• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian arkeologi Islam terhadap manuskrip khutbah pembangunan karya K.H. Ma‘shum Ja‘far dalam Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian arkeologi Islam terhadap manuskrip khutbah pembangunan karya K.H. Ma‘shum Ja‘far dalam Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo."

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ARKEOLOGI ISLAM TERHADAP

MANUSKRIP KHUTBAH PEMBANGUNAN KARYA K. H. MA‘SHUM JA‘FAR DALAM LINGKUNGAN LUMPUR PORONG SIDOARJO

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Doktor dalam Program Studi Keislaman pada Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Oleh: Masyhudi NIM: F01508006

PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Abstrak

Judul : Kajian Arkeologi Islam terhadap Manuskrip Khutbah Pembangunan

Karya K. H. Ma‘shum Ja‘far dalam Lingkungan Lumpur Porong

Sidoarjo.

Penulis : Masyhudi, NIM: F01508006.

Promotor : Prof. Dr. H. M. Ridlwan Nasir, M A. Prof. Dr. H. Husein Aziz, M Ag.

Kata kunci : Arkeologi Islam, manuskrip, K.H. Ma‘shum, Lumpur Porong, multi disipliner, fenomenologi, semiotika dan keunikan.

Kajian arkeologi Islam terhadap Manuskrip Khutbah Pembangunan dalam Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo merupakan model kajian arkeologi Islam. sebuah model sebagai kelanjutan penelitian arkeologi Islam yang telah dilaksanakan oleh Achmad Cholid Sodrie. Moehammad Habib Mustopo, Uka Tjandrasamita, dan Hasan Muarif Ambary.

Manuskrip Khutbah Pembangunan adalah manuskrip yang ditulis dan

digunakan oleh K.H. Ma‘shum Ja’far yang ditemukan dalam lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo. Dalam arkeologi-sejarah, manuskrip diperlakukan sebagai sisa benda artefaktual bertulis yang terdiri, tulisan pegon, dan pengetahuan kebudayaan. Masalah dalam penelitian ini menyangkut:

1. Bagaimana wujud tulisan pegon K.H. Ma‘shum Ja‘far dalam sejarah

tulisan Arab lokal di Indonesia?

2. Bagaimana pengetahuan kebudayaan K.H. Ma’shum Ja’far dalam sejarah

Negara Indonesia?

Dengan model arkeologi Islam yang ideografik dan multidisipliner, penelitian ini bertujuan mencari keunikan. Ilmu bantu yang digunakan dalam arkeologi Islam multidisipliner terdiri dari ilmu lingkungan, paleografi, filologi, kodikologi, biografi, epigrafi dan ilmu sejarah.

(7)
(8)

Abstract

Title : Study of Islamic Archaeology to Sermon Manuscripts Development by K.H. Ma'shum Ja'far in Porong Sidoarjo Mud environment.

Author : Masyhudi, student registration number: F01508006. Promoter : Prof. Dr. Ridlwan H. M. Nasir, M A.

Prof. Dr. H. Husein Aziz, M Ag.

Keywords: Islamic Archaeology, manuscripts, K.H. Ma'shum, Mud Porong, multi-disciplinary, phenomenology, semiotics and uniqueness.

Islamic archaeological studies the Sermon Manuscripts Development in Porong Sidoarjo Mud environment is a model of Islamic archaeological studies. This model is a continuation of research Islamic archeology which has been implemented by Achmad Cholid Sodrie.Moehammad Habib Mustopo, Uka Tjandrasamita, and Hasan Muarif Ambary.

Sermon manuscripts Development is a manuscript written and used by K.H. Ma'shum Ja'far found in Porong Sidoarjo Mud environment. In historical- archaeology, manuscripts are treated as the rest of the objects artefactual inscribed consisting of writings, and cultural knowledge. The problem in this study involves:

1. How writing pegon K.H. Ma'shum Ja'far in the history of the local Arabic script in Indonesia?

2. How cultural knowledge K.H. Ma'shum Ja'far in the history of the State of Indonesia?

With the model of Islamic archaeology the ideographic and multidisciplinary, this study aims to find uniqueness. Science aids used in Islamic archeology multidisciplinary consists of environmental science, paleography, philology, codexologi, biography, epigraphy and history.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN SAMPUL ……… ii

PERNYATAAN KEASLIAN …………...………. iii

PERSETUJUAN VERIFIKASI NASKAH DISERTASI……….. iv

PERSETUJUAN PROMOTOR ………...……….. . v

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ……… vi

PENGESAHAN PENGUJI ………. vii

PERNYATAAN KESEDIAAN MEMPERBAIKI DISERTASI .………... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….………..……….. ix

ABSTRAK BERBAHASA INDONESIA. ………... xi

ABSTRAK BERBAHASA INGGRIS. ……….. xii

ABSTRAK BERBAHASA ARAB. ………. … xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI. ………..…….. xiv

DAFTAR ISI ……….………. xv

BAB I : PENDAHULUAN ………..……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………..……… 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah …………..………. 5

C. Rumusan Masalah …………..……… 12

D. Tujuan Penelitian …….……… 13

E. Kegunaan Penelitian ………..……… 13

F. Kerangka Teoritik … …...……… 16

G. Penelitian Terdahulu ……… 19

H. Metode Penelitian ...………...… 22

(10)

BAB II: TULISAN PEGON MANUSKRIP KHUTBAH PEMBANGUNAN

DALAM SEJARAH TULISAN ARAB LOKAL DI INDONESIA…… 28

A. Sejarah Tulisan Arab di Indonesia ………...……….. 28

B. Tulisan Arab Lokal di Indonesia ………... 37

C. Tulisan Latin di Indonesia ………... . 48

D. Salinan Diplomatik Manuskrip Khutbah Pembangunan …. ……… 52

E. Tulisan Pegon K.H. Ma’shum Ja‘far ……….. 61

F. Perbandingan Tulisan Pegon K.H. Ma’shum dengan Tulisan Arab Lokal Di Indonesia ……….. 67

BAB III : AGAMA ISLAM DAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA MENURUT PRESIDEN SOEKARNO DAN SOEHARTO .. …………. 72

A. Agama Islam di Indonesia ……… ……….. 72

B. Pengetahuan Kebudayaan Presiden Soekarno tentang Agama Islam dan Pembangunan ………....…… ……….. 84

C. Pengetahuan Kebudayaan Presiden Soeharto tentang Agama Islam dan Pembangunan ………... 98

BAB IV: MANUSKRIP KHUTBAH PEMBANGUNAN KARYA K.H.MA‘SHUM JA‘FAR………...…………. 114

A. Riwayat Hidup K. H. Ma‘shum Ja‘far ………... 114

B. Manuskrip Khutbah Pembangunan dan Himpunannya……… 125

(11)

BAB V: PENGETAHUAN KEBUDAYAAN K. H. MA‘SHUM JA’FAR

TENTANG AGAMA ISLAM DAN PEMBANGUNAN……… 151

A. Khutbah Pembangunan dalam Kegiatan Salat Jum‘at…………... 151

B. Pengetahuan Kebudayaan K. H. Ma‘shum Ja’far dalam Manuskrip Khutbah Pembangunan……… .. 159

C. Manuskrip Khutbah Pembangunan sebagai karya KH.Ma‘shum …. . 176

BAB VI: PENUTUP ………,………..…….….. 178

A. Kesimpulan ……….……….. 178

B. Implikasi Teoretik …...…. ……… 179

C. Keterbatasan Studi ………. 181

D. Rekomendasi ………. …. 182

DAFTAR KEPUSTAKAAN ………...……… 183

RIWAYAT HIDUP PENULIS …………..………..…….. 192

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Kajian arkeologi Islam terhadap manuskrip khutbah pembangunan dalam Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo merupakan kelanjutan dari model kajian arkeologi Islam sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Achmad Cholid Sodrie,1 Moehammad Habib Mustopo,2 Uka Tjandrasasmita,3 Hasan Muarif Ambary.4 Arkeologi berbeda dengan filologi. Arkeologi berinduk pada antropologi,5 sedang filologi berinduk pada ilmu bahasa melihat manuskrip dari aspek pewarisan kebudayaan kepada generasi berikutnya.6 Dalam kajian arkeologi Islam, manuskrip diperlakukan sebagai sisa artefak bertulis milik umat Islam untuk diketahui kebudayaannya, sedang filologi mempelajari manuskrip sebagai teks untuk diketahui pewarisan kebudayaan manusia kepada generasi berikutnya.

1Achmad Cholid Sodrie, “Naskah Penyerta dalam al Quraan Kuno dari Ternate” dalam

: Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi I, (Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta, 1983), 417-433.

2 Moehammad Habib Mustopo, Kebudayaan Islam di Jawa Timur, Kajian Beberapa

unsur Budaya Peralihan, (Yogyakarta: Penerbit Cendela, 2001), 348-350.

3 Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, (Jakarta: Kepustakaan Populer

Gramedia, 2009), 287.

4 Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam

Indonesia, (Jakarta:Logos Wacana Ilmu, 1998), 226.

5 William. A. Haviland, Antropologi Jilid I, terj., R.G. Soekadijo, (Jakarta: Penerbit

(13)

2

Semburan Lumpur Porong Sidoarjo telah menenggelamkan desa-desa dalam wilayah Negara Indonesia, sedang penduduknya telah meninggalkan pemukimannya beserta artefak sebagai peralatan hidupnya. Salah satu artefak itu berwujud Manuskrip Khutbah Pembangunan karya seorang ulama yang bernama K.H. Ma„shum Ja„far dari Desa Kedungcangkring Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Manuskrip itu dapat dipelajari melalui arkeologi Islam. Arkeologi Islam adalah ilmu yang mempelajari sisa benda artefaktual umat Islam untuk diketahui kebudayaannya. Dalam perkembangannya, arkeologi mempelajari sisa artefak manusia baik artefak bertulis ataupun artefak tak bertulis, baik artefaktual bertulis itu keras atau lunak. Benda artefaktual keras bertulis itu disebut dengan prasasti, sedang benda artefaktual lunak bertulis itu disebut dengan naskah, baik cetakan maupun tulisan tangan bertulis tangan. Artefak lunak bertulis tangan itu bernama manuskrip.

(14)

3

7, Besuki (bagian barat). Bahkan wilayah sekitarnya juga terkena dampak lumpur Porong Sidoarjo.7

Pada tahun 2008, Desa-desa itu terdiri dari; 1. Desa Siring (bagian Barat);2, Jatirejo (bagian barat); 3. Mindi; 4. Ketapang; 5. Pamotan; 6. Glagah harum;7, Kalitengah; 8, Gempolsari; 9, Sentul, 10, Plumbon; 11. Besuki (bagian timur), 12. Pejarakan; 13. Kedungcangkring. Total kawasan yang terdampak lumpur Sidoarjo seluas 6.410.000 meter persegi.8

Dalam mempelajari kebudayaan, arkeologi memusatkan perhatiannya pada sisa artefak manusia, walaupun pelakunya masih hidup. William A. Haviland menulis:

Meskipun ahli arkeologi memusatkan perhatiannya kepada masa lampau manusia, ada diantaranya yang memusatkan studinya kepada benda-benda sisa peralatan masa kini. Ini salah satu tujuan dari “ Garbage project” (proyek sampah) Universitas Arizona, yang melalui studi yang diatur secara teliti dari sampah rumah tangga, telah menghasilkan informasi tentang masalah-masalah sosial dewasa ini. Salah satu dari banyak tujuan proyek ini untuk menguji ketepatan untuk survey dengan menggunakan wawancara (interview). 9

Dalam metode kajian kebudayaan, arkeologi berpasangan dengan etnografi. William A. Haviland menulis:

7 Bosman Batubara dan Paring Waluyo Utomo, Kronik Lumpur Lapindo, Skandal

(15)

4

Etnologi, kalau ahli arkeologi yang secara tradisional memusatkan perhatianya kepada kebudayaan- kebudayaan jaman dahulu, maka ahli etnologi memusatkan perhatiannya kepada kebudayaan-kebudayaan jaman sekarang. Kalau ahli arkeologi mengkhususkan diri kepada benda-benda, ahli etnologi mengkhususkan diri kepada perilaku manusia sebagaimana yang dapat disaksikan, dialami, dan didiskusikan dengan orang-orang yang kebudayaannya hendak dipahami. Pernah itu diutarakan dan itu ada benarnya, bahwa ahli etnografi adalah ahli arkeologi yang mengamati arkeologinya hidup-hidup. 10

Dalam arkeologi Islam, fokus perhatiannya terbagi atas 3 dimensi yaitu: kebudayaan, waktu, dan tempat. 11 Dari aspek tempat, arkeologi Islam mempelajari sisa artefak umat Islam terbagi atas artefak yang berada di pusat dunia Islam yaitu Arab, dan diluar pusat dunia Islam yaitu Ajam, seperti Persia, Turkey, India, Malaysia, Cina dan Indonesia.

Dari aspek waktu, arkeologi Islam membagi waktu atas tiga babakan: 1. Masa Pra-kerasulan Muhammad, 2. Masa Kerasulan Muhammad dan, 3. Masa Pasca Kerasulan Muhammad. Masa pasca Kerasulan Muhammad terbagi atas: Periode Klasik, Pertengahan dan Moderen. Hasan Muarif Ambary menulis:

Berkaitan dengan sejarah Islam, arkeologi dapat membagi sejarah kedalam tiga fase perkembangan: Pra-kerasulan, Masa Kerasulan, masa pasca Kerasulan Muhammad SAW.12

Selanjutnya, Harun Nasution membagi sejarah kebudayaan Islam pasca kerasulan Muhammad terdiri dari 3 periode: Klasik, Pertengahan dan Moderen.

(16)

5

Periode Klasik dimulai sejak Khalifah Pertama Abu Bakar sampai runtuhnya Baghdad ditangan bangsa Mongol (632-1250 M). Periode Kedua, Pertengahan yaitu pasca runtuhnya Baghdad ditangan bangsa Mongol sampai datangnya kebudayaan bangsa Barat (1250-1800M). Periode Moderen, Islam dibawah kebudayaan Barat (1800-sekarang).13 Selanjutnya, Indonesia sebagai Negara berdiri sejak proklamasi tahun 1945 sampai sekarang.

Sebagai kebaruan dalam tingkat disertasi, penelitian ini menggunakan ilmu arkeologi Islam multidisipliner dengan menggunakan ilmu bantu filologi, kodikologi, ilmu lingkungan, epigrafi, paleografi dan sejarah.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah. 1. Identifikasi Masalah.

Dalam rangka mengenali masalah, maka perlu penjelasan konsep-konsep dalam judul penelitian sebagai berikut:

a. Kajian Arkeologi Islam

Kajian Arkeologi Islam adalah bahasan dari sisi arkeologi Islam, sebuah ilmu yang mempelajari sisa benda-benda yang diciptakan dan digunakan oleh orang Islam disebut dengan sisa artefak. Dalam pembidangannya, arkeologi berinduk pada antropologi budaya; Sebuah cabang ilmu yang membicarakan kebudayaan umat manusia yang berwujud kelakuan, artefak dan idea atau gagasan. Arkeologi berbeda etnografi. Etnografi membicarakan kebudayaan

(17)

6

yang pelakunya masih hidup atau sedang menggunakan artefak; sedang arkeologi membicarakan sisa artefak yang pelakunya sudah meninggal dunia. Dalam pembahasannya, arkeologi mempunyai 3 dimensi yaitu: kebudayaan, tempat dan waktu.

Dalam penelitian ini, Arkeologi Islam berobjek pada sisa artefak umat Islam untuk diketahui kebudayaannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Uka Tjandrasasmita yang menulis:

Apa yang disebut dengan arkeologi Islam: Suatu studi tentang benda-benda kuno yang baik seluruhnya atau sebagian mengandung unsur-unsur Islam sebagai alat untuk merekontruksi masyarakatnya masa lampau. 14

Selanjutnya, Hasan Muarif Ambary menulis:

Untuk selanjutnya, perlu dikembangkan pertemalian antara studi Islam, arkeologi dan ilmu-ilmu bantu arkeologi, menjadi tema kajian baru yang secara tentatif bisa disebut Arkeo-Islamologi atau arkeologi Islam. 15

Secara khusus dalam penelitian ini, arkeologi Islam adalah arkeologi Islam Indonesia sebagai pengembangan dari Islamic-archaeology secara umum sebagai suatu bidang studi dari aspek-aspek arkeologis negara-negara di kawasan Asia Tengah, Timur Tengah dan daerah Maghribi.16

14 Uka Tjandrasasmita, Penelitian Arkeologi Islam di Indonesia dari Masa ke Masa,

(Kudus: Menara Kudus, 2000), 11

(18)

7

Dengan pengertian ini, manuskrip sebagai sisa artefak lunak bertulis dapat dikaji melalui arkeologi Islam. Dalam kajiannya, manuskrip diperlakukan sebagai arrtefak bertulis tersebut mempunyai tiga dimensi yaitu 1). Kebudayaan yang terwujud dalam sisa artefak dan tulisan, 2). Tempat dan 3). Waktu.

Kebudayaan dalam penelitian ini merupakan pengetahuan sebagai pedoman hidup manusia. Parsudi Suparlan menulis:

Telah saya kemukakan bahwa kebudayaan adalah pedoman bagi kehidupan masyarakat yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat tetsebut.17

Secara individual, kebudayaan itu menjadi pengetahuan kebudayaan dari para pelakunya yang dapat berbeda antara satu dengan lainnya. Parsudi Suparlan menulis:

Pada tingkat Individual, kebudayaan dari masyarakat tersebut menjadi pengetahuan kebudayaan yang dipunyai oleh para pelakunya tersebut dapat berbeda satu dan lainnya; atau keaneka-ragaman, tergantung pada pengalaman-pengalaman individual masing dan tergantung pada kemampuan biologi atau sistem-sistem syarafnya dalam merespon dan menyerap sebagai simultan atau masukan yang berasal dari lingkungan hidupnya, termasuk kebudayaaanya dan kebudayaan-kebudayaan masyarakat lainnya.18

17 Parsudi Suparlan, “ Penelitian Agama Islam : Tinjauan Disiplin Antropologi” dalam

(19)

8

b. Manuskrip Khutbah Pembangunan Karya K.H. Ma„shum Ja„far

K.H. Ma„shum Ja„far adalah seseorang yang pernah hidup dalam lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo; tepatnya, ia berada di desa Kedungcangkring kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Ia menulis dalam sebuah karya manuskrip yang berjudul Khutbah Pembangunan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara sebagai berikut:

Ketika mendatangi bekas rumah K.H. Ma„shum Ja„far (al-marhum) di timur masjid Baitus Sholihin Kedungcangkring, saya bersama beberapa mahasiswa Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya ( Sekarang, IAIN menjadi UIN) diterima oleh anaknya bernama bapak Saidun Faiddaroni. Ia menunjukkan manuskrip- manuskrip yang diambil dari sebuah rak buku. Setelah dipilah, bapak Saidun menyatakan bahwa manuskrip Khutbah Pembangunan adalah karya ayahnya yang bernama K.H. Ma„shum Ja„far 19

Manuskrip ini berada dalam situs makro masjid Baitus Shalihin yang didalamnya terdapat: Masjid dan bencet, makam dan skriptorium yang didalamnya tersimpan manuskrip khutbah pembangunan dalam himpunan-humpunan manuskrip.

(20)

9

Dilihat dari aspek administasi pemerintahan, Situs makro Baitus Sholihin ini berada di Dukuh Kedungcangkring Utara Desa Kedungcangkring. Desa Kedungcangkring terbagi atas dua wilayah geografis yang terbelah oleh sungai porong. Dukuh Kedungcangkring utara sungai dan Kedungcangkring selatan sungai. Kedungcangkring Utara terdiri dari satu R.W. dan dua R.T.

Wilayah Kedungcangkring itu seluas 167.210 Ha. itu terbagi atas 8 dusun atau 8 RW dan 15 RT yaitu: Dusun Kauman RW. 1 yang mencakup RT. 1 – RT. 2; Dusun Magersari RW. 2 yang terdiri dari RT.3 –RT.4. Dusun Kawatan RW. 3 dan terdiri dari RT. 5 – RT. 6; Dusun Kajar RW. 4 yang mencakup RT.7 – RT. 8; Dusun Podokaton RW. 5 yang terdiri dari RT. 9 – RT. 10; Dusun Kedung Ules RW. 6 dan terdiri dari RT. 11 – RT.12; Dusun Karombang RW. 7 yang terdiri dari RT 13; dan Dusun Kedungcangkring Utara Sungai atau R.W. 8 yang terdiri dari RT. 14 – RT. 15.20 Dusun Kedungcangkring Utara Sungai ini berada dalam Peta Area Terdampak (PAT) Baru.

c. Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo.

Konsep Lumpur Porong Sidoarjo mempunyai persamaan dan perbedaan dengan konsep sebelumnya, yaitu Lula (Lumpur Lapindo) dan Lusi (Lumpur Sidoarjo). Konsep “Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo” berkaitan dengan tempat, sedang Lula dan Lusi berkaitan dengan penyebab semburan Lumpur, Penelitian ini menggunakan konsep Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo dengan menunjuk asal semburan lumpur yang bermula dari Desa Siring

(21)

10

Kecamatan Porong Sidoarjo. Konsep ini berbeda dengan Lusi (Lumpur Sidoarjo) ataupun Lula (Lumpur Lapindo). Lusi adalah sebuah konsep yang menggambarkan bahwa semburan lumpur adalah bencana alam yang diakibatkan oleh gempa bumi Yogyakarta sehari atau dua hari sebelumnya; sedang Lula atau Lumpur Lapindo adalah konsep yang menyatakan bahwa semburan lumpur adalah bencana industri, yaitu semburan lumpur yang diakibatkan oleh pengeboran minyak dan gas di Banjar Panji I yang dilakukan oleh PT Minarak Lapindo di Desa Siring Porong Sidoarjo.

Semburan gunung berapi lumpur yang disebut “LUSI” (singkatan dari “Lumpur” dan“Sidoarjo”, yaitu nama kota di mana semburan tersebut terjadi”)

dikaitkan oleh berbagai ilmuwan lokal dan internasional dengan gempa bumi berkekuatan 6,3 skala Richter yang terjadi di Yogyakarta, Jawa Tengah, yaitu 250 kilometer dari lokasi semburan lumpur, dua hari sebelumnya. Gempa tersebut menyebabkan jatuhnya 6.000 korban jiwa dan menghancurkan ribuan rumah, bangunan dan prasarana lainnya. Menurut tim peneliti dari Universitas di Jerman, getarannya merupakan yang terkuat yang pernah terjadi di Pulau Jawa, pulau yang berada persis di dalam “Lingkaran Api”.21

(22)

11

Permasalahan lain yang perlu kami tegaskan disini adalah masalah keberpihakan. Sering kami ditanya, dimana posisi kami dalam perdebatan soal penyebab Lumpur Lapindo? Bagi kami, kami sudah selesai dengan perdebatan ini. Posisi kami sudah jelas. Lumpur Lapindo bukanlah bencana alam, tapi sebuah bencana industry karena adanya aktivitas pengeboran pada sumur Banjar Panji-1.22

Penelitian yang berkaitan dengan penyebab munculnya lumpur yang hasilnnya terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama menyatakan bahwa

munculnya lumpur disebabkan oleh bencana alam; sedang kubu kedua

menyatakan bahwa Lumpur tersembur karena bencana Industri.

Lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo adalah sebuah kawasan yang terpengaruh buruk oleh Semburan Lumpur Sidoarjo, baik yang berada di Kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon dalam wilayah Negara Indonesia. Lingkungan buruk ini terbagi atas dua bagian: Pertama, Peta area terdampak

(PAT) yang pendanaannya ditanggung oleh PT Lapindo Brantas ; kedua, PAT

Baru yang ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terdiri dari Desa Besuki, Desa Pejarakan, dan Desa Kedungcangkring 23

Bermula dari studi pendahuluan dapat diketahui bahwa manuskrip Khutbah pembangunan berada dalam himpunan manuskrip-masnuskrip yang terletak dalam sebuah situs yang terdampak buruk dalam lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo. Selanjutnya perlu diketahui tentang 1). wujud artefak lunak bertulis

(23)

12

2). Pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum sebagai penulis dan pengguna manuskrip dalam kerangka sejarah kebudayaan Nasional Indonesia.

Setelah melakukan kajian pendahuluan terhadap manuskrip Khutbah Pembangunan melalui arkeologi Islam, manuskrip sebagai sisa artefak lunak bertulis mempunyai dua aspek. Pertama, tulisan pegon yang ditulis dan

digunakan oleh K.H. Ma„shum Ja„far dalam sejarah Negara Indonesia; Kedua,

pengetahuan kebudayaan yang terdapat dalam teks manuskrip Khutbah Pembangunan yang terdiri dari nilai dan norma.

2. Batasan Masalah.

Sesuai dengan identifikasi, batasan masalah dalam penelitian arkeologi Islam meliputi dimensi kebudayaan, tempat dan waktu. Dengan dimensi tempat, waktu, dan kebudayaan dapat diketahui keunikannya melalui perbandingan . Adapun perincian batasan masalahnya sebagai berikut:

a. Wujud tulisan Arab K.H.Ma„shum dalam manuskrip khutbah pembangunan itu berbahasa Jawa dan Indonesia. Tulisan tersebut dapat diketahui keunikannya dengan membandingkan dengan tulisan Arab lokal lainnya yang terdiri dari tulisan pegon dan Jawi didalam wilayah Negara Indonesia

b. Pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum Ja„far tentang agama Islam dan Pembangunan Nasional dalam wilayah Negara Indonesia.

(24)

13

1. Bagaimana wujud tulisan pegon K.H. Ma„shum Ja„far dalam sejarah tulisan Arab lokal di Indonesia?

2. Bagaimana pengetahuan kebudayaan K.H. Ma‟shum Ja‟far dalam sejarah Indonesia?

D. Tujuan Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menemukan keunikan tulisan Arab K. H. Ma‟shum Ja‟far. Tulisan ini dapat diketahui keunikannya melalui perbandingan dengan tulisan Arab lokal lainnya dalam sejarah tulisan Arab lokal di wilayah Negara Indonesia. 2. Menganalisis pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum Ja„far sebagai

pedoman hidup yang terdiri dari nilai dan norma. Keunikan pengetahuan kebudayaan dapat diketahui melalui perbandingan pengetahuan Presiden Soekarno dan Soeharto dalam sejarah Negara Indonesia.

E. Kegunaan Penelitian.

Penelitian ini dapat berguna ditinjau dari dua aspek, yaitu:

1. Kegunaan Secara Akademik.

(25)

14

Hasan Muarif Ambary menyatakan bahwa objek kajian arkeologi adalah seluruh peninggalan material, baik artefak itu berjenis teknofak, sosiofak dan ideofak. Arkeologi Islam Nusantara lebih banyak berobjek pada jenis ideofak, yaitu objek material yang berkaitan dengan ideologi dan keagamaan.24

Uka Tjandarsasita menulis tentang sejarah Islam dan arkeologi Islam: Jika naskah-naskah kuno dilihat secara fisik mengenai bahannya, bentuk tulisannya, maka data tersebut dapat pula dikaji secara arkeologi; paling tidak, melalui kajian epigrafi. 25

Tentang arkeologi Islam, Uka Tjandrasmita menulis apa yang disebut dengan arkeologi Islam?: arkeologi Islam adalah suatu studi tentang benda-benda kuno yang baik seluruhnya atau sebagian mengandung unsur-unsur Islam sebagai alat untuk merekonstruksi masyarakatnya masa lampau. 26

Adapun beberapa buku Studi Islam yang belum mencantumkan Arkelogi Islam adalah:

a. Tim Penyusun buku Studi Islam IAIN Sunan Ampel tahun 2004 dengan judul Pengantar Studi Islam menyatakan bahwa Islam sebagai sasaran studi terbagi atas tiga mode1: 1). Islam sebagai sasaran studi doktrinal (ajaran) dalam al-Quran, hadis dan ijtihat ulama, 2) Islam Sebagai sasaran studi

24 Ambary, Menemukan Peradaban, 38-39.

(26)

15

sosial, 3). Islam sebagai sasaran studi ilmu budaya.27 Arkeologi Islam sebagai disiplin ilmu budaya ataupun sosial belum dibahas dalam buku tersebut.

b. Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011 dalam bukunya yang berjudul Pengantar Studi Islam. Isi buku tersebut dengan pokok bahasan:1. Memahami studi Islam dan problematikanya, 2). Memahami sumber ajaran Islam, 3). Pokok-pokok Ajaran Islam, 4). Perbedaan paham di kalangan umat Islam, 5). Sejarah Perkembangan Islam 6). Islam dan antangan modernitas, 7). Aliran Pemikiran Modern Dalam Islam, 7). Beberapa model pendekatan dan Metode Studi Islam, 8). Model Studi al-Quran dan al-hadits di Era Kontemporer, 9).Model Studi Hukum Islam Kontemporer. 10. Studi Ritual Islam.28 Ia juga belum juga membahas arkeologi Islam

c. Abuddin Nata Dosen tetap Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam bukunya: Metodologi Studi Islam tahun 2004. Ia hanya membahas pendekatan dalam memahami agama, dengan pendekatan: Teologis-normatif, antropologis, sosiologis, filosofis, historis, kebudayaan dan psikologi.29 Ia belum membicarakan arkeologi Islam.

d. Amin Abdullah (dkk ) dari UIN Sunan kalijaga Yogyakarta tahun 2007 dalam bukunya Islamic Studies dalam paradigma integrasi- interkoneksi

27 Asy‟ary Ahm, dkk, Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,

2008), 49-57.

28 Hamis Syafaq, dkk,

Pengantar Studi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel

(27)

16

(sebuah antologi).dalam perubahan IAIN menjadi UIN ini tidak hanya penambahan fakultas, namun juga perlu paradigma yang memadai, yaitu Interkoneksi antara dirasah Islamiyah dengan ilmu-ilmu umum. Walaupun demikian, perhatianya terletak pada bidang pendidikan Islam, sosiologi pendidikan Islam, antropologi wahyu, living hadis, usul fikih, tasawuf, ilmu politik dan kimia. 30 ia juga belum membicarakan arkeologi Islam. 2. Kegunaan Praktis.

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk:

a. Pelestarian kebudayaan Islam Indonesia dari kepunahan manuskrip yang menyangkut sisa artefak dalam sebuah situs, tulisan dan kebudayaan Islam. b. Perpertimbangan dalam menetapkan sebuah situs sebagai cagar budaya dalam lingkungan Lumpur Porong Sidoarjo.

c. Pertimbangan sebagai pedoman hidup umat Islam Indonesia dalam beragama dan bernegara.

F. Kerangka Teoretik.

Kerangka dalam penelitian ini menggunakan kerangka pikir ideografik, yang berbeda dengan kerangka pikir nomotetik. Dalam penggolongan pengetahuan ilmiyah, kerangka pikir nomotetik adalah suatu disiplin yang mempelajari kaidah umum sebagaimana dalam ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu sosial, sedang ideografik mempelajari keunikan dalam ilmu humaniora.31 Antropologi

30 Amin Abdullah dkk, Islamic Studies dalam paradigma Integrasi- Interkoneksi

(28)

17

perbandingan digunakan sebagai kerangka teoretiknya.32 Dalam arkeologi, metode perbandingan atau komparasi adalah sebuah metode yang lebih maju dibanding dengan arkeologi sebelumnya yang menyatakan bahwa sumber teks dalam prasasti dan naskah digunakan sebagai sumber sejarah kuno baik sejarah Islam maupun Hindu. 33

Kerangka pikir ideografik dengan kerangka teoretik antropologi perbandingan dalam penelitian ini 34 berdasarkan kesatuan sejarah dalam Negara Indonesia. Dengan kesatuan sejarah dapat diketahui bahwa manuskrip ini mempunyai latar belakang ke-Islam-an yang bersifat ke-Indonesia-an dengan dua aspek manuskrip, yaitu:

1. Keunikan Tulisan Pegon.

Perbandingan tulisan dapat dilakukan atas dasar kesatuan sejarah tulisan Arab lokal di Indonesia. Tulisan K. H.Ma„shum Ja„far berasal dari tulisan Arab

yang dimodifikasi dalam bentuk tulisan pegon berbahasa Indonesia dan Jawa, Sedang tulisan pegon berbahasa Jawa itu berbeda dengan tulisan Jawi yang dipakai oleh orang Melayu dan berbahasa Melayu. Jika tulisan pegon K. H. Ma„shum Ja„far dibandingkan dengan tulisan pegon dan Jawi dalam wilayah Negara Indonesia maka dapat diketahui pesamaan dan perbedaan. Perbedaan itu menunjuk pada keunikan tulisan.

32 David Kaplan & Albert A. Manners, Teori Budaya, terj: Landung Simatupang,

(29)

18

2. Keunikan Pengetahuan Kebudayaan.

Pengetahuan kebudayaan sebagai pedoman hidup yang terdiri dari nilai dan norma, sebuah sistem budaya yang menata dan memantapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku yang terdiri dari nilai dan norma.35 Perbandingan pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum Ja„far dapat dilakukan atas dasar kesatuan sejarah Negara Indonesia. Dalam perkembangannya, konsep Pembangunan Nasional muncul kemudian setelah berlakunya UUD 1945 yang digunakan sebagai pedoman dalam pembangunan. Pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum Ja„far membicarakan hubungan antara agama Islam dengan Pembangunan Nasional. Dalam kesatuan sejarah ini, pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum Ja„far dapat dibandingkan dengan pengetahuan kebudayaan presiden yang sejaman, yaitu Soekarno dan Soeharto. Dengan antropologi perbandingan, keunikan pengetahauan kebudayaan K.H. Ma„shum Ja„far dapat diketahui.

(30)

19

(relasional), dan simbol. Hubungan relasional dengan metode perbandingan digunakan untuk menemukan keunikan kebudayaan.

G. Penelitian Terdahulu.

1. Manuskrip dalam Kajian Arkeologi Islam

Para ahli arkeologi Islam seperti Uka Tjandarasmita dan Hasan Muarif Ambary hanya memberi dasar penelitian bahwa manuskrip sebagai benda artefaktual diperlakukan sebagai data untuk mengungkap nilai nilai budaya

Menurut Uka Tjandrasasmita, prasasti dan naskah kuno ditulis dengan berbagai macam tulisan dan bahasa perlu dipelajari, sebagaimana ia menulis:

Untuk mengkomunikasikan nilai-nilai yang dikandung oleh prasasti dan naskah tersebut melalui pengetahuan epigrafi, dan sejarah budaya. Dengan demikian, nila-nilai penting dari khazanah budaya bangsa masa lampau dapat ditransformasikan lagi kepada masyarakat dewasa ini dengan upaya pembinaan dan pengembangan jati dirinya. 36

Menurut Hasan Muarif Ambary, naskah kuno dapat dilakukan penelitian melalui arkeologi, sebagaimana ia menulis yang berjudul: “Peradaban Islam-Sunda: Kajian Naskah Kuno”, Hal yang menarik dalam kajian ini, keberadaan naskah-naskah Sunda kuno tersebut terkonsentrasi di tempat-tempat yang mengandung benda-benda purbakala atau situs purbakala, atau sebuah kabuyutan. Dalam penutupnya, Hasan Muarif Ambary menyatakan:

(31)

20

Kajian terhadap naskah kuno sebagai sumber sejarah dan sumber informasi sosial budaya --- dan sebagai cermin masa lampau masyarakat Jawa Barat--- merupakan kajian tahap awal dan perlu dikembangkan. Sehingga, berbagai aspek sosial budaya yang ditulis para ilmuwan masa lalu bisa digali. 37

2. Penelitian tentang Tulisan Arab Lokal di Lingkungan Lumpur Porong.

Penelitian tentang tulisan Arab Lokal di lingkungan lumpur Porong belum ada, hanya beberapa penelitian tentang tulis Arab lokal di Indonesia diantaranya dilaksanakan oleh Moehammad Habib Mustopo, Achmad Cholid Sodrie, Titik Puji Astuti dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.

Moehammad Habib Mustopo melakukan penelitian arkeologi dengan data artefaktual bertulis yang disebut dengan naskah. Ia menyatakan bahwa budaya Islam di Jawa masa peralihan antara abad XV dan XVI merupakan ekspresi

local genius masyarakat muslim saat itu. Selajutnya ia menyatakan bahwa para

sufi dalam menyebarkan agama Islam di Jawa menggunakan kitab rujukan yang berasal dari Bahasa Arab, kemudian menterjemahkan kedalam Bahasa Jawa pada frasa atau idiom budaya Jawa yang penulisnya sudah mengenal budaya pra-Islam di Jawa, baik dalam bahasa ataupun benda artefaktual dari jaman Majapahit.38

(32)

21

waktu. Dari aspek tulisan terdapat tulisan Arab dan Jawi berbahasa Melayu yang ditulis pada tahun 1050 H ( 1640 M), dan digunakan sampai tahun 1185 H/1772 M. penulisnya berasal dari Aden Semenanjung Arab.39

Titik Pudjiastuti telah melakukan penelitian yang disajikan dalam seminar AAEI (Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia) tahun 2001 di Malang. Ia menyatakan bahwa aksara (tulisan) pegon itu bentukan dari aksara Arab dengan lidah Jawa yang terdiri 7 buah huruf yaitu:

a. Ca/ c .ditulis dengan huruf ﭺ yaitu huruf Jim bertitik tiga di bawah. b. Pa/ p ditulis dengan huruf ڤ yaitu huruf fa‟ bertitik tiga di atas. c. Nya/v ditulis dengan huruf پ yaitu huruf ya‟ bertitik tiga di bawah. d. Ga/ g ditulis dengan huruf { yaitu huruf kaf bertitik satu di bawah. e. Nga/z ditulis dengan huruf ڠ yaitu huruf ghain bertitik tiga di atas. f. Tha/q ditulis dengan huruf ط{ yaitu huruf t{a‟ bertitik satu di bawah. g. Dha/ d ditulis dengan huruf ڊ yaitu huruf dal bertitik satu di bawah.40 Dalam buku yang berjudul Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, Naquib Al-attas menyatakan bahwa setelah Islam masuk ke Melayu, tulisan Arab diterima dan dijadikan tulisan berbahasa Melayu yang disebut dengan tulisan Jawi. Tulisan Jawi sebagai rekaan terdiri dari 5 huruf, yaitu:

a. Ca ditulis dengan huruf ﭺ yaitu huruf Jim bertitik tiga di bawah.

39 Sodrie, Naskah Penyerta, 417-433.

(33)

22

b. Nga ditulis dengan huruf ڠ yaitu huruf Ghain bertitik tiga di atas. c. Pa ditulis dengan huruf ڤ yaitu huruf fa‟ bertitik tiga di atas. d. Ga ditulis dengan huruf ݢ yaitu huruf kaf bertitik satu di atas. e. Nya ditulis dengan huruf ﺙ yaitu huruf nun bertitik tiga di atas.41 3. Penelitian tentang Pengetahuan Kebudayaan K. H. Ma„shum Ja„far.

Menurut Martin van Bruinessen, K. H. Ma„shum Ja„far mempunyai pengetahuan bahwa pengganti mursyid yang absah itu dari keturunannya dibanding dengan sahabatnya. Ia menulis:

Salah satu badal atau khalifah yang tetap setia kepada Kiai Musta`in adalah Kiai Maksoem Dja„far di Porong (Sebelah selatan Surabaya). Kyai Maksoem adalah badal (atau khalifah) Kiai Romly, dan ia adalah salah satu saksi ketika Kiai Musta`in diberikan ijazah oleh ayahnya. Sejak saat itulah, ia menjadi orang terdekat Kiai Musta`in. Setelah Kiai Musta`in yang wafat tahun 1984, Kiai Maksoem inilah yang merupakan

mursyid senior dalam jam`iyyah-nya. Namun bagi K. H. Maksoem

sendiri, “Jombang”, yaitu Pesantren Darul Ulum dan Kiai Rifa„i, merupakan satu-satunya pusat absah. Pengganti Mursyid, menurutnya,

harus min alihi, tidak cukup kalau min shahbihi. 42

H. Metode Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan melalui pengumpulan data, deskripsi dan pemaknaan.

1. Pengumpulan Data : Survey Permukaan Tanah.dalam Arkeologi

(34)

23

Dalam penelitian ini, metode survey permukaan tanah digunakan dalam pengumpulan data yang berbeda dengan penggalian tanah (ekskavasi) dalam arkeologi.43 Metode survey ini berbeda dengan survey pada umumnya. Dengan metode survey permukaan, dapat diketahui artefak, fitur dan situs arkeologi; baik artefak tak bertulis ataupun bertulis yang digunakan manusia. Artefak bertulis dapat diketemukan seperti manuskrip, prasasti, ataupun benda tak bertulis seperti nisan. Sedang fitur (artefak yang bila dipindah menjadi rusak) seperti rumah, masjid, makam dan jalan. Sedang situs yang diamati adalah sebuah tempat keberadaan kumpulan artefak, baik situs mikro maupun makro. Dengan metode pengamatan dan wawancara dalam survey, artefak dapat diketahui keberadaannya dalam sebuah situs. Disamping itu, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara untuk mengetahui asal usul artefak dan maknanya. Walaupun demikian, data dokumen-pun dapat diketahui maknanya melalui pengamatan dan wawancara.

2. Deskripsi Data : Metode Fenomenologi.

Metode fenomenologi digunakan dalam mendeskripsikan data. Apa yang nampak di hadapan indra (fenomena) dan noumenon (dibalik indra). Manuskrip yang terdiri dari tulisan dan teks dinyatakan sebagai fenomena, sedang tulisan pegon dan pengetahuan kebudayaan penulis dan pengguna menuskrip (K. H. Ma„shum Ja„far) dinyatakan sebagai noumenon. Menurut Noerhadi Magetsari,

(35)

24

metode fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna dari data atau gejala. Ia menulis:

Metode Fenomenologi. Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, tujuan metode ini adalah mengungkapkan atau mendeskripsikan makna sebagaimana yang ada dalam data atau gejala.44

Dalam penelitian ini, manuskrip yang terdiri dari teks, tulisan dan sisa artefak dinyatakan sebagai gejala, sedang pengetahuan kebudayaan dari manuskrip dinyatakan sebagai makna.

3. Analisa Data : Metode Semiotika.

Metode semiotika beroperasi dengan segitiga semiotika yang terdiri dari: tanda, rujukan dan makna.45

Dalam deskripsi data, manuskrip sebagai aspek fisik yang terdiri dari tulisan serta pengetahuan kebudayaan sebagai pedoman hidup diperlakukan sebagai tanda dengan tiga rujukan sudah diketahui faktanya dalam kesatuan sejarah. Makna makna itu ditemukan dengan metode semiotika untuk mencari “keunikan”, baik yang menyangkut tulisan dan pengetahuan kebudayaaan

penulis. Adapun perinciannya dapat dilihat dibawah ini.

44 Noerhadi Magetsari, “Penelitian Agama Islam: Tinjauan Disiplin Ilmu Budaya,

(36)

25

a. Tulisan Pegon K. H. Ma„shum Ja„far.

Manuskrip sebagai tulisan pegon dengan 7 huruf dengan ciri-cirinya diperlakukan sebagai tanda; dengan rujukan dalam kesatuan sejarah tulisan Arab lokal yang berkembang di Indonesia, yaitu pegon dan Jawi. Hubungan relasional dengan metode perbandingan itu dapat diketahui perbedaannya. Makna yang terkandung, bahwa tujuh huruf pegon K. H. Ma‟shum mempunyai perbedaan dengan tulisan Arab lokal di Indonesia, sehingga tulisan ini mempunyai keunikan dalam sejarah tulisan Arab lokal.

b. Pengetahuan Kebudayaan dalam Suatu Tempat dan Waktu.

Pengetahuan sebagai pedoman hidup yang terdiri dari nilai dan norma milik K. H. Ma„shum diperlakukan sebagai tanda; dengan rujukan dalam sejarah Negara Indonesia setelah merdeka. Nilai dan norma itu berhubungan dengan nilai dan norma Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Metode perbandingan46 digunakan untuk mencari perbedaan dan persamaan antara pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum dengan dua presiden sejaman dapat diketahui perbedaannya. Makna yang terkandung bahwa pengetahuan kebudayaan K.H. Ma„shum mempunyai keunikan.

Atas dasar kesatuan sejarah sebagai rujukan, aspek manuskrip diuraikan dengan metode semiotika. Data arkeologi hanya memiliki arti bila dilihat dari

(37)

26

konteknya, 47 yaitu konteks rujukan dalam semiotika yang merupakan bagian dari segitiga semiotika yang terdiri dari tanda, rujukan dan pemaknaan.

I. Sistematika Pembahasan.

Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan logika induksi dan abduksi. Logika induksi dipergunakan dalam rangka mendeskripsikan data, sedang logika abduksi dioperasikan dengan metode semiotika. Dalam metode semiotika, logika induksi diperbantukan dalam metode perbandingan dalam rangka menemukan keunikan. Adapun perincian sistematika pembahasannya sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Pembahasan bab I ini terdiri dari: Latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, sistematika pembahasan.

Bab II: Tulisan Pegon K.H. Ma„shum Ja„far dalam sejarah tulisan Arab lokal di Indonesia.

(38)

27

Bab III : Agama Islam dan Pembangunan di Indonesia menurut Presiden Soekarno dan Soeharto.

Pembahasan pada bab III ini terdiri dari :Agama Islam di Indonesia, pengetahuan kebudayaan Presiden Soekarno tentang Agama Islam dan pembangunan, pengetahuan kebudayaan Presiden Soeharto tentang Agama Islam dan Pembangunan.

Bab IV: Manuskrip khutbah pembangunan karya K.H.Ma„shum Ja„far,

Pembahasan bab IV ini terdiri dari: Riwayat hidup K.H. Ma „shum, manuskrip khutbah pembangunan dan himpunannya, teks manuskrip khutbah pembangunan.

Bab V: Pengetahuan Kebudayaan K. H. Ma„shum Ja‟far tentang agama Islam dan pembangunan.

Pembahasan Bab V ini terdiri dari : Khutbah pembangunan dalam kegiatan salat Jum„at, pengetahuan kebudayaan K. H. Ma„shum Ja‟far dalam manuskrip khutbah pembangunan, manuskrip khutbah pembangunan sebagai karya K.H.Ma„shum.

Bab VI: Penutup

(39)

28

BAB II

TULISAN PEGON K. H. MA‘SHUM JA‘FAR

DALAM SEJARAH TULISAN ARAB LOKAL DI INDONESIA

A. Sejarah Tulisan Arab di Indonesia.

1. Tulisan Arab Datang di Indonesia.

Tulisan Arab datang di Indonesia bersamaan dengan datangnya agama Islam. Dengan bantuan ilmu sejarah, sejarah tulisan Arab di Indonesia dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Tulisan Arab Huruf Hijaiyah.

No Huruf Arab

mandiri

Huruf di awal

Huruf di tengah

Huruf di akhir

Nama huruf

1 - - ـ ف

2 ـــب ـــ بـ ء ب

3 تـ ـــ ـ ء تـ

4 ثـ ــث ثـ ء ثـ

5 ﺝ ـج ـجــ جـ ـج

6 ـح ـحـ حـ ءـح

7 ـخ ـ ــ ـ ءـخ

(40)

29

9 - - ـ

10 - - ـ ء

11 - - ـ ء

12 س ــس ـسـ ـ ــس

13 ــش ـشـ ـ ــش

14 ـص ـصـ ـ دـص

15 ـض ـ ـ ـ ءـض

16 ط ـط ـطـ ـ ءـط

17 ـ ــظـ ـ ءـ

18 ـع ــ ـ عـ ـع

19 ـغ ـ ـغ ـ ـغ

20 ف فـ ــ فـ ء فـ

21 قـ ــ ـ ف قـ

22 ك ـ ـ ـ كـ فـ

23 ـ ـــل ـ ا

24 ــ ـ ـ ـ ــ

25 ـ ـ- ـ ـ

26 ـ

27 ــ ــ ـ ـ ءــ

28 ﺀ ئـ ـــ ئــ

29 ي ـ ـــ ـ ءـ

(41)

30

Tulisan Arab terdiri dari 29 huruf yang ditulis dari kanan ke kiri dengan tiga cara: Pertama, huruf awaliyyah, huruf wasti{yyah, dan a<khiriyyah. Huruf awwaliyah adalah huruf yang dapat disambung dengan huruf berikutnya yang berjumlah 23 huruf; huruf wast{iyyah adalah huruf yang dapat disambung dengan sebelumnya dan sesudahnya yang terdiri dari 23 huruf; sedang huruf a<khiriyyah

adalah huruf yang bersambung di akhir tulisan sebanyak 6 dari 29 huruf.

Sebagian ahli tulisan menyatakan bahwa huruf Arab itu terdiri dari 28 huruf dengan pengurangan dari huruf ﺀ ( ).1

b. Tanda Baca

Tanda baca terdiri dari harakat dan huruf mad. Adapun harakat dalam tulisan Arab terdiri dari 5 macam yaitu:

No Tanda

baca

Nama tanda baca Vokal

1

ح ف

A

2 ِ

س

I

3

ض

U

1 Titik Pudjiastuti, Aksara Pegon, Sebuah Pengenalan atas Salah Satu Aksara dalam

(42)

31

4 ْ

س

Huruf mati

5

شت

/

ش

Dobel mati

dan hidup

Huruf mad (panjang) sebagai tanda panyang terdiri dari tiga huruf yaitu:

No Huruf tanda mad (panjang) Nama huruf

1 ف

2 ْ

3 ْي ء

c. Angka Arab

Angka Arab yang datang di Indonesia mempunyai dua model; Pertama,

angka Arab Hindi yang dimulai dengan angka nol. Kedua angka Arab Abujid

dimulai dengan angka satu.

Contoh angka Arab Hindi dan angka Arab Latin.

No Angka Arab

Hindi

Angka Arab

Latin

Bacaan

1

1

1 Satu

2

2

2 Dua
(43)

32

4

4

4 Empat

5

5

5 Lima

6

6

6 Enam

7

7

7 Tujuh

8

8

8 Delapan

9

9

9 Sembilan

10

11

10 Sepuluh

11

11

11 Sebelas

12

12

12 Duabelas

13

13

13 Tigabelas

14

14

14 Empatbelas

15

15

15 Limabelas

16

16

16 Enambelas

17

17

17 Tujuhbelas

18

18

18 Delapanbelas

19

19

19 Sembilanbelas
(44)

33

21

51

50 Lima puluh

22

111

100 Seratus

23

211

500 Limaratus

24

1111

1000 Seribu

25

11111

10000 Sepuluh ribu

Angka Abujid adalah angka Arab yang berasaskan huruf Arab yang dimulai dengan angka satu. Adapun wujud angkanya sebagai berikut:

ي

ط

د

ڍ

10

9

8

7

2

5

4

3

2

1

ف

س

ك

100

90

80

70

20

50

40

30

20

Contoh :

ح

ل

غ

menunjukkan angka 1738.
(45)

34

d. Prasasti Makam Fatimah Binti Maimun

Tulisan Arab yang sudah tua di Indonesia adalah tulisan yang tertera dalam prasasti makam Fatimah binti Maimun.

Makam Fatimah binti Maimun terletak di dukuh Leran Desa Suci Kecamatan Manyar Gresik Jawa Timur. Sekarang, lokasi ini berada di Jalan Daendels, sebuah jalan yang dibuat pada jaman Kolonial. Sekarang, Prasasti ini tersimpan di Museum Trowulan Mojokerto. Adapun salinan tulisan yang tertera sebagai berikut :

a. Salinan

سب

ه

ح

ح

.

لع

ف

ج

كب

اج

ا

.

ش ق

ط ف

ب

ب

ه

ف ت

ف

ج

ف

ا

بج

ف

س

س خ

ست

عب

ئ

ح

ه

ت

.

ص

ه

ظ

س

b. Alih Tulisan

1) Bismilla>hi al-rahmani al-rahi>mi. Kullu man

2) ‘Alaiha> fa>nin wa yabqa> wajhu rabbika d{u al-jala>

3) Li wa al- ikra>m. ha>dha> qabru shahi>dati

(46)

35

5) Fi yaumi al-Jum‘ati fi hilali awwalin min Rajabin

6) Wa fi> sanati khamsatin wa tis‘i>na wa arba‘ati mi’atin ila> rah>mati

(sebagian orang membaca kata : wa tis‘i>na dengan bacaan : wa sab’i>na)

7) Alla>h ta‘a>la. S{adaqalla>hu al- ‘ad{i>m wa rasu>lihi al-kari>m.

Bahasa dan tulisan yang digunakan dalam prasasti adalah Arab, angka tahun dengan menggunakan teks, bukan angka. Tahun 475 Hijrah bersamaan dengan tahun 1082 masehi, sedang tahun 495 hijrah bersamaan dengan tahun 1102 masehi.

Baris kelima dengan perkataan Hilali awwalin adalah bacaan baru yang

ditemukan dan perlu diperdebatkan lagi, sedang bacaan pada baris ke -7 yang berbunyi ta’ala juga baru ditemukan dibanding dengan bacaan yang lalu. Memang kedua bacaan ini patut diperdebatkan,

5. Prasasti Komplek Makam Posponegoro Gresik

Prasasti yang berada di Gresik dengan tulisan Pegon sebagaimana Prasasti pada makam Pusponegro Bupati Gresik yang pertama. Adapaun salinannya sebagai berikut:

a. Salinan.

ڤ

ݞ

ݞ

ڤ

ق

ج

ݞ

ڤ

ج ت

ڮ

ت ڤ

س

ڤ

ݞ

ݞ

س

ڤ

ڮ

(47)

36

د

ڮ

س

ڤ

ت ت

ك س

. لع ه .

ت

س ق

ݞ

ثلث د

ل ج

ت

ڮ

خا ج س س

س

خ ج ت

ݞ

ݞ

ڤ

ݞ

س

ڤ

س ت

ل

ح غ

b. Alih tulisan.

1).Puniko ingkang paquburane Kangjeng Kiahi Adipati Arjonegoro Adipati Sepuh

2). Ingkang sampun amengagem Wiro ing Panegeri Tandes. Yuswonipun 3). Dumuُi Sidonipun tutuk suwidak kaliِ taِun. Wallaِu a‟lamu.

4). Kolo Sido ing dinten malem Seloso jam enem belas (?) tanggal sekawan

sasi Jumad al-Akhir.

5).tahun jim akhir ing mongso padang siro (?) amengkoni adipati

sinangkalan : ghain dzal lam hay. ( catatan : tulisan miring berarti masih

diragukan kebenarannya).

Dilihat dari huruf yang digunakan adalah Arab pegon (huruf Arab rekaan ). Seperti:

1). Nga ditulis dengan huruf ghain titik titik tiga diatas ( ڠ),contoh kangjeng

ݞ

ج

2). Dha ditulis dengan huruf dal titik tiga diatas ( ), contoh : adhipati tertulis

ت ڤ

3). Pa ditulis dengan huruf fa‟ titik tiga diatas ( ). contoh : Sepuh tertulis

س

(48)

37

4). Ga menggunakan huruf kaf titik tiga dibawah (ڮ).: Contoh : Panegari

ڮ ڤ

Tiga huruf pegon lainnya seperti nya ( پ.) tha ( { ) dan ca ( ﭺ ) tidak tertulis dalam prasasti diatas. Rupanya angka abujid pada prasasti yaitu Ghain ( ), dzal ( ), lam ( ), hay ( ) menunjuk angka tahun : 1738. Pertanggalannya adalah 04 Jumadil Akhir tahun Ghain ( 1000) Dzal ( 700) lam (30 ) dan Hay (8 ) atau 1738 Jawa. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa tanggal 01 Muharram 1226 bertepatan dengan tanggal 26 Januari 1811. 2

B.Tulisan Arab Lokal di Indonesia

Tulisan pegon atau aksara pegon adalah tulisan Arab yang direka untuk lidah Jawa, sedang Tulisan Jawi adalah tulisan Arab yang direka untuk melambangkan bahasa Melayu. Tulisan Jawi berbeda dengan tulisan Jawa. Tulisan Jawa adalah tulisan yang digunakan oleh orang Jawa dalam melafalkan bahasa Jawa carakan seperti: Ha, na, ca, ra, ka.

1. Awal Tulisan Arab Lokal di Indonesia.

Tulisan pegon berakar pada tulisan Jawi yang berasal dari abad ke-14 masehi. Tulisan Jawi yang paling awal menunjukkan berangka tahun 1303 masehi sesuai

2 Jere L. Bacharach,

A Midle East Studies Handbook, (Washington: The University

(49)

38

dengan prasasti Trengganu.3 Selanjutnya, tulisan pegon kemungkinan besar muncul pada abad ke-15 berdasar pada prasasti Malik Ibrahim Gresik berangka tahun 1419. Secara umum, Prasasti itu bertulis dengan huruf Arab, namun sebagiannya bertulis hurup pegon. Sebagian prasasti yang memuat tulisan Arab dan Pegon sebagai berikut:

ب كل

ب ش س

ف

ب

ڤ

ڃ

ت

ف ف ت ج د ف س ض

ح ب ه غت

ث شع ث س ا ع ب شع ث ث ا

ئ

Alih Tulisan:

Al-sai<du al-shahi<du burha<nu al-daulati wa al-di<ni Malik Ibra<hi<m al-ma ‘ru<f bi

rakaki

Panca tanda taghammadahullahu bi al-rah}mati wa al-rid{wa<ni wa askanahu< fi< da<ri

al-jina<ni tuwuffiya fi< yaumi

al-ithnaini al-tha<ni ‘ashara min rabi< ‘i al-awwali sanata ithna< wa ishri<na wa

thama<nu mi’atin

Alih bahasa:

Ia mempunyai kedudukan, pemimpin, petunjuk negara dan agama bernama Malik Ibrahim yang dikenal dengan Rakaki

3Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, (

(50)

39

Panca tanda, Semoga Allah memberikan rahmat (kasih sayang) dan keridaan serta menempatkannya di surga. Ia meninggal pada hari

Senin 12 Rabiul awwal tahun delapan ratus duapuluh dua (822 hijrah)

Dari tulisan diatas yang berangka tahun 822 hijrah atau 1419 masehi itu

memuat tulisan pegon berbahasa Jawa yaitu: Rakaki Pancatanda.

2. Tulisan Jawi ( Arab Melayu) menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas.

Tulisan Jawi adalah tulisan Arab yang disesuaikan dengan lidah orang

Melayu, baik yang hidup di Negara Malaysia dan Indonesia. Orang Melayu di Indonesia berada di Sumatera dan Kalimantan. Tulisan Jawi ini berbeda dengan tulisan Jawa carakan, ha na ca ra ka.

Menurut Al-Attas, tulisan Jawi itu berasal dari tulisan Arab Barber di Afrika Utara. Dengan datangnya Islam ke Melayu, abjad dan tulisan arab menjadi

(51)

40

titik diatas َa‟; huruf nya ( ),( nun dan ya‟) tiُa titik yang diletakkan aksara nun. 4 Adapun pembahasan tulisan Jawi yang terbatas pada bentukan tulisan Jawi yang terdiri dari lima huruf sebagaimana tercantum dibawah ini.

3. Tulisan Jawi menurut Muhammad Idri>s Abdu al-Rau>f al-Marbawiy

Muhammad Idri>s Abdu al-Rau>f al-Marbawiy telah menyusun kamus Arab- Melayu dengan judul buku: Qa<mu<s Idri>s Al Marbawy 5 Tulisan Arab Melayu

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

4 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan

Melayu, ( Bandung : Penerbit Mizan, 1972), 61-62 No Latin Jawi Gabunga

n huruf

Keterangan

1

Ca

ݘ

+

ﺝ bertitik tiga dibawah yang berasal dari dua titik

2

Pa

ڤ

ف

+

ف

dengan tiga titik diatas yang diambil dari satu titik agar berbeda dengan yang bertitik dua

3

Nya

ي

+

ditambah dengan satu titik dari

ي

4

Ga

ك

|

+

ك

ك

mengambil satu titik dari

5

Nga

ڠ

+

+

}

ك

(52)

41

Suatu hal yang perlu dicatat bahwa lidah Melayu tidak mengenal suara d{a (

د}) dan t{a ( ط {) sehingga tidak ada tulisannya.

5 Muhammad Idri>s Abdu al-Rau>f al-Marbawiy, Qamu<s Idri>s Al Marbawiy, al-Juz al-

Tha>ni, ( Mesir: Must{afa> al-Ba>biy al-H{alabiy wa Aula>duhu>, 1935), 1-2. No Bahasa

Arab

Arti bahasa melayu

Tulisan latin Huruf Jawi Aksara

Latin

1 ث ع

ئش ئش ب

ي ݘ

ت س

Mencampur ia akan suatu

ݘ (jim titik tiga dibawah)

Ca

2 ع ڠج لت ڠ Yang

bertelanjang

ڠ (ghain titik tiga diatas)

Ng

3 أ ع

ج د ف ڠلڠ ت

Mengerah dan melengkap akan tentara

ف P

4 ث ع 2 س 2

ب ت ݢ

Main2, sia2, tigak berguna

ݢ G

5a ه ع ت پ

ي

Menyembah

tuhan ia,

menurut perintah

پ Ny

5b ‟ ع

ع د سڠثس ب ت ب

Bangsa Yahudi atau bahasanya

(53)

42

4. Tulisan Pegon Menurut Titik Pudjiastuti

Dalam rangka menyesuaikan tulisan Arab untuk digunakan menulis bahasa Jawa dengan tulisannya yang berjumlah 20 huruf dari tulisan Arab yang berjumlah 29 huruf hijaiyah, namun terdapat 7 huruf yang tidak bisa digunakan. Sebagai jalan keluarnya, tujuh huruf Arab yang berdekatan bunyinya itu dirubah dengan penyesuaian. Titik Pujiastuti mengambil dari pendapat Syed Muhammad Naquib Al-Attas dengan penambahan huruf d{a ( د} ) dan th{a ( ط {) yang tidak ada

dalam tulisan Jawi.

No Jawa Latin Pegon Gabungan huruf

Keterangan

1

c Ca

ݘ

+

ﺝbertitik tiga dibawah yang

berasal dari dua titik

2

p Pa

ڤ

ف

+

ف dengan tiga titik diatas yang

diambil dari satu titik agar berbeda dengan yang bertitik dua

(54)

43

Adapun tujuh tanda baca itu tetap digunakan dan ditambaِ denُan tanda

pepet ( _̃ ) sebaُai ُanti dari tanda baca “e “

Tulisan Jawi adalah tulisan Arab yang berlaku di dunia Melayu. Singkatnya,

aksara Jawi adalah Aksara Arab Melayu. Adapun aksara Pegon adalah aksara Arab Jawa. Menurut sebaُian oranُ, peُon berasal dari kata “peُo” yanُ berarti

ora lumrah olehe ngucapakae. Sebagian lain mengatakan bahwa pegon itu sesuatu yang menyimpang. Artinya, aksara itu menyimpang dari tulisan Arab yang sebenarnya. Memang, Aksara pegon dirancang dalam rangka penyesuaian Aksara Arab pada Aksara Jawa yang sudah mapan sebelum Islam. Khususnya aksara yang belum ada padanannya.

mengambil dari titik

4

v Nya

پ

ي

+

ي ditambah dengan satu titik

dari

5

g Ga

ك

}

+

ك

ك mengambil satu titik dari ﺝ

6

q T{ha

ط

}

ط

+

ط mengambil satu titik dari

7

z Nga

ڠ

+

+

}

ك

(55)

44

Empat huruf pertama digunakan dalam aksara pegon yaitu: Ca (ݘ ), nga ( ڠ), pa (ڤ ), ga ( ݢ ). Aksara , titik tiga itu diletakkan pada bagian bawah( پ). Menurut Pudjiastutik bahwa bahasa Jawa mempunyai aksara dha dan tha. Aksara

d{a (ڊ ) dengan titik satu dibawah adalah bentukan dari aksara dal ( ) dan dhad ( ); sedanُ aksara t a ( ) bertitik satu dibawah berasal dari aksara t{a‟ ( ط) dan

d{ad ( ). 6

5. Tulisan Pegon K.H. Bisri Musthofa Rembang.

Tulisan pegon K.H. Bisri Musthofa Rembang sebagai berikut:

a. Kitab Tafsir Al Ibriz dan Salinannya.

Kitab Taَsir Al Qur‟an al-Ibri<z 30 juz karya KH Bishri Musthofa. Kitab ini terbit atas ijin sebagaimana dibawah ini.

إ س

:

ڊ أ ك

-

ڊ

-34

/

-1

-1

-59

Bagian kata pendahuluan tertulis:

. لس ف ش لع اس اص ؛

ه ح ح ح ه سب

ْ ْ ̃̃̃ : ب .

ج حص ح س

ْ ِﭼ ْ س ْ ِ ْڠ ِ ڠ س̃ ْ ِ ْ ف ْ ْ ِ ْ

ل س ِ ْ ل ع ه ل ص ْ ح ْ ِ ڠج̃ ْڠت̃ ْ ڊ ت ْ ه ْڠْ ْ د ْ ْ ت ْ ڤْ ِد ْڠ ْڠِ

،ْ

،ْ ِجْ ْس د د ْ ِ ج ̃ ْڠ ْڠِ

}

ِ

ْڠ ڊ ف̃ ْ ْ ِ̃ف صْ د د ْ

. س̃ ْ اْسِ ْ ِ ْڠ ِڤ ْ̃ ت

6 Titik Pudjiastuti, Aksara Pegon, Sebuah Pengenalan atas Salah Satu Aksara dalam

(56)

45

ْ ْڠ ِ س ْ ْ ْ ْ ْ ڤْ ِ ْل ْڠ ِ س

}

̃

سْ ْڠ ْڠِ ْ ْ̃ ِس . ت ْه ْ ڤْ ِ

̃ ڠْ ْ ِد ْ ج س̃ ْ ْ ٌ ْ

ء ف ْ ڤْ س ْ ڠ ِت ْ ڤْ ِ ْ ̃ت̃ ْيِ ت ْ ْس تْ ڠ

. ْ جْ ݤ ْڠ ڠ̃ ْڠ ڠ̃ ڤ

ِْد ْ جْ ت̃ ْ ڤْ ِد ْ ط͎͎̤ ْ ڤْ س ْ ِ ْ ْ ْ

ْ جْ ت̃ ِ ْ ف ْڠْ

b. Ciri-ciri pada Tujuh Huruf Pegon

No Jawa Latin Pegon Keterangan Contoh

1

c

Ca ݘ ﺝ bertitik tiga dibawah. ْ ِﭼ ْ س

2 p Pa ف\ ڤ ف bertitik satu atau tiga

diatas

ْ ڤْ ِد \ ْ ِ ْ ف

3 d d{ha ڍ} ڊ\ د bertitik satu atau tiga

dibawah ْڠت̃ ْ ڊ

}

ڍ ِئ ْ

4 v Nya پ ي titik tiga dibawah ْ ِد ت پ ْس

ْ ْ ِ ْ ِڠْ ِ ف 5 g Ga ك\ ͎ڮ}\ ك bertitik satu atau tiga

dibawah

}

ِ صْ د د ْ

ْ

}

̃

ڤْ ِ ْ

6 q Tha ̤͎͎ ط bertitik tiga dibawah ْ ط͎͎̤

(57)

46

6. Tulisan Pegon K. H. Abdul Wahhab Arif Jombang a. Salinan dari halaman 15

" ̀

̀ف

ݟ

ْ̃ݟ

" ْ

ف

ْ̃ ِس

ِ ْ

ْݟ

ْݟ

̀̀̀ ْ ظ ْس

ف

ِْج ْ ِ ِ ْ ِ ْ

ْڠ

̃̃

ْ ِ س

ڊ

ْ

ْ ِ س ْ ْ س

ڊ

̀ ْه ء ش ْ ِ ْ

ِف

ِْ ْ

ݟ

̀̀ ْ

ف

ْ

ْ ِ

̀̀ ْ

ِف

ِْ ْ

ݟ

͎ ْ فِ ْ ْ ْ ح ْ

ڊ̃

ت

ْݟ

͎

̀̀ ْ ،ْ ه ِ ْس

ِف

ِْ ْ

ݟ

ْ

ْ̃

ِ ْ ْح

ْݟ

ْݟ

ْ̃

ْ ت

2

ْ

ِݟ

ْ

2

͎ ْ

ْ

ِ

̃ اْ

ْ

ِف

ْ̃

س ْ ْ ج ح

͎̃

̀̀ ْس د د ْ

ف

͎ ڊ

ݟ

ْ

ِد ْ

ف

ِطْس

̀̀̃ف

̃ ْ ْ ِ ْ ج

̃ ْ ا

ْ ْ ِ ْ ْ ب

̀̀ ف

͎

̃ ْ

ْ ا

ٌ ح ْه اِ ِ ِ ا ْ ِل ِس

ْه ْ س

اْ ِ

̀̀̃ف

ِْ͎

̃ ا ع ْ ٌ ْ ِد

! ْ

̃

͎ ْ ت

ڊ

͎ ْ ْ ِ

ْ ِش

ل

س

.

7

b. Tujuh Huruf Pegon

Tujuh huruf pegon dalam Kitab Arrisatul Mardiyyah Jombang dengan tulisan K. H. Abdul Wahhab Arif sebagaimana dapat dilihat dibawah ini.

7 Abdul Wahab Arif, Arisalatul Mardiyyah, (Jombang: Lajnah Ahli Toriqoh

Al-Mu‟tabaroِ,1985), 15.

8“Ibid”, 4.

No Jawa Latin Pegon Keterangan Contoh

1 c Ca ﭲ Jim dengan dua

titik dibawah huruf

(58)

47

C. Tulisan Latin di Indonesia

Tulisan Latin datang di Indonesia dibawa oleh Bangsa Barat seperti Bangsa Belanda dan Inggris. Tulisan Latin dapat diketahui melalui teks, huruf dan perkembangan ejaan sebagaimana dibawah ini.

2 p Pa ف̀̀ Fa‟ denُan dua

titik vertikal diatas

̀̀ " ف ݟ

ْ̃ݟ

ْ

3 d Dha ̣̣ڊ Dal dengan dua titik

vertikal dibawah ͎ ْ فِ ْ ڊ̃ ت ْݟ

4 v Nya ٻ Ya‟ denُan dua titik

vertikal dibawah

ْ̃ ْ ت

2

5 1 Ga ك ͎ Kaf dengan dua

titik vertikal dibawah

س ْ

͎̃

ْس د د ْ

6 q Tha ط ̣ Tِa‟ dengan dua

titik vertikal

dibawah ِطْسف

7 z Nga ڠ Ghain dengan dua

titik vertikal diatas.

(59)

48

1. Teks dalam Kitab Kursus Besar Aken Beladjar Bahasa Wolanda tahun 1935. Contoh teks.

Pengarangan ini jang begitoe penting adanja, kita telah membatja dengan betoel betoel dan kita telah mendapatkan kenjatahan yang si pengarang telah memboeat satoe kerdjahan yang bergoena sekali dalam perkara pengadjaran ini jang betoel menoeroet atoeran kebiasaan ada begitoe sederhana dengan tiada melangkah apa apa, perkara ilmoe pengadjaran bicara, satoe kebiasaan yang teratoer dengan banjak 9

2. Huruf Latin

Tulisan Latin yang dibawa Belanda mempunyai 26 huruf.Dalam Bahasa Belanda berada 26 Letterteekens, hoeroef, ija itoe: a, b, c, d, e, f, g, h, i j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u,v, w, x, ij, z. Lima dari ini itoe letter diseboetkan Klinkers: a, e, i, o, u, dan toejoehbelas yang diseboetkan Medeklinkers: b, c, d, f, g, h, i j, k, l, m, n, p, r, s, t,v, w, z. Ampat yang diseboet Vreemde Letters: c, q, x,ij. Ini letter2 cuma terpekei kaloe perkataanja asal dari perkataan orang asing dan djarang sekali terpakei dalam perkataan Belanda. 10

3. Perkembangan Ejaan.

Tulisan Latin mengalami 3 periode ejaan, yaitu: a. Ejaan Van Ophuysen

Sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu yang menjadi Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1901. Sebuah ejaan resmi bahasa Melayu dan Indonesia

9 Th. A. Du Mosch. Kitab Kursus Besar Aken Beladjar Bahasa Wolanda (Belanda),

(Amsterdam- Soerabaia: Gebr. Graauw‟s Uitُevers-Maatschappij En Boekhandel N.V., 1935), 8.

(60)

49

ditulis dengan huruf Latin. Sebuaِ contoِ dapat diliِat pada teks “Kitab Kursus Besar Aken Beladjar Baِasa Wolanda taِun 1935” diatas.

b. Ejaan Republik

Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi berlaku sejak tahun 1947 setelah Indonesia merdeka. Ejaan ini menyederhanakan ejaan Van Ophuysen dengan perubahan yang menyolok dari huruf “oe” menjadi “u”. 11 Jika teks bertulis Latin diatas ( bagian a) akan tertulis dengan Ejaan Republik tertulis::

Pengarangan ini yang begitu penting adanya, kita telah membaca dengan betul betul dan kita telah mendapatkan kenjatahan jang si pengarang telah membuat satu kerdjahan yang berguna sekali dalam perkara pengadjaran ini jang betul menurut aturan kebiasaan ada begitu sederhana dengan tiada melangkah apa apa, perkara ilmu pengadjaran bitjara, satu kebiasaan jang teratur dengan banjak.

c. Ejaan Yang Disempurnakan ( E.Y.D.).

Ejaan E.Y.D. berlaku mulai 16 Agustus1972 sebagai ejaan resmi Bahasa Indonesia. Perbedaannya terletak pada perubahan enam huruf. 12 sebuah contoh jika teks diatas ditulis dengan E.Y.D sebagai berikut:

11 Anton M. Meliono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka,

1989), 219

(61)

50

Pengarangan ini yang begitu penting adanya, kita telah membaca dengan betul betul dan kita telah mendapatkan kenyataan yang si pengarang telah membuat satu kerjaan yang berguna sekali dal

Referensi

Dokumen terkait