• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Tentang Mobilitas Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cengkeh di Desa Lingadan Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli | Wahyuni | GeoTadulako 5831 19332 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Tentang Mobilitas Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cengkeh di Desa Lingadan Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli | Wahyuni | GeoTadulako 5831 19332 1 PB"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI TENTANG MOBILITAS SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PETANI CENGKEH DI DESA LINGADAN KECAMATAN

DAKOPEMEAN KABUPATEN TOL ITOLI

SRI WAHYUNI

J URNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Studi Tentang Mobilitas Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cengkeh di Desa Lingadan Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli.

Penulis : Sri Wahyuni

Nomor Stambuk : A 351 10 001

Telah diperiksa dan disetujui untuk diterbitkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nuraedah, M.Pd Abdul Hamid Alie, S.Ag., M.Pd.I NIP. 19741006 200604 2 001 NIP. 19760818 200912 1 004

Mengetahui

Ketua Jurusan P.IPS FKIP Koordinator Program Studi Universitas Tadulako Pendidikan Geogradi

Drs. Charles Kapile, M.Hum Widyastuti, S.Si., M.Si

(3)

Sri wahyuni. (2015). Studi Tentang Mobilitas Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Cengkeh di Desa Lingadan Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako. Pembimbing: (1) Nuraedah dan Pembimbing:

(2) Abdul Hamid.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses mobilitas sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat petani cengkeh di desa Lingadan . Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 537 petani cengkeh dan yang dijadikan sampel sebanyak 54 petani cengkeh. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan angket, teknik analisis data menggunakan presentase melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Lingadan sebelum menjadi petani cengkeh relatif sederhana dengan persentase 20% saja yang mencapai kesejahteraan, setelah menjadi petani cengkeh dapat terlihat adanya mobilitas sosial ekonomi pada masyarakat desa Lingadan dengan persentase 80% yang telah mencapai tingkat kesejahteraan, perubahan status sosial pada masyarakat desa Lingadan dikarenakan adanya penambahan pekerjaan juga disebabkan oleh faktor pendidikan dan perbedaan fertilitas (kelahiran), faktor pendorong mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh adalah membiayai pendidikan anak dan keinginan menjadi petani yang lebih sukses dan maju. Sedangkan faktor penghambat dalam bertani cengkeh pada umumnya disebabkan oleh faktor modal, lahan dan cuaca serta ditutupnya salah satu sarana tempat untuk pemasaran cengkeh Koperasi Unit Desa (KUD), sehingga dalam pemasaran cengkeh harus membutuhkan biaya yang besar lagi karena pengeluaran biaya transportasi pengiriman barang ke kota.

(4)

ABSTRACT

Sri Wahyuni (2015). This skripsi is entitled Socio-economic mobility clove farmers in rural communities lingadan subdistrict dakopemen Tolitoli. Skripsi, Under the supervision of nuraedah and abdul hamid

The problems are studied in this thesis are; How does the process of socio-economic mobility in farming communities in rural Lingadan clove. The method used is descriptive qualitative. The population in this study was 537 clove farmers and sampled as many as 54 farmers clove. Techniques of collecting data through interviews and questionnaires, data analysis techniques using percentage through three stages: data reduction, data presentation and conclusion. These results indicate that socio-economic life of village communities Lingadan before it becomes relatively simple clove farmers with a percentage of 20% are to prosper, after becoming clove farmers can be seen for socio-economic mobility in rural communities Lingadan with a percentage of 80% which has reached the level of welfare, changes in the social status of rural communities Lingadan due to the addition of jobs is also due to educational factors and differences in fertility (births), the drivers of socio-economic mobility clove farmers is to finance the education of children and the desire to become a more successful farmer and advanced. While limiting factor in farming clove is generally caused by a factor of capital, land and weather as well as the closing of one means a place for marketing cloves Village Unit Cooperatives (KUD), so that the clove marketing should require huge costs because expenses transporting goods to the city.

(5)

I PENDAHULUAN

Masyarakat perdesaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan produksi, terutama

disektor pertanian dengan orientasi hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

baik ditingkat desa itu sendiri atau ditingkat lain yang lebih luas. Mudah dimengerti apabila

sebagian besar warga masyarakat perdesaan melakukan kegiatan utamanya dalam kegiatan

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam setempat. Aktivitas pertanian hingga kini

masih merupakan mata pencaharian utama bagi masyarakat pedesaan di Indonesia,

sekalipun diberbagai daerah ekosistem wilayahnya sebagian sudah berubah menjadi sebuah

daerah perkotaan dan perindustrian. Namun begitu pertanian masih tetap merupakan

andalan utama bagi kehidupan masyarakat.

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial adalah keinginannya untuk selalu hidup

bersama dengan orang lain dalam suatu kelompok atau masyarakat. Tidak seorangpun

didunia ini yang mampu hidup sendiri tanpa melakukan hubungan atau kerjasama dengan

orang lain. Disisi lain kehidupan dimasyarakat tidaklah sama, ada yang miskin dan ada juga

yang kaya. Ada yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan adapula yang mempunyai

kedudukan yang rendah. Perbedaan tersebut dapat mendorong manusia untuk meningkatkan

taraf hidupnya agar dapat naik ke strata yang lebih tinggi, terutama bagi mereka yang

berada pada strata bawah.

Observasi awal pada tanggal 20 Maret 2014 di Desa Lingadan yang merupakan salah

satu desa penghasil cengkeh di Kecamatan Dakopemean Kabupaten Tolitoli, yang dominan

masyarakatnya mengandalkan cengkeh sebagai penghasilan terbesar guna memenuhi

kebutuhan sehari-hari maupun dalam jangka waktu yang panjang. Masyarakat Desa

Lingadan awalnya berprofesi sebagai petani sawah kemudian, beralih menanam cengkeh

karena penghasilan cengkeh lebih besar dari pada bertani sawah, karena dapat menunjang

perekonomian masyarakat desa setempat. Sebagian besar masyarakat yang bertempat

tinggal di Desa Lingadan menekuni pekerjaan sebagai petani cengkeh, mereka menekuni

pekerjaan tersebut semenjak tahun 1970 hingga sekarang, (sekitar 43 tahun). Pekerjaan

masyarakat sebagai petani cengkeh di Desa Lingadan sudah terbilang cukup lama, sehingga

kehidupan atau tingkat kesejahteraan mereka juga sudah terbilang cukup memadai hingga

(6)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah; Bagaimana proses mobilitas sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat petani

cengkeh di Desa Lingadan .

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah; Untuk

menjelaskan proses mobilitas sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat petani cengkeh

di Desa Lingadan .

II METODE P ENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan deskriptif, menurut Tika

(2005: 8-12) Penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif merupakan metode

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa

adanya.

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah

sebagai berikut; Observasi, Wawancara, Kuisioner/Angket, Dokumentasi. Instrumen

penelitian yang digunakan adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden dalam

bentuk angket dan dibantu dengan kamera foto yang digunakan untuk menggambarkan

kondisi objek penelitian. Setiap pertanyaan yang terdapat dalam daftar pertanyaan di

skalakan menggunakan skala Likert menjadi 5 skor dari masing-masing pertanyaan.

Skala likert adalah sekala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang yang telah terkumpul melalui kuesioner, kemudian penulis olah kedalam

bentuk kuantitatif, yaitu dengan cara menetapkan skor jawaban dari pertanyaan yang telah

dijawab oleh responden, dimana pemberian skor tersebut dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut;

Tabel 2.1 Penilaian Skala Likert

Alter na tif Skor

Hasil analisis tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan model kualitatif versi

Miles & Huberman dalam Usman dan Setiady (2008) yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan sebagai proses memilih, merefleksi data dan

(7)

Reduksi ditujukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data

yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data yang berlangsung secara terus-menerus

sepanjang penelitian.

b. Penyajian Data

Penyajian data yang dimaksud ialah menyusun sekumpulan informasi yang

didapatkan selama penelitian berlangsung sehingga memberikan kemungkinan adanya

penafsiran kesimpulan dan penyajian data dalam bentuk pemaparan.

c. Penarikan Kesimpulan/verifikasi Data

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah informasi yang telah tersusun melalui

penyjian data yang diperoleh, kesimpulan-kesimpulan yang telah disusun kemudian

diverifikasi, hal ini dilakukan untuk memperoleh validitas data.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gamb aran Umum Lokasi Penelitian

Desa Lingadan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dakopemean

yang jaraknya kurang lebih 20 Km dari ibu kota kecamatan, sedangkan jarak dari ibu kota

kabupaten kurang lebih 50 Km. Wilayah desa ini memanjang dari selatan ke utara dengan

luas wilayah kurang lebih 77 Km2.

Desa Lingadan terletak pada ketinggian 0-3000 meter dari permukaan laut, sebagain

besar adalah pegunungan yang dimanfaatkakn untuk lahan perkebunan, sebagaian lagi

terdiri dari dataran rendah yang dimanfaaatkan untuk lahan pertanian. Desa Lingadan

berada pada jalur transpotarsi lintas daerah kabupaten (Kabupaten Tolitoli Kabupaten

Buol. Letak strategis ini yang mendukung petani dalam memasarkan hasil produksinya ke

ibukota kabupaten, secara administratif Desa ini berbatasan :

1. Sebelah Utara, berbatasan dengan wilayah Laut Selatan

2. Sebelah Timu, dengan Desa Santigi

3. Sebelah Selatan, dengan Desa Kapas

(8)

3.2. Hasil Penelitian

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengetahui bagaimana tingkat

mobilitas sosial tiap responden pada setiap indikator pertanyaan yaitu:

1. Menentukan skor maksimum yaitu dari satu pertanyaan dan lima indikator dengan

jumlah sampel 54 maka nilai maksimumnya dapat diperoleh dengan cara (jumlah

sampel x jumlah item soal x skor tertinggi dalam indikator) / 54 x 1 x 5 = 270

1. Menentukan skor minimum, (jumlah sampel x jumlah item soal x skor terendah dalam

indikator) / 54 x 1 x 1 = 54.

2. Dengan interval, ((skor maksimum skor minimum) : jumlah indikator) / ((270 54) :

5) = 43

Untuk mengetahui tingkat mobilitas sosial masyarakat dapat dilihat pada kategori

berikut:

a. Sangat Baik, bila memiliki skor : 227-270

b. Baik, bila memiliki skor : 183-226

c. Cukup, bila memiliki skor : 139-182

d. Kurang Baik, bila memiliki skor : 95-138

(9)

Mobilitas sosial Masyarakat Desa Lingadan dapat diketahui dengan menggunakan

metode kuantitatif dengan skala Likert. Satu item soal dan lima indikator, maka dengan

jumlah sampel 54 responden, dapat diketahui bahwa skor minimum untuk tingkat persepsi

masyarakat dari tiap indikator pertayaan (54x1x1) adalah 54 dan skor maksimum (54x1x5)

adalah 270, maka intervalnya ((270-54)/5) adalah 43.

Tabel 3.1. Status Sosial Masyarakat Sebelum Menjadi Petani Cengkeh

No Ka tegor i Ska la Fr ekuen si Skor

1 Sta tu s sosial ma sya r akat sebelum m enja di

peta ni cengkeh 54 139

a Sangat Baik 5 0 0

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa status sosial masyarakat

sebelum menjadi petani cengkeh, diperoleh skor sebesar 139 dimana skor tersebut

berada pada interval 139-182 yang berarti status sosial masyrakat sebelum

menjadi petani cengkeh itu cukup baik.

Tabel 3.2. Kondisi Perekonomian Masyarakat Sebelum Menjadi Petani Cengkeh

2 Kondisi per ekonom ia n M a syar aka t

sebelum menjadi peta ni cengkeh 54 140

a Sangat Sejtera 5 0 0

Tabel diatas menjelaskan bahwa kondisi perekonomian sebelum menjadi

petani cengkeh, diperoleh skor sebesar 140 dimana skor tersebut berada pada

interval 183-226 yang berarti kondisi perekonomian masyarakat sebelum menjadi

(10)

3 Sta tu s sosia l ma sya r akat setelah m enja di

peta ni cengkeh 54 228

a Sangat Baik 5 21 105

Berdasarkan tabel 3.3, dijelaskan bahwa status sosial masyarakat sesudah

menjadi petani cengkeh, diperoleh skor sebesar 228 dimana skor tersebut berada

pada interval 227-270 yang berarti status sosial masyarakat sesudah menjadi

petani cengkeh adalah sangat baik.

Tabel 3.4. Banyaknya Jumlah Anak Mempengaruhi Tingkat Perekonomian Keluarga

4 Ba nyaknya jum la h a na k m em penga r uhi

tingka t per ekonom ia n kelua r ga 54 208

a Sangat Berpengaruh 5 16 80

b Berpengaruh 4 19 76

c Cukup 3 14 42

d Kurang Berpengaruh 2 5 10

e Sangat Tidak Berpengaruh 1 0 0

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Tabel diatas menjelaskan bahwa banyaknya anak mempengaruhi tingkat

perekonomian masyarakat, diperoleh skor sebesar 208 dimana skor tersebut

berada pada interval 183-226 adalah baik, yang berarti banyaknya anak

mempengaruhi tingkat perekonomian masyarakat.

Tabel 3.5. Rendahnya tingkat kelahiran dalam keluarga dapat mempengaruhi status sosial

5 R endahnya tingka t kela hir a n dala m

kelua r ga da pat m empenga r uhi sta tu s sosia l 54 180

a Sangat Berpengaruh 5 12 60

b Berpengaruh 4 11 44

c Cukup 3 18 54

d Kurang Berpengaruh 2 9 18

e Sangat Tidak Berpengaruh 1 4 4

(11)

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa rendahnya tingkat kelahiran,

mempengaruhi status sosial, diperoleh skor sebesar 180 dimana skor tersebut

berada pada interval 139-182 yang berarti rendahnya tingkat kelahiran dalam

keluarga cukup mempengaruhi status sosial masyarakat.

Tabel 3.6. Pengaruh Status Sosial Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Anak

6 Penga r uh sta tu s sosia l kelua r ga ter hada p

tum b uh kem ba ng a nak 54 189

a Sangat Berpengaruh 5 15 75

b Berpengaruh 4 11 44

c Cukup 3 17 51

d Kurang Berpengaruh 2 8 16

e Sangat Tidak Berpengaruh 1 3 3

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa status sosial keluarga terhadap

tumbuh kembang anak, diperoleh skor sebesar 189 dimana skor tersebut berada

pada interval 183-226 yang berarti status sosial keluarga berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak.

Tabel 3.7. Setujukah Untuk Memberikan Jarak Kelahiran Pada Setiap Anak

7 Setu juk a h unt uk m ember ika n ja r a k

kela hir a n pa da setia p ana k 54 186

a Sangat setuju 5 18 90

b Setuju 4 16 64

c Cukup 3 0 0

d Kurang Setuju 2 12 24

e Sangat Kurang Setuju 1 8 8

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel 3.7, dapat dijelaskan bahwa memberi jarak terhadap

kelahiran pada setiap anak, diperoleh skor sebesar 186 dimana skor tersebut

berada pada interval 183-226 yang berarti masyarakat setuju untuk memberikan

(12)

Tabel 3.8. Rendanya Tingkat Kelahiran Dapat Memberikan Kesempatan Kepada Masyarakat Lapisan Bawah Untuk Menempati Kedudukan Sosial Yang Lebih Baik

8

R endahnya tingka t kela hir a n da pa t m em ber ikan kesem pa t a n kepa da m a syar aka t la pisan bawa h unt uk m enempa ti kedu duk an sosia l ya ng lebih ba ik

54 191

a Sangat setuju 5 17 85

b Setuju 4 18 72

c Cukup 3 0 0

d Kurang Setuju 2 15 30

e Sangat Kurang Setuju 1 4 4

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Rendahnya tingkat kelahiran dapat memberikan kesempatan kepada

masyarakat lapisan bawah untuk menempati kedudukn sosial yang lebih baik,

diperoleh skor sebesar 191 dimana skor tersebut berada pada interval 183-226

yang berarti masyarakat setuju apabila rendah tingkat kelahiran pada keluarga

lapisan bawah untuk menempati kedudukan status sosial yang lebih baik.

Tabel 3.9. Kelahiran Yang Tinggi Akan Sulit Terjadi Mobilitas Sosial Vertikal Naik

9 Kela hir a n ya ng tinggi aka n sulit ter ja di

m obilita s sosia l ver tika l na ik 54 178

a Sangat setuju 5 16 80

b Setuju 4 15 60

c Cukup 3 0 0

d Kurang Setuju 2 15 30

e Sangat Kurang Setuju 1 8 8

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa kelahiran yang tinggi akan

sulit terjadi mobilitas sosial vertical naik, diperoleh skor sebesar 178 dimana skor

tersebut berada pada interval 139-182 yang berarti pendapat masyarakat hanya

(13)

Tabel 3.10. Perbedaan Status Sosial Akan Berpengaruh Terhadap Pendidikan Anak

d Kurang Setuju 2 16 32

e Sangat Kurang Setuju 1 8 8

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Tabel diatas menjelaskan bahwa perbedaan status sosial akan

berpengaruh terhadap pendidikan anak, diperoleh skor sebesar 169 dimana skor

tersebut berada pada interval 139-182 yang berarti pendapat masarakat mengenai

perbedaan status sosisl terhadap pendidikan anak itu berada pada kategori cukup.

Tabel 3.11. Perubahan Sikap Masyarakat Lebih Mementingkan Pedidikan Mendorong Terjadi Mobilitas Sosial

11

Per ubaha n sika p ma sya r akat lebih m em entingk a n pedidika n m endor ong ter ja di m obilitas sosial

54 222

a Sangat Berpengaruh 5 21 105

b Berpengaruh 4 18 72

c Cukup 3 15 45

d Kurang Berpengaruh 2 0 0

e Sangat Tidak Berpengaruh 1 0 0

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa faktor Pendidikan mendorong

terjadinya mobilitas sosial, diperoleh skor sebesar 222 dimana skor tersebut

berada pada interval 183-226 yang berarti faktor pendidikan berpengaruh dalam

mendorong terjadinya mobilitas sosial.

Tabel 3.12. Perubahan Sikap Masyarakat Ingin Maju Mendorong Terjadi Mobilitas Sosial

12 Per ubaha n sikap m a sya r aka t ingin m a ju

m endor ong ter ja di mobilita s sosia l 54 238

a Sangat Berpengaruh 5 22 110

(14)

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa perubahan sikap masyarakat

ingin maju mendorong terjadinya mobilitas sosial, diperoleh skor sebesar 238

dimana skor tersebut berada pada interval 227-270 yang berarti perubahan sikap

masyarakat yang ingin maju sangat berpengaruh terhadap terjadinya mobilitas

sosial.

Tabel 3.13. Sikap Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan Mendorong Terjadi Mobilitas Sosial

13

Sikap m enyesuaika n dir i denga n lingkungan mendor ong ter ja di mobilita s sosia l

54 177

A Sangat Berpengaruh 5 14 70

B Berpengaruh 4 8 32

C Cukup 3 16 48

D Kurang Berpengaruh 2 11 22

E Sangat Tidak Berpengaruh 1 5 5

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa sikap menyesuaikan diri

dengan lingkungan mendorong terjadinya mobilitas sosial, diperoleh skor sebesar

177 dimana skor tersebut berada pada interval 139-182 yang berarti sikap

menyesuaikan diri masyarakat dengan lingkungan untuk mendorong terjadinya

mobilitas sosial itu berada pada kategori cukup.

Tabel 3.14. Apakah Hujan Mempengaruhui Proses Pengeringan Cengkeh

14 Apa ka h huj an mem penga r uhu i pr oses

penger inga n cengkeh 54 246

a Sangat Berpengaruh 5 30 150

b Berpengaruh 4 24 96

c Cukup 3 0 0

d Kurang Berpengaruh 2 0 0

e Sangat Tidak Berpengaruh 1 0 0

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa terjadinya hujan sangat

mempengaruhi proses pengeringan cengkeh, dimana diperoleh skor sebesar 246

dimana skor terseut berada pada interval 227-270 yang berarti sangat

(15)

Tabel 3.15. Luas Lahan Mempengaruhi Proses Bertani

15 Lua s la ha n mem penga r uhi pr oses ber tani 54 209

a Sangat Berpengaruh 5 21 105

b Berpengaruh 4 11 44

c Cukup 3 16 48

d Kurang Berpengaruh 2 6 12

e Sangat Tidak Berpengaruh 1 0 0

Sumber: Analisis Penelitian 2015

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan bahwa luas lahan mempengaruhi proses bertani,

diperoleh skor sebesar 209 dimana skor tersebut berada pada interval 183-226 yang berarti

luas lahan berpengaruh terhadap proses bertani masyarakat.

3.3. P embahasan

Untuk mengetahui mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh di desa

Lingadan dilakukan berdasarakan variable yang telah ditentukan dengan menggunakan

metode kuantitatif dan kualitatif deskriptif. Disamping itu didukung juga dengan

pengamatan dan data hasil temuan di lapangan berupa kueisioner kepada responden dan

wawancara kepada informan yang terpilih. Petani cengkeh pada dasar menginginkan sebuah

kondisi dimana lahan pertanian mereka dapat memberikan hasil yang banyak serta dapat

dikelolah dan dimanfaatkan secara berkesinambungan sehingga salah satu tujuan

masyarakat petani cengkeh yaitu berkeinginan untuk memberikan pendidikan yang cukup

bagi anak-anaknya.

Proses mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh di desa Lingadan masih

dipengaruhi oleh beberapa faktor diataranya perbedaan penghasilan/pendapatan yang

membuat petani cengkeh untuk mencapai jenjang status sosial yang lebih baik. Selain

tingkat pendapatan/penghasilan masyarakat petani cengkeh menjadi faktor yang

mempengaruhi proses mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh juga

dipengaruhi oleh perbedaan fertilitas dalam sebuah keluarga, dimana kelahiran anak

menimbulkan konsekuensi yang dilandasi oleh komitmen orang tua untuk memenuhi

(16)

IV KESIMP ULAN DAN SARAN

4.1. Kesimp ulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut;

(1) Proses mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh di desa Lingadan

dipengaruhi oleh perbedaan pendapatan/penghasilan serta tingkat fertilitas dalam keluarga;

(2) Proses mobilitas sosial ekonomi masyarakat petani cengkeh di desa Lingadan juga

didorong oleh keinginan masyarakat untuk sukses dan lebih maju serta keinginan untuk

menyekolahkan anak (pendidikan).

4.2. Sar an

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa saran yang

disampaikan demi kesejahteraan masyarakat Desa Lingadan, antara lain; (1) Kepada

masyarakat Desa Lingadan untuk selalu menjaga keadaan lingkungan agar proses pertanian

masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Karena lingkungan sumber daya alam yang

dikelola secara baik dan benar akan menghasilkan hasil panen yang baik yang tentunya akan

menguntungkan masyarakat itu sendiri; (2) Kepada petani cengkeh di Desa Lingadan agar

selalu menjaga silaturrahmi, meningkatkan kerjasama dan interaksi antar sesama petani

cengkeh sehingga dapat mewujudkan kerjasama yang baik dan dapat mencapai

kesejahteraan bersama dalam kehidupan sosial masyarakat.

V DAFTAR RUJ UKAN

Narwoko, J. D. dan Suyanto, B. (2011). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Prenada Media Group Kencana.

Rahardjo. (2004). Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Safriani. (2014). Studi Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kapuk di Desa Dalaka Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. Skripsi, Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Tadulako (Tidak diterbitkan).

Sedarmayanti & Hidayat, S. (2002) Metodologi Penelitian . Bandung: Mandar Maju

(17)

Gambar

Tabel 2.1 Penilaian Skala Likert
Tabel 3.1. Status Sosial Masyarakat Sebelum Menjadi Petani Cengkeh
Tabel 3.3. Status Sosial Masyarakat Setelah Menjadi Petani Cengkeh
Tabel 3.6. Pengaruh Status Sosial Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Anak
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal – hal tersebut di atas, maka pelaksanaan pembukaan file dokumen penawaran ini dapat di deskripsi dengan baik serta dinyatakan memenuhi syarat dan sah, dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi penggunaan bubuk daun ketapang ( Terminalia catappa ) kering (BDKK) dengan dosis dan suhu inkubasi berbeda

1 Jakarta Pusat 10710, telah diadakan Rapat Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi paket Pekerjaan Konstruksi Renovasi Gedung Direktorat Jenderal

Menunjuk Keputusan Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran Bagian Anggaran 15 Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Nomor KEP-02/PU.1/KPA/2012 tentang Pembentukan Panitia

Metode Case Based Reasoning (CBR) yang diimplementasikan pada Sistem Pendukung Keputusan Konseling Siswa dapat memberikan solusi untuk masalah perilaku siswa,

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesibukan sebagian besar orangtua sehingga tidak tersedianya waktu untuk mendidik dan menyertai anak-anaknya dengan pendidikan

Untuk dapat mengemban tugas sebagai sarana pelayanan kesehatan, memperbaiki kondisi internal dan merespon perubahan lingkungan lainnya diperlukan strategi bisnis

Yang bukan dosa adalah yang indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak memiliki indikator yang cukup dan yang mengantar seseorang melangkah