Tanya Jaw ab
SE Ekstern No.9/14 /DPbS tanggal 21 Juni 2007 tentang Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia No.8/26/DPbS tanggal 14 November 2006 tentang Kew ajiban Penyediaan M odal M inimum bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah
Pertanyaan Jaw aban
1. Apa yang mendasari Bank Indonesia melakukan perubahan atas Surat Edaran tersebut?
Adanya perubahan pada beberapa ketentuan yang terkait dengan perhitungan KPM M , antara lain ketentuan Kualitas Aktiva BPRS dan ketentuan Laporan Bulanan BPRS sehingga ketentuan KPM M yang sekarang ini berlaku menjadi perlu untuk disesuaikan.
2. Hal apa saja yang diubah dalam SE No.9/14 /DPbS ?
a.Penetapan bobot risiko untuk penyediaan dana k epada atau dijamin oleh pemerintah daerah sebesar 20% . b.Perhitungan transaksi multijasa dalam
KPM M yang sebelumnya belum diatur. c. Dasar penentuan kadar risiko suatu aset memperhatikan juga aspek jenis sumber dana.
3. M engapa perhitungan KPM M di BPRS Syariah dibuat secara cukup komprehensif ?
Perhitungan KPM M - BPRS tersebut unt uk menunjukkan kondisi kemampuan bank (termasuk BPRS) yang sebenarnya sesuai ketentuan perbankan.
4. Apakah perlu BPRS melakukan perhitungan KPM M dan melaporkan hasilnya kepada Bank Indonesia?
BPRS perlu melakukan perhitungan KPM M dalam rangka self assessment untuk menghitung permodalan yang berguna dalam rangka BM PK, sedangkan BPRS diminta melaporkan kepada Bank Indonesia secara off line karena aplikasi perhitungan KPM M sedang dalam tahap penyelesaian dan setelah aplikasi tersebut selesai, kew ajiban pelaporan tersebut akan dihilangkan.
5. Apakah terdapat perubahan batasan minimal ketentuan KPM M BPRS yang w ajib dipelihara ?
Tidak terdapat perubahan batasan minimal rasio KPM M yang w ajib dipelihara oleh BPRS yaitu minimal 8% .
6. M engapa bobot risiko untuk penyediaan dana profit sharing yang sumber dananya dari w adiah, modal sendiri, qardh dan mudharabah mutlaqah net revenue
sharing ditetapkan sebesar 150% ?