BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU
2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD
Untuk tahun 2017 rencana kerja yang dibuat oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung meliputi 8 Program dan 27 Kegiatan yaitu :
I. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran;
1.
Penyediaan Jasa Surat Menyurat Masukan : Rp 100.000.000Keluaran : Terbitnya 4 buah dokumen
Hasil : Meningkatnya tertib administrasi surat menyurat
2. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik; Masukan : Rp 210.000.000
Keluaran : Jasa telepon dan internet, air, dan listrik 12 bulan;
Hasil : Tersedianya komunikasi, informasi, air, dan listrik sebesar 100%.
3. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional; Masukan : Rp 120.000.000
Keluaran : Pemeliharaan kendaraan dinas 4 kendaraan roda empat, empat kendaraan roda dua;
Hasil : Meningkatnya mobilitas aparatur;
4. Penyediaan jasa administrasi keuangan; Masukan : Rp 475.000.000
Keluaran : Jasa administrasi keuangan
Hasil : Meningkatnya penyerapan realisasi keuangan
5. Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor Masukan : Rp 25.000.000
Keluaran : Tersedianya komponen listrik / penerangan bangunanan Hasil : Tercapainya kinerja yang baik;
6.
Penyediaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor Masukan : Rp 250.000.00014 7. Penyedian Peralatan Rumah Tangga
Masukan : Rp. 30.000.000
Keluaran : Tersedianya alat dan kelengkapan kantor Hasul : Tercapainya kinerja yang baik.
8. Penyediaan Bahan Logistik Kantor Masukan : Rp. 85.000.000
Keluaran : Tersedianya alat kebersihan dan listrik Hasil : Tercapainya kinerja yang baik
9.
Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah Masukan : Rp 230.000.000Keluaran : terlaksananya perjalan dinas ke luar daerah sebanyak 15 kali Hasil : Terlaksananya koordinasi dan konsultasi dengan BKPM dan
provinsi lain.
10.
Rapat-rapat koordinasi ke dalam daerah Masukan : Rp 100.000.000Keluaran : Terlaksananya perjalanan dinas ke luar daerah sebanyak 8 kali Hasil : Terlaksananya koordinasi dan konsultasi dengan BKPM dan
provinsi lain;
II. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;
11. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor; Masukan : Rp 175.000.000
Keluaran : Perbaikan gedung sebanyak 4 gedung Hasil : Terwujudnya suasana kerja yang nyaman;
12. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan kantor; Masukan : Rp 130.000.000
Keluaran : Pemeliharaan peralatan dan perlengkapan kantor Hasil : Terwujudnya suasana kerja yang nyaman
III. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
13.
Pengadaan pakaian dinas dan olahragaMasukan : Rp 130.000.000
Keluaran : Pemberian pakaian dinas dan olahraga Hasil : Terlaksananya kinerja yang baik
IV. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
14. Pendidikan dan Pelatihan Formal Masukan : Rp. 100.000.000
Keluaran : terlaksananya pendidikan dan pelatihan aparatur Hasil : tersedianya kinerja yang baik
V. Program Perencanaan Pembangunan Daerah Tahunan
15. Penyelenggaraan Musrenbang Masukan : 200.000.000 Keluaran : membuat program
Hasil : terwujudnya pelaksanaan kinerja sesuai dengan rencana dan program yang ada
VI. Promosi Peningkatan Promosi Daerah dan Kerjasama Investasi
16. Peningkatan kerjasama di Bidang Penanaman Modal antara Instansi Pemerintah dengan Dunia Usaha
Masukan : Rp. 200.000.000
Keluaran : terlaksananya kerjasama 10 anggota MPU di bidang penanaman modal
Hasil : meningkatkan kerjasama instansi pemerintah dengan dunia Usaha
17. Pembuatan Bahan Promosi dan Display Promosi Masukan : Rp. 250.000.000
Keluaran : tersedianya bahan promosi dan display untuk unggulan daerah Hasil : terwujudnya peningkatan jumlah investasi daerah
18. Promosi Investasi Dalam Negeri Masukan : Rp. 500.000.000
Keluaran : Pameran di seluruh daerah sebanyak 10 kali
Hasil : realisasi investasi yang dapat memaksimalkan keutungan jangka panjang
19.
Partisipasi Pameran Promosi Investasi Luar Negeri Masukan : Rp. 1.750.000.000Keluaran : Pameran di luar negeri sebanyak 5 kali
14 20. Sistem informasi Potensi Investasi Daerah
Masukan : Rp. 100.000.000
Keluaran : tersedianya sistem informasi potensi daerah melalui video potensi daerah
Hasil : terwujudnya peningkatan jumlah investasi daerah
VII. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi;
21. Perencanaan dan Penyusunan Kebijakan Penanaman Modal dan Laporan Capaian Kinerja SKPD
Masukan : Rp 250.000.000
Keluaran : Pelaksanaan perencanaan dan penyusunan kebijakan Penanaman Modal serta laporan capaian kinerja SKPD
Hasil : Tercapainya realisasi investasi
22.
Penyusunan data investasi PMA / PMDN Masukan : Rp. 100.000.000Keluaran : Terlaksananya verifikasi proyek penanaman modal asing / penanaman modal dalam negeri.
Hasil : Tercapainya kepatuhan investor terhadap ketentuan peraturan penanaman modal
23. Evaluasi dan updating data PMA/PMDN di Provinsi Lampung Masukan : Rp. 300.000.000
Keluaran : Terlaksananya monitoring, evaluasi dan pelaporan Hasil : diketahuinya data persetujuan dari realisasi investasi
24. Pengendalian dan pengawasan penanaman modal di provinsi Lampung Masukan : Rp. 150.000.000
Keluaran : Terlaksananya verifikasi proyek PMA / PMDN
Hasil : Tercapainya kepatuhan investor terhadap ketentuan peraturan penanaman modal
25.
Sosialisasi peraturan daerah tentang penanaman modal dan perizinan Masukan : Rp. 100.000.000Keluaran : Peraturan daerah ( 1 dokumen )
Hasil : Tercapainya kepatuhan terhadap peraturan daerah
VIII. Program Peningkatan Mutu Pelayanan Terpadu Satu Pintu
26.
Peningkatan kualiatas pelayanan perizinan terpadu bidang pemerintahan dan KesraMasukan : Rp. 230.000.000
Keluaran : Jumlah izin sebanyak 15.000
Hasil : Tersedianya data perizinan yang valid
27. Pemantauan dan pelaksanaan pelaporan PTSP di bidang penanaman modal Masukan : Rp. 100.000.000
Keluaran : - Terwujudnya peningkatan pelayanan perizinan pada PTSP Provinsi Lampung
- Terjaminnya validasi data perizinan yang update secara otomatis.
- Terwujudnya pelayanan yang lebih optimal pada PTSP provinsi
Hasil : - Tersedianya aplikasi dan perangkat pendukung sistem perizinan secara online
- Tersedianya data perizinan yang valid
2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD
2.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung maka Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
Tugas pokok Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang pelayanan penanaman modal dan perizinan terpadu yang menjadi kewenangannya, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung adalah :
a. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
14 pelayanan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Penanaman Modal dan Pelayanaan Perizinan Terpadu;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
e. Pengelolaan administratif.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 2 tahun 2012 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung menyelenggarakan pemberian izin dan non perizinan yaitu :
1. Izin Trayek Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi 2. Izin Operasi Angkutan Taksi antar kota dalam Provinsi;
3. Izin Operasi Kegiatan Angkutan dengan Kereta Api Umum Lintas Kabupaten/Kota dalam Provinsi
4. Izin Operasi Angkutan Sewa;
5. Izin Usaha perusahaan Expedisi Muatan Pesawat Udara (EMPU);
6. Izin Penyelenggaraan Perkeretaapian khusus Lintas Kabupaten / Kota dalam Provinsi;
7. Izin Pengoperasian Pelabuhan Khusus Regional;
8. Usaha Perusahaan Expedisi Muatan Kapal Laut (SIUP-EMKL) / Freight Forwarder; 9. Izin Usaha Jasa Terkait dengan Angkutan di Perairan;
10. Izin Usaha Angkutan di Perairan;
11. Izin Usaha bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan di Wilayah Provinsi; 12. Izin Usaha Obat Hewan sebagai distributor wilayah provinsi;
13. Izin Usaha Budidaya Hewan Kesayangan Wilayah Provinsi; 14. Rekomendasi Pendaftaran Mutu Pangan;
15. Izin usaha perkebunan lintas kabupaten/kota
16. Rekomendasi Rencana Makro Pembangunan Perkebunan Provinsi; 17. Izin penyelenggaraan Jasa Titipan (Kantor Cabang);
18. Izin penangkapan dan/atau pengangkutan ikan yang menggunakan kapal perikanan berukuran di atas 10 GT sampai dengan 30 GT serta tidak menggunakan tenaga kerja asing;
19. Izin Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah Provinsi (Penyaluran Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura);
20. Izin Cabang/Penyalur Alat Kesehatan (PAK);
21. Izin Cabang Pedagang Besar Farmasi (PBF)/Pedagang Besar Bahan baku Farmasi (PBBBF) Cabang;
22. Izin Usaha Industri Kecil Obat tradisional (IKOT); 23. Rekomendasi Izin Penyalur Alat Kesehatan (PAK);
24. Rekomendasi Izin Usaha Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan Pedagang besar bahan baku Farmasi (PBBBF);
25. Rekomendasi (Izin produksi kosmetik) Komoditi kesehatan; 26. Rekomendasi Izin Usaha Industri Obat Tradisional;
27. Izin Perdagangan barang kategori dalam pengawasan skala provinsi
28. Izin Usaha Industri / Perluasan skala investasi di atas Rp 10 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
29. Izin kawasan industri yang lokasinya lintas kabupaten/kota; 30. Rekomendasi Izin Usaha yang diterbitkan oleh pemerintah; 31. Pendaftaran Penanaman Modal;
32. Izin Prinsip Penanaman Modal;
33. Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal; 34. Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal;
35. Izin Usaha, Perluasan Izin Usaha, Izin Usaha Penggabungan perusahaan penanaman Modal (Merger) dan Izin Usaha Perubahan Penanaman Modal;
36. Rekomendasi Perubahan Penyertaan Modal; 37. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi ; 38. Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi; 39. Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP);
40. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Khusus; 41. Izin Usaha Pertambangan Panas Bumi;
42. Rekomendasi teknis untuk izin pengeboran, izin penggalian dan izin penurapan mata air pada cekungan air tanah lintas kabupaten/kota;
43. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan kapasitas izin produksi sampai dengan 2.000 m3/tahun;
44. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan kapasitas izin produksi ≤6.000 m3/tahun;
45. Perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK), dengan kapasitas izin produksi ≤6.000 m3/tahun;
46. Pencabutan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan kapasitas ≤6.000 m3/tahun;
47. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK) pada Hutan Lindung (HL) dan Hutan Produksi (HP);
48. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL) pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi;
49. Izin Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK) pada Hutan lindung dan Hutan Produksi;
50. Rekomendasi Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) dengan kapasitas izin produksi >6.000 m3/tahun;
51. Rekomendasi Perluasan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan kayu dengan kapasitas izin produksi > 6.000 m3/tahun;
14 53. Tanda Daftar Pedagang Benih Bina;
54. Izin Kegiatan Pengerukan di dalam DLKr/DLKp Pelabuhan Laut Regional; 55. Izin Kegiatan Pengerukan di Wilayah Perairan Pelabuhan Khusus Regional; 56. Izin Reklamasi di dalam DLKr/DLKp Pelabuhan Laut Regional;
57. Izin Kegiatan Reklamasi di Wilayah Perairan Pelabuhan Khusus Regional;
58. Izin Pembangunan Bandar Udara Khusus yang melayani pesawat udara dengan kapasitas <30 (tiga puluh) tempat duduk dan ruang udara disekitarnya tidak dikendalikan dan terletak dalam 2 (dua) Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Provinsi, sesuai dengan batas kewenangan wilayahnya;
59. Izin Pembangunan dan Pengadaan Kapal berukuran tonase kurang dari GT 7; 60. Izin pembangunan dan pengadaan kapal sampai dengan GT 300;
61. Rekomendasi Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Laut Internasional, Hubungan Internasional dan Nasional;
62. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Umum; 63. Rekomendasi Penetapan Lokasi Pelabuhan Khusus;
64. Rekomendasi Penetapan DLKr/DLKp Pelabuhan Laut Nasional;
65. Rekomendasi Penetapan Pelabuhan yang Terbuka bagi Perdagangan Luar Negeri; 66. Rekomendasi Penetapan DLKr/DLKp pada pelabuhan laut Hubungan Internasional; 67. Rekomendasi Penetapan DLKr/DLKp pelabuhan laut Internasional;
68. Rekomendasi penetapan / izin pembangunan Bandar udara umum yang melayani pesawat udara ≥30 tempat duduk;
69. Izin lokasi Kasiba (Kawasan Siap Bangun) / Lisiba (Lingkungan Siap Bangun) lintas Kabupaten/Kota;
70. Izin membawa Benda Cagar Budaya (BCB) antar provinsi;
71. Izin Survey dan pengangkatan BCB/situs di atas 4 (empat) sampai dengan 12 (dua belas) mil laut dari garis pantai atas rekomendasi pemerintah;
72. Izin pengelolaan (penyimpanan/pengumpulan) limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);
73. Izin penyelenggaraan Air Minum untuk lintas kabupaten/kota;
74. Izin Pengusahaan, Pemanfaatan Sumber Daya Air pada Wilayah Sungai yg menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi;
75. Izin penyelenggaraan Penampungan Sementara (PS) air limbah lintas Kabupaten/kota;
76. Persetujuan izin terbang/FA perusahaan angkutan udara tidak berjadwal antar kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dengan pesawat udara di atas 30 tempat duduk dan melaporkan ke Pemerintah;
77. Rekomendasi pendirian gudang bahan peledak dalam rangka kegiatan usaha migas di daerah operasi daratan dan di daerah operasi paling jauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan; 78. Rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan, peruntukan, penggunaan dan
pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah yang izin pemakaian air tanah dan
pengusahaan air tanah diterbitkan oleh bupati / walikota;
79. Izin Usaha Penyelenggaraan Tenaga Listrik Untuk Keperluan Sendiri (IUKS) yang sarana instalasinya mencakup lintas kabupaten/kota;
80. Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (IUKU); 81. Izin kantor cabang dan loket pelayanan operator;
82. Izin pengeluaran dan pemasukan ternak bibit, bakalan dan potong dari dan ke wilayah provinsi;
83. Izin Pengeluaran Ternak antar Pulau dan Provinsi;
84. Izin Perpanjangan Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA);
85. Izin pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS);
86. Izin sarana kesehatan meliputi rumah sakit pemerintah dan swasta kelas B non pendidikan, rumah sakit khusus, rumah sakit swasta serta sarana kesehatan penunjang yang setara;
87. Izin usaha pariwisata skala provinsi dan lintas kabupaten/kota; 88. Izin Usaha Atraksi /Obyek Wisata/ Kawasan Pariwisata; 89. Izin Penyelenggaraan Persampahan Lintas Kabupaten / Kota; 90. Rekomendasi instalasi karantina hewan di wilayah provinsi; 91. Rekomendasi Klasifikasi Usaha Pariwisata;
92. Izin Pengumpulan Uang atau barang (PUB); 93. Rekomendasi Izin Undian Skala Provinsi.
2.2.2 Struktur Organisasi
PERENCANAAN KEUANGANKASUBBAG
14
2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD
a. Kondisi Umum
Kewenangan pelayanan perizinan di Provinsi Lampung pada awalnya ditangani oleh masing-masing SKPD teknis secara terpisah. Dengan berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 2 tahun 2012, maka semua pelayanan perizinan yang menjadi kewenangan provinsi ditangani oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung.
b. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Berdasarkan kondisi lingkungan strategis Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung, maka untuk menyusun strategi pencapaian visi dan misi, diperlukan analisis lingkungan internal dan eksternal (SWOT Analisis). Lingkungan internal meliputi Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Lingkungan eksternal meliputi Peluang (Oppurtunity) dan Ancaman (Threaths). Masing-masing kondisi lingkungan internal dan eksternal sebagai berikut :
Lingkungan Internal
Kekuatan (Strengths) :
Dukungan kebijakan investasi dari pemerintah daerah;
Adanya paket kebijakan pemerintahan yang baru yang mana cukup kompromis dan
ramah terhadap kebutuhan dan keinginan investor;
Peningkatan kualitas SDM dan pembangunan sistem informasi dan jaringan data
investasi;
Semangat kekeluargaan dan persahabatan mewarnai budaya organisasi;
Adanya upaya perbaikan kondisi hukum, dan keamanan;
Semakin membaiknya struktur perekonomian daerah;
Institusi birokrasi saat ini menjadi semakin baik, responsif dan pro-bisnis;
Semangat dunia usaha yang semakin kuat.
Kelemahan (Strengths) :
Sosialisasi Kebijakan investasi yang tidak menyentuh masyarakat;
Masih rendahnya profesionalisme aparatur dan sistem karir yang kurang objektif;
Timbulnya dis-insentif bagi aparatur berkompeten, dan berpengaruh terhadap
produktifitas dan dedikasi;
Terbatasnya dana untuk membangun infrastruktur;
Belum meratanya pembangunan infrastruktur di daerah-daerah;
Inkonsistensi penerapan law-enforcement dan bad image yang berkaitan dengan
terorisme;
Peranan investasi terhadap struktur ekonomi Lampung belum mampu menjadi
mesin pertumbuhan ekonomi;
Birokrasi yang terkadang masih terbelit-belit oleh karena perilaku oknum;
Kurangnya perlindungan yang ketat terhadap dunia usaha.
Lingkungan Eksternal
Peluang (Oppurtunity) :
Tersedianya media komunikasi yang didukung teknologi canggih;
Peningkatan kualitas produktif SDM di daerah;
Peluang investasi yang begitu besar dengan tersedianya infrastruktur yang
memadai;
Masih luasnya lahan investasi di daerah-daerah;
Tersedianya Sumber Daya Alam (SDA);
Dekat dengan Ibu Kota Negara;
Peningkatan Kinerja Investasi di daerah;
Dukungan dari pusat yang semakin gencar;
Peningkatan citra birokrasi yang berorientasi pada kepuasan investor;
Tersedianya peluang usaha yang baik;
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung yang cenderung terus meningkat secara
positif.
Ancaman (Threaths) :
Kurangnya perhatian masyarakat terhadap kondisi investasi;
Teknologi informasi yang selalu maju mengurangi added value dari sistem yang
telah dibangun;
Belum siapnya masyarakat dan daerah menghadapi perubahan yang begitu besar;
Persaingan global semakin kencang;
Bahaya terorisme dan timbulnya kasus-kasus investasi global di daerah-daerah;
Masih rendahnya minat masyarakat untuk berinvestasi;
Investor berpendapat masih banyaknya kendala dalam berinvestasi terutama di
daerah;
Intermediasi perbankan terhadap dunia usaha belum optimal;
Kurang terampilnya tenaga lokal daerah;
Belum optimalnya penataan atas lahan (keagrariaan);
Jumlah angkatan kerja terus bertambah dan tingkat partisipasi angkatan kerja