• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN PEMBELAJARAN KELOMPOK DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) TERPADU (Studi Situs di SMP Negeri 1 Salatiga).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN PEMBELAJARAN KELOMPOK DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) TERPADU (Studi Situs di SMP Negeri 1 Salatiga)."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh sebab itu pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran IPA sendiri menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Anonim, 2008: 385).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Pada tingkat SMP diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk

(2)

merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi pekerja ilmiah secara bijaksana (Anonim, 2008: 385).

Kenyataannya, berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini tercermin dari hasil TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa

Indonesia dalam bidang IPA berada pada urutan ke-38 (dari 40 negara). Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Perlu diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang adaptif terhadap perubahan zaman (Anonim, 2007: 1).

Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini. Standar nasional pendidikan harus disempurnakan dan ditingkatkan secara berencana, terarah dan berkala sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,terdiri dari 8 standar yang salah satunya adalah Standar Isi, yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjawabnya maka pusat kajian kurikulum mata pelajaran melakukan kajian untuk mata pelajaran IPA.

(3)

pelaksanaannya dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, memberikan masukan mengenai kurikulum IPA yang lebih aplikatif sebagai pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat IPA, sehingga mutu pendidikan IPA bisa disejajarkan dengan mutu pendidikan IPA dalam skala internasional.

Dalam melakukan kajian melibatkan unsur-unsur Perguruan Tinggi, dan Sekolah, disamping juga dari Puskur Balitbang Diknas. Metode yang digunakan bervariasi dari studi dokumentasi, diskusi fokus, kerja mandiri/ kelompok, hingga presentasi. Hasil yang diperoleh berupa temuan berupa kelemahan atau kekurangan pada Standar Isi, meliputi sistematika, kedalaman/keluasan kompetensi, proporsi dan distribusi kompetensi, keterkaitan antara SK dan KD, hingga penggunaan bahasa. Di samping itu, juga rancangan kurikulum IPA masa depan hasil perbandingan dengan negara lain (Anonim, 2007: 1).

Survei juga telah dilakukan oleh TIMSS terhadap pencapaian sains anak kelas 4 (9 tahun saat di tes) dan kelas 8 (13 tahun saat dites) dengan ruang lingkup domain konten dan domain kognitif, untuk domain konten dibedakan: level kelas 4 mencakup Life science, Physical science, dan Earth science. Untuk level kelas 8 mendapat tambahan Kimia (Chemistry) dan

(4)

Survai untuk TIMSS menunjukkan bahwa dari 38 negara yang berpartisipasi pada tahun 1999 dan dari 46 negara yang berpartisipasi pada tahun 2003, masing-masing anak Indonesia menempati peringkat 32 dan 37. Skor rata-rata perolehan anak Indonesia untuk IPA mencapai 420,221, skor ini tergolong ke dalam katagori low benchmark artinya siswa baru mengenal beberapa konsep mendasar dalam Fisika dan Biologi (Rustaman, 2006: 13).

Berdasarkan uraian di atas, maka diduga kurikulum IPA di Indonesia belum diimplementasikan oleh kebanyakan sekolah. Hal ini dikuatkan oleh Dasar Pemikiran yang ditulis pada Panduan Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca, yang menyebutkan bahwa salah satu sebab rendahnya mutu lulusan adalah belum efektifnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran selama ini masih terlalu berorientasi terhadap penguasaan teori dan hafalan dalam semua bidang studi yang menyebabkan kemampuan belajar peserta didik menjadi terhambat. Metode pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada guru (teacher centered) cenderung mengabaikan hak-hak dan kebutuhan, serta pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan kurang optimal.

(5)

dalam sains menggunakan pendekatan inkuiri. Pendekatan ini telah mengubah fokus pendidikan sains dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta dalam mata pelajaran ke belajar berdasar inkuiri, selanjutnya siswa mencoba menjawab untuk memahami dan/atau memecahkan suatu masalah (Shidarta, 2008: 1).

Hebrank (dalam Shidarta, 2007:1) menyatakan bahwa pedagogi (cara mengajar) menganjurkan untuk suatu pendekatan inkuiri, yang melibatkan siswa secara aktif menggunakan proses sains dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif seperti mereka menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pembelajaran berbasis kegiatan laboratorium dapat meningkatkan perkembangan siswa melalui: 1) proses belajar sains (learning science); 2) belajar tentang sains (learning about science); dan 3) belajar

'mengerjakan' sains (doing science) (Shidarta, 2007:1).

(6)

Fakta lain berupa Hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA di SMP N 1 Kotaagung, diperoleh informasi bahwa selama ini metode pembelajaran yang digunakan masih klasikal, keterlibatan guru selama pembelajaran masih dominan, sehingga siswa tidak terlibat secara langsung selama pembelajaran. Siswa cenderung selalu menerima apa saja yang diberikan guru, tidak termotivasi untuk turut aktif selama pembelajaran, dan tidak memiliki buku penuntun lain selain LKS yang disediakan dari sekolah. Selain itu, peralatan laboratorium yang kurang lengkap mengakibatkan tidak dimanfaatkannya semaksimal mungkin selama pembelajaran, sehingga siswa kurang terlatih untuk melakukan suatu eksperimen dalam rangka menjawab pertanyaan dan melakukan penemuan untuk memperoleh pemahaman baru (Nyeneng et al., 2009: 1).

Sesuai dengan informasi tersebut, diketahui bahwa siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Akibat kekurangaktifan siswa selama pembelajaran, mengakibatkan hasil belajar menjadi rendah. Salah satu metode pembelajaran yang diketahui dapat mengaktifkan siswa yaitu metode inkuiri. Metode pembelajaran inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa dilibatkan untuk lebih aktif dan mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah (Nyeneng et al, 2009: 1).

(7)

pembelajaran. Sebagai contoh adalah pembelajaran kelompok atau cooperative learning. Menurut Cilstrap dan Martin (dalam Purwati, 2009: 4)

memberi pengertian pembelajaran kelompok sebagai kegiatan yang biasanya berjumlah kecil yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Dan memberi solusi untuk mengaktifkan siswa dengan cara kerja kelompok karena kerja kelompok menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu.

Tujuan pembelajaran kelompok adalah agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama. Keberhasilan pembelajaran kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.Kelebihan pembelajaran kelompok antara lain sebagai berikut (1) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah, (2) dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi, (3) dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pendapat orang lain, dan (4) para siswa lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi (Purwati, 2009: 5).

(8)

Pembelajaran kelompok dapat diterapkan untuk hampir semua tugas dalam berbagai kurikulum untuk segala usia pembelajar, termasuk dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran kelompok mencoba untuk membuat masing-masing anggota kelompok menjadi individu yang lebih kuat dengan mengajarkan mereka keterampilan-keterampilan dalam konteks sosial. Sebagian besar daya tarik pembelajaran kelompok adalah pembelajaran ini memberikan sebuah cara bagi para siswa untuk mempelajari keterampilan hidup antarpribadi yang penting dan mengembangkan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif perilaku-perilaku yang secara khusus diinginkan dalam sebuah era ketika sebagian besar organisasi mendukung konsep kerja sama.

(9)

Mengingat pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting, maka dalam prosesnya perlu dilakukan pengelolaan dengan baik. Proses pembelajaran sendiri sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat komplek. Antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan yang bersifat sistemik, artinya masing-masing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang saling terkait (Suwardi, 2007: 1).

Masing-masing komponen dalam proses pembelajaran perlu dikelola dengan baik. Tujuannya agar masing-masing komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini akan terwujud, jika guru sebagai desainer pembelajaran memiliki kompetensi manajemen pembelajaran. Secara sederhana manajemen pembelajaran dapat diartikan usaha untuk mengelola sumber daya yang digunakan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007: 1).

Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah aspek yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran IPA. Aspek tersebut salah satunya berkaitan dengan model pembelajaran alternatif yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran IPA yaitu pembelajaran Learning Together. Oleh sebab itu penulis mencoba menulis tesis dengan judul

(10)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah bagaimana ciri-ciri Pembelajaran Kelompok dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP Negeri 1 Salatiga. Fokus tersebut dijabarkan menjadi dua subfokus.

1. Bagaimana materi pembelajaran kelompok dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) terpadu di SMP Negeri 1 Salatiga?

2. Bagaimana interaksi pembelajaran kelompok dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) terpadu di SMP Negeri 1 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini.

1. Mendeskripsikan materi pembelajaran kelompok dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terpadu di SMP Negeri 1 Salatiga.

2. Mendeskripsikan interaksi pembelajaran kelompok dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) terpadu di SMP Negeri 1 Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan prestasi mengajar guru antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam dalam rangka pemecahan masalah pembelajaran.

(11)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan di bidang pendidikan untuk pengembangan dan peningkatan kreativitas pembelajaran guru mata pelajaran IPA secara keseluruhan.

b. Bagi Kepala sekolah dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan motivasi dan supervisi mengenai pengelolaan pembelajaran guru-guru mata pelajaran IPA

c. Bagi Guru mata Pelajaran IPA dapat memotivasi agar terus meningkatkan kemampuan mengajarnya dalam lingkungan guru SMP, khususnya mata pelajaran IPA, sehingga mata pelajaran IPA tidak hanya dianggap sebagai mata pelajaran membosankan, tetapi menjadi mata pelajaran yang disukai oleh seluruh siswa.

E. Daftar Istilah

1. Pembelajaran

(12)

2. Pembelajaran Kelompok

Pembelajaran kelompok atau kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

3. Interaksi Pembelajaran

Interaksi siswa merupakan suatu bentuk aktivitas timbal balik antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran

4. Ilmu Pengetahun Alam

Referensi

Dokumen terkait

Sabar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Oleh sebab itu kesabaran dari seorang guru sangat dibutuhkan. Berdasarkan pemikiran KH. Hasyim

Salah satunya yang akhir-akhir ini sering digunakan adalah Misoprostol (Cytotec) yaitu analog sintetik prostaglandin El oral yang dibuat dan dipasarkan pada awalnya untuk

Erni

Informasi yang disajikan media massa menjadi pengetahuan dan bahan.. penyusun strategi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh modal, biaya bahan baku dan tenaga kerja terhadap kinerja usaha industri kecil pembuatan tahu di Kabupaten

Spesimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu potongan komponen spring rod pada bagian yang patah pada Gambar 3.3 (a) dan daerah untuk pengujian kekerasan

Here we propose how we used the harmonic product spectrum method to extract the fundamental frequency by multiplying the several times down sampled input signal.. Fast

Yogyakarta merupakan daerah tingkat kerawanan gempa sedang-tinggi dengan dominansi penggunaan beton bertulang sebagai struktur utama bangunan sehingga perlu dilakukan