• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Literasi Perspektif Teori CIPP (context, input, process, product) di SMP Negeri 4 Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Program Literasi Perspektif Teori CIPP (context, input, process, product) di SMP Negeri 4 Surabaya."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM LITERASI PERSPEKTIF TEORI CIPP (CONTEXT, INPUT, PROCESS, PRODUCT) DI SMP NEGERI 4 SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

DITA ANNAFIUTA SARI

D73213046

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Dita (D73213046), 2017, Evaluasi Program Literasi Perspektif Teori CIPP di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Surabaya. Dosen Pembimbing I, Drs. H. Nur Kholis, M.Ed., Ph.D. dan Dosen Pembimbing II Ni’matus Sholihah, M. Ag.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang evaluasi program literasi perspektif teori cipp di SMP Negeri 4 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara mendalam terhadap subyek. Evaluasi manajemen program literasi perspektif teori cipp di SMP Negeri 4 Surabaya ini meliputi evaluasi context, evaluasi input, evaluasi process, dan evaluasi product. Pada evaluasi context meliputi latar belakang program literasi serta dukungan sekolah terhadap program literasi. Di mana program literasi terbentuk dikarenakan agar para siswa terbiasa dengan kegiatan membaca dan menulis, dan sekolah sangat mendukung dengan adanya kegiatan literasi, mulai dari menyediakan fasilitas sampai mencarikan dana untuk kegiatan literasi. Pada evaluasi input meliputi minat membaca dan menulis siswa dalam mengikuti program literasi dan kelengkapan sarana prasaranya. Dalam mengikuti kegiatan literasi ini siswa bersemangat dikarenakan pihak sekolah memberikan sebuah rangsangan yang berupa hadiah bagi siswa yang rajin membaca dan untuk sarana prasarananya sendiri sekolah menyediakan taman baca dan rak buku akan tetapi ada beberapa yang kurang terawat dan sekolah kesulitan dalam menambah koleksi buku baru. Pad evaluasi process, kerangka berfikirnya dari fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan di SMP Negeri 4 Surabaya untuk literasi mempunyai program jangka panjang dan jangka pendek di mana programnya berisi tentang sosialisasi program literasi ke kelas-kelas, rapat anggota duta literasi, dan lomba-lomba yang berkaitan dengan literasi. Untuk pengorganisasiannya sekolah mempunyai struktur organisasi untuk literasi yang dinamakan dengan duta literasi. Yang dimana anggota duta literasi ini adalah para siswa yang telah dipilih oleh sekolah dengan dibawah bimbingan dari guru dan tugasnya adalah mengontrol dan mengawasi pekerjaan drai teman-temannya juga membantu tugas di perpustakaan sekolah. Dalam pelaksanaanya sendiri sekolah melihat dari buku panduan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) jenjang SMP yaitu ada 3 tahap : pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Kegiatan yang dimulai dari membaca 15 menit sebelum pelajaran, meresume buku yang telah dibaca, menceritakan kembali ke depan kelas serta mengadakan lomba. Pengawasan yang dilakukan rutin diadakan satu minggu sekali yang bertujuan untuk mengevaluasi perseta didik dalam mengikuti program literasi tersebut. Dan terakhier evaluasi produk, hasil dari program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya terlihat bahwa sebagian siswa mulai menyukai kegiatan membaca dan menulis karena sudah dibiasakan, siswa menjadi kreatif dan wawasan siswa juga bertambah.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Konseptual ... 9

F. Keaslian Penelitian ... 12

G. Sistematika Pembahasan ... 13

(8)

B. Teori Model Evaluasi CIPP ... 31

C. Evaluasi Program Literasi dengan Teori CIPP ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 43

C. Sumber Data dan Informasi Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 56

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 60

B. Hasil Penelitian ... 63

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Membaca dan menulis adalah sebuah kegiatan yang sudah tidak asing lagi

di mata masyarakat. Dengan membaca, kemampuan berfikir manusia akan semain

terasah dan berkembang, ilmu pengetahuan pun akan bertambah dan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama di era globalisasi ini. Maka

dari itu, membaca menjadi sebuah kebutuhan manusia agar dapat menghadapi

persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Masyarakat Indonesia sendiri masih minim minat dalam membaca dan

menulis. Bila dibandingkan dengan negara-negara lain pasti bangsa Indonesia

berada di peringkat bawah. Hasil penelitian Programme for International Student

Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi (kemampuan membaca dan

menulis) masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang

diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara tersebut.

Sementara Vietnam justru menempati urutan ke-20 besar.1 Sebagai remaja penerus

bangsa yang diharapkan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi

permasalahan dalam kehidupan termasuk permasalahan sosial, baik yang terjadi

1Suparni. (2015), “Menumbuhkembangkan Budaya Menulis Siswa”.

(10)

2

dimasa yang akan datang khususnya dalam menyongsong era globalisasi.2 Akan

tetapi, jika kegiatan membaca dan menulis masih minim akan berdampak buruk

bagi Bangsa Indonesia sendiri, kedepannya Indonesia tidak akan mampu

menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Padahal banyak

manfaat yang bisa di ambil dari membaca dan menulis. Tidak hanya menambah

wawasan, tetapi juga bisa mendatangkan penghasilan sendiri.

Membaca dan menulis merupakan kegiatan yang saling melengkapi dan

mendukung. Seseorang yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara dan

menulis, haruslah banyak mendengar dan membaca. Banyak faktor yang

mempengaruhi kurangnya minat membaca dan menulis siswa yakni dikarenakan

kurangnya pembiasaan dalam membaca, faktor lingkungan yang tidak mendukung

dan kebanyakan para remaja berfikir orang-orang yang banyak membaca adalah

orang-orang yang kurang pergaulan akibatnya para remaja menjaga jarak dengan

buku dan aktivitas membaca, karena tidak mau di anggap kurang pergaulan.3

Untuk itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membuat sebuah

program literasi diharapkan dengan adanya program ini dapat mengembangkan

minat membaca maupun menulis di masyarakat. Cara yang paling awal yaitu

membiasakan minat membaca dan menulis pada seseorang sejak dini. Meninjau

hal tersebut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membuat program literasi

2Sugiyanto. (1999), “Kajian Remaja Dilihat dari Teori Perkembangan”.

Jurnal Informasi, 1999 (4). 3

(11)

3

yang dikhususkan untuk pendidikan dasar dan menengah program tersebut

dinamakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut

adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar

dimulai. Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan,

mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan.

Pelibatan unsur eksternal dan unsur publik, yakni orang tua peserta didik, alumni,

masyarakat, dunia usaha dan industri juga menjadi komponen penting dalam GLS.

GLS dikembangkan berdasarkan sembilan agenda prioritas (Nawacita)

yang terkait dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya Nawacita nomor 5,

6, 8, dan 9. Butir Nawacita yang dimaksudkan adalah (5) meningkatkan kualitas

hidup manusia dan masyarakat Indonesia; (6) meningkatkan produktivitas rakyat

dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan

bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya; (8) melakukan revolusi karakter

bangsa; (9) memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Empat butir Nawacita tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai

modal pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, produktif dan berdaya

saing, berkarakter, serta nasionalis.4

4

(12)

4

Mendukung program dari Kemendikbud, kota yang dijuluki sebagai kota

pahlawan yaitu Kota Surabaya juga melakukan berbagai upaya agar program

gerakan literasi sekolah berjalan dengan baik. Di bawah pimpinan Ibu Risma,

berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan minat baca dan kemampuan

intelektual siswa. Mulai dari memperbanyak fasilitas perpustakaan,

memperkerjakan karyawan yang sudah dipilih dan dilatih secara ketat untuk

menjadi petugas perpustakaan. Diharapkan dengan usaha yang telah dilakukan

perpustakaan di Surabaya menjadi hidup, dan lebih menarik. Pada tahun 2014,

Surabaya mulai mendeklerasikan sebagai Kota Literasi. Kemudian, setiap sekolah

di Surabaya mulai melaksanakan program literasi yang sudah dicanangkan oleh

pemerintah. Termasuk, SMP Negeri 4 Surabaya yang akan dijadikan tempat

penelitian.

Meninjau tujuan awal Kemendikbud dalam membuat program literasi yaitu

dapat mengembangkan minat membaca dan menulis masyarakat, dalam hal ini

khususnya para siswa. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi agar dapat diketahui

keberhasilan dan keefektifitasnya program tersebut.

Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang

bekerjanya sesuatu, yang nantinya informasi tersebut digunakan untuk

menentukan alternatif yang tepat dan akurat dalam mengambil sebuah keputusan.

Dalam bidang pembelajaran, hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai bentuk

(13)

5

terkait dengan pelaksanaan dan hasil yang dicapai. Dan tanpa melakukan evaluasi,

tidak mungkin dapat ditemukan informasi yang akurat mengenai kekurangan dan

kelebihan aktifitas program pembelajaran yang telah dilaksanakan. Tentunya

proses evaluasi dilaksanakan tidak hanya satu aspek saja, tetapi harus menyeluruh.

Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui informasi atau data-data yang akurat dan

komprehensif tentang kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki dan

kekuatan-kekuatan yang perlu dipertahankan sehingga tujuan yang direncanakan tercapai

dengan baik.5

Menurut Stufflebeam evaluasi adalah proses memperoleh dan menyajikan

informasi yang berguna untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif

pengambilan keputusan. Sedangkan menurut Wirawan, evaluasi adalh proses

mengumpulkan dan menyajikan informasi mengenai objek evaluasi, menilainya

dengan standar evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk mengambil keputusaan

mengenai objek evaluasi.

Jadi kesimpulannya evaluasi adalah suatu proses pengambilan keputusan

dalam implementasi suatu program dengan penyajian data dan informasi yang

sesuai dengan objek evaluasi itu sendiri.

Dalam proses pengimplementasikan suatu program, tentu mempunyai

perbedaan dalam evaluasi. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan

5Diana Nurus Sa’adah,”Evaluasi Program Pembelajara

n Kitab Kuning di MA Perguruan Islam

(14)

6

maksud dan tujuan dari suatu program. Ada berbagai macam model dalam

mengevaluasi. Di sini peneliti menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product). Model ini dikembangkan oleh salah satu pakar evaluasi, Stufflebeam yang dikembangkan pada tahun 1971. Stufflebeam melihat tujuan

evaluasi sebagai penetapan dan penyediaan informasi yang bermanfaat untuk

menilai keputusan alternatif, membantu audience untuk menilai dan

mengembangkan manfaat program pendidikan atau obyek, dan membantu

pengembangan kebijakan dan program.6

Begitu juga program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya juga memerlukan

evaluasi secara lebih. Karena selama ini belum pernah dievaluasi secara teliti dan

komprehensif, sehingga belum diketahui secara pasti keberhasilan dan

keefektifitas dari program literasi tersebut. Oleh karena itu, peneliti bermaksud

untuk melakukan penelitian sebagai awal pijakan peneliti menulis skripsi yang

berjudul “Evaluasi Program Literasi Perspektif Teori CIPP (Context, Input,

Process, dan Product) di SMP Negeri 4 Surabaya.”

6

(15)

7

B.Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi konteks program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya ?

2. Bagaimana evaluasi input program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya ?

3. Bagaimana evaluasi proses program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya ?

4. Bagaimana evaluasi produk program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya ?

C.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai beberapa tujuan

dari penelitian. Antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui evaluasi konteks program literasi di SMP Negeri 4

Surabaya.

2. Untuk mengetahui evaluasi input program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya.

3. Untuk mengetahui evaluasi proses program literasi di SMP Negeri 4

Surabaya.

4. Untuk mengetahui evaluasi produk program literasi di SMP Negeri 4

(16)

8

D.Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

a. Untuk menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan rujukan

sebagai data untuk melakukan penelitian yang sejenis.

2. Secara Praktis

a. Bagi Objek Penelitian

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, khususnya

untuk pelaksaan manajemen program literasinya dan diharapkan dapat

memberikan gambaran untuk dijadikan petunjuk dalam meningkatkan

programnya.

2) Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan berupa data-data

tentang evaluasi program literasi.

b. Bagi Peneliti

1) Penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Manajemen

Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di UIN Sunan

(17)

9

2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi

suatu pengalaman guna memperoleh gambaran yang nyata tentang

upaya keberhasilan dari suatu program.

E.Definisi Konseptual

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas

kata-kata atau istilah kunci yang diberikan dengan judul penelitian “Evaluasi

Program Literasi perspektif teori cipp di SMP Negeri 4 Surabaya”.

1. Evaluasi Program Literasi

Evaluasi program literasi terdiri dari 2 kata yaitu evaluasi dan program

literasi.

a. Evaluasi

Evaluasi dalam kamus besar bahasa Indonesia online mempunyai arti

yaitu proses penilaian, atau menilai.7 Evaluasi merupakan salah satu

rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas kinerja atau

produktifitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya. Melalui

evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah dicapai dan apa

yang belum dicapai. Selanjutnya, informasi ini digunakan untuk

perbaikan suatu program.

7

(18)

10

b. Program Literasi

Banyak orang yang mendengar kata literasi. Sebagian orang mengerti

dan paham arti dari literasi yang sebenarnya dan sebagiannya lagi hanya

sekedar tahu. Literasi bisa diartikan sebagai kemampuan membaca dan

menulis.

Akan tetapi pengertian literasi tidak hanya kemampuan membaca dan

menulis saja, tetapi bisa meluas yang dimana artinya adalah kebiasan

berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada

akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan

menciptakan karya.

Literasi meliputi juga kemampuan berbicara, menyimak, dan berfikir

sebagai elemen di dalamnya. Seseorang disebut literat apabila ia memiliki

pengetahuan dan kemampuan yang benar untuk digunakan dalam setiap

kegiatan yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyarakat,

dan keliteratan yang diperolehnya melalui membaca, menulis, dan

aritmetika itu memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan

perkembangan masyarakatnya.8

Program literasi merupakan program yang bertujuan meningkatkan

tingkat literasi dan membangun budaya membaca dan menulis siswa

Sekolah Dasar dan Menengah dengan mengedepankan kebutuhan siswa.

8

(19)

11

Program literasi adalah adalah kemampuan mengakses, memahami,

dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara

lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara.9

2. Teori CIPP (context, input, process, produck)

Terdapat banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi

suatu program. Dari beberapa model evaluasi yang ada, peneliti memilih

model evaluasi CIPP yaitu : context, input, process, dan produck yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam.

a. Context Evaluation : situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem

yang bersangkutan, seperti misalnya masalah pendidikan yang dirasakan,

keadaan ekonomi negara, pandangan hidup masyarakat, dan lain-lain.

b. Input Evaluation : berupa sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

c. Process Evaluation : pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan.

d. Produck Evaluation : hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhir pengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan.

9

(20)

12

F. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa

yang membahas topik karya ilmiah yang membahas tentang Evaluasi Program

Literasi perspektif teori cipp di SMP Negeri 4 Surabaya. Hanya saja beda dalam

jenis penilitiannya. Ini adalah sebuah skripsi ptk.

Pada penelitian 2014 yang berjudul Evaluasi Program Pemblajaran Kitab Kuning di MA Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen Pati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi konteks, input, proses, dan produk program

pembelajaran kitab kuning di MA Perguruan Islam Mathali’ul Falah Kajen Pati..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) komponen context yang meliputi

kebijakan kurikulum program pembelajaran kitab kuning, kitab-kitab yang

dipelajari,dukungan madrasah terhadap pembelajaran kitab kuning, dukungan

orang tua siswa, serta pencapaian kompetensi pembelajaran kitab kuning. (2)

komponen input yang meliputi kesungguhan siswa menerima pelajaran,

kelengkapan sarana dan prasarana pendukung, dan peraturan madrasah (3)

komponen proses yang meliputi pelaksanaan program pembelajaran kitab kuning,

staf yang terlibat, serta pemanfaatan sarana dan prasarana dalam pembelajaran,

dan (4) komponen produk meliputi keberhasilan kompetensi program

(21)

13

Persamaan penelitian ini adalah pada model evalusi programnya, yaitu

dengan menggunakan evaluasi CIPP. Sedangkan yang membedakan yaitu program

yang akan diteliti. Program yang akan diteliti peneliti yaitu program literasi.

G.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami skiripsi ini, maka penulis

membuat sitematika pembahasan sebagai berikut :

Untuk mempermudah dalam memahami skiripsi ini, maka penulis

membuat sitematika pembahasan sebagai berikut :

Bab Pertama : Pendahuluan, meliputi: latar belakang penelitian, fokus

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, keaslian

penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua : Kajian Teori, meliputi: konseptuali topik yang diteliti,

perspektif teoritis. Penjelasan teori yang berkenaan tentang Pengertian evaluasi,

pengertian program literasi dan model evaluasi CIPP.

Bab Ketiga : Metode penelitian, Pada bab ini membahas secara detail

mengenai metode yang digunakan dalam upaya penelitian ini yang terdiri dari :

jenis penelitian, jenis data, sumber data, populasi dan sampel penelitian, teknik

(22)

14

Bab Keempat : Hasil penelitian dan Pembahasan, pada bab ini menjelaskan

mengenai gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data yang memaparkan

fakta-fakta mengenai masalah yang diangkat dan hasil analisis data dan di uji

keabsahan datanya dibandingkan dengan teori. Hasil uraian tersebut tertulis sub

bab pembahasan.

Bab Kelima : Penutup, pada bab ini berisi simpulan dan saran.

Daftar Pustaka

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Evaluasi Program Literasi 1. Evaluasi

Evaluasi dalam kamus besar bahasa Indonesia online mempunyai arti

yaitu proses penilaian, atau menilai.1 Evaluasi merupakan salah satu

rangkaian kegiatan dalam meningkatkan kualitas kinerja atau produktifitas

suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.

Menurut Suchman dalam Suharsimi, memandang evaluasi sebagai

sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan

yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain

dikemukakan oleh Worthen dalam Suharsimi. Para ahli tersebut

mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang

berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk

mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu

program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk

mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang sangat terkenal

dalam evaluasi program bernama Stufflebeam dalam Suharsimi

mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian,

1

(24)

16

dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.2

Evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktifitas secara spontan dan

insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara

terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas.

Kegiatan evaluasi memerlukan penggunaan informasi yang diperoleh

melalui pengukuran maupun dengan cara lain untuk menentukan pendapat

dan membuta keputusan pendidikan.

Evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok yaitu evaluasi

makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi

terbagi dalam tiga tahap sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari

evaluasi input, evaluasi prosess dan evaluasi output. Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input

mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses

mencakup formatif, diagnostic, dan monitoring, sedangkan evaluasi output

mencakup sumatif.

Adapun kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi

suatu program, keputusan yang diambil diantaranya : menghentikan

program, karena dipandang program tersebut tidak ada manfaatnya atau

tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Merevisi program,

2

(25)

17

karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan.

Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala

sesuatunya sudah berjalan dengan harapan. Menyebarluaskan program,

karena program tersebut sudah berhasil dengan baik jika dilaksanakan lagi

di tempat waktu yang lain.

2. Program Literasi

Menurut kamus online, literasi berasal dari istilah latin literature dan bahasa inggris letter. Arti lain dari literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Akan tetapi makna dari literasi tidak hanya itu tetapi meliputi

kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan

secara visual.

Literasi sendiri sangat penting bagi siswa karena keterampilan dalam

literasi berpengaruh terhadap keberhasilan belajar dan kehidupannya.

Keterampilan literasi yang baik akan membantu siswa dalam memahami

teks lisan, tulisan maupun gambar/visual.

Literasi sendiri juga dapat diartikan sebagai kemampuan dalam

mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas.

Untuk itulah terdapat program literasi. Program literasi sendiri adalah

(26)

18

cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat,

menyimak, menulis, dan/atau berbicara.3

a. Gerakan Literasi di Sekolah (GLS)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun

2015 membuat kebijakan yang baru dalam dunia pendidikan di

Indonesia, yaitu pengembangan potensi diri siswa secara utuh dengan

wajib menggunakan waktu 15 menit pada jam pelajaran sebelum

belajar-mengajar dimulai untuk membaca.

Hasil studi the Organisation for Economic Cooperation and

Development (OECD) melalui program PISA-nya menunjukkan

kemampuan siswa Indonesia dalam bidang literasi masih tertinggal

dari negara lain dan berada pada ranking 61 pada 2012.4

Minat membaca di Indonesia juga sangat rendah. Banyak faktor

yang menyebakan minat membaca rendah salah satunya yaitu

kurangnya buku bacaan yang menarik para siswa saat ini. Padahal

dengan membiasakan diri untuk membaca manfaat yang akan

diperoleh juga semakin banyak. Dengan membaca ilmu pengetahuan

menjadi bertambah, dengan membaca otomatis kita bisa menciptakan

suatu karya yang berharga yaitu dengan menulis.

3

Pratiwi, dkk.(2016). Panduan Gerakan Literasi Sekolah di SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

4

(27)

19

Untuk itulah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membuat

program gerakan literasi sekolah. Dengan adanya program ini

diharapkan bisa menumbuhkan minat baca peserta didik serta

meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat

dikuasai secara lebih baik. Jika keterampilan membaca baik maka

keterampilan menulis siswa pun akan lebih baik.

b. Tahapan Gerakan Literasi di Sekolah

Gerakan Literasi sekolah adalah sebuah upaya yang dilakukan

secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah

sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang

hayat melalui pelibatan publik.

Sekolah sebagai pembelajaran literat adalah sekolah yang

menyenangkan dan ramah anak di mana semua warganya

menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta

pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada

lingkungan sosialnya.

Tujuan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah

1) Menumbuh kembangkan budaya literasi membaca dan menulis

siswa di sekolah

2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat

3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan

(28)

20

4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan mengahdirkan

beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.5

Sasaran program gerakan literasi sekolah (GLS) adalah sekolah

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Peneliti di sini

mengkhususkan sekolah pada jenjang pendidikan menengah. Berikut

ini merupakan tahap-tahap pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

pada jenjang pendidikan menengah, yaitu

1) Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca

(Permendikbud No 23 Tahun 2015)

Penumbuhan minat baca yaitu dengan pembiasaan meliputi

dua jenis kegiatan membaca untuk kesenangan, yakni membaca

dalam hati dan membacakan nyaring oleh guru. Kedua kegiatan ini

bertujuan untuk :

a) meningkatkan rasa cinta baca di luar jam pelajaran;

b) meningkatkan kemampuan memahami bacaan;

c) meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik;

dan

d) menumbuhkembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan.

5

(29)

21

Prinsip-prinsip kegiatan membaca di dalam tahap pembiasaan

dipaparkan berikut ini :

a) Guru menetapkan waktu 15 menit membaca setiap hari.

Sekolah bisa memilih menjadwalkan waktu membaca di awal,

tengah, atau akhir pelajaran, bergantung pada jadwal dan

kondisi sekolah masing-masing.

b) Kegiatan membaca dalam waktu pendek, namun sering dan

berkala lebih efektif daripada satu waktu yang panjang namun

jarang (misalnya 1 jam/minggu pada hari tertentu).

c) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku nonpelajaran. Peserta

didik dapat diminta membawa bukunya sendiri dari rumah.

d) Buku yang dibaca/dibacakan adalah pilihan peserta didik

sesuai minat dan kesenangannya.

e) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini tidak diikuti

oleh tugas-tugas yang bersifat tagihan/penilaian.

f) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat

diikuti oleh Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah

Menengah Pertama diskusi informal tentang buku yang

dibaca/dibacakan. Meskipun begitu, tanggapan peserta didik

(30)

22

g) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini berlangsung

dalam suasana yang santai, tenang, dan menyenangkan.

Suasana ini dapat dibangun melalui pengaturan tempat duduk,

pencahayaan yang cukup terang dan nyaman untuk membaca,

poster-poster tentang pentingnya membaca.

h) Dalam kegiatan membaca dalam hati, guru sebagai pendidik

juga ikut membaca buku selama 15 menit.6

Jenis kegiatan dalam tahap pembiasaan :

a) Membaca 15 menit sebelum pebelajaran

b) Membangun lingkungan yang literat

Tersedianya sumber bacaan di tiap sudut kelas. Hal ini

bertujuan untuk membuka akses peserta didik kepada sumber

bacaan dengan lebih luas.

Menciptakan lingkungan kaya teks guna menumbuhkan

budaya literasi. Contoh-contoh bahan kaya teks bisa berupa tulisa,

gambar,grafik, poster yang terkait dengan pembelajaran.

c) Memilih buku bacaan di SMP

Jenis buku yang sesuai untuk tingkat perkembangan kognitf

dan psikologis peserta didik tingkat SMP meliputi karya fiksi dan

6

(31)

23

nonfiksi. Konten buku mengandung pesan nilai-nilai budi pekerti,

menyebarkan semangat optimisme, dan mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif sesuai dengan

tumbuh kembang peserta didik khususnya para remaja (12-15

tahun).

d) Pelibatan publik

Sekolah juga memerlukan keterlibatan publik dalam

menjalankan program literasi. Keterlibatan publik sangat di

butuhkan sekolah yang akan menjalankan literasi misalnya

partisipasi komite sekolah, orang tua, alumni, dan dunia bisnis dan

industri dapat membantu memlihara dan mengembangkan sarana

sekolah agar capaian literasi peserta didik dapat terus ditingkatkan.

Dengan adanya keterlibatan yang banyak dari berbagai pihak,

peserta didik dapat belajar dari figur teladan literasi yang beragam.

2) Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi

buku pengayaan

Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan

menanggapi buku pengayaan dengan pengembangan. Tahap

pengembangan sebenarnya hampir sama pada tahap yang pertama,

yaitu tahap pembiasaan. Yang membedakan adalah bahwa

(32)

24

membacakan nyaring) diikuti oleh kegiatan tindak lanjut pada

tahap pengembangan. Dalam tahap pengembangan, peserta didik

didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya

dengan proses membaca melalui kegiatan produktif secara lisan

maupun tulisan.7

Tujuan pada tahap pengembangan ini adalah :

a) Mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku

pengayaan secara lisan dan tulisan;

b) Membangun interaksi antarpeserta didik dan antara peserta

didik dengan guru tentang buku yang dibaca;

c) Mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis,

analitis, kreatif, dan inovatif; dan

d) Mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan

antara buku yang dibaca dengan diri sendiri dan lingkungan

sekitarnya.

Di dalam tahap ini juga terdapat prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan, diantaranya :8

a) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks

pelajaran. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang

7

Ibid, hal 18 8

(33)

25

diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperkenankan untuk

membaca buku yang dibawa dari rumah.

b) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat

diikuti oleh tugas-tugas presentasi singkat, menulis sederhana,

presentasi sederhana, kriya, atau seni peran untuk menanggapi

bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan

peserta didik.

c) Tugas-tugas presentasi, menulis, kriya, atau seni peran dapat

dinilai secara nonakademik dengan fokus pada sikap peserta

didik selama kegiatan. Tugas-tugas yang sama nantinya dapat

dikembangkan menjadi bagian dari penilaian akademik bila

kelas/sekolah sudah siap mengembangkan kegiatan literasi ke

tahap pembelajaran.

d) Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam

suasana yang menyenangkan. Untuk memberikan motivasi

kepada peserta didik, guru sebaiknya memberikan masukan

dan komentar sebagai bentuk apresiasi.

e) Terbentuknya Tim Literasi Sekolah (TLS). Untuk menunjang

keterlaksanaan berbagai kegiatan tindak lanjut GLS di tahap

pengembangan ini, sekolah sebaiknya membentuk TLS, yang

bertugas untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi

(34)

26

oleh kepala sekolah. Adapun TLS beranggotakan guru

(sebaiknya guru bahasa atau guru yang tertarik dan berlibat

dengan masalah literasi) serta tenaga kependidikan atau

pustakawan sekolah.

Dalam tahap pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dapat

dilakukan secara berkala (misalnya 1-2 minggu sekali). Berikut

adalah beberapa contoh jenis kegiatan tindak lanjut :

a) Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca dijurnal

membaca harian

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru

untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk

kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati.

Jurnal membaca harian dapat dibuat secara sederhana atau

rinci. Peserta didk mengisi sendiri jurnal hariannya, dengan

menyebutkan judul buku, pengarang, genre, dan jumlah

halaman yang dibaca, serta informasi lain yang dikehendaki.

Jurnal membaca dapat berupa buku, kartu, atau selembar kertas

dalam portofolio kegiatan membaca. Guru dapat memriksa

(35)

27

b) Menanggapi isi buku secara lisan maupun tulisan

Dalam kegiatan ini memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya

tentang buku yang dibaca. Peserta didik juga bebas

menggunakan lisan atau tulisan dalam mengungkapkannya.

Dengan adanya kegiatan ini kita dapat mengetahui apakah

peserta didik menyukai buku yang dia baca, mampu

menangkap tema dan pokok pikiran dalam buku itu, dan

memiliki kepercayaan diri untuk berbicara di depan kelas.

c) Membuat jurnal tanggapan terhadap buku

Jurnal tanggapan terhadap buku berisi catatan pikiran dan

perasaan peserta didik tentang buku yang dibaca dan proses

pembacaannya. Kegiatan ini memungkinkan peserta didik

untuk mengeksplorasi idenya lebih dalam daripada

memberikan tanggapan atau menceritakan kembali isi buku

secara lisan. Dalam menuliskan tanggapan, peserta didik :

(1) Melakukan refleksi

(2) Menuliskan dan mengingat kata-kata baru yang dia

temukan dalam buku, dan

(3) Mencatat ide-ide tentang buku atau pengarang yang ingin

(36)

28

Jurnal tanggapan peserta didik dapat berupa buku catatan

atau lembaran kerja. Guru dapat menugaskan peserta didik

untuk membuat portofolio membaca yang berisi kumpulan

tanggapan mereka.

d) Menggunakan graphic organizers sebagai alat menulis

tanggapan

Dengan adanya tugas menulis tanggapan peserta didik

mempunyai kesempatan dalam menyampaikan tanggapanya,

peserta didik juga memperoleh kepuasan atas keterlibatannya

secara aktif dalam kegiatan membaca.

e) Mengembangkan iklim literasi sekolah

Untuk menunjang keberhasilan kegiatan 15 menit

membaca dan tindak lanjut di tahap pengembangan, sekolah

perlu mengembangkan iklim literasi sekolah. Apabila dalam

tahap pembiasaan sekolah mengutamakan pembenahan

lingkungan fisik, dalam tahap pengembangan ini sekolah dapat

mengebangkan lingkungan sosial dan afektif. Lingkungan

sosial dan afektif dalam iklim literasi sekolah, antara lain

mendorong sekolah untuk memberikan penghargaan terhadap

prestasi nonakademik peserta didik. Dalam hal ini, sekolah

(37)

29

menunjukkan pencapaian baik dalam kegiatan literasi. Selain

itu, sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan yang bersifat

membangun suasana kolaboratif dan apresiatif terhadap

program literasi.

3) Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran;

menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua

mata pelajaran.

Tahap terakhir dari tahapan-tahapan program gerakan literasi

sekolah (GLS) pada jenjang pendidikan menengah yaitu tahap

pembelajran. Tahap pembelajaran mempunyai tujuan :9

a) Mengembangkan kemampuan memahami teks dan

mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk

pribadi pembelajar sepanjang hayat

b) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan

c) Mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara

kreatif (verbai, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan

menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk mendukung

pelaksanaan Kurikulum 2013 yang mensyaratkan peserta didik

9

(38)

30

membaca buku nonteks pelajaran. Beberapa prinsip yang perlu

dipertimbangkan dalam tahap pem- belajaran ini, antara lain:

a) Buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum,

kegemaran, minat khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat

dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu (bukan hanya bahasa)

sebanyak 12 buku bagi siswa SMP; dan

b) Ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata

pelajaran).

Dalam tahap pembelajaran ini berbagai jenis kegiatan dapat

dilakukan, antara lain:

a) Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran

melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca

dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu

diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau

akademik.

b) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam

semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan peta

konsep secara optimal, misalnya tabel TIP

(Tahu-Ingin-Pelajari), Tabel Perbandingan, Tangga Proses/Kronologis,

(39)

31

c) Menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, dan

akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori,

digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk

memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.10

B. Teori Model Evaluasi CIPP

Para ahli evaluasi telah mengembangkan beberapa jenis evaluasi

program. Jenis evaluasi program tersebut sangat beragam dan variatif, namun

semuanya dapat disimpulkan bahwa pada akhirnya hasil dari evaluasi

digunakan sebagai kepentingan pengambilan keputusan.11

Ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu

program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya

sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang

berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan

bagi pengambil keputusan dalam menetukan tindak lanjut suatu program.

Model-model evaluasi ada yang dikategorikan berdasarkan ahli yang

menemukan dan yang mengembangkannya, serta ada juga yang diberi sebutan

sesuai sifat kerjanya.

10

Ibid, hal 38 11

Zazilatul Masruroh, “Efektifitas Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process, Product) terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Bidang Studi Pendidikan Islam di SD K.H Hasyim Surabaya”, (UIN Sunan

(40)

32

Dalam hal ini Stephen Isaac dalam Suharsimi mengatakan bahwa

model-model tersebut diberi nama sesuai dengan fokus atau penekanannya.

Lebih jauh Isaac membedakan adanya empat hal yang digunakan untuk

membedakan ragam model evaluasi, yaitu :

a. Berorientasi pada tujuan program (good oriented), b. Berorientasi pada sebuah keputusan (decision oriented), c. Berorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya (transactional oriented), dan 4. Berorientasi pada pengaruh dan dampak program (research oriented).

Beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model

evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake, dan

Glaser. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan,

yaitu :

a. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler b. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven

c. Formatif Summary Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

f. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi

dilakukan

(41)

33

Dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan model evaluasi

CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Berikut penjelasan mengenai

Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, dan Product) :

Evaluasi model CIPP pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada

tahun 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the Elementary and

Secondary Education Act).

Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan

bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi untuk

memperbaiki. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang,

seperti; pendidikan, manajemen, perusahaan sebagainya serta dalam berbagai

jenjang baik itu proyek, program maupin institusi. Dalam bidang pendidikan

Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan atas 4 dimensi, yaitu Context,

Input, Process, and Product, sehingga model evaluasi yang ditawarkan diberi

naama CIPP model yang merupakan singkatan ke empat dimensi tersebut. 12

Masing-masing dimensi tersebut adalah :

a. Evaluasi Context menurut Stufflebeam yang mempunyai tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat

memberikan arah perbaikan yang diperlukan.13

12Eko Putro Widoyoko, “Evaluasi Program Pembelajaran”. Hal 7 13

(42)

34

b. Evaluasi input atau evaluasi masukan bertujuan untuk membantu

mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative

apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan

bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi

masukan meliputi : 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan

pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan

yang diperlukan.

c. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan

prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi,

menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman

atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi

data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik

pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui

sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang

perlu diperbaiki. 14

Dalam evaluasi proses di sini peneliti mengambil dari fungsi

manajemen. Di mana Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno

menagement, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen

adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari

Mary Parjer Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur

14

(43)

35

dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan

sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Efektif

berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara

efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisir, dan sesuai jadwal.15

Melihat dari pengertian manajemen diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa manajemen adalah suatu kegiatan yang tidak lepas dari fungsi

dasar manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling

guna mencapai tujuan yang diingankan.

Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan

dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti

satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi Manajemen

menurut George Terry :

a. Planning (Perencanaan)

Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan tujuan organisasi,

menjelaskan bagaimana tugas harus dilaksanakan, dan memberi

indikasi kapan harus dikerjakan.

15

(44)

36

b. Organizing (Pengorganisasian)

Setelah melakukan perencanaan maka langkah selanjutnya yaitu

pembentukan bagan organisasi. Di mana nantinya dijelaskan jabatan,

tugas, tanggung jawab, serta wewenang atau bisa dibilang job descriptionnya masing-masing. Tugas yang dibagi tidak luput juga melihat dari kemampuan dan keahlian setiap orang. Jadi, kita sebagai

orang manajemen atau manajer yang baik harus paham dan mengenali

bakat-bakat yang ada di dalam jiwa para anggotanya.

c. Actuating

Jika perencanaan dan pengorganisasian sudah dibentuk dengan

baik maka saatnya untuk terjun langsung di lapangan atau memulai

pelaksaan kerja yang sudah di rencanakan di awal.

Setiap orang harus bekerja sama agar apa yang di rencanakan bisa

berjalan. Dan juga harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi serta

peran, keahlian dan kompetensi masing-masing setiap orang agar

mencapai visi, misi, serta program kerja organisasi yang telah

ditetapkan.

d. Controlling

Agar pekerjaan ataupun program dapat berjalan sesuai dengan

visi, misi aturan program kerja maka dibutuhkan pengontrolan. Baik

itu dalam bentuk supervisi, pengawasan, inspeksi sampai audit. Fungsi

(45)

37

penyimpangan-penyimpangan atau kesalahan yang terjadi. Baik dalam

tahap perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan. Sehingga dari

hal tersebut dapat segera dilakukan antisipasi atau solusi atas

permasalahan yang timbul.16

d. Evaluasi produk dilakukan guna untuk melihat keberhasilan suatu

program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

C. Evaluasi Program Literasi dengan Teori CIPP

Evaluasi program literasi ini dilakukan untuk mengetahui keberhasilan

suatu program dan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan

kebijakan selanjutnya. Dan untuk mengetahui keberhasilan suatu program

literasi harus menyeluruh secara menyeluruh. Evaluasi program literasi

tersebut dapat disusun menggunakan model evaluasi yang dikembangkan oleh

Daniel L. Stufflebeam yaitu model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,

dan Product).17

Evaluasi konteks program literasi ini mengetahui tentang latar belakang

program literasi dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan

memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Evaluasi konteks mencakup

16

Trisnawati Sule, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Kencana), hal 8.

(46)

38

analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi

obyektif yang akan dilaksanakan meliputi latar belakang program literasi,

dukungan sekolah, dan dukungan orang tua siswa. Evaluasi input diantaranya

mengkaji tentang sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan

untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, evaluasi input mencakup minat

membaca dan menulis dalam mengikuti program literasi dan kelengkapan

sarana prasarana pendukung program literasi.

Evaluasi terhadap proses adalah pelaksanaan strategi dan penggunaan

sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata laporan. Evaluasi proses

diantaranya mengkaji berdasarkan fungsi manajemen dari George Terry yaitu

POAC (planning, organizing, actuating, dan controlling). Sedangkan evaluasi terhadap produk adalah mengkaji keberhasilan, hasil yang dicapai dari

(47)

39

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagan

sebagai berikut:

Evaluasi Manajemen Program Literasi

Context Input Process Product

1. Latar

belakang

program

literasi

2. Dukungan

sekolah

terhadap

program

literasi

1. Minat membaca dan menulis siswa dalam mengikuti program literasi 2. Kelengkapan

sarana prasana

1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

Hasil dari

program

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk

menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan

menggunakan metode ilmiah.1 Karena itu metode ini membahas teoritik berbagai

metode yang digunakan. Penggunaan metode penelitian merupakan hal yang urgen

dalam penelitian ilmiah, sebab dengan metode dapat mempermudah dalam proses

pengumpulan data, dan juga dapat mempermudah menentukan berhasil tidaknya

suatu tujuan penelitian serta dapat menimbulkan dari kualitas dari hasil penelitian.

Berdasarkan paparan diatas, maka dalam hal ini akan dibahas beberapa hal

yang berhubungan dengan metodologi penelitian sebagai landasan konseptual.

Adapun metode yang diperlukan adalah sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian

evaluasi. Penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti

padda kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen).

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

1

(49)

41

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatis lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.2 Penggunaan metode penelitian kualitatif untuk

mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpresentasikan

kondisi-kondisi yang ada dan sedang berlangsung.

Penelitian evaluasi pada dasarnya bermuara pada rekomendasi akhirnya.

Tujuan dari penelitian evaluasi ini adalah :

1. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.

2. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan

program.

3. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pengehentian

program.

4. Menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program.

5. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, sosial, politik

dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program.3

Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini bersifat deskriptif. Dengan

metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusunnya secra sistematis, faktual

dan cermat.

Penelitian deskriptif adalah Penelitian deskriptif adalah “Penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa,

2

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), 1 3

(50)

42

objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel

yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.4 Dengan

demikian pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami fakta

(Understanding) bukan menjelaskan fakta (Explaining).5

Penelitian ini selain digunakan untuk memahami fakta juga melaporkan hasil

penelitian sebgaimana adanya dan penelitian ini bersifat fleksibel, timbul dan

berkembangnya saling jalan dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya.

Melalui penelitian ini diharapkan terangkat gambaran mengenai aktualisasi,

realisasi sosial, dan persepsi sasaran penelitian.6

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic

(naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah

(natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode

ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu

disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih

bersifat kualitatif.

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah

maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti

dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.

4

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Jakarta: Kencana, 2010). 5

Burhan bungin, 13. 6

(51)

43

Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah

orang atau peneliti itu sendiri (humane instrument). Untuk dapat menjadi

instrumen maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas,

sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang

diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

Dalam penelitian ini peneliti menekankan pada evaluasi pelaksanaan

manajemen program literasi untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

manajemen program literasi sehingga bisa diperbaiki kembali. Peneliti

mengumpulkan data dan mendeskripsikan evaluasi pelaksanaan manajemen

program literasi perspektif teori CIPP (Context, Input, Process, dan Product).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini tepatnya di SMP Negeri 4 Surabaya yang berada di jalan

Tanjung Anom 12 Surabaya termasuk wilayah Kecamatan Genteng, kotamadya

Surabaya. Peneliti mengambil lokasi tersebut karena pemilihan dan penentuan

lokasi tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan atas dasar sesuai

dengan topik dalam penelitian ini.

Lokasi menunjukan bahwa di lembaga tersebut sudah menerapkan Program

Literasi dan belum pernah dilakukan evaluasi dengan model CIPP yang menarik

untuk diteliti. Dari pengamatan peneliti hal tersebut bukanlah tanpa sebab meski

(52)

44

memilih lokasi ini. Demikianlah alasan yang peneliti kemukakan sehingga

lembaga tersebut menurut peneliti merupakan lembaga yang menarik untuk

diteliti.

C. Sumber Data dan Informasi Penelitian

Sumber data adalah tempat didapatkannya data yang diinginkan. Sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atu pernyataan-pernyataan

yang disampaikan oleh responden.7

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manusia

(human) dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau informan kunci dan data yang diperoleh melalui informan berupa soft data (data lunak). Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan

dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto, catatan atau tulisan yang ada

kaitannya dengan fokus penelitian. Data yang diperoleh melalui dokumen

bersifat hard data (data keras).8 Jenis sumber data dalam penelitian kualitatif dikelompokkan sebagai berikut:

1. Narasumber (informan)

Dalam penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting, bukan

sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Karena

7

Lexy J.Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, 112. 8

(53)

45

itu, ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber

informasi, sumber data) atau disebut juga obyek yang diteliti.

Seorang informan bisa menyembunyikan informasi penting yang

dimiliki oleh karena itu peneliti harus pandai-pandai menggali data dengan

cara membangun kepercayaan, keakraban, dan kerjasama dengan subyek

yang diteliti di samping tetap kritis dan analitis.

Peneliti juga harus mengenal lebih mendalam informannya, dan

memilih informan yang benar-benar bisa diharapkan memberikan informasi

yang akurat.

Teknik ini tidak digunakan untuk mempertajam studi melainkan untuk

memperoleh kedalam studi dan fokus penelitian secara integratif.

2. Peristiwa atau Aktivitas

Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap

peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari

peristiwa atau aktifitas ini, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana

sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara

langsung.

Contohnya terkait dengan pelaksanaan program literasi dan hasil dari

(54)

46

langsung peristiwa yang terjadi terkait dengan evaluasi pelaksanaan

manajemen program literasi.

3. Lokasi

Informasi kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa

digali lewat sumber lokasinya, baik merupakan tempat maupun

lingkungannya. Dari pemahaman lokasi dan lingkungan, peneliti bisa secara

cermat mengkaji dan secara kritis menarik kemungkinan kesimpulan. Dalam

penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Surabaya.

4. Dokumen

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berhubungan

dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen dalam penelitian ini

bisa berupa catatan tertulis, rekaman, gambar atau benda yang berkaitan

dengan segala hal yang berhubungan dengan faktor pendukung evaluasi

pelaksanaan manajemen program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya.

Data dalam penelitian ini berarti informasi atau fakta yang diperoleh

melalui pengamatan atau penelitian di lapangan yang bisa dianalisis dalam

rangka memahami sebuah fenomena atau untuk men-support sebuah teori.9

9

(55)

47

Jika dilihat dari mana sumber data berasal, maka sumber data dapat dibagi

menjadi sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer adalah data

penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya atau tanpa

perantara. Data primer diperoleh dalam bentuk kata-kata atau ucapan lisan

(verbal) dan perilaku dari subjek (informan) berkaitan dengan budaya religius dalam meningkatkan mutu pendidikan di ketiga lembaga tersebut.

Sedangkan data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak

langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data

sekunder diperoleh dari dokumen- dokumen, foto-foto, dan benda-benda yang

dapat digunakan sebagai pelengkap data primer. Karakteristik data sekunder

yaitu berupa tulisan- tulisan, rekaman-rekaman, gambar atau foto yang

berhubungan dengan proses ataupun aktifitas yang berkenaan dengan evaluasi

pelaksanaan manajemen program literasi di SMP Negeri 4 Surabaya.10

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek

risetnya, yang meliputi bagaimana evaluasi manajemen program literasi

perspektif teori CIPP.

10

(56)

48

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan semua data yang tidak diperoleh langsung

dari objek yang ditelitinya, yang meliputi data-data atau literatur yang

berkaitan dengan sejarah berdirinya SMP Negeri 4 Surabaya dan sekilas

tentang lokasi penelitian. Data ini akan penulis peroleh dari pertanyaan

dokumen yang ada di SMP Negeri 4 Surabaya tersebut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data dengan field research

(penelitian lapangan) yaitu penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang

sebenarnya dari obyek yang diteliti. Adapun tehnik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian lapangan yang dilakukan oleh penulis adalah metode

observasi, wawancara, angket dan dokumentasi.

1. Teknik Interview (wawancara)

Untuk memperoleh informasi yang dijadikan data utama dari penelitian,

peneliti melakukan teknik wawancara dengan responden serta pihak lain yang

terkait dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, kegiatan

wawancara dilakukan dengan mengunakan wawancara mendalam yang

diartikan sebagai upaya untuk menemukan pengalaman-pengalaman informan

(57)

49

melaksanakan wawancara untuk mencari data digunakan

pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban berupa informasi.11

Pengertian dari wawancara sendiri adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara

si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya

jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatau proses pengumpulan data

untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan

percakapan sehari-hari, antara lain :

a. Pewawancara dan responden biasanya belum saling mengenal sebelumnya

b. Responden selalu menjawab pertanyaan

c. Pewawancara selalu bertanya

d. Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, akan

tetapi harus bersifat netral

e. Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat

sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.12

11

Rulam Ahmadi, Memahami Metode Penelitian Kualitatif, (Malang : Universitas Negeri Malang, 2005) Hal. 71

12

(58)

50

Dalam wawancara ini peneliti akan menanyakan beberapa pertanyaan

secara mendalam yang berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan manajemen

program literasi perspektif CIPP di SMP Negeri 4 Surabaya dalam rangka

mengetahui sejauh mana pelaksanaan program literasi, sehingga dengan

wawancara mendalam ini data-data dapat dikumpulkan semaksimal mungkin.

Dalam teknik wawancara ini peneliti menggunakan jenis wawancara

terstruktur, yaitu penulis melakukan wawancara dengan mengacu kepada

pedoman wawancara yang telah disusun secara baku. Dalam melaksanakan

wawancara digunakan pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban

informasi.

Dalam wawancara ini terlebih dahulu peneliti menyiapkan materi yang

terkait dengan evaluasi pelaksanaan manajemen program literasi dengan

menggunakan model evaluasi CIPP. Oleh karena itu sebelum dilakukan

wawancara, garis besar pertanyaan harus sesuai dengan penggalian data dan

kepada siapa wawancara itu dilaksanakan.

Fokus wawancara disini lebih ditekankan untuk menggali data tentang

evaluasi pelaksanaan manajemen program evaluasi perspektif teori CIPP.

Untuk memperoleh informasi yang objektif , seorang peneliti tidak boleh

(59)

51

memperhatikan kebutuhan responden yang diwawancarai. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam wawancara, antara lain :

a. Adakan pembicaraan pemanasan dengan penuh keramahan pada

permulaan wawancara

b. Kemukaan tujuan wawancara dalam bahasa yang mudah dipahami dengan

kerendahan hati dan bersahabat

c. Hubungkan pokok-pokok pembicaraan dengan perhatian responden, dan

tariklah minatnya ke a

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
Tabel 4.1 Jumah Buku Koleksi Perpustakaan
Tabel 4.2 Program Duta Literasi SMP Negeri 4 Surabaya9
Grafik 4.1 Struktur Organisasi Perpustakaan SMP Negeri 4 Surabaya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar di atas terlihat bahwa dari empat variabel evaluasi, secara berurutan dari pencapaian skor tertinggi ke skor terendah adalah; konteks rata-rata skor 4.8,

1) Berdasarkan hasil observasi peneliti kepada semua guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 4 Palopo, peneliti menemukan data bahwa pemanfaatan desain pembelajaran yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, and Product) dalam Program Asistensi Mengajar di SD Inpres 12

Hasil penelitian pada evaluasi aspek context bahwa kebutuhan, masalah, dan sasaran deteksi dini gangguan jiwa menjadi latar belakang perencanaan.. Evaluasi aspek input

1) Kesehatan: Rendahnya pengetahuan warga Cepoko tentang Kesehatan dan minimnya fasilitas MCK pribadi yang dimiliki warganya.. 2) Ekonomi: potensi dan embrio yang

Beradasarkan hasil penelitian tentang evaluasi kemitraan Aspakusa Makmur dan petani sayuran dengan metode cipp, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan program

Evaluasi input dalam program pembelajaran Bahasa Inggris kelas English for Children di English Smart Bandar Jaya meliputi ketersediaan sarana prasarana, tenaga

Dimensi, Indikator, dan Sumber Data Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SD Athalia dengan Model Evaluasi CIPP Evaluas i Dimensi Indikator Sumber Data Instrumen Context