• Tidak ada hasil yang ditemukan

J01315

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J01315"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

185

MEMOTRET KERAWANAN PANGAN DENGAN METODE HFIAS (Studi Kasus Di Salah Satu Desa Hutan Di Desa Lembu

Kecamatan Bancak, Kabupaten Semar ang)

Daru Purnomo

1

daru.purnomo@staff.uksw.edu

ABSTRACT

Food secur ity is the nation's w ealth and r ichness of far mer s in the past, that now ar e decr ease even disappear - r eplaced w ith pr oduction patter ns and food-paced consumtive pat ter ns, as a r esult of the intr oduct ion fr om the inter ests of neo-liber azation globalization far m that seems to be ver y "spoil/ comfor ting", but behind that it w as slow ly "kill" cultur al sect or s, sover eignty even safety of a gener ation.

This study aims to take a pictur e the condition of food insecur ity that occur s in one for est villages, w hich is in the Lembu Village, Bancak Distr ict, and Semar ang Region. The analysis used method of HFIAS (Household Food Insecur ity Access Scale), w her eas r esear ch pr ocess used sur vey method.

The r esults show ed that (1) The Village Community in gener al still have pr oblems or lack of foods. Meanw hile, the enough foods amount is r elatively few (and did not r each 30% of the total, w hich is only 22.2%). (2) Categor y enough food in this r egion can be easily slip over to the posit ion of lack of foods r ather than safe food, because in the dr y season, food insecur it y become a common phenomenon. (3) The str ategy of sur vival w er e done by community in this village in times of food insecur ity or paceklik2 is by

r educing types of daily foods or eating foods that is not desir ed.

Keywords: Metode HFIAS, food secur ity, food insecur it y, Lembu village

1

St aff Pengajar Pada Progdi Sosiologi FISKOM UKSW Salatiga 2

(2)

186

1. LATAR BELAKANG

Ber apa banyak anak-anak per gi tidur dalam keadaan kenyang?

Itulah salah satu kutipan yang per nah disuar akan badan pangan dunia

(WHO) sekitar satu dekade lalu, untuk menantang semua Negar a jujur

melihat kondisi kemiskinan, yang ditandai dengan kekur angan pangan. Hal

itu yang kemudian melahir kan kesepakatan MDGs (millennium development

goals), yang mendor ong par a pemimpin dunia member ikan per hatian yang

besar ter hadap kemiskinan. Dikaitkan dengan faktor keker asan, kelapar an

adalah mer upakan bentuk dar i keker asan yang masih ber sifat

potensial/ positif. Artinya, sebelum kelapar an muncul sehar usnya Negar a

bisa mencegahnya melalui ber bagai pr ogr am dan policy. Oleh sebab itu,

kalau ter jadi kelapar an, bukan hanya yang potensial menjadi nyata, tetapi

juga ter jadi sebuah tindak keker asan oleh Negar a ter hadap r akyatnya,

khususnya yang miskin.

Ber kaitan dengan konsep keker asan itu, ber kembanglah kemudian

gagasan human secur it y (ketahanan/ keamanan [hidup] manusia). Gagasan

ini tidak bisa dilepaskan dar i dua pemikir filsafat kemanusiaan: Johan

Galtung (1969 dan 1981) yang ber bicar a tentang per damaian dan ancaman

ter hadap manusia melalui budaya dan Negar a, dan Amar tya Sen (1982)

yang menekankan bahw a politik bisa potensial menyumbang keker asan

(dalam bentuk kelapar an) melalui bir okr asi yang jelek dan tak ter tata r api.

Dalam sebuah lapor an yang dibuat oleh Badan Ur usan Penduduk

PBB pada tahun 2011 yang ber judul The St at e of Populat ion 2011, bahw a

pada tanggal 31 Oktober 2011 jumlah penduduk dunia akan mencapai

jumlah 7 Milyar jiw a, dimana 60% penduduk hidup di Asia dan 15% hidup

di Afr ika, namun jumlah penduduk Afr ika ber kembang dua kali per cepatan

(3)

187 dan demogr afi di sembilan negar a, yaitu Tiongkok, Mesir , Ethiopia,

Finlandia, India, Meksiko, Mozambique, Niger ia dan negar a bekas

Yugoslavia, Republik Macedonia. Masih menur ut data dar i PBB ter sebut,

Indonesia menempati ur utan ke empat dengan jumlah penduduk sebesar

237.414.5 juta or ang. Sementar a itu, BPS mencatat bahw a besar an jumlah

penduduk Indonesia tidaklah jauh ber beda dar i pendataan PBB ter sebut,

ber ikut adalah kondisi kependudukan Indonesia yang mer upakan

per bandingan antar a pr oyeksi penduduk dan hasil sensus penduduk tahun

2010:

Tabel 1

Pr oyeksi Jumlah Penduduk 2010, Hasil SP 2010, dan Selisih Keduanya (dalam jutaan)

No Provinsi Proyeksi Hasil SP Selisih No Provinsi Proyeksi Hasil SP Selisih 1 NAD 4.43 4.48 0.05 18 NTB 4.50 4.50 0.00

Ber dasar kan per bandingan antar a hasil pr oyeksi penduduk dangan

hasil sensus penduduk tahun 2010, menunjukkan bahw a jumlah penduduk

Indonesia mengalami per kembangan melebihi dar i hasil pr oyeksi

penduduk, yakni ada selisih sekitar 3.38 juta penduduk. Hal ini tentu

mengejutkan bagi kita, kar ena per kir aan per tumbuhan penduduk Indonesia

(4)

188

per sen menjadi 1.49 per sen. Kondisi ini tentu sangatlah mengkhaw atir kan

bagi Indonesia yang telah begitu lama mencoba melakukan pengendalian

penduduk dan oleh PBB dinyatakan ber hasil, namun sejak r efor masi

mengindikasikan bahw a pemer intah lalai atau tidak ser ius dalam mengatasi

laju per tambahan penduduk sehingga dalam kur un w aktu dar i tahun 2000 –

2010 ter jadi per tambahan penduduk yang mengkhaw atir kan, yakni setiap

tahun di Indonesia ter jadi per istiw a kelahir an sebesar 4.5 juta bayi

(bandingkan ini setar a dengan jumlah penduduk di Negar a Singapur a atau 4

kali jumlah penduduk di Negar a Timor Leste). Jika tidak ada tindakan ser ius

dar i pemer intah maka per istiw a “baby bomb” kemungkinan akan kembali

ter ulang (1971-1980).

Besar nya jumlah penduduk Indonesia itu ber implikasi pada

kenaikan jumlah konsumsi bahan pangan dan bahan pokok masyar akat

yang semakin meningkat pula. Ter kait dengan hal itu sehar usnya, laju

pr oduksi pangan Nasional diatas atau setidaknya sama dan seimbang

dengan laju per tumbuhan penduduk yakni sebesar 1,49 per sen per tahun,

sehingga keamanan dan keter sediaan suplai bahan pangan dalam neger i

mampu mencukupi kebutuhan dalam neger i. Bahkan jika ter dapat kelebihan

stok pangan dalam neger i, Indonesia mampu menciptakan sw asembada

pangan nasional yang selama ini selalu di cita-citakan.

Ter kait dengan masalah ketahanan pangan, dengan kondisi

kependudukan Indonesia seperti ter sebut diatas dan dengan ber aneka

r agam budaya, sosio-ekonomi dan letak geogr afis menduduki per ingkat 107

dar i 177 negar a untuk Indeks Pembangunan Manusia (Human Development

Index tahun 2008). Meskipun Indonesia mengalami pemulihan yang cukup

ber ar ti sejak kr isis ekonomi tahun1998, namun masalah kemiskinan,

ker aw anan pangan dan gizi masih cukup besar dan ber agam antar pr ovinsi

(5)

189 menandatangani Wor ld Food Summit (1996) dan Millennium Declar at ion

(2000), ter us mener us memper kuat upayanya untuk mencapai tujuan ke 1

dar i Millennium Development Goals (MDG), yaitu menur unkan pr opor si

penduduk yang tingkat pendapatannya di baw ah US$1 per har i dan pr opor si

penduduk yang mender ita kelapar an menjadi setengahnya pada tahun 2015

Tulisan ini, yang mer upakan hasil sur vei aw al tentang

ketahanan/ keamanan pangan ber basis keluar ga, supaya mendalam

dikaitkan dengan konsep human secur it y. Ber dasar kan hasil sur vei itu

sendiri sebetulnya bisa diketahui seber apa kuat/ r entannya sebuah r umah

tangga ter hadap akses dan pasokan pangan, ber dasar kan pengalaman yang

mer eka alami dalam satu bulan ter akhir . Melalui sur vei itu kita ditolong

untuk melihat dan mencar i kemungkinan melakukan inter vensi supaya

tidak ter jadi kekur angan/ r aw an pangan bagi keluar ga-keluar ga ter tentu.

2. KERANGKA KONSEPTUAL

Apakah ker aw anan hidup itu? Bagaimana keter kaitan itu dengan

ker aw anan pangan? Keter kaitannya jelas. Pangan adalah salah satu sumber

penting kehidupan. Tanpa pangan sulit kehidupan yang baik bisa dijalankan.

Namun, sebagai sebuah ker angka pikir ker aw anan pangan akan menjadi

jelas dan ber makna ketika dikaitkan lebih er at dengan ker aw anan hidup.

Secar a umum, belum ada definisi tunggal keamanan hidup. Mer eka

yang menekankan pada aspek kekekar an (ter hadap manusia) saja tidak

memadai mendefinisikan ker aw anan hidup; demikian juga konsep

ker aw anan hidup yang dikaitkan dengan per soalan HAM dan pembangunan

juga belum sepenuhnya memadai. Namun, dengan memper timbangkan

(6)

190

Ramesh Thakur (1997), w akil Rektor Uviver sitas PBB mer umuskan

demikian: “ker aw anan hidup menunjuk kepada kualitas hidup seseor ang di

masyar akat atau polit y. Segala sesuatu yang mer endahkan kualitas hidup

(tekanan penduduk, hilangnya akses atau modal atau sumber , dan

sejenisnya mer upakan ancaman ter hadap ker aw anan. Sebaliknya, segala

sesuatu yang memper tinggi kualitas hidup, seper ti per tumbuhan ekonomi,

peningkatan akses, dan keter libatan politik, mer upakan peningkatan

ter hadap kualitas keamanan hidup”. PBB (1994) juga memper kuat hal itu,

dengan r umusan demikian: keamanan hidup dapat disebut mempunyai dua

aspek. Per tama, aman dar i ber bagai ancaman kr onis, seper ti kelapar an,

penyakit dan penindasan. Kedua, per lindungan dar i kekacauan yang

menyakitkan dan mendadak dalam pola hidup sehar i-har i, baik dalam

r umah, peker jaan atau di komunitas. Ancaman-ancaman ter sebut bisa

dijumpai pada semua level nasional dan pembangunan”.

Baik secar a ter sur at (dar i definisi per tama) maupun ter sur at

(definisi kedua), kelapar an mer upakan salah satu ancaman bagi

ker aw anan/ keamanan hidup. Kalau sebuah masyar akat mengalami

kelapar an, sementar a pemer intah membiar kan hal itu ber langsung tanpa

inter vensi apapun, bukan hanya ter jadi keker asan (menur ut Galtung), tetapi

juga membiar kan munculnya ker aw anan hidup. Kar ena itu, setiap situasi

r aw an apapun, fisik atau sosial, budaya atau politik, pemer intah mesti ikut

campur tangan dan ter libat sebagai kew ajiban mor alnya. Pembangunan

adalah sebuah upaya mew ujudkan tanggung jaw ab sosial pemer intah

(7)

191 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1. Profil Desa Lembu

Desa Lembu ter letak pada ketinggian 370 m dpal dengan suhu

ber kisar 24 – 320C. Desa ini ter letak di daer ah dengan iklim yang memiliki

bulan basah 5-6 kali ber tur ut-tur ut dan cur ah hujan kur ang dar i 100

mm/ bulan. Desa Lembu didominasi dengan tanah ker ing dan sebagian besar

mer upakan hutan. Keadaan w ilayahnya ber bukit-bukit dan ber gelombang

dengan kemir ingan 5-450 . Risiko bencana yang ter jadi di desa ter sebut

adalah keker ingan, tanah pecah-pecah dan kelangkaan air . Sebagian dar i

tanah di desa ter sebut dimanfaatkan oleh masyar akat untuk menanam

jagung, kacang, kedelai, singkong, cabe, kelapa, pisang dan mangga.

Desa Lembu ber batasan dengan beber apa w ilayah. Sebelah utar a

ber batasan dengan Desa Plumutan, Kecamatan Bancak, Kabupaten

Semar ang. Sebelah timur ber batasan dengan Desa Bendungan dan Desa

Jatilaw ang, Kecamatan Wonosegor o, Kabupaten Boyolali. Sebelah selatan

ber batasan dengan Desa Gilir ejo, Kecamatan Wonosegor o, Kabupaten

Boyolali dan Desa Dadapayam, Kecamatan Sur uh, Kabupaten Semar ang.

Sebelah bar at ber batasan dengan Desa Rejosar i, Kecamatan Bancak,

Kabupaten Semar ang. Desa Lembu ter letak pada jar ak 6 km dar i pusat

pemer intahan kecamatan Bancak dan 51 km dar i pusat pemer intahan

kabupaten Semar ang. Secar a administr atif, Desa Lembu ter dir i dar i 7 RW

dan 16 RT dengan tujuh dusun yang ter dir i dar i Dusun Bamban, Dusun

Kalimacan, Dusun Kendel, Dusun Kr ajan, Dusun Kr empel, Dusun Melikan

(8)

192

Menjelang akhir tahun, atau memasuki bulan Oktober , hampir di

selur uh Desa Lembu akan ter lihat w ar na kuning kecoklatan. Hanya pada

w ilayah ter tentu kita masih menjumpai w ar na hijau: pinggir sungai yang

air nya tinggal sedikit, dan beber apa mata air (sendang) kecil. Namun,

sebaliknya, kalau bulan Januar i atau Febr uar i hijau akan menjadi w ar na

dominan. Maka, pada saat-saat itulah kita bisa melihat kontr as kehidupan

penduduk Desa Lembu. Kemar au: r aw an pangan, penghujan: banyak

pangan.

Kalau penduduk mampu membuat keseimbangan di antar a

keduanya, sebetulnya r aw an pangan tidak akan ter jadi. Pada masa

melimpah bisa dilakukan penyimpanan, yang akan digunakan pada masa

r aw an pangan. Namun, hal itu bukan per soalan mudah. Himpitan

kemiskinan, jer atan hutang, dan kesulitan lain menghadang hidup mer eka

sehar i-har i. Sekolah yang jauh, tidak adanya akses tr anspor tasi yang mur ah

dan mudah, dan sar ana memasar kan hasil kebuh/ saw ah mer upakan

beber apa kendala penting yang dijumpai.

Tingkat pendidikan yang r elatif r endah, dan kepemilikan tanah yang

sempit menjadikan hal-hal yang dianggap “melimpah” menjadi tidak ber ar ti.

Kelimpahan itu hanyalah pada per mukaan saja. Sebab, di baw ahnya, dengan

tatanan masyar akat yang hir ar kis, menjadikan yang miskin ter jebak pada

hidup yang ser ba ter gantung: hutang, r elasi sosial yang har us saling

dipenuhi/ ditunaikan (r ecipr ocit y), dan ber bagai r elasi lainnya yang

mew ajibkan ada kew ajiban saling mengembalikan, melalui pesta nikah,

kelahir an bayi, dan ber bagai kegiatan selamatan lainnya. Namun, jebakan

itu juga tidak selur uhnya memiskinkan. Sebab, adakalanya r elasi sosial itu

mer upakan “penyelamat” bagi yang ber kekur angan. Hanya, r elasi-r elasi itu

(9)

193 Lalu, har us bagaimana? Har uskah r elasi itu dibuang sama sekali?

Tentu saja tidak. Upaya membangun sebuah nilai bar u memang diper lukan.

Nilai bar u itu adalah upaya mentr ansfor masikan “kesaling ter gantungan”

atau r ecipr ocit y menjadi sar ana membangun kekuatan ber sama. Memang,

tidak akan mudah. Paling tidak melalui upaya penyadar an keber samaan

supaya mengar ah pada pr oduktivitas mer upaka kunci utama kemajuan di

Desa Lembu.

Sebab, sur vei yang dilakukan pada pasca-lebar an pun ter nyata

menghasilkan kondisi r aw an pangan. Padahal, lebar an adalah sebuah pesta

ber sama, di mana makanan mestinya ber limpah. Apakah kar ena lebar an

ter jadi antar a per tengahan Agustus- September , yang mer upakan

bulan-bulan mulai ker aw anan pangan ter jadi? Ataukah pada bulan-bulan-bulan-bulan itu desa

mengalami kemar au tinggi? Dengan kata lain, untuk mengatasi r aw an

pangan dan kelapar an, ada fondasi sosial yang –kalau dikembangkan dan

dikelola kear ah pr oduktivitas—akan memampukan masyar akat mengatasi

per soalan kelapar an/ r aw an pangan yang mer eka alami. Untuk melakukan

itu, inter vensi yang ber sifat sosial, inovatif, dan teknologi bar u yang

ber or ientasi efisiensi dan mudah diker jakan akan menolong mer eka

menjaw ab per soalan r aw an pangan, yang dihar apkan menjadi cukup

pangan atau tahan pangan.

(10)

194

3.2. Desa Lembu: Rawan atau Tahan Pangan? Sebuah Analisis dan

Diskusi

Keamanan pangan secar a r esmi dan luas didefinisikan sebagai

sebuah kondisi di mana semua or ang sepanjang w aktu memiliki akses

ekonomi dan fisik ter hadap kecukupan pangan untuk memenuhi kebutuhan

makan mer eka bagi kehidupan yang sehat dan pr oduktif (Coates 2007: 1).3

Kondisi ini bisa diukur dengan seber apa besar tingkat kalor i bisa dipenuhi

oleh or ang/ keluar ga (diper kenalkan oleh Sajogyo) dan beber apa car a lain,

seper ti mengukur tingkat pendapatan (untuk melihat daya beli ter hadap

pangan), atau akses ter hadap sumber pangan itu sendir i (untuk melihat

seber apa besar tingkat kemampuan mendapatkannya). Namun, kadangkala,

car a- car a seper ti itu r elatif sulit diker jakan.

Sur vei (yang telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014) ini

menggunakan instr umen yang diper kenalkan oleh USAID (2007) dan masih

ber basis keluar ga dengan melihat satu bulan ke belakang (empat minggu

ter akhir pada saat sur vey dilakukan) kehidupan keluar ga ber kaitan dengan

soal pangan dan car a menenuhinya. Metode ini disebut sebagai Skala Akses

Ker aw anan Pangan Keluar ga (SAKPaKe) atau Household Food Insecur it y

Access Scale (HFIAS). Metode ini didasar kan pada pemikir an bahw a

pengalaman ker aw anan (memper oleh) pangan menyebabkan tindakan dan

tanggapan balik yang dapat ditangkap dan dikunatifikasikan secar a ter ukur

melalui sebuah sur vei dan digambar kan dalam per i ngkat/ skala.

Ada 9 Indikator untuk mendalami situasi keluar ga apakah mer eka

mengalami r aw an pangan atau tahan/ aman pangan, yaitu: kekuatir an

tentang makanan (Q1), Tidak Dapat Memakan Makanan Yang Diinginkan

3

(11)

195 (Q2), makan hanya beber apa jenis makanan (Q3), konsumsi makanan yang

sama sekali tak diinginkan (Q4), makan dalam jumlah/ por si yang sedikit

(Q5) , jumlah sajian makanan per har inya lebih jar ang (Q6), tidak ada

makanan apapun dalam keluar ga (Q7), tidur dalam keadaan lapar kar ena

tidak ada makanan (Q8), dan ter akhir dalam sehar i semalam tanpa ada

makanan sama sekali (Q9) . Lalu, dar i masing-masing itu didalami melalui

ser ing tidaknya hal itu dialami (fr ekuensi) dalam satu bulan ter akhir .

Dar i 9 indikator ter sebut akan member ikan i nfor masi ter kait

kelangkaan pangan (akses) di tingkat keluar ga. Ke-9 indikator ter sebut

mer upakan jabar an dar i empat jenis var iabel untuk membantu kita dalam

memahami kar akter istik dar i dan per ubahan yang ter jadi dalam kelangkaan

pangan dalam keluar ga (akses) di dalam populasi yang disur vei. Var

iabel-var iabel ter sebut menyajikan r angkuman infor masi mengenai:

 Akses kelangkaan pangan keluar ga yang ber hubungan dengan

kondisi(ter kait dengan var iable/ per tanyaan Q7 dan Q7a)

 Akses kelangkaan pangan keluar ga yang ber hubungan dengan

domain(ter kait dengan var iable/ per tanyaan Q2, Q3, dan Q4)

SkalaNilai Akses kelangkaan pangan keluar ga

Fr ekuensi Akses kelangkaan pangan keluar ga

Melalui car a seper ti itu, bisa diper oleh beber apa kemungkinan

mengenai r aw an/ aman pangan, antar a lain, mer asakan cemas atau kuatir

ter hadap pangan, ter pikir bahw a jumlah makanan tidak cukup, atau ter pikir

bahw a kualitas makanan tidak memadai (var iasi nya, kandungan gizinya,

atau kesetar aan dengan makanan yang biasa dikonsumsi), tetapi bisa juga

menyatakan mengur angi asupan (jumlah dan kualitasnya) makanan, atau

ter paksa menanggung akibat dar i pengur angan makanan (baik dar i segi

(12)

196

keter batasan sar ana yang memungkinkan memper oleh sumber pangan

tidak bisa terpenuhi. Kondisi ter akhir ini mer upakan kondisi r aw an pangan,

baik dar i sisi keluar ga maupun masyar akat.

Ber dasar kan instr umen ter sebut, sur vei telah dilaksanakan

pasca-lebar an tahun 2014 di Desa Lembu. Pemi lihan r esponden dilakukan dengan

car a r andom sistematis dan dikombinasikan dengan accident al pur posive.

Car a ter akhir dilakukan apabila setelah dilakukan r andom sistematik tidak

bisa ber jalan, kar ena situasi lapang. Ber dasar kan hasil sur vei dan

pengolahan data secar a statistik diper oleh gambar an kar akter istik

r esponden dan gambar an (yang ber tumpu pada 9 indikator ).

3.3. Karakteristik Responden

Ber dasar kan gr afik diatas nampak bahw a sebagian besar r esponden

(60,5% dar i 162 r esponden) dalam sur vey ini didominasi oleh per empuan.

(13)

197 sur vey ini har us diajukan pada or ang dalam keluar ga yang paling ber per an

dalam penyiapan makanan. Ar tinya adalah bahw a siapakah dalam keluar ga

yang menjadi r esponden yang paling tahu dan memiliki per an dominan

dalam penyiapan makanan. Hasil penelitian semakin memper tegas bahw a

per empuan memegang per an vital dalam penyiapan makanan keluar ga.

Bahkan dapat dikatakan “ketika satu keluar ga mengalami ancaman

ke(tidak)tahanan pangan, per empuanlah yang per tama kali paling khaw atir

akan kekur angan pangan dan bahkan har us mengalah untuk tidur dengan

per ut lapar , atau makan dalam jumlah gizi yang lebih sedikit, kar ena har us

mengutamakan suami (laki-laki sebagai kepala keluar ga) dan anak-anak

mer eka”

Populasi dalam penelitian ini adalah masyar akat yang ada dalam

kategor i Rumah Tangga Miskin (RTM). Desa lembu memiliki RTM sebanyak

241 RTM yang ter sebar di 6 dusun yang ada di w ilayah desa Lembu

(Kalimacan, Bamban, Kr ajan, Kr empel, Ngebleng dan Kendel). Dar i 241 RTM

ter sebut 162 digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Jika dilihat dar i

tingkat pendidikan yang dimiliki oleh r esponden menunjukkan bahw a

sebagian besar didominasi oleh tingkat pendidikan yang r endah (60,5%

ber pendidikan SD), bahkan sebanyak 29,6 % mer eka tidak per nah

mengenyam pendidikan. Rendahnya pendidikan ini sebagai salah satu

indikasi kemiskinan yang masih melekat pada masyar akat desa Lembu yang

disebabkan kar ena kualitas SDM yang r endah. Dar i tabel 2 semakin

memper tegas bahw a kemiskinan memiliki kor elasi yang kuat dengan

tingkat pendidikan masyar akat dan ker aw anan pangan mer upakan salah

(14)

198

Tabel 2

Tempat Tinggal Responden * Pendidikan Responden Crosstabulation

6 2 7 5 0 20

Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Pendidikan Responden

Total

Sumber : Analisis Dat a Pr imer , 2014

Ter kait dengan akses masyar akat ter hadap sumber pangan yang

meliputi per tanyaan-pertanyaan tentang; kekuatir an tentang makanan (Q1),

Tidak Dapat Memakan Makanan Yang Diinginkan (Q2), makan hanya

beber apa jenis makanan (Q3), konsumsi makanan yang sama sekali tak

diinginkan (Q4), makan dalam jumlah/ por si yang sedikit (Q5) , jumlah

sajian makanan per har inya lebih jar ang (Q6), tidak ada makanan apapun

dalam keluar ga (Q7), tidur dalam keadaan lapar kar ena tidak ada makanan

(Q8), dan ter akhir dalam sehar i semalam tanpa ada makanan sama sekali

(Q9). Berdasar tabel 3, secar a umum gambar an mengenai per soalan pangan

di Desa Lembu memper lihatkan hal yang tidak menggembir akan. Kar ena,

dar i 9 indikator yang mer upakan inti dar i instrumen untuk memotr et

tentang ker aw anan pangan, menunjukkan bahw a pr osentase menjaw ab

“tidak” ber kaitan dengan per soalan pangan r ata-r ata di baw ah 50%. Hanya

(15)

199 menyatakan bahw a boleh jadi, Desa Lembu memang belum mengalami

situasi r aw an pangan, sebab lebih dar i separ oh (63,2%) tidak mengalami

kekosongan/ kekur angan makanan dalam keluar ga, dan 72,8% menyatakan

bisa tidur nyenyak dengan per ut kenyang, dan 93,8% tidak mengalami

sehar i semalam tidak makan. Data-data ini seakan-akan memper tegas

bahw a di Desa Lembu tidak mengalami apa yang disebut dengan

kekur angan atau ker aw anan pangan.

Tabel 3

Akses Masyarakat Terhadap ( sumber) Pangan ( tingkat desa)

Ya

(16)

200

Namun jika ditelisik lebih mendalam, tabel 3 menjelaskan bahw a

banyak r esponden menyatakan kuatir dalam soal akses pangan. Mer eka

mer asa bahw a kecukupan makan yang ideal (atau sehar usnya) tidak bisa

dipenuhi. Ini menggambar kan pikir an bahw a masyar akat kemungkinan

besar memang tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan secar a ideal. Hal itu

ditunjukkan melalui tingginya jaw aban “ya” ter hadap var iable Q1 – Q3. Dar i

var iabel ini menunjukkan ketidak-pastian r esponden akan pemenuhan

kebutuhan pangan secar a ideal. Ketidak-pastian ini diindikasikan dar i

jaw aban ”kadang-kadan” dan ”Ser ing” yang cukup tinggi ter kait dengan

kepastian dalam pemenuhan kebutuhan pangan ideal

Sementar a pada tingkat pemahaman/ per sepsi (var iabel Q4 – Q6)

kur ang dar i 50% r esponden menyatakan “tidak”. Ar tinya, w alau masyar akat

masih menganggap kondisi sekar ang adalah kondisi yang digambar kan

sebagai cukup pangan, tetapi situasi ini belum sama sekali menggambar kan

“aman pangan”. Situasi ini bisa dengan gampang ber ubah. Mengapa? Kar ena

per sentase mer eka yang menyatakan cukup pangan masih r endah dengan

mer eka yang menyatakan “dalam bahaya”. Atau, secar a umum kondisi

masyar akat Desa Lembu ber ada sedikit di baw ah cukup pangan. Kondisi ini

bisa dengan mudah ter gelincir ke dalam kur ang pangan, dan har us

ditingkatkan lebih kuat lagi, supaya banyak masyar akat yang masih bisa

memilih makanan yang dikehendaki, atau makan dalam jumlah/ por si yang

seper ti biasanya dimakan setiap har i. Keadaan ”keter gelincir an” dar i aman

menjadi r aw an dalam kontek var iabel Q4 – Q6 ini akan menjadi nyata

apabila ada kejadian yang ekstr im seper ti ”paceklik” yang disebabkan

kar ena keter sediaan air untuk mengair i lahan tadah hujan mer eka tidak ada

(17)

201 Tabel 4

Frekuensi Tidak ada Makanan Sama Sekali di Dalam Keluarga

102 63,0 63,0 63,0

Responden yang menjaw ab “tidak” ter hadap per tanyaan-per tanyaan

Q8 – Q9 yang meliputi: tidak ada makanan sama sekali dalam keluar ga, dan

tidur dengan per asaan lapar , bahkan tidak makan sehar i semalam,

jumlahnya lebih banyak. Gambar an ini hendak menyatakan bahw a tingkat

ker aw anan pangan dalam ar ti yang ekstrim belum ter jadi di Desa Lembu.

Namun, jumlah r esponden yang di baw ah 40% juga per lu memper oleh

per hatian. Sebab, ini menunjukkan bahw a sekitar seper tiga masyar akat

Desa Lembu sebenar nya sedang mengalami r aw an pangan. Kepada

mer ekalah sehar usnya inter vensi pr ogr am ber as miskin, BLSM, dan

sejenisnya mesti diar ahkan. Kelompok ini benar -benar menghadapi kondisi

dar ur at yang benar -benar miskin.

3.4. Peta Penyebaran Rawan Pangan

makanan yang tidak dikehendaki/ diinginkan, banyak dialami oleh

r esponden di Dusun Bamban dan Dusun Kr ajan (kisar an 30-37%),

(18)

202

menduduki tingkat paling tinggi dalam soal konsumsi hanya beber apa jenis

makanan (ter batas), sedikit di baw ahnya adalah Dusun Ngr empel.

Ber kaitan dengan per sepsi/ pemikir an mengenai kemungkinan

r aw an pangan (var iabel 4-6), Bamban, Kr ajan, Ngr empel mer upakan tiga

dusun dengan fr ekuensi ter atas (20-29%), tiga dusun lainnya ber ada sedikit

di baw ah 20%, dan bahkan Kendel hanya 7% saja. Makan dalam por si kecil

banyak ter jadi di Dusun Ngr empel disusul Dusun Bamban, dan ber ikutnya

Dusun Kr ajan, dusun yang lain juga r elatif kecil. Dusun-dusun yang untuk

mengatasi r aw an pangan dilakukan melalui mengur angi sajian/ makanan

har ian adalah tiga ser angkai yaitu: Dusun Bamban, DusunKr ajan dan, Dusun

Ngr empel.

Dengan mendasar kan pada pemapar an ini di Desa Lembu, maka

ber dasar kan tabel 4, ada tiga dusun di Desa Lembu yang memer lukan

inter vensi mendesak ber kaitan dengan r aw an pangan atau kur ang pangan

yaitu; Dusun Kr ajan, Dusun Bamban, dan Dusun Kendel. Dusun lainnya

memer lukan inter vensi dengan tingkat atau intensitas yang sedikit lebih

kecil dibanding tiga desa sebelumnya ter sebut. Gambar an secar a

menyelur uh mengenai per soalan pangan di Desa Lembu, secar a umum bisa

dilihat pada table 5 dan 6 ber ikut ini.

Tabel 5 Kategori HFIAS

Fr equency Per cent

Valid Per cent

Cumulative Per cent

Valid Cukup Kekurangan Pangan 35 21,6 21,6 21,6

Kekurangan Pangan 35 21,6 21,6 65,4

Cukup Pangan 36 22,2 22,2 43,8

Ketahanan Pangan 56 34,6 34,6 100,0

Total 162 100,0 100,0

(19)

203

KRITERIA HFIAS TENTANG KONDISI KERAWANAN PANGAN

DESA LEMBU

Sumber : Analisis Dat a Pr imer , Tahun 2014

Tabel 6: Kondisi rawan/aman pangan menurut dusun

3 5 3 9 20

Rawan kurang cukup Tahan/aman Kategori HFIAS

(20)

204

Kesimpulan:

(1) Masyar akat Desa Lembu secar a umum masih mempunyai per soalan

r aw an dan/ atau kur ang pangan. Sementar a, jumlah mer eka yang

cukup pangan r elatif sedikit (dan tidak mencapai 30% dar i total,

yakni hanya sebesar 22,2%).

(2) Kategor i cukup dapat dengan mudah ter gelincir pada posisi kur ang

dar ipada tahan/ aman pangan. Sebab, mencer mati gejalan secar a

umum, kalau masa-masa paceklik, kemar au panjang, banyak

keluar ga dengan kategor i cukup ser ing mengidentifikasikan dir i

sebagai kur ang bahkan r aw an pangan. Oleh kar ena itu, kalau

kategor i ini digabung dengan kategor i r aw an dan kur ang, pr osentasi

kur ang pangan menjadi lebih tinggi, r ata-r ata di atas 60%.

(3) Untuk mengatasi situasi kur ang pangan, masyar akat ser ing

melakukan memakan makanan yang tidak dikehendaki atau

mengur angi jumlah sajian/ jenis makanan har ian mer eka. Melalui

str ategi seper ti itu, mer eka ber usaha untuk ber tahan hidup.

(4) Dusun yang paling mengalami r aw an pangan adalah Kr ajan, disusul

Ngebleng, Ngr empel dan Bamban; sementar a dusun yang

tahan/ aman pangan adalah Kendel dan Kalimacan. Untuk kedua

jenis dusun ini tetap diper lukan inter vensi, tetapi dengan str ategi

yang ber beda. Sebab, pada dasar nya, Desa Kalijambe ter masuk

kategor i r aw an pangan.

Rekomendasi

1. Pemer intah per lu membuat pr ogr am keamanan pangan melalui

(21)

205 pada lingkungan, demi menghasilkan panen yang cukup dan atau

ber limpah.

2. Per tanian or ganik per lu menjadi penyangga pr ogr am keamanan

pangan, sebab pertanian ini akan membaw a manfaat sosial, ekonomi

dan lingkungan dalam jangka panjang: pengur angan pembelian

pupuk dan benih, per baikan r elasi sosial antar a satu or ang dengan

lainnya dan satu kelompok dengan lainnya.

3. Pengembangan pr ogr am penanaman tanaman pangan

non-ber as/ padi, khususnya dalam masa ekstr im, kemar au, dengan

var ietas lokal yang tahan cuaca ekstr im, seper ti kentang hitam,

gadung, gembili dan sejenisnya, per lu digalakkan.

4. Untuk memper kaya pr otein per lu dikembangkan tanaman lokal

sebagai pengganti yang tahan lama dalam cuacam ekstr im, seper ti

saga; atau penggalakan tanaman saga mer upakan salah satu kunci

pemenuhan pr otein bagi masyar akat; selain itu kacang-kacangan

lain atau jenis polong lainnya yang tahan cuaca per lu dikembangkan.

5. Pengor ganisasian lumbung dan kelompok minat kembang gizi di

antar a per empuan dan pemuda per lu ter us ditumbuhkan dan

dikembangkan. Sebagai pilar keluar ga dan masa depan, per empuan

dan pemuda per lu menjadi subyek dan inti pr ogr am pembangunan

di Desa Lembu, yang dimulai dengan peningkatan dar i r aw an

(22)

206

DAFTAR PUSTAKA

Bir o Pusat Statistik, 2011. Jakar ta

Coates, Jennifer dan Anne Sw indate, Paula Bi linsky. 2007. Househols Food

Insecur it y Access Scale for Measur ement of Food Access: Indicat or

Guide, Whasington: FANTA.

Galtung, Johan. 1969. “Violence, Peace and Peace Resear ch” dalam Jounal of

Peace Resear ch, v.6

Galtung, Johan. 1981. “Social Cosmology and the Concept of Peace” dalam

Jounal of Peace Resear ch, v.17

Jolly, Richar d dan Deepayan Basu Ray. 2006. The Human Secur it y

Fr amewor k and Nat ional Human Development Repor t s: A Review of

Exper iences and Cur r ent Debat es, UNDP.

Sen, Amar tya. 1982. Famine and Pover t y, New Yor k: Oxfor d Univer sity Pr ess

Singar imbun, Masr i dan Sofien Effendi (ed). 1995. Metode Penelitian Sur vei.

Jakar ta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

Thakur , Ramesh. 1997. “Fr om National to Human Secur ity” in Asia Pacific

Secur it y: The Economics-Polit ics Nexus, Sydney: Allen and Unw in.

UNDP. 2008. Human Development Repor t, New Yor k: Oxfor d Univer sity

Pr ess.

Wor ld Food Pr ogr amme. 2011. Compr ehensive Food Secur it y and

(23)

207 Wor ld Food Pr ogr amme. 2009. Emer gency Food Secur it y Assessment

(24)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3  Akses Masyarakat Terhadap (sumber) Pangan (tingkat desa)
Tabel 4
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Daftar Riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya untuk digunakan sebagai bukti pemenuhan syarat calon anggota Panwas   Kab/Kota

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “PENGARUH

Kertas karya yang berjudul ”The Description of Conjunction Found in the Novel The Man in The Iron Mask” ini membahas tentang penggunaan conjunction dalam kalimat yang terdapat

Tabel 5.4 Distribusi Hubungan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Kebidanan Semester III di STIKes Medistra Lubuk Pakam.... Skema Kerangka

31.319.188,- (Tiga puluh satu juta tiga ratus sembilan belas ribu seratus delapan puluh delapan rupiah). Nilai HPS

Implementasi Ajaran Nasionalisme Paguyuban Penghayat Kapribaden dalam Kehidupan Sosial ... Ruang Lingkup

(1) Selain Prajurit Tentara Nasional Indonesia dan Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural di lingkungan organisasi Tentara Nasional Indonesia, Prajurit Tentara