV =

(54)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, jika data berdistribusi normal maka proses selanjutnya menggunakan perhitungan statistik parametrik, sebaliknya jika data tidak berdistribusi normal maka untuk perhitungannnya menggunakan statistik non parametrik. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengujian normalitas dengan uji Liliefors. Kelebihan dari teknik ini adalah penggunaan/perhitungannya yang sederhana, serta cukup kuat sekalipun dengan ukuran sampel kecil, n = 4 (Harun Al Rasyid,2004). Langkah kerja uji normalitas dengan metode Liliefors menurut (Sambas dan Maman, 2009:73), sebagai berikut:

1. Susunlah data dari kecil ke besar. Setiap data ditulis sekali, meskipun ada data yang sama

2. Periksa data, beberapa kali munculnya bilangan-bilangan itu (frekuensi harus ditulis).

3. Dari frekuensi susun frekuensi kumulatifnya.

4. Berdasarkan frekuensi kumulatif, hitunglah proporsi empirik (observasi). 5. Hitung nilai z untuk mengetahui Theoritical Proportion pada table z 6. Menghitung Theoritical Proportion.

7. Bandingkan Empirical Proportion dengan Theoritical Proportion, kemudian carilah selisih terbesar didalam titik observasi antara kedua proporsi.

8. Buat kesimpulan, dengan kriteria uji jika D hitung < D (n,a) dimana n adalah jumlah sampel dan a = 0,05, maka H0 diterima. Bentuk hipotesis statistik yang akan diuji adalah (Harun Al Rasyid, 2004):

H0 : X mengikuti distribusi normal H1 : X tidak mengikuti distribusi normal

b. Uji Linieritas

(55)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian linieritas regresi menurut Ating Somantri dan Sambas A. Muhidin (2006:296), adalah:

1. Menyusun tabel kelompok data variabel x dan variabel y. 2. Menghitung jumlah kuadrat regresi (JK reg(a)) dengan rumus:

JK reg(a) = (ΣY)2

n

3. Menghitung jumlah kuadrat regresi b І a (JK reg(a)) dengan rumus:

4. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus: JKres = ΣY2– JKreg (b/a) – JK reg (a)

5. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)) dengan rumus: RJKreg(a) = JK reg (a)

6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg(a)) dengan rumus: RJKreg(a) = JKreg (b/a)

7. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus: RJKres = JKres

N – 2

8. Menghitung jumlah kuadrat error (JKE) dengan rumus:

Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang paling kecil sampai data yang paling besar berikut disertai pasangannya.

9. Menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) dengan rumus: JKTC = JKres – JKE

10.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) dengan rumus: RJKTC = JKTC

K – 2

11.Menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE) dengan rumus: RJKE = JKE

(56)

12.Mencari nilai uji F dengan rumus: F = RJKTC

RJKE

13.Menentukan kriteria pengukuran: Jika nilai uji F < nilai tabel F, maka distribusi berpola linier.

14.Mencari nilai Ftabel pada taraf signifikan 95% atau α = 5 %

15.Membandingkan nilai uji F dengan nilai tabel F kemudian membuat kesimpulan.

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas, dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel yang terpilih menjadi responden berasal dari kelompok yang sama. Dengan kata lain, bahwa sampel yang diambil memiliki sifat-sifat yang sama atau homogen. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Barlett. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengujian homogenitas varians ini menurut Ating Somantri dan Sambas A. Muhidin (2006:295), adalah:

1. Menentukan kelompok-kelompok data, dan menghitung varians untuk tiap kelompok tersebut.

2. Membuat tabel pembantu untuk memudahkan proses perhitungan, dengan model tabel Uji Barlett.

3. Menghitung varians gabungan.

4. Menghitung log dari varians gabungan. 5. Menghitung nilai Barlett.

6. Menghitung nilai X2

7. Menentukan nilai dan titik kritis. 8. Membuat kesimpulan.

1.7.2.3Analisis Regresi Sederhana

(57)

fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Persamaan umum regresi linear sederhana menurut riduwan dan sunarto (2007:97):

Ŷ = a + bX Keterangan:

Ŷ = Subjek dalam variabel terikat yang diproyeksikan a = Nilai konstanta

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan yang menunjukan nilai peningkatan atau penurunan variabel y

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu, dengan ketentuan

a =

Sedangkan b dicari dengan menggunakan rumus

b =

1.7.2.4Koefisien Determinasi

Untuk menguji seberapa besar pengaruh efektivitas praktek kerja industri dan motivasi berprestasi terhadap penguasaan soft skill, maka digunakan koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100%

1.8 Pengujian Hipotesis

(58)

hipotesis. Sedangkan pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan dalam menerima atau menolak hipotesis ini.

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis secara umum adalah (Sambas, 2006:161):

1. Nyatakan hipotesis statistik (H0 dan H1) penelitian yang diajukan

H0 : β = 0 tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan program praktek kerja Industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Manajemen Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

H1 : β ≠ 0 terdapat pengaruh positif dan signifikan program

praktek kerja industri (Prakerin) terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Manajemen Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

2. Menentukan uji statistika yang sesuai. Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:

Untuk menentukan nilai Uji F dapat mengikuti langkah-langkah berikut: a. Menentukan jumlah kuadrat Regresi dengan rumus:

y

(59)

)

c. Menghitung jumlah kuadrat residu (JKres) dengan rumus:

JKres = ΣY2– JKreg(a/b) – JKreg(a)

d. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)) dengan rumus: RJKreg(a) = JKreg(a)

e. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJKreg(a)) dengan rumus: RJKreg(b/a) = JKreg(b/a)

f. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres) dengan rumus:

RJKres = JKres n-2

g. Menghitung nilai F dengan rumus:

1

dengan k = banyaknya Variabel bebas

3. Membandingkan nilai uji F terhadap nilai F tabel dengan kriteria

pengujian: jika nilai uji F ≥ nilai tabel F, maka tolak .

(60)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Program praktek kerja industri Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung berada pada kategori sedang, artinya secara umum responden beranggapan bahwa program praktek kerja industri Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung dipersepsi cukup efektif. Berdasarkan hasil pembahasan terdahulu pelaksanaan pengawasan dalam proses praktek kerja industri perlu diberikan perhatian yang intensif terlebih pada penilaian secara langsung terhadap hasil dari program praktek kerja industri. Hal ini disebabkan penilaian lebih sering dilakukan oleh pembimbing praktek kerja industri dari DU/DI, sehingga pembimbing praktek kerja industri dari pihak sekolah hanya melakukan penilaian tersebut secara periodik dan mengambil secara keseluruhan.

(61)

Siswa perlu mendapatkan pembinaan dan arahan khusus dari guru maupun pembimbing praktek kerja industri, khususnya dalam meningkatkan pola pikir siswa agar siswa mampu berfikir lebih luas dan berkembang sehingga tidak cepat merasa puas dengan yang diperolehnya saat ini.

3. Program praktek kerja industri mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMKN 11 Bandung.

1.2 Saran

Berdasarkan pembahasan terdahulu, dan merujuk kepada skor rata-rata setiap indikator, saran yang dikemukakan mengacu kepada indikator yang memiliki skor rata-rata rendah diantara indikator yang lain untuk masing-masing variabel. Berdasarkan hal tersebut saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

(62)

sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hal ini diupayakan untuk keefektifan peran pembimbing dari sekolah dalam memberikan penilaian secara langsung terhadap apa yang dikerjakan siswa dalam kegiatan program praktek kerja industri di DU/DI. 2. Indikator berambisi untuk maju memiliki skor rata-rata paling rendah

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Agustina, Dina. (2007). Pengaruh Model Pembelajaran Praktek Kerja Industri

terhadap Sikap Berwirausaha pada Siswa Tingkat III Program Keahlian Penjualan di SMKN 1 Bandung. Skripsi UPI: tidak diterbitkan.

Al Rasyid, Harun Kismantoroadji. (2005). Statistika Sosial. Bandung: Program Pasca Sarjana UNPAD.

Anoraga, Panji. (2009). Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Antonius, Wiwan Koban. (2008). Mengurangi Pengangguran Terdidik. Jakarta: Bumi Akasa.

Anwar. (2005). Praktek Kerja Industri. Bandung: Sinar Baru.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

______. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta: PT Rineka Cipta.

______. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

______. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

As’ad, Moh. (1999) Psikologi Industri. Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud. (1993). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.

0490/U/1992 tentang Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Depdikbud.

______. (1996). Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.

080/U/1993 tentang kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta:

Depdikbud.

______. (1997). Penyempurnaan kurikulum SMK 1994. Jakarta: Depdikbud. ______. (1997). Keterampilan Menjelang 2020. Jakarta: Depdikbud.

(64)

Depdiknas. (1999). Kurikulum SMK 1994. Jakarta.

______. (2001). Rencana Strategis Pendidikan Nasional Tahun 2000-2004. Jakarta.

______. (2003). Pedoman Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (SMK). Jakarta: DPMK.

Dikmenjur. (1999). Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan: Garis-garis besar

program pendidikan dan pelatihan. Jakarta: Depdikbud.

______. (1999). Memahami kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan berpendekatan competency base dan broad base. Jakarta: Depdikbud.

______. (2008). Pelaksanaan Prakerin. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Depdiknas.

F. Hill, Winfred. (2009). Theories of Learning. Bandung: Nusa Media.

Ginanjar, Dodi. (2009). Pengaruh praktek kerja industri program keahlian

administrasi perkantoran terhadap kompetensi kesekretarisan siswa di SMKN 3 Bandung. Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Gulo, Dali. (1982). Kamus Psikologi. Bandung: Tonis.

Hamalik, Oemar. (1990). Praktek Kerja Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Masruri, Nauruzzaman Eko (2003). Hubungan Antara Motivasi Kerja dan

Informasi Duni Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas III SMK Nasional Berbah Sleman Yogyakarta. Skripsi Universitas Negeri

Yogyakarta: tidak diterbitkan.

McCllelland, D. C. (1961). The Achieving Society. New Jersey: Van Nostrand Reinhold.

Muhidin, Sambas A. dan Maman Abddurahman. (2006). Aplikasi Statistika dalam

Penelitian. Bandung: Pustaka Setia

_______. (2007). Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

_______. (2009). Analisis Korelasi, Regresi dan jalur dalam penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Nasurion, S. (2004). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nolker, Helmut & Eberhard Schoenfeldt, (1988). Pendidikan

(65)

Rosmianti, Nova. (2012). Pengaruh Efektivitas Praktek Kerja Industri dan

Motivasi Berprestasi terhadap Penguasaan Soft Skill Siswa Bidang Studi Keahlian Bisnis dan Manajemen di Smkn 11 Bandung. Skripsi UPI:

tidak diterbitkan.

Schunk, H. Dale. (2012). Learning Theories. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (1995). Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Sitorus, M. (2003). Berkenalan dengan Sosiologi 1. Jakarta: Erlangga.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (1996). Teknik Analisis Regresi dan korelasi bagi para peneliti Bandung: Alfabeta.

______. (2002). Teknik Analisis Regresi dan korelasi bagi para peneliti Bandung: Alfabeta.

______. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. ______. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

______. (2006). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

______. (2007). Teknik Analisis Regresi dan korelasi bagi para peneliti Bandung: Alfabeta.

______. (2008). Teknik Analisis Regresi dan korelasi bagi para peneliti Bandung: Alfabeta.

______. (2008). Statistika untuk Penelitian (Cetakan ke-Lima Belas). Bandung: Alfabeta.

______. (2008). Metode Penelitian Administrasi dilengkapi Dengan Metode

R&D, Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Surakhmad, Winarno (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Tarsito.

Gambar

Gambar 1. 1  Persentase Pengangguran Berdasarkan Pendidikan Tertinggi
Tabel 1. 1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja
Tabel 1. 2 Pengangguran Terbuka
Tabel 1. 3 Rekapitulasi Daya Serap Tamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat diperoleh kesimpulan mengenai penyebab manajemen laboratorium kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran SMK Hamong Putera

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:(1) terdapat hubungan positif antara Praktik Kerja Industri dengan Kesiapan Kerja siswa kelas XII Kompetensi Keahlian Administrasi

Penguasaan kompetensi pedagogik guru mata pelajaran produktif kompetensi keahlian administrasi perkantoran dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar di SMK Nasional

Terlihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu: (1) faktor internal: motivasi siswa dalam memilih kompetensi keahlian administrasi perkantoran masuk dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran pembelajaran kewirausahaan dalam meningkatkan minat berwirausaha siswa kelas XI kompetensi keahlian Administrasi Perkantoran SMK

Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana meningkatkan kesiapan kerja peserta didik kelas XII program keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Kebumen dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Kompetensi keahlian yang diajarkan di Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan (KKTKR) SMKN 5 Surakarta; (2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas keterampilan mengajar guru Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 4 Makassar berada pada kategori