• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143/PMK.04/2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143/PMK.04/2007"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143/PMK.04/2007

TENTANG

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN TAGIHAN ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN

BEA MASUK DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG DISEBABKAN OLEH KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG,

KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN / ATAU BUKAN KARENA KESALAHAN ORANG

MENTERI KEUANGAN,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92A ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, atas permohonan orang yang bersangkutan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai dapat membetulkan surat penetapan tagihan kekurangan pembayaran bea masuk yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan / atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 serta mengurangi atau menghapus sanksi administrasi berupa denda dalam hal sanksi tersebut dikenakan pada orang yang dikenai sanksi karena kekhilafan atau bukan karena kesalahannya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 92A ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembetulan Surat Penetapan Tagihan Atas Kekurangan Pembayaran Bea Masuk Dan / Atau Sanksi Administrasi Berupa Denda, Yang Disebabkan Oleh Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, Kekeliruan, Kekhilafan, Dan / Atau Bukan Karena Kesalahan Orang;

(2)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 3613) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4755);

3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA

CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PEMBETULAN SURAT PENETAPAN TAGIHAN ATAS KEKURANGAN PEMBAYARAN BEA MASUK DAN/ATAU SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, YANG DISEBABKAN KARENA KESALAHAN TULIS, KESALAHAN HITUNG, KEKELIRUAN, KEKHILAFAN, DAN/ATAU BUKAN KARENA KESALAHAN ORANG.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:

1. Undang-Undang Kepabeanan adalah Undang-Undang Nomor 10 Thun 1995 Tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.

2. Surat penetapan tagihan adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat bea dan cukai yang berfungsi sebagai penetapan, pemberitahuan dan penagihan yang mewajibkan orang untuk membayar kekurangan pembayaran bea masuk dan/atau sanksi administrasi berupa denda, yang dituangkan dalam bentuk Surat Penetapan Tarif dan / atau Nilai Pabean (SPTNP), Surat Penetapan Pabean (SPP), atau Surat Penetapan Sanksi Administrasi (SPSA).

3. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum. 4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

5. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan undang-undang Kepabeanan.

(3)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 2

Direktur Jenderal atas permohonan dari orang yang bersangkutan dapat melakukan pembetulan berupa:

a. menambah, mengurangi atau menghapus tagihan dalam surat penetapan tagihan yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan undang-undang Kepabeanan yang tidak menimbulkan perbedaan pendapat (dispute) antara pejabat bea dan cukai dengan orang; atau

b. mengurangi atau menghapus sanksi admisnistrasi berupa denda dalam hal sanksi tersebut dikenakan pada orang yang dikenai sanksi karena kekhilafan atau bukan karena kesalahannya.

Pasal 3

(1) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal melalui kepala kantor pabean dengan dilampiri :

a. fotokopi surat penetapan tagihan; dan

b. data atau bukti yang dapat digunakan untuk mendukung permohonan.

(2) Permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sudah diterima Direktur Jenderal dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal diterbitkannya surat penetapan tagihan.

Pasal 4

(1) Direktur Jenderal memberikan keputusan atas permohonan pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal permohonan diterima secara lengkap.

(2) Direktur Jenderal dapat mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk surat persetujuan atau surat penolakan dengan menyebutkan alasannya.

Pasal 5

(1) Dalam hal surat persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) mengurangi sebagian tagihan, pejabat bea dan cukai yang menerbitkan surat penetapan tagihan membatalkan surat penetapan tagihan dan menerbitkan surat penetapan baru sesuai dengan surat persetujuan.

(4)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Pasal 6

Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pengajuan permohonan pembetulan surat penetapan tagihan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.

Pasal 7

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 15 Desember 2007.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 November 2007

MENTERI KEUANGAN, ttd

Referensi

Dokumen terkait

Menerapkan Customer Relationship Management melalui Membership Program yang lebih efektif dan inovatif kepada pelanggan, diharapkan dapat menjadi suatu solusi dalam

Gaya geser akibat gempa arah X dengan metode statik ekuivalen, respons spectrum dan time history seperti terlihat pada Gambar 1.53 sampai 1.55.. Gaya geser arah X akibat gempa

Menurut peneliti hasil penelitian didapatkan remaja komunitas scooter tinggal bersama dengan orangtuanya, bila remaja komunitas scooter berada dalam lingkungan keluarga

Adapun faktor determinan stunting di Kabupaten Manggarai Barat yaitu dari balita yang bermasalah gizi adalah 317 balita tidak memiliki Jaminan Kesehatan, 25 balita tidak ada air

Ini penting dilakukan sebagai evaluasi terhadap perkembangan dan praktek demokrasi yang dilakukan oleh organisasi gerakan mahasiswa.. 51 Penelitian ini mengaBerdasarkan

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afrina (2015) yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan

Hasil yang diperoleh dari aplikasi ini antara lain adanya pencatatan master, pencatatan transaksi baik pembelian maupun penjualan, pengendalian persediaan, laporan

Jenis data yang dikumpulkan adalah data potensi sumber daya ikan, produksi ikan, jenis dan jumlah alat tangkap, jenis dan jumlah armada kapal, rumah tangga perikanan (RTP),