KEMANDIRIAN PETANI TAMBAK MELALUI EKONOMI ALTERNATIF (Pendampingan Pengelolaan Hasil Petani Tambak di Desa Kedung Peluk, Candi
Sidoarjo)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pengembangan Masyarakat Islam (S. Sos)
Oleh :
Septian Adi Nugroho NIM B02212024
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM SURABAYA
ABSTRACT
Pond farmers is a term for people living in coastal areas of ponds that are generally involved in livelihood activities for their families in the processing of ponds obtained. Tambak Farmers in Kedung Peluk Village, Sidoarjo Temple is generally famous for making processed fishpond like milkfish. Pond is the biggest asset for the people of Desa Kedung Peluk, SidoarjoTemple.
In this assistance using a strength-based approach or an asset-based approach, an asset-based approach incorporates new, more holistic and creative ways of looking at reality, such as viewing half-filled glasses; Appreciate what worked well in the past: and use what we have to get what we want. The approach diguanakan in mebangun awareness Kedung Village community using five steps, namely define, discovery, dream, design, and destiny.
With the fish processing as the utilization of assets owned by this community participate in managing the fish in the village Kedung Peluk. Daily management can produce the brains, presto, and fish chips on average spend about 20 kilos of fish for this processed product.
ABSTRAK
Petani tambak adalah suatu istilah untuk para masyarakat yang hidup di daerah pesisir tambak yang umumnya terlibat dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya dalam pengolahan hasil tambak yang didapat. Petani Tambak di Desa Kedung Peluk, Candi Sidoarjo umumnya terkenal dengan pembuatan olahan hasil tambak seperti ikan bandeng. Tambak merupakan aset terbesar bagi masyarakat Desa Kedung Peluk, Candi Sidoarjo.
Dalam pendampingan ini menggunakan pendekatan berbasis kekuatan atau pendekatan berbasis aset, pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti: melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik di masa lampau: dan menggunakan apa yang kita mimiliki untuk mendapat apa yang kita inginkan. Adapun pendekatan yang diguanakan dalam mebangun kesadaran masyarakat Desa Kedung Peluk menggunakan lima langkah, yaitu define, discovery, dream, design, dan destiny.
Dengan adanya pengolahan ikan sebagai pemanfaatan aset yang dimiliki ini masyarakat ikut serta dalam mengelola hasil ikan yang ada di Desa Kedung Peluk. Pengelolah setiap hari dapat menghasilkan otak-otak, presto, dan kripik ikan rata-rata menghabiskan sekitar 20 kilo ikan untuk hasil olahan ini.
DAFTAR ISI
COVER DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI...iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN...vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GAMBAR ...xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus dan Tujuan Pendampingan ... 3
C. Sistematika Pembahasan ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Perubahan Dalam Pendekatan Berbasis Aset ... 7
B. Kerangka Teori Dari Teori Perubahan Teori Perubahan ... 9
1. Keberlimphan Masa Kini ... 9
3. Proses Apresiatif ... 10
4. Pengecualian positif ... 11
5. Kontruksi sosial akan realitas ... 11
6. Hipotesis heliotropik ... 12
7. Dialog internal ... 12
8. Keterlibatan seluruh sistem ... 14
9. Teori naratif ... 14
C. Prinsip – Prinsip dalam Pendekatan Berbasis Kekuatan ... 14
D. Modal Sosial ... 17
E. Mengkomunikasikan ide danPrinsip – Prinsip Pendekatan Berbasis Aset dan Pengembangan Masyarakat ... 20
F. Pengembangan Masyarakat Islam Melalui Dakwah Bil Hal dalam Komunitas Petani tambak Kedung Peluk ... 21
BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN A. Pendekatan Yang Dilakukan Terhadap Masyarakat ... 25
B. Pembangunan Komunitas Berbasis Aset ... 29
C. Langkah – Langkah Pendekatan Berbasis Aset ... 30
1. Mempelajari dan Mengatur Skenario ... 30
2. Mengungkap Masa Lampau ... 33
3. Memimpikan masa depan ... 33
4. Memetakan aset ... 33
5. Perencanaan Aksi/ Mobilisasi Aset ... 35
BAB IV PROFIL DESA KEDUNG PELUK
A. Kondisi Geografis ... 38
B. Kondisi Demografis ... 42
C. Mata Pencaharin Masyarakat ... 44
D. Keagamaan Masyarakat Kedung Peluk ... 44
E. Pendidikan Masyarakat Kedung Peluk ... 46
F. Kesehatan Masyarakat Kedung Peluk ... 47
G. Adat Istiadat atau Budaya Masyarakat Kedung Peluk ... 49
BAB V PROSES PENDAMPINGAN ASET PETANI TAMBAK DESA KEDUNG PELUK A. Pra Pendampingan Petani Tambak ... 51
B. Pendampingan Komunitas ... 52
C. Menemukan Aset dan Potensi Masyarakat Kedung Peluk ... 57
BAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak ... 70
B. Perubahan Sosial Masyarakat ... 74
C. Meningkatkan Produk Pemasaran Melalui Media Online ... 77
BAB VII HASIL DAN REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET A. Kegunaan Praktis atau Empiris ... 86
B. Memulai dengan Pendekatan Berbasis Kekuatan ... 87
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan ... 90
B. Rekomendasi ... 91
yang ada, dengan dikelolanya tambak di sekitar desa Kedung Peluk sebagai objek
mata pencaharian yang mana didalamnya tak lepas dengan peran masyarakat
dalam pengelolaannya. Pengelolaan tambak di desa Kedung Peluk pada dasarnya
akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga
kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus
urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari
pengelolaan tambak ini adalah melestarikan sumberdaya alam, melestarikan
kerajinan lokal, dan meningkatkan pendapatan petani tambak atau masyarakat
sekitar lokasi tambak ikan.
Pemberdayaan masyarakat umumnya dirancang dan dilaksanakan secara
komprohensif. Meminjam definisi Asian Development Bank (ADB), kegiatan
pembangunan termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dianggap bersifat
komprohensif jika menampilkan lima karateristik yaitu berbasis lokal, beroriantasi
pada peningkatan kesejahteraan, berbasis kemitraan, secara holistik dan
berkelanjutan. 1
Pemberdayaan berbasis lokal jika perencanaan dan pelaksanaan dilakukan
pada lokasi setempat dan melibatkan sumber daya lokal return tolocal resource
1
dan hasilnya pun dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan demikian, maka
prinsip daya saing kompetitif. Program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat berbasis lokal tidak membuat penduduk lokal sekedar penonton dan
pemerhati di luar sistem, tetapi melibatkan mereka dalam pembangunan itu
sendiri. 2
Desa Kedung Peluk memiliki potensi tambak yang di kelolah oleh 114
petani dengan lahan seluas kurang lebih1.031.665 ha.3 Hasil dari petani tambak
ini biasanya berupa macam-macam ikan, akan tetapi pada umumnya berupa ikan
Mujair, Bandeng, Nila, Bawal, Udang Windu, ikan gabus dan masih banyak
lainya. Tapi sangat disanyakan hasil dari tambak ini masih belum optimal karena
langsung dijual kepada pengepul dan petani tambak hanya mendapat untung yang
tidak begitu banyak. Maka perlu pendapingan untuk mengoptimalkan hasil
tambak para petani.
Dalam pembangunan dan berkembangnya masyarakat tidak bisa dilihat
sebagai sesuatu yang berjalan dengan sendirinya, atau bahkan sebagai pemberian
dari sang pencipta saja. Karena masyarakat akan mengalami perkembangan, baik
secara positif maupun negatif meskipun dipahami sebagai akibat dari adanya
usaha-usaha yang dilakukan inisiatif masyarakat sendiri dengan sengaja dilakukan
agar menjadi desa yang makmur. Dengan memanfaatkan hasil dari tambak
tersebut para remaja mulai ikut serta dalam pengelolahaan tambak dan
menjadikannya sebagai salah satu perekonomian masyarakat sekitar Desa Kedung
Peluk.
2
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal, 76.
3
Adapun yang menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti lebih dalam
berkaitan dengan pengembangan hasil tambak di desa Kedung Peluk sebagai
pengembangan masyarakat. Peneliti berfokus pada pendampingan penguatan hasil
petani tambak di desa Kedung Peluk untuk memajukan perekonomian masyarakat
yang saat ini masih terbilang rendah.
B. Fokus dan Tujuan Pendampingan
Fokus pendampingan ini adalah meningkatkan ekonomi melalui hasil
pengelolahan tambak. ABCD Aset Based Community Development dianggap
cocok dalam membangun kemandirian kelompok petani tambak di Desa Kedung
Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, karena dalam ABCD membangun
kemandirian dapat didasari dari potensi dan aset yang telah dimiliki oleh setiap
orang. Potensi dan aset tersebut yakni berupa apa yang ada (pengetahuan) di
masyarakat, dan apa yang bisa di lakukan (keterampilan) di masyarakat.
Dalam proses pendampingan masyarakat diupayakan untuk mengenal dan
mengolah aset yang dimiliki, dengan mengupayakan kemandirian melalui
pemanfaatan potensi dan aset. Dengan bertujuan agar masyarakat di Desa Kedung
Peluk menghasilkan perubahan.
Perubahan dilakukan supaya masyarakat yang bekerja di tambak serta
melibatkan masyarakat sekitar, dapat mengolah hasil pengelolahan tambak ikan
yang lebih optimal. Untuk dijadikan hasil tambak berupa masih mentah dan juga
matang serta dijadikan oleh-oleh khas Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi
C. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi ini untuk memudahkan pembahasan agar
dapat diuraikan secara tepat, maka penyusun membagi rencana skripsi ini menjadi
beberapa bagian bab. Adapun sistematika yang telah penulis susun adalah
sebagaiberikut:
1. Bab I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang realita problematika yang ada di Desa
Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, yang
diuraikan dalam latar belakang, fokus dan tujuan pendampingan
dan sistematika pembahasan untuk membantu pembaca dalam
memahami isi tulisan skripsi ini, dari per BAB nya.
2. Bab II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi penjelaskan tentang pembahasan prespektif teoritis
dan konsep yang merupakan acuan pendampingan. Penulis dalam
BAB ini memaparkan teori yang berkaitan dengan tema
pendampingan yang telah dilakukan, yakni teori perubahan
dalam pendekatan berbasis aset, serta dakwah bil sebagai wujud
pemberdayaan. Bab ini berisi tentang teori yang dijabarkan oleh
penulis, yang berhubungan dengan isi skripsi ini.
3. Bab III : METODELOGI PENDAMPINGAN
BAB ini berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk
digunakan, serta inkulturasi sebagai langkah sebelum memulai
pendampingan.
4. Bab IV : PROFIL DESA KEDUNG PELUK
Pada bab ini tentang deskripsi lokasi pendampingan yang di
ambil. Adapun deskripsi tersebut berisi uraian letak geografis
Desa Kedung Peluk, kependudukan, sejarah desa, kondisi
ekonomian, kondisi pendidikan masyarakat, kondisi sosial, serta
pola agama dan budaya di Desa Kedung Peluk. Hal tersebut
dapat berfungsi untuk mendukung tema yang diankat, serta
melihat gambaran realitas yang terjadi di dalam obyek
pendampingan.
5. Bab V : PROSES PENDAMPINGAN PETANI TAMBAK DI DESA
KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO
Bab ini memaparkan tentang proses – proses pengorganisiran pendampingan masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari,
prapendampingan, mengungkap masa lalu (discovery),
memimpikan masa depan (dream), memetakan aset dan potensi
masyarakat Desa Kedung Peluk, perancanaan aksi perubahan,
6. Bab VI : HASIL PENDAMPINGAN DAN ANALISIS PERUBAHAN
Bab ini berisi tentang hasil pendampingan dan analisis
perubahan, apa yang dihasilkan para petani tambak di jabarkan
dalam bab ini dan perubahan yang di hasilkan.
7. Bab VII : REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET
Pada bab ini fasilitator membuat sebuah catatan refleksi atas
pendampingan yang telah dijalankan dari mulai awal hingga
akhir dari proses pendampingan.
8. BAB VIII : PENUTUP
Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan rekomendasi terhadap
BAB II
PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET ( KAJIAN PUSTAKA)
Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di
masyarakat. Teori dijadikan paradigma dan pola pikir dalam membedah suatu
permasalahan di tengah masyarakat. Berbagai pendekatan dilakukan tentu saja
tidak bisa jauh dari teori yang sedang di sediakan. Bagi fasilitator pendampingan
tetap harus melihat kaidah yang ada, walaupun keadaan yang terjadi di lapangan
kadang kala tidak terduga. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori
Asset Based Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan
aset danpotensi yang dimiliki masyarakat untuk kemudian digunakan sebagai
bahan yang memberdayakan.
A. Teori Perubahan dalam Pendekatan Berbasis Aset
Pengembangan masyarakat ada dua pendekatan yaitu berbasis kelemahan
dan pendekatan berbasis kekuatan. Pendekatan berbasis aset memasukan cara
pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti:
melihat gelas setengah penuh ;mengapresiasi siapa yang bekerja dengan baik di
masa lampau, dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapat apa yang
kita inginkan. Pendekatan ini lebih memilih cara pandang bahwa suatu
masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dapat di berdayakan.
Pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih
alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus ditetapkan dalam konteks
baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting
di hidupkan dalam menciptakan perubahan. Proses perubahan adalah upaya
bersengaja mengumpulkan apa yang memberi hidup di masalalu (memori) danapa
yang memberi harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan
pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada
sebagai potensi.3
Aset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau
perbendaharaan.Segala yang bernilai tersebut memiliki guna untuk memenuhi
kebutuhan.4
Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat kenyataan
mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan
fokus pada apa yang ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara
baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka.5
Datangnya fasilitator pada
komunitas mereka tidak hanya sekedar sebagai pengamat yang melihat keseharian
mereka. Akan tetapi ikut berperan penting dalam mendorong kemandirian petani
tambak di Desa Kedung Peluk dalam menemukan dan memanfaatkan potensi
yang mereka miliki selama ini. Perlu di perhatikan dalam hal ini bukan fasilitator
yang menjadi tokoh utama, akan tetapi masyarakatlah yang menjadi aktor penting
untuk menuju perubahan yang diinginkan. Tugas fasilitator bagaimana
membangun paradigma diantara mereka dan membangun komunitas mereka
menjadi lebih baik.
3
Cristoper Dereau, 2013. Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II 4
Agus Afandi,dkk,2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel.Hal.308
5
Jhon McKnight dan Jodi kreztmann mengambarkan „membangun
komunitas dari dalam keluar’ sebagai ’jalan untuk menemukan dan menggerakan
aset komunitas’. Dengan mempelajari bagaimana menemukan dan mendaftar aset
komunitas dalam beberapa kategori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi
atau institusi), warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka sebagai gelas
yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka melihat kebutuhan dan masalah,
sekarang mereka lebih banyak melihat sumber daya dan kesempatan.6
Dorongan-dorongan perlu dilakukan agar mereka lebih mampu melihat potensi mereka
ketimbang permasalahan hidup yang mereka hadapi selama ini.
B. Kerangka Teori dari Teori Perubahan
Dari teori perubahan ada beberapa kerangka dasar atau fondasi teori
menjadi bagian dari teori perubahan bagi pendekatan berbasis kekuatan.
1. Keberlimpahan masa kini, setiap orang mempunyai kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan. Setiap kelompok mempunyai system dan sumber daya yang
bisa di gunakan dan diadaptasi untuk proses perubahan. Begitu halnya yang
terjadi di komunitas petani tambak, mereka mempunyai kapasitas, kemampuan,
bakat dan gagasan yang mereka punya semua, tetapi komunitas petani tambak
yang ada di Desa Kedung Peluk khususnya petani tambak. Komunitas petani
tambak juga mempunyai sistem dan sumber daya yang digunakan dan di
adaptasi untuk proses perubahan, supaya para petani tidak terjerat dalam
katong-kantong kemiskinan.
6
2. Pembangunan “inside out” atau dari dalam keluar, perubahan yang bermakna dan berkelanjutan pada dasarnya bersumber dari dalam dan orang
yang merasa yakin menapak menuju masa depan saat mereka bisa
memanfaatkan kesuksesan masa lalunya. Masyarakat petani tambak
mempunyai impian untuk menuju masa depannya supaya tidak terkurung lagi
dalam kemiskinan, masyarakat petani tambak melakukan perubahan dan
berkelanjutan untuk meraih masa depannya yang sukses tanpa harus
mensejaterakan diri dari antara laki-laki dan perempuan. Seharusnya mereka
bisa bekerja sama untuk menuju masa depan yang jauh lebih sukses lagi.
3. Proses apresiatif, setiap kelompok komunitas mempunyai pilihan untuk melihat realitas dari sisi negatif atau positif. Misalnya saja, saya melihat sebuah
gelas sebagai setengah penuh setaengah kosong. pendekatan berbasis kekuatan
menggunakan teori ini untuk menawarkan pandangan bahwa sementara selalu
ada dua sisi untuk realitas apapun, tak terkecuali realitas yang ada di komunitas
petani tambak. Selalu memusatkan pada dua sisi positif dan negatife akan
memberi gambaran realitas yang lebih lengkap, tetapi memusatkan pada hal
positif atau gelas yang setengah penuh kan lebih mungkin membantu
masyarakat petani tambak di Desa Kedung Peluk untuk berubah. Pendekatan
berbasis kekuatan bersengaja mengamati dan mendorong sisi realitas yang bisa
di adaptasi pendekatan berbasis kekuatan melacak apa yang kita ingin kita lihat
lebih banyak dan mengembangkan apa yang telah berhasil sejauh ini.7
7
4. Pengecualian positif, dalam setiap komunitas sering sekali ada sesuatu yang bekerja dengan baik dan seorang yang berhasil secara istimewah, kendati
menggunakan sumber daya alam yang sama. Ini adalah prinsip yang mendasari
teori positive devience, menurut teori ini titik mula adalah mencari dan
menganalisis contoh-contoh mereka lebih berhasilmeski menggunakan sumber
daya yang sama. Titik awal perubahan adalah mengamati prilaku yang patut di
contoh.
5. Kontruksi sosial akan realitas, tidak ada situasi social yang telah di tentukan sebelumnya. Kita selalu mengkontruksikan sendiri realitas yang kita jalani
apapun yang kita lakukan merupakan langkah pertama menuju apa yang kita
wujudkan. Appreciative inquiry dan pendekatan berbasis aset beranjak dari
teori ini. Pendekatan berbasis asset yang menyatakan bahwa kita bergerak
menuju realitas yang kita paling menarik perhatian kita. Apa yang kita
bicarakan menjadi fokus kita, dan apa yang kita inginkan sangat mungkin
terwujud karena kita selalu menciptakan peluang dan membuat pilihan yang
mewujudkannya. Bahkan apa yang ingin kita ketahui, dan saat kita mulai
proses pencarian maka kita memulai proses perubahan. Jadi jika kita ingin
perubahan positif maka kita harus mencari tahu tentang berbagai hal yang
paling mungkin membuat perubahan itu terjadi, sama halnya dengan apa yang
terjadi di komunitas petani tambak dan pengelolaan hasil tambak, jika
tambak mencari tahu hal apa yang bisa merubah untuk menjadi yang lebih
maju.8
6. Hipotesis heliotropik, sistem-sistem sosial berevolusi menuju gambaran yang paling positif yang mereka miliki tentang dirinya. Mungkin hal ini tidak di
sadari atau didiskusikan secara terbuka maupun gambaran-gambaran itu
menjelaskan alasan mengapa kita lakukan hal-hal tentu. Contoh paling baik
dari hal ini ditemukan di biologi, benda hidup menuju sumber cahaya, dan
mereka yang berkembang dengan cara-cara agar bisa lebih maksimal meraih
cahaya tersebut. Hal ini menggunakan dengan menyatakan bahwa ketika
gambaran masa depan kita positif, memberi semangat dan inklusif, maka
kemungkinan besar kita akan lebih terlibat dan mempunyai energi yang lebih
besar untuk mewujudkannya. Selalu penting untuk yakin perubahan yang di
cari adalah gambaran realitas yang positif dan diinginkan, bukan suatau yang
negatife atau tidak diinginkan. Komunitas petani tambak harus bisa
meninggalakan sisi negative dan dan bisa mengembangkan sisi positif dengan
realitas yang ada sekarang di masyarakat Kedung Peluk.
7. Dialog internal, mengukur dan memengaruhi bagaimana sebuah organisasi berfungsi dengan memperhatikannya dan mengubah dialog internal yang
terjadi di dalam organisasi tersebut. Riset oleh profesor marical losada dan
Barbara fredickson tentang organisasi dengan kinerja tinggi dan rendah
memerlihatkan efek ini. Merekan memberikan beberapa bukti untuk
menunjukan bahwa jika sebagian besar hubungan tersebut akan berkembang.
8
Akibatnya, jika dialog internal (atau percakapan antar anggota) positif, terbuka
pada perubahan, dan kolabortaif maka organisasi itu akan lebih menjadi kuat.
Mengambil dari teori ini dengan menyatakan bahwa jika suatu komunitas yang
ada fokus kepada kekuatan dan kesuksesan maka kita bisa menemukan energi
yang lebih besar untuk perubahan dan bisa menciptakan lingkungan yang
mendukung terjadinya perubahan, itulah yang harus dilakukan oleh komunitas
petani tambak.9
8. Keterlibatan seluruh sistem, cara berpikir sistem atau system thinking (bagaimana segala sesuatu bekerja dalam sistem atau saling terhubung, dengan
masing-masing bagian saling memengaruhi dalam menentukan apa yang akan
terjadi) diadaptasi untuk diterapkan pada system social dan organisasi oleh
Peter Checkland, dan telah menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai soft
system methodology (SSM). Metodologi ini beranggapan bahwa sebuah
organisasi atau kelompok yang bekerja menuju tujuan bersama dapat berubah
dengan menemukan cara untuk memengaruhi bagian-bagian dalam rantai unit
yang saling berinteraksi. AI mengunakan sebagian besar teori dibalik system
thinking dan soft methodology (SSM) dengan menawarkan bahwa jika ingin
melakukan perubahan seluruh sistem harus dilibatkan keseluruh organisasi dan
mitranya, semua yang berhubungan dengan apa yang sedang diusahakan.
9. Teori naratif, penggunaan percakapan semi terstruktur makin sering digunakan dan dilihat sebagai cara mendorong pemahaman dan fokus
komunitas pada apa yang menjadi kepedulian bersama kelompok. Percakapan
9
merupakan bentuk lain mendorong bertutur cerita dalam format yang terlalu
terstruktur. Percakapan adalah belajar mengidentifikasi apa yang dianggap
penting lewat suasana terbuka dan tidak terlalu formal. Salah satu contoh
adalah Word Café yang biasanya di pakai sebagai pertemuan kelompok yang
sedang mencari arah, dan dijelaskan sebagai usaha interaksi pemikiran yang
„lewat percakapan tentang pertanyaan yang benar-benar penting’. Dalam
melakukan wawancara atau percakapan yang jelas dan lugas untuk memahami
fokus komunitas yang akan menjadi cerita pendampingan yang jelas dan
baik.10
C. Prinsip-prinsip dalam pendekatan berbasis kekuatan
Cara lain memahami pendekatan berbasis aset adalah mempelajari
prinsip-prinsip operasional yang secara konsisten ditemukan dalam aplikasi pendekatan
berbasis aset .prinsip operasional digunakan untuk membantu kita memilih
tindakan dengan lebih bersengaja karena tindakan-tindakan itu mewakili konsisten
dalam kerangka kerja kegiatan kita. Prinsip-prinsip operasional di bawah ini di
ambil berbagai tulisan tentang bagaimana dan mengapa orang menggunaka
pendekatan berbasis aset. Tentunya dapat konsistensi dan tumpang tindih dengan
berbagai teori perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya.11
1. Prinsip kontruksionis, kata-kata menciptakan dunia ; makna diciptakansecara social lewat bahasa dan percakapan.
2. Prinsip simultan, proses bertanya akan menciptakan perubahan; begitu kita mengajukan pertanyaan, kita mulai menciptakan perubahan.
10
Ibid,Hal.67. 11
3. Prinsip puisi, kita bisa memilih apa yang ingin kita pelajari; organisasi, bagian buku yang terbuka, adalah sumber informasi dan pembelajaran yang tak ada
habisnya.
4. Prinsip antisipasi, sistem manusia bergerak menuju gambar atau visualisasi yang dimiliki; apa menjadi pilihan untuk di pelajari mempunyai arti,. System
social berevolusi kearah gambaran paling positif yang dimiliki tentang dirinya.
5. Prinsip positif, pertanyaan positif menghasilkan perubahan positif. Jika anda mengubah dialog internal (apa yang dibicarakan orang-orang dalam sebuah
organisasi), anda mengubah organisasi itu sendiri.12
6. Prinsip keutuhan, keutuhan menarik yang terbaik dari orang dan organisasi; membawa seluruh pemegang kepentingan dalam forum bersama yang
mendorong kreativitas dan membangun kapasitas kolektif.
7. Prinsip bertindak, untuk benar-benar membuat perubahan, kita harus
“menjadi perubahan yang ingin kita lihat.”
8. Prinsip bebas memilih, orang akan bekerja lebih baik dan lebih berkomitmen ketika mereka punya kebebasan untuk memilih bagaimana dan apa yang ingin
mereka kontribusikan.
9. Prinsip kelentingan, setiap individu, kelompok, atau institusi memiliki sesuatu yang telah member hidup di masa lalu dan beberapa aset yang
mendukung mereka di masa sekarang. “Setiap komunitas mempunyai potensi
sumber daya lebih banyak daripada yang diketahui siapapun.”
12
10. Prinsip organik, semua yang hidup mempunyai cetak biru bagi kesuksesannya sendiri atau pengembangan diri yang tetulis di dalamnya. Yang diperlukan
hanyalah lingkungan yang merawat dan mendukung.13
Pendekatan berbasis kekuatan melibatkan berbagai cara berpikir yang
berbeda tentang realitas dan perubahan. Cara-cara berpikir ini terutama
berkembang dari teori bahwa masa depan di bentuk oleh cara kita berpikir,
berbicara dan bertindak sekarng. Semua yang kita katakan dan lakukan adalah
langkah pertama menuju realitas masa depan. Perubahan positif lebih mungkin
terjadi jika kita berfikir positif tentang masa depan dan berbicara dengan cara
yang sudah merefleksikan masa depan yang ingin kita lihat.
Metode teoritis untuk perubahan dalam berfikir berbasis aset diambil dari
alam dan cara lingkungan alam berubah secara organik dan berinteraksi secara
holistik. Berpikir kreatif, atau yang sering kadang disebut “otak kanan” sangat
berguna karena membantu kita mengaktifkan imajinasi dan membuka banyak
kesempatan yang sebelumnya mungkin tidak akan terpikirkan.
Pemikiran ini mendorong kita melihat realitas dengan cara berbeda.
Karena manusia, organisasi, dan komunitas tempat mereka berbeda pada dasarnya
mampu secara inheren untuk bergerak maju menuju respon hidup yang lebih
sesuai, maka perubahan dimulai saat dua orang atau lebih berkumpul untuk saling
bertutur cerita dan berinteraksi dalam percakapan-percakapan yang kaya.
Percakapan dan pendekatan naratif adalah alat paling fundamental untuk
menciptakan perubahan sosial menurut cara berpikir berbasis aset dan apresiatif.
13
D. Modal Sosial
Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang di dapatkan oleh
masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan bersama
membantu warga lain tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam
konteks ini mengacu kepada aset yang didapat oleh sebuah komunitas ketika
beberapa orang membentuk asosiasi atau kelompok untuk keswadayaan atau
untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan bagian penting dari pendekatan
penghidupan berkelanjuttan.Namun demikian peran pentingnya sebagai aset
pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih
baru.14
Modal sosial telah lebih banyak di teliti sejak Robert Putnam dalam
studinya mengenai perbedaan regional kesejateraan ekonomi di italia utara
mengidentifikasi hubungan antara kesejateraan ekonomi dan keanggotaan dalam
asosiasi dan jaringan sosial (yang mewakili modal sosial dalam sebuah
komunitas). Hasil risetnya menunjukan bagaimana kepercayaan dan kerja sama
yang ditemukan dalam kelompok-kelompok swadaya atau kelompok social
meningkatkan aliran informasi, mengembangkan potensi dari usaha-usaha
individu dan kolektif, dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi lokal.
Modal sosial tidak mengacu kepada cara anggota sebuah keluarga saling
membantu, tetap bisa berlaku pada komunitas-komunitas di unit kecil, lebih kecil
dari desa, di Negara berkembang di mana banyak rumah tangga merupakan
bagian dari sebuah keluarga besar atau memiliki hubungan keluarga. Putman, dan
14
beberapa tokoh lainnya yang kemudian menekuni bidang yang di peloporinya,
mendeskripsikan modal sosial sebagai kumpulan :
1. Keyakinan (rasa saling percaya) antar anggota sebuah masyarakat atau
komunitas tertentu.
2. Kelompok-kelompok dalam komunitas tersebut.
3. Norma sosial yang diterapkan dalam kelompok-kelompok tersebut.
4. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok.
5. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan bersama
masyarakat lebih luas, tidak hanya anggotanya
Seluruh faktor ini membentuk interaksi para aktor dalam masyarakat atau
komunitas dan dianggap sebagai aset individu dan kolektif untuk menciptakan
kesejahteraan. Di antara para pelaku pendekatan berbasis aset, selain untuk
keperluan bisnis dan pekerjaan, modal social atau kehidupan berasosiasi semakin
dianggap sebagai „aset yang memberikan akses terhadap aset lainnya’. Hal ini di karenakan mereka yang secara sosial terkoneksi dalam hubungan kerja sama dan
saling percaya memiliki jembatan atau gerbang menuju beraga aset berguna
lainnya yang dimiliki orang lain dalam komunitas tersebut. Mereka yang tidak
punya akses terhadap asosiasi sosial atau terisolasi secara sosial biasanya adalah
yang paling miskin dan termajinalisasi dalam komunitas manapun.
Pengalaman menunjukan bahwa ketika ada komitmen kuat dalam sebuah
masyarakaat untuk membangun dan mempertahankan modal sosial, maka
komitmen untuk aksi bersama demi perubahan akan lebih mudah terjadi. Dengan
dimilikinya (misalnya berbagai jenis asosiasi dan kelompok yang di anggotai
warga) merupakan sebuah cara untuk membangun kapasitas mereka agar
bekerjasama demi perubahan.
Beberapa penelita yang melanjutkan riset awal Robert putman menemukan
bahwa perbedaan yang dinyatakanya antara modal sosial yang meningkat (yang
bisa membuat kita bertahan hidup) dan modal sosial yang menjembatani (yang
bisa membuat kita terhubung dengan berbagai jaringan untuk meningkatkan
pilihan penghidupan) amat bermanfaat.Modal sosial yang menjembatani
merupakan hubungan yang mereka miliki dengan kelompok dan institusi yang
memiliki sumber daya di luar batasan tradisional keluarga atau komunitas mereka.
Dalam pendekatan berbasis aset, modal sosial mengikat menjadi sumber inspirasi
dan keyakinan tentang aksi kolektif. Sementara itu, modal sosial yang
menjembatani merupakan cara bagi komunitas untuk memperkuat hubungan
mereka dengan pemerintah lokal, organisasi masyarakat sipil, dan donor yang
potensial. Beberapa penulis modern sekarng menyebut yang terakhir sebagai
mengaitkan modal sosial. Mengaitkan modal sosial termasuk menjangkau keluar
komunitas untuk membangun hubungan dengan kelompok-kelompok yang
sama-sama terhubung dengan organisasi kunci, seperti depatermen pemerintah, tetapi
belum tentu terkait satu sma lain.
Karena modal sosial dalam bentuk apapun adalah tentang membangun
hubungan, dan membangun hubungan dalah faktor kunci untuk peningkatan
kapasitas organisasi dan komunitas, maka modal sosial merupakan elemen kunci
jejaring sosial menyediakan hubungan dan pengalaman usaha kolektif bagi
individu dan kebaikan bersama. Hal ini juga akan mengarah kepertumbuhan
tingkat ekonomi lokal. Beberapa studi membuktikan bahwa ketika ada dukungan
untuk modal sosial, terutama dalam konteks desentralisasi, maka hubungan
kemitraan yang lebih efektif dengan pemerintah lokal dalam pengelolaan sumber
daya lokal lebih mungkin terjadi.Ketika komunitas meningkatkan penggunaa
modal sosial mereka, maka mereka juga memperkuat kapasitas mereka untuk
mendapatkan respon yang lebih bagus dari pemerintah.
Di balik seluruh pendekatan berbasis aset, terdapat beragam asosiasi dan
jejaringan sosial yang membentuk unsur-unsur kehidupan komunitas dan usaha
bersama.Komunitas menunjukan kapasitas mereka sebagai warga dengan
membuat perubahan melalui kehidupan mereka yang saling berhubungan.
E. Mengkomunikasikan Ide dan Prinsip-prinsip Pendekatan Berbasis Aset dan Pengembangan Masyarakat
Dalam mengkomunikasikan pendekatan berbasis aset dan pengembangan
masyarakat untuk bekerja sama dalam pengembangan masyarakat ada vasilitas
dan produktifitas , masyarakat bangga dengan apa yang bisa dilakukan dan tahu
bagaimana cara supaya dapat menggunakan kekuatan dan aset yang ada pada
masyarakat.
Daya tarik ABCD (Asset Based Community Development) dalam
kesederhanaan itu, membuat masyarakat akam bergema dengan akal sehat dan
dengan apa masyarakat berhasil, apa yang memotivasi, apa yang menginspirasi
kompleks. Selain pemahaman teoritis kritis apa yang salah pada dunia. ABCD
(Asset Based Community Development) bergantung pada “teori lemah”,
keterbukaan terhadap alternative dan kemungkinan beragam dan kemampuan
untuk berkontribusi kepada masyarakat. Dengan cara yang positif, masyarakat
akan lebih memahami apa yang akan di kerjakan.
Dalam praktek ABCD (Asset Based Community Development), harus
mendorong perubahan mendasar dalam pola piker dan belajar pendekatan yang di
gunakan dalam kebutuhan berbasis kekuatan. Kekuatan yang ada dalam diri
masyarakat itu lah yang mendorong masyarakat melakukan perubahan.15
F. Pengembangan Masyarakat Islam menggunkan Dakwah Bil hal dalam Komunitas Petani Tambak Kedung Peluk
Pengembangan masyarakat Islam adalah susatu sistem tindakan nyata
yang menawarkan alternatif modal pemecahan masalah umum pada bidang sosial,
ekonomi, dan lingkungan dalam perfektif Islam. Mentransformasikan dan
melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga, kolompok
usaha (jama’ah), dan masyarakat (ummah).16
Model empiris pengembangan
perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik),
dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Manusia adalah makhluk sosial seperti yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
15
Alison Mathie and Puntenney.2009.From Clients To Citizen. Northwestern University,USA 16
Artinya: Hay manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesengguhnya orang yang paling mulia diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.17
Kegiatan dakwah bil-hal lebih menekankan pada pengembangan
kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup
yang lebih baik sesuai dengan tuntutan ajaran Islam. Dakwah bil-hal selain
meningkatkan taraf hidup secara materi juga merupakan meningkatkan sumber
daya manusia.Peningkatan sumber daya manusia biasanya disebut dengan
pemberdayaan atau empowerment.
Pendampingan masyarakat desa Kedung Peluk merupakan salah satu
dakwah bil-hal sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Pemikiran yang luas
dan kritis dapat berguna menjadi sosial change. Perubahan sosial yang terjadi
merupakan perubahan yang diawali dari masyarakat petani tambak untuk wilayah
tersebut. Bagi masyarakat yang ingin merubah hidupnya yang aman, nyaman,
tenang dan sejahtera itu semua tergantung mereka sendiri, mau berusaha dan
bertindak.
Jika ingin meningkatkan taraf hidupnya dan membangun sosialnya,
haruslah berangkat dari diri masing-masing.Bukan semacam pembangunan model
top down yang telah banyak terbukti kurang efektif dalam membangun
masyarakat. Karena pembangunan masyarakat yang ideal menekankan
17
keterlibatan masyarakat secara sadar dalam pembangunan.18
Pemanfaatan potensi
pengetahuan pedagang tentu saja digunakan sebagai alat untuk memberdayakan
mereka sendiri. Pengetahuan yang dimiliki, dikembangkan serta diaplikasikan
didalam kehidupan jika ingin mencapai kesuksesan yang diharapkan.
Karakter dan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi
kelangsungan pembangunan suatu masyarakat. Selain memiliki rasa tanggung
jawab mereka juga harus memiliki sifat sebagai warga desa beriman yang menaati
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Begitu pula dengan sifat sabar dan
penolong sesama manusia. Dengan begitu masyarakat memiliki ilmu pengetahuan
dan pemikiran yang bisa merubah dan mengembangkan pembangunan yang ada di
dalam desa mereka.Begitu pula dengan masyarakat petani tambak, mereka harus
memiliki kreteria masyarakat ideal yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an, bahwasannya masyarakat harus memiliki jiwa yang beriman kepada Tuhan dan
memiliki pemikiran yang inovatif.Semua ini harus diterpakan di dalam jiwa
masyarakat desa Kedung Peluk. Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya
untuk merubah suatu keadaan menjadi suatu keadaan yang lebih baik menurut
tolak ukur agama Islam.
Dan tidak hanya itu dalam Al-Qur’an pun telah di ajarkan bahwasanya Allah Swt telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi
khalifah dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah tersebut Allah Swt memberi
kewenangan kepada manusia untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada
18
dimuka bumi dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama, Allah
berfirman :
“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”..19
Dari arti diatas telah jelas bahwasanya dakwah yang seharusnya dilakukan
umat muslim dimuka bumi ini adalah harus berpijak pada upaya untuk
menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang teguh pada perintah
maupun larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya hubungan
manusia dengan Allah. Dengan begitu manusianya dapat serta mampu untuk
memanfaatkan aset yang ada disekelilingnya dengan sebaik mungkin.
19
BAB III
METODE PENDAMPINGAN A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat
Pendekatan berbasis asset memaksimalkan cara pandang baru yang lebih
holistic dan kreatif dalam melihat realistis. Seperti melihat gelas setengah penuh,
mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik dimasa lampau dan menggunakan
apa yang petani tambak miliki untuk mendapatkan apa yang petani tambak
inginkan.
Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan
cara berpikir tentang pembangunan. Aset bukan hanya sekedar sumber daya yang
digunakan manusia untuk membangun penghidupan. Aset memberikan mereka
kemampuan untuk menjadi dan bertindak. Pemikiran berbasis aset dan pemetaan
aset telah menjadi bagian dari pembangunan komunitas, terutama melalui
pendekatan penghidupan berkelanjutan (sustainable live lihoods approach) dan
pengembangan komunitas berbasis aset (aset based community development).17 Pembangunan asset di mulai dari komunitas atau organisasi belajar
menghargai asset yang petani tambak Desa Kedung Peluk miliki. Banyak
komunitas yang mengabaikan atau tidak menganggap serius nilai dari aset yang
sudah petani tambak Kedung Peluk yang dimiliki. Belajar untuk mengidentifikasi
sumber sumber daya yang dimiliki, lalu mulai memperhitungkannya sebagai aset
potensial untuk terlibat pelaksanaan pembangunan merupakan pemahaaman kunci
17
dari tradisi yang lahir dari pendekatan pembangunan aset dan pelaksanaan
berbasis aset.
Pendekatan ini dapat membantu petani tambak untuk menemukan kembali
kekuatan mereka dalam mewujudkan mimpi. Pendekatan berbasis aset untuk
pengembangan organisasi dan pemberdayaan komunitas. Setiap pendekatan ini
berkembang dari beberapa pengalaman, dan tujuan yang cukup berbeda-beda.
Pendekatan berbasis aset yang paling maju berasal dari apa yang dinamakan
Appreciative Inquiry.
Appreciative Inquiry adaalah filosofi perubahan positif dengan pendekatan
siklus 5-D, yang telah sukses digunakan dalam proyek-proyek perubahan skala
kecil dan besar, oleh ribuan organisasi di seluruh dunia. Dasar dari Appreciative
Inquiry adalah gagasan sederhana, yaitu bahwa organisasi akan bergerak menuju
apa yang mereka pertanyakan.18
Yang membedakan Appreciative Inquiry dengan metodologi perubahan
lainnya, bahwa Appreciative Inquiry sengaja mengajukan pertanyaan positif untuk
memancing percakapan konstruktifdan tindakan inspiratif dalam organisasi
Appreciative (apresiasi) menghargai melihat yang paaling baik pada seseorang
atau dunia sekitar kita, mengakui kekuatan, kesuksesan, dan potensi masa lalu dan
masa kini; memahami hal-hal yang memberi hidup (kesehatan, vitalitas,
keunggulan) pada sistem yang hidup, meningkatkan dari segi nilai, misalnya
tingkat ekonomi telah meningkat nilainya. Sinonim : nilai, hadiah, hargai, dan
kehormatan inquire, mengeksplorasi dan menemukan, bertanya terbuka untuk
18
melihat berbagai potensi dan kemungkinan baru. Sinonim menemukan,mencari,
menyelidiki secara sistematis, dan mempelajari. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam membangun kesadaran masyarakat Kedung Peluk menggunakan
lima langkah, yaitu Define, Discovery, Dream, Design, dan Distiny.
Bagan 3.1: Siklus 5-D Appreciative Inqury
Define (menentukan), maksudnya ketika masyarakat Kedung Peluk
menemukan apa yang diimpikan dan merencanakan lalu mereka dapat
menemukan langkah untuk mewujudkan keinginan yang diinginkan masyarakat
Kedung Peluk bisa tercapai.
Discovery (menemukan), maksudnya apa yang telah sangat dihargai di
masa lalu perlu di dentifikasi sebagai titik awal proses perubahan. Pada tahap Distiny
Define
Discovery
Design
discovery, mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para
individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut. Komunitas petani
tambak menemukan kekuatan yang slama ini tersimpan atau tidak di sadari
keberadaannya seperti cerita tentang keberhasilan dan cerita yang membangakan
di masa lalu atau cerita hal-hal yang pernah dilakukan komunitas petani tambak.
Dengan cerita msyarakat dapat membuat orang lain saling menghargai satu sama
lain, menghargai kekuatan yang saling berbagi satu sama lain.
Dream (impian), maksudnya dengan cara kreatif dan secara kolektif
melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat di hargai dikitkan
dengan apa yang paling diinginkan. Seperti apa masa depan yang dibayangkan
oleh semua pihak, Kedung Peluk membangun angan-angan yang diinginkan oleh
masyarakat dengan mengukapkan dalam bahasa dan mengambarkan apa yang
diingin kan, maka masyarakat Kedung Peluk akan mudah mengingat apa yang
ingin di capai dalam hidupnya.19
Design (merancang), maksudnya proses dimana seluruh komunitas (atau
kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau asset yang dimiliki
agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara konstruktif, inklusif, dan
kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan
sendiri. Komunitas petani tambak merancang apa yang yang di impikan
masyarakat untuk mencapai mimpi-mimpi dengan melakukan langkah-langkah
Destiny (target), maksudnya bagaimana memberdayakan, belajar,
menyesuaikan atau improvisasi, dimana masyarakat Kedung Peluk sudah
menemukan kekuatan memimpikn apa yang diinginkan, mereka akan
merencanakan,menentukan dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan,
sehingga mereka akan dapat mewujudkan apa yang diinginkannya selama ini.21
B. Pembangunan Komunitas Berbasis Aset
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berangkat dari hasil kerja yang
dilakukan sebagai bagian dari gerakan masyarakat sipil dan perjuangan kelas di
daerah-daerah kumuh sekitar kota Chicago di Amerika Serikat. Kegiatan
pengorganisasian komunitas dirancang untuk merebut kekuasaan dari kelas
menengah dan kelas atas, karena upaya memberdayakan wilayah - wilayah miskin
terus menerus berakhir dengan kekecewaan dan kepasrahan untuk menerima
ketergantungan pada orang lain.
Dua periset pionir memutuskan untuk mengubah keadaan ini dengan
mendorong anggota komunitas untuk melihat kembali ke dalam diri
mereka.Komunitas yang bekerja dengan mereka dibantu dalam
mendokumentasikan semua kekuatan dan aset yang ada pada mereka, dan mulai
menggunakan semua itu sebagai dasar membangun fondasi ekonomi dan sosial
baru.
Pembangunan komunitas berbasis aset berkontribusi dengan cara pandang
yang berbeda,bahwa orang bisa mengubah persepsi atas lingkungan yang mereka
tempati yaitu,selalu bergantung terhadap kebutuhan dan memiliki asset yang
21
berlimpah. Setiap metode atau pendekatan memberikan kontribusi penting dan
substansif terhadap pendekatan berbasis aset untuk memperkuat dan membangun
komunitas.
C. Langkah – langkah Pendekatan Berbasis Aset
Ada beberapa tahap dalam melakukan pendampingan dengan pendekatan
ABCD yang telah di lakukan oleh fasilitator saat dilapangan. Adapun tahap – tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari dan Mengatur Skenario
Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut „Define’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa
“Pengamatan dengan Tujuan /Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya
terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan fokus
program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:22
a. Tempat
Bagian penting dari tahap pertama ini adalah pendekatan berbasis
aset, di mana proses perubahan akan terjadi. Hal ini penting dilakukan
diawal, karena lokasilah yang akan menghasilkan informasi – informasi yang spesifik di konteksnya, dan memengaruhi keseluruhan rancangan
input berikutnya. Di mana kita bekerja sama pentingnya dengan bagaimana
proses yang kita gunakan. Termasuk dalam pertimbangan tempat adalah
menentukan di mana pertemuan awal akan dilakukan. Tempat - tempat
22
tertentu memiliki konotasi atau pengaruh sosial dan politik
tersendiri.Misalnya, bila kita ingin bekerja dengan kelompok yang kurang
akses ke sumber daya, maka harus melakukan riset sebelumnya tentang
lokasi kerja kita nantinya.Mungkin kita juga harus menjelaskan alasan
pemilihan lokasi tersebut.Pilihan lokasi juga bisa jadi dipengaruhi.23
b. Orang/ Masyarakat
Kita harus sangat jelas tentang siapa yang akan terlibat. Harus ada
cukup waktu yang digunakan untuk membangun hubungan dengan
masyarakat atau kelompok, sehingga Organisasi No Pemerintah bisa
memahami dinamika internal dan hubungan – hubungan majemuk yang ada dalam komunitas. Tidak cukup untuk mengasumsikan bahwa kita akan
bekerja bersama.
Seluruh komunitas, hanya karena kita sudah mendorong setiap orang
untuk terlibat. Dalam menggunakan pendekatan berbasis aset, penting untuk
memastikan semuanya jelas bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bisa
dikontribusikan, setiap orang punya bakat, talenta, kemampuan atau cara
pandangan yang bermanfaat. Penting juga untuk memastikan keterlibatan
agen perubahan formal maupun informal dalam komunitas.Agen perubahan
seperti itu biasanya adalah mereka yang bekerja di belakang layar dan
memastikan keberhasilan suatu upaya.Mereka ini belum tentu dipilih atau
c. Fokus Pendampingan
Dalam memilih fokus atau latar belakang keterlibatan kita, pastikan
kita melakukannya secara positif atau apresiatif. Tujuan utama penyelidikan
atau fokus kegiatan yang akan membawa perubahan haruslah suatu outcome
yang diinginkan. Pilihan topik kita harusnya untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan, bukannya menghindari sesuatu yang menyebabkan masalah di
masa lampau.
Metode ABDC tidak menyarankan kita pemilihan topik perubahan
sebelumnya. Bagi ABCD,topik harusnya muncul sebagai hasil dari
penjajakan sumber daya yang paling berguna, baik yang ada maupun yang
potensial. Dalam pendekatan seperti ABCD, konteks akan menentukan
kesempatan, dan kesempatan akan menentukan arah perubahan. Pada
gilirannya, arah perubahan akan bertambah luas dan menjadi lebih holistik
ketika pemahaman komunitas tentang diri sendiri dan kesepakatan untuk
menyikapi aspirasi tertentu, terus berkembang.25
Fokus pendampingan disini berkonsentrasi terhadap petani tambak
yang ada di Desa Kedung Peluk, dengan meningkatkan ekonomi melalui
hasil pengelolahan tambak. Dengan hasil pengelolahan tambak yang sudah
ada supaya lebih optimal fasilitator mendampingi para petani tambak untuk
dijadikan oleh – oleh khas Desa kedung Peluk.
25
2. Mengungkap Masa Lampau
Komunitas petani tambak menemukan kekuatan yang slama ini
tersimpan atau tidak di sadari keberadaannya seperti cerita tentang
keberhasilan dan cerita yang membangakan di masa lalu atau cerita hal-hal
yang pernah dilakukan komunitas petani tambak. Dengan cerita msyarakat
dapat membuat orang lain saling menghargai satu sama lain, menghargai
kekuatan yang saling berbagi satu sama lain.
3. Memimpikan masa depan
Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning)
adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini
mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran
positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam
mencari tahu “apa yang mungkin.”
Tahap ini adalah saat di mana masyarakat secara kolektif menggali
harapan dan impian untuk komunitas, kelompok dan keluarga mereka. Tetapi
juga didasarkan pada apa yang sudah pernah terjadi di masa lampau. Apa yang
sangat dihargai dari masa lampau terhubungkan pada apa yang diinginkan di
masa depan, dengan bersama-sama mencari hal – hal yang mungkin.26
4. Memetakan aset
Aset adalah sesuatu yang berharga yang bisa digunakan untuk
meningkatkan harkat ataukesejahteraan. Kata ASET secara sengaja digunakan
untuk meningkatkan kesadaran komunitasyang sudah „kaya dengan aset’ atau
26
memiliki kekuatan yang digunakan sekarang dan bisa digunakan secara lebih
baik lagi. Mungkin ada yang sudah dilatih menjadi guru tetapi tidakada orang
atau tempat untuk mengajar. Ada juga yang belajar keterampilan menjahit,
memasakatau kerajinan tangan atau pertukangan tapi tidak ada kesempatan
menggunakannya.Ketikasudah terungkap aset – aset yang ada, maka komunitas bisa mulai mengumpulkan atau menggunakannya dengan lebih baik untuk
mencapai tujuan pribadi maupun mimpi bersama.
Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang
sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan
dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan
atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi
kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.27
27
Adapun daftar lengkap aset :
Bagan 3.2 : 5 Pentagonal Aset
Pemetaan aset dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran
komunitas akan kemandirian dan kapasitas menjadi mitra. Kemandirian adalah
kesadaran bahwa komunitas tidak sepenuhnya tergantung pada pihak lain
untuk mencapai keinginannya, tetapi memiliki kemampuan sendiri. Kapasitas
menjadi mitra adalah kesadaran bahwa hubungan antara komunitas dengan
lembaga luar, apakah pemerintah atau ornop, didasarkan pada kontribusi
bersama, dan bukanlah ketergantungan. Pemetaan aset bisa dilakukan di satu
pertemuan atau dalam satu periode waktu. Seorang fasilitator, misalnya,
memutuskan apakah kelompok akan menggunakan sepanjang minggu atau satu
Aset Alam
Aset manusia
Aset Fisik Aset
Sosial Aset
bulan untuk memikirkan dan mendiskusikan seluruh aset di tiap kategori dan
kemudian berkumpul untuk menggambarkannya. Bila semua orang akan turut
berkontribusi, maka harus diatur sesi dan waktu yang berbeda beda untuk
pertemuan. Akan ada waktu juga untuk seluruh kelompok untuk berkumpul
bersama dan menggabungkan aset – aset yang ditemukenali.
5. Perencanaan Aksi/ Mobilisasi Aset
Pemetaan aset mereka bukanlah akhir. Tujuan pemetaan aset adalah
agar masyarakat menyadari bahwa pada kenyataannya ada banyak jenis aksi
yang bisa mereka lakukan bila mereka mulai menghubungkan dan
memobilisasi aset yang ada. Aset mewakili kesempatan untuk membuat aksi
terutama bila aset – aset tersebut digolongkan berdasarkan potensi unit produktif yang potensial. Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah
untuk langsung membentuk jalan menujupencapaian visi atau gambaran masa
depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang
didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa
yang bisadilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan
potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang
tersedia untuk dimobilisasi, maksud kuncidari tahapan ini adalah untuk
membuat seluruh komunitas menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin
proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan
tersimpan. Mobilisasi aset bisa diaplikasikan dalam berbagai jenis kegiatan
yang dilakukan oleh komunitas untuk meningkatkan kesejahteraannya.28
28
6. Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar
(baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu
program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari
bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana
setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya
tentang seberapa besar anggota organisasi atau komunitas mampu
menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati
tujuan bersama.29
29
BAB IV
PROFIL DESA KEDUNG PELUK A. Kondisi Geografis
Kedung Peluk adalah salah satu desa yang terletak di Sidoarjo yang terkanal akan hasil alam yang berupa ikan, yang di kelolah oleh masyarakat sekitar itu sendiri.
Desa Kedung Peluk terletak di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo yang memiliki
luas wilayah 1.128.665 Ha. Desa Kedung Peluk mayoritas dikeliling oleh tambak karena
tempatnya yang berada di pelosok kota jauh dari pusat kota. Ketinggian tanah dari
permukaan laut yaitu sekitar 1.20 M, daerah ini termasuk kedalam dataran rendah. Desa
Kedung Peluk dikelilingi oleh sawah dan tambak, luas tanah Desa Kedung Peluk
1.128.665 Ha digunakan 7.200 ha sebagai jalan, 61.846 ha digunakan sebagai sawah dan
ladang, 1.031.665 digunakan sebagi empang atau tambak, 31.160 ha berfungsi sebagai
pemukiman warga, 0,72 ha digunakan untuk tanah kuburan, dan untuk lain-lain sebesar
2.545 ha.19
Desa Kedung Peluk terletak sekitar 6 km dari jalan raya untuk lebih jelasnya
adapun gambar atau peta.
19
Gambar 4.1: Peta desa KedungPeluk
Jadi jarak Desa Kedung Peluk ke Kecamatan Candi kurang lebih 6 km dapat
ditempuh dengan sepeda motor 45 km/jam. Batas-batas wilayah Desa Kedung Peluk
adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
4. Timur KelurahanGebang
Sumber: dokumentasi Desa Kedung Peluk Tahun 2015
Tabel 4.2
Daftar Desa di Kecamatan Candi,
No. Desa No. Desa
1 Sepande 13 Balongdowo
2 Sumokali 14 BalongGabus
3 Tenggulunan 15 WedoroKlurak
11 KarangTanjung 23 KedungPeluk
12 Sumorame
B. Kondisi Demografi
Keadaan demografis merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
usaha mencapai tujuan pembangunan dan peningkatan ekonomi yang berencana. Karena
aspek demografi sini berkenalan langsung dengan penduduk dan berbagai komposisi
serta kekayaan alamnya yaitu aset.
Wilayah Desa Kedung Peluk seluas ±1.128.665 Ha yang terbagi menjadi 19
Rukun Tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (RW) dengan total keseluruhan jumlah
penduduk 3537 jiwa dengan rincian 1742 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1795
berjenis kelamin perempuan, dengan mata pencaharian sebagai karyawan yaitu rincianya
sebagai berikut, Pegawai NegeriSipil (PNS) sebanyak 19 orang, kemudian profesi
sebagai ABRI 4 orang, sebagai pegawai swasta sebanyak 1.415 orang. Masyarakat
Kedung Peluk yang bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 48 orang, sebagai
petani tambak 114 orang, buruh tani sebanyak 41 orang, pensiunan sebanyak 6 orang,
pemulung sebanyak 2 orang, dan yang berprofesi sebagai sedia jasa sebanyak 5 orang.
Adapun penggunaan lahan Desa Kedung Peluk mayoritas digunakan untuk lahan
empang dan lahan sawah rakyat dengan pembagian lahan sebesar 1.031.665 ha dan
61.846 ha.20
20
Jumlah penduduk desa Kedung Peluk
Candi Sidoarjo
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Mata Pencaharian Desa Kedung Peluk
Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
No Pekerjaan Jumlah
1 PegawaiNegeriSipil 19
2 ABRI 4
3 Wiraswata/Pedagang 48
4 Swasta 1.415
5 PetaniTambak 114
6 Pertukangan 25
7 Pensiun 6
8 Jasa 5
9 Pemulung 2
10 BuruhTani 41
Jeniskelamin Jumlah
Laki-laki 1742
C. Mata Pencaharian Masyarakat
Perekonomian merupakan salah satu aspek yang terpenting karena untuk
mengetahui tingkat perekonomian dan kesejahteraan. Karena bagaimanapun
perekonomian itu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Masyarakat Kedung Peluk
mata pencahariannya mayoritas dikenal sebagai petani tambak oleh masyarakat luas.
Adapun mata pencaharian masyarakat Kedung Peluk yang lain yaitu sebagai buruh tani,
pedagang, dan pegawai swasta.
Masyarakat Desa Kedung Peluk hampir 80% mereka adalah petani tambak akan
tetapi ada juga yang buruh tani adalah yang mempunyai lahan tidak begitu luas.
Sedangkan perdagangan umumnya merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian kecil
petani tambak. Sektor perdagangan yang ada adalah pedagang perancang atau warung.
Sebagian hasil bumi, mereka adalah hasil tambak yang berupa ikan yang langsung dijual
kepengepul, adapun hasil tambak yang dikelolah menjadi hasil jadi yang harga jualnya
lebih tinggi dari pada hasil ikan mentah. Pedagangan prancang, yakni dengan membuka
warung di depan rumah dan menjual kebutuhan sehari-hari. Diantaranya sembako,
makanan kecil, obat-obatan, dan lain-lain. Ada juga pedagang makanan yang
menyediakan bakso, nasi pecel, nasi campur dan lain-lain.
D. Keagamaan Masyarakat KedungPeluk
Masyarakat Kedung Peluk yang berada di desa cenderung rukun dan ramah
tamah terhada sesama tetangga. Mereka merasa keluarga sendiri, tidak
membeda-bedakan dengan yang lain. Walaupun ada beberapa rumah yang sebelahnya diberi pagar
ada yang kesulitan, rumah sampingnya segera menanyakan apa yang terjadi. Seperti
adanya kebiasaan tetangga berkumpul di depan rumah dan pada hari biasanya tidak
terlihat, maka sorenya di tanyakan ke tetangga lain atau mereka melihat kerumahnya
takutnya tetangga tersebut mengalami sakit atau kesulitan yang lain.
Dengan mayoritas masyarakat Desa Kedung Peluk beragama Islam. Aktifitas
keagamaan yang dilakukan oleh bapak-bapak, tahlilan ibu-ibu serta diba'an para remaja.
Walaupun kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat Desa Kedung Peluk masih
aktif dan berjalan seperti biasanya, kecuali kalau pada bulan Ramadhan kegiatan
tersebut diliburkan dan dilanjutkan setelah hari raya ketupat. Dengan kegiatan
keagamaan tersebut tidak kemungkinan tradisi yang dianut masih sangat kental.
Tabel 4.5
Sarana Peribadatan
Sumber data: Data Arsip Desa Kedung Peluk 2015
No. SaranaPeribadatan Jumlah
1. Masjid 5