Keterampilan Proses Sains...(Artha Lumbantoruan) 1
Science Process Skills in Physics Practicum
Artha Lumbantoruan1,a, Didik Irawan2,a, Harina Remalis Siregar2,b, Dear Lumbantoruan3,a 1,3 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi Jalan Lintas Sumatera Jl. Jambi-Muara Bulian No.Km. 15, Mendalo Darat, Jambi 36122, Indonesia 2SMAS Yadika Jambi Jl. Sutan Syahrir No. 88, Talang Bakung, Kec. Jambi Selatan, Jambi 36137, Indonesia Email: a [email protected] Abstract Science process skills are all the skills needed to solve science problems. Thus, science process skills have an important role for students of Physical Education to process science, for example in Thermodynamics experiments. The use of Thermodynamics practicum guidebooks in the laboratory has not been effective for students who are used to using technology in their daily lives. E-modules are nothing new for Physics Education students. The effectiveness of learning can also be achieved through the use of e-modules in the laboratory. This study aims to identify the mastery of science process skills in Physics Education students at Universitas Jambi, both students who use printed guidebooks and students who use e-modules as guides in practicum activities by reviewing 4 aspects of integrated skills (identifying variables, arranging graphs, obtaining and processing data, and analyzing investigations). This research uses a quantitative approach with experimental research methods, namely true experimental. In the research sample used were Physics Education students totaling 65 people, which were divided into two groups randomly so that 35 students were obtained for the experimental class and 30 students for the control class. The assessment instrument used was the science process skills observation sheet with the skill score used in the form of a Likert scale. Based on the results of the analysis of students' mastery scores of integrated science process skills, in the experimental class, the highest percentage identifying variables was 51.4% with the very good category, whereas in the control class, the analyzing investigations aspect had the highest percentage of 43.3% with the very good category.
Keywords: science process skills, higher education, physics practicum, e-module
Keterampilan Proses Sains dalam Praktikum Fisika
AbstrakKeterampilan proses sains adalah segala keterampilan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah-masalah sains. Dengan demikian, keterampilan proses sains memiliki peranan penting bagi mahasiswa Pendidikan Fisika untuk memproses sains, misalnya dalam percobaan Termodinamika. Penggunaan buku panduan praktikum Termodinamika di laboratorium belum efektif untuk mahasiswa yang telah biasa menggunakan teknologi dalam kedhidupan sehari-hari. E-modul bukanlah hal yang baru bagi mahasiswa Pendidikan Fisika. Keefektifan belajar juga dapat dicapai melalui penggunaan e-modul di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penguasaan keterampilan proses sains mahasiswa Pendidikan Fisika di Universitas Jambi, baik mahasiswa yang menggunakan modul yang di cetak maupun mahasiswa yang menggunakan e-module sebagai buku yang memandunya dalam praktikum dengan meninjau 4 aspek keterampilan terintegrasi
2 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON (identifikasi variabel, membuat grafik, memperoleh dan memproses data, serta analisis investigasi). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, yakni true experimental. Pada penelitian sampel yang digunakan adalah mahasiswa Pendidikan Fisika berjumlah 65 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok secara random sehingga diperoleh 35 mahasiswa untuk kelas eksperimen dan 30 mahasiswa untuk kelas kontrol. Instrumen penilaian yang digunakan adalah lembar observasi keterampilan proses sains dengan skor keterampilan yang digunakan berupa skala likert. Berdasarkan hasil analisis skor penguasaan keterampilan proses sains terintegrasi mahasiswa, di kelas eksperimen, identifikasi variabel persentase tertinggi sebesar 51.4% dengan kategori sangat baik, sedangkan di kelas kontrol, aspek analisis investigasi memiliki persentase tertinggi sebesar 43.3% dengan kategori sangat baik.
Kata Kunci: keterampilan proses sains, perguruan tinggi, praktikum fisika, e-modul
I.
INTRODUCTION
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan di Indonesia telah terintegrasi dengan baik dan perlu pengembangan lebih lanjut. Keberlanjutan pendidikan semestinya berkaitan erat dengan kurikulum yang digunakan. The curriculum has two aspects, namely as a plan that must be used as a guideline for the implementation of the teaching and learning process, and as a tool to achieve educational goals [1]. Sering bergantinya kurikulum di sekolah disebabkan karena sesuai atau tidak sesuai kurikulum saat diterapkan. Kurikulum yang digunakan saat ini yaitu kurikulum 2013 revisi, sehingga peserta didik diharapkan memiliki sikap ilmiah dalam pembelajaran [2].
The students' positive attitude towards the eyes of Physics Subjects will be integrated with the Social Implications of Physics Subjects, scientific attitudes, learning pleasure in Physics Subjects, interest in increasing time to study Physics Subjects, and interested in a career in Physics Subjects [3]. Sikap ilmiah membantu
peserta didik untuk memahami konsep-konsep IPA [2]. Konsep yang baik mendukung keberhasilan melakukan percobaan-percobaan IPA untuk memicu pemahaman dan wawasannya dalam memahami IPA itu sendiri [4]. Keyakinan, perasaan dan tindakan merupakan tiga komponen utama yang dimiliki sikap ilmiah yang dapat diterapkan melalui penggunaan metode ilmiah untuk membentuk sikap aktif, mandiri, pola pikir kritis, logis dan terstruktur [5]. The scientific attitude is an attitude that must be possessed by students in learning science such as honest, curiosity, responsible, conscientious, discipline, and others [6].
One of the processes of scientific inquiry can be carried out by practicum activities [7]. Kegiatan eksperimen bertujuan untuk memberikan bantuan bagi mahasiswa dalam memperoleh pengetahuannya secara mandiri, misalnya eksperimen Fisika Dasar. Hukum dan prinsip Fisika diperoleh melalui keberhasilan dari eksperimen para ilmuwan. Keberhasilan ini didukung oleh keterampilan para ilmuwan dalam melakukan percobaan yang dapat dirangkum dalam keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan suatu keterampilan yang
Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 3
memberikan sarana dalam
pembelajaran sains, penelitian dan pembelajaran yang aktif, membangun rasa bertanggungjawab saat pembelajaran dan meningkatkan pengetahuan [8].
Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap mahasiswa sebagai bekal untuk menggunakan
metode ilmiah dalam
mengembangkan sains. Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang baru atau bahkan mengembangkan pengetahuan yang telah dimilikinya melalui kegiatan memproses sains [9]. Students who have science process skills can practice understanding the concepts they have acquired in learning activities which have two categories, basic science process skills and integration science process skills [10]. Terutama bagi mahasiswa Pendidikan Fisika yang dilatih sebagai calon pendidik di bidang Fisika. Sebagai calon tenaga pendidik yang profesional, mahasiswa memiliki tugas untuk membimbing, melatih serta membangun pengetahuan seseorang [11]. Science process skills needed by the students as prospective teachers to have pedagogic competence which is expected to be a time of skills and expertise directly into the field [12]. Program studi pendidikan Fisika bertujuan untuk menghasilkan pendidik professional yang memiliki kompetensi bukan sekedar kognitif melainkan kompetensi dibidang psikomotorik [13]. Because science process skills emphasize the learning process, accreditation, creativity, values and also the attitude of a student who will later be applied in daily life, so science process skills have a relationship with the motivation of a student [14]. Untuk
melatih keterampilan proses sains mahasiswa, maka diperlukan buku panduan praktikum dalam melakukan
eksperimen yang disusun
berdasarkan aspek keterampilan proses sains.
Penuntun eksperimen berbasis keterampilan proses sains membantu meningkatkan skor penguasaan keterampilan proses sains [15]. Buku panduan praktikum yang digunakan oleh mahasiswa, khususnya pada percobaan Termodinamika masih menggunakan buku yang dicetak. The experiment of thermodynamics subject is a physics concept that is studied in physics practicum [16]. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu untuk membaca buku penuntun yang berisi prosedur percobaan yang urut dan jelas.
Namun buku penuntun yang tersedia berupa buku yang harus dicetak. Hal ini membuat mahasiswa kesulitan untuk membaca buku panduan praktikum untuk belajar dimanapun. Hal ini juga dijelaskan oleh Ref [17] yang mengatakan bahwa, students realize that the use of smartphone, as learning media, give positive impact on students learning. Dengan demikian diperlukan kolaborasi antara buku panduan praktikum untuk kegiatan eksperimen dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.
Teknologi pembelajaran tumbuh mengikuti perkembangan zaman. Teknologi pembelajaran dimulai dari penggunaan media belajar cetak, pembelajaran berbasis komputer hingga media belajar menggunakan mobile. Berdasarkan hasil penelitian [18]. pembelajaran Fisika berbasis komputer merupakan sumber belajar yang menarik,
berkualitas, serta mampu
4 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON didiknya yang dapat dilihat dari
peningkatan hasil belajar sebesar 18%. Technology helps students learn self-extracting information skills, while actively using cognitive structures from memory, thought, imagination and can be designed for the development of an intensive personality in terms of organizing student processes [19]. Hal ini juga didukung oleh penelitian Ref [20] yang menyimpulkan bahwa animasi yang dibuat melalui komputer memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dan membantunya memahami konsep Fisika dengan bantuan visualisasi konsep itu. Komputer, media belajar audio visual, dianggap memiliki keunggulan daripada sekedar menggunakan media belajar cetak (visual).
E-modul bukanlah hal yang baru bagi mahasiswa saat ini. Penggunaan aplikasi di smartphone
dalam menunjang media
pembelajaran menjadi kebutuhan bagi mahasiswa. Hal ini juga dijelaskan oleh Ref [17] mengenai
persepsi mahasiswa dalam
penggunaan e-modul di laboratorium
yang baik dan mendukung
penggunaannya dalam praktikum. Oleh sebab itu, digunakan buku panduan praktikum berbasis online melalui website. The use of web-based learning media shows the advantages of getting online information without having to download applications so that it makes it easy for students to use practicum’s guidebook anytime and anywhere [21]. Penggunaan e-modul diharapkan dapat mengatasi kelemahan buku panduan praktikum pada materi Termodinamika yang harus dicetak terlebih dahulu sebelum dipakai di laboratorium.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi keterampilan proses sains mahasiswa yang menggunakan e-modul dalam Praktikum Fisika Dasar II, khususnya percobaan Termodinamika, yang ditinjau dari 4 indikator keterampilan proses sains terintegrasi yakni identifikasi variabel, membuat grafik, memperoleh dan memproses data, serta analisis investigasi.
Kebaruan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui keterampilan proses sains mahasiswa Pendidikan Fisika baik yang menggunakan buku panduan praktikum yang dicetak
maupun mahasiswa yang
menggunakan e-modul yang ditinjau melalui 4 indikator keterampilan terintegrasi. Esensi dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan penggunaan
e-modul dalam praktikum
Termodinamika sehingga dapat digunakan dalam kegiatan praktikum di program studi Pendidikan Fisika di Universitas Jambi sebagai salah satu media pembelajaran elektronik.
II. RESEARCH METHOD
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, yakni true experimental. True experiments comprise the most rigorous and strong experimental designs because of equating the groups through random assignment [22].
Gambar 1. Desain penelitian post-test control end experimental group.
Desain penelitian ini terdapat dua kelompok yang terdiri dari
Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 5 kelompok eksperimen dan kontrol.
Kelompok eksperimen diberikan perlakukan dengan menggunakan e-modul pada materi cermin datar. Hasil pengukuran kelompok yang diberi perlakukan disebut dengan O1.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakukan, kelompok kontrol menggunakan buku penuntun yang di cetak yang menghasilkan pengukuran disebut dengan O2.
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester II Pendidikan Fisika yang sedang mengontrak mata kuliah Fisika Dasar II. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan metode random sampling. Pada penelitian sampel yang digunakan adalah mahasiswa Pendidikan fisika berjumlah 65 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok secara random sehingga diperoleh 35 mahasiswa untuk kelas eksperimen dan 30 mahasiswa untuk kelas kontrol.
Intrumen penilaian yang digunakan adalah lembar observasi keterampilan proses sains dengan skor keterampilan yang digunakan berupa skala likert. Pemilihan skala empat bertujuan untuk menyesuaikan kriteria yang diinginkan yaitu: 1) Sangat Tidak Baik; 2) Tidak Baik; 3) Baik; and 4) Sangat Baik. Pada penelitian ini hanya menggunakan 8 indikator untuk penilaian keterampilan proses sains dasar mahasiswa yaitu identifikasi variabel, membuat grafik, memperoleh dan memproses data, serta analisis investigasi.
Data keterampilan proses sains mahasiswa dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Selanjutnya dianalisis menggunakan uji beda menggunakan statistic t-test untuk mengetahui penguasaan keterampilan proses sains mahasiswa yang dikelompokkan menjadi 4 kriteria seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Interval untuk Indikator Keterampilan Proses Sains
III.
RESULTS AND DISCUSSION
Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengembangkan bakat dan keterampilan siswa [23]. Dalam menyelesaikan masalah terkait sains, dibutuhkan keterampilan siswa dalam mengamati, mengumpulkan data bahkan menginvestigasi sains itu sendiri. Keterampilan proses sains merupakan segala kemampuan yang dibutuhkan untuk memperoleh,
mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains baik berupa kemampuan mental, fisik, maupun kemampuan sosial [24]. Mahasiswa Pendidikan Fisika berasal dari latar belakang sekolah yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, pengetahuan awal mahasiswa Pendidikan Fisika dipengaruhi oleh
Indikator Interval
Sangat
Tidak Baik Tidak Baik Baik Sangat Baik Identifikasi Variabel 3.00 – 5.25 5.26 – 7.50 7.51 – 9.75 9.76 – 12.00 Membuat Grafik, Memperoleh
dan Memproses Data, Analisis Investigasi
6 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON
pembelajaran Fisika yang
diperolehnya di sekolah dulu.
Saat di laboratorium, penyelidikan Fisika dilihat dari cara mahasiswa memperoleh data percobaan, yakni dengan mengamati dan memutuskan alat yang perlu digunakan, membuat hipotesis, mengambil atau mengumpulkan data berdasarkan prosedur yang tepat untuk membuktikan hipotesis, mengukur objek, menganalisis data percobaan kemudian menyimpulkan hasil dan membandingkan data dengan teori [225].
Pada penelitian ini, mahasiswa dibagi dalam 2 kelompok, yakni mahasiswa yang menggunakan e-modul dan mahasiswa yang
menggunakan buku panduan
praktikum yang dicetak. E-modul dibuat dengan memperhatikan aspek-aspek keterampilan proses sains yang dikombinasikan dengan penggunaan website sebagai wadah yang menghubungkan antara mahasiswa dengan modul praktikum. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa
dapat memperoleh media
pembelajaran yang dapat melatih keterampilan proses sainsnya, kapanpun dan dimanapun. Hasil analisis keterampilan proses sains mahasiswa berdasarkan hasil observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis penguasaan keterampilan proses sains terintegrasi mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jambi
Dari tabel 2, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang menggunakan e-modul (kelas eksperimen) memiliki keterampilan proses sains yang baik dibandingkan mahasiswa yang tidak menggunakan e-modul (kelas kontrol). Hal ini ditunjukkan dengan jelas bahwa di setiap indikator keterampilan proses sains terintegrasi memiliki skor maksimum
tertinggi di kelas eksperimen. Selain itu, nilai mean di setiap indikator keterampilan proses sains pada kelas eksperimen juga menunjukkan skor yang lebih tinggi daripada kelas
kontrol. Skor penguasaan
keterampilan proses sains terintegrasi mahasiswa secara lebih rinci dijabarkan dalam tabel 3.
Kelas Indikator Min Max Mean Std.
Deviation
Experimen Mengidentifikasi variabel 6.00 12.00 9.97 1.91
Menyusun grafik 4.00 8.00 6.47 1.44
Memperoleh dan memproses data 3.00 8.00 6.32 1.34 Menganalisis investigasi 4.00 8.00 6.38 1.41
Kontrol Mengidentifikasi variabel 6.00 11.00 8.30 1.44
Menyusun grafik 3.00 8.00 5.46 1.41
Memperoleh dan memproses data 3.00 8.00 5.66 1.32 Menganalisis investigasi 4.00 8.00 6.06 1.11
Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 7 Tabel 3. Skor penguasaan keterampilan proses sains terintegrasi mahasiswa Pendidikan
Fisika Universitas Jambi
Kelas Indikator Kategori
SB
(%) (%) B (%) TB STB (%)
Experimen Mengidentifikasi variabel 51.4 37.1 11.5 0
Menyusun grafik 47.1 35.3 17.6 0
Memperoleh dan memproses data 47.1 35.3 14.7 2.9 Menganalisis investigasi 44.1 38.3 17.6 0
Kontrol Mengidentifikasi variabel 26.7 50.0 23.3 0
Menyusun grafik 23.3 33.3 26.7 16.7
Memperoleh dan memproses data 23.3 50.0 16.7 10.0 Menganalisis investigasi 43.3 30.0 26.7 0
Berdasarkan informasi pada tabel 3, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jambi memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang baik. Hal ini diindikasikan melalui persentase di tiap indikator berada pada kategori baik. Namun, mahasiswa di kelas eksperimen memiliki persentase yang lebih tinggi daripada mahasiswa di kelas kontrol.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ref [26] yang menyatakan bahwa penggunaan e-modul dapat meningkatkan keterampilan proses sains mahasiswa di perguruan tinggi. Hanya saja, pada penelitian Ref [26] meninjau keterampilan proses sains dasar pada praktikum Pemantulan di Cermin Datar. Pada penelitian ini ditinjau 4 indikator keterampilan proses sains terintegrasi yang meliputi identifikasi variabel, membuat grafik, memperoleh dan memproses data, serta analisis investigasi pada kegiatan praktikum Termodinamika.
As one of the integrated science process skills, identifying variables requires more advanced basic knowledge [27]. Pada aspek keterampilan identifikasi variabel ada
3 hal yang perlu diamati yakni kemampuan mahasiswa untuk menyatakan variabel bebas, variabel terikat, dan variabel konstan dengan tepat. Pada aspek ini, 11.5% mahasiswa di kelas eksperimen ragu untuk menentukan variabel kontrol. Sedangkan, sebagaian mahasiswa di kelas kontrol, ragu untuk mengungkapkan variabel yang ada pada kegiatan eksperimen. Hal ini didukung oleh Ref [28], from the result of interview, students have never practiced micrometer screw and they also do not understand the meaning of the variables in an experiment. Mahasiwa lebih mempercayai argumen temannya dibandingkan idenya sendiri.
Aspek selanjutnya adalah membuat grafik. Keterampilan ini
berhubungan erat dengan
keterampilan membuat tabel data, semakin baik keterampilan membuat tabel data maka semakin baik pula keterampilan membuat grafik. Mahasiswa di kelas experiment berada pada kategori sangat baik, sedangkan mahasiswa di kelas kontrol berada pada kategori baik. Mahasiswa di kelas eksperimen yang mampu mengidentifikasikan variabel dalam
8 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON percobaan, tertarik untuk membuat
beberapa grafik yang berhubungan
dengan variabel yang
diidentifikasinya.
Namun mahasiswa di kelas kontrol, hanya membuat grafik hubungan sesuai dengan contoh pada modulnya. Sebagian mahasiswa kurang tertarik mengkomunikasikan hasil temuannya melalui grafik. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa belum memiliki sikap yang baik. Positive student attitudes toward physics will have a sense of fun when the learning process takes place [29]. Selain itu, keterbatasan hasil temuan yang disajikan melalui tabel data adalah salah satu faktor yang
membuat mahasiswa malas
mengkomunikasi-kan temuannya melalui tabel data. Oleh sebab itu, keterampilan membuat grafik dapat mempengaruhi keterampilan lainnya seperti memperoleh dan memproses data.
Dalam indikator memperoleh dan memproses data, ditinjau dari kemampuan mahasiswa dalam menampilkan data hasil percobaan dalam bentuk tabel data maupun grafik. Ref [28] juga menjelaskan bahwa, process skills of collecting and processing data are a skill to obtain information or data from the literature or observation. Pada kelas eksperimen, mahasiswa tertarik untuk menambah pengulangan percobaan untuk memperoleh data yang valid sesuai dengan saran yang dijelaskan pada e-modul. Students should have previous experience observing, classifying, and measuring before interpreting data [27]. Kemampuan mahasiswa dalam menunjukkan hasil temuannya
berhubungan erat dengan
keterampilan proses sains dasar yang
dimiliki mahasiswa. Berdasarkan Ref [11] yang menyatakan bahwa keteramilan memperoleh dan memproses data dipengaruhi oleh rendahnya keterampilan mahasiswa dalam mengklasifikasikan alat dan bahan praktikum.
Indikator selanjutnya adalah analisis investigasi yang meninjau kemampuan mahasiswa untuk menyesuaikan dan memutuskan bahwa percobaan yang dilakukannya sesuai dengan hipotesisnya. Dalam hal ini, mahasiswa sebaiknya memiliki keyakinan akan idenya terhadap rancangan dan rencana percobaan yang telah dipikirkannya. Hal ini juga dijelaskan oleh Ref [11] yang menjelaskan bahwa saat mahasiswa
melakukan pengamatan dan
menganalisis hasil observasi, maka mereka akan menemukan pola yang dapat memprediksi keadaan yang belum terjadi atau diamatinya.
Mahasiswa di kelas
eksperimen mampu melakukan kegiatan eksperimen dengan baik karena prosedur percobaan dijelaskan dengan runtut pada e-modul. Sedangkan mahasiswa di kelas kontrol cenderung membutuhkan tindakan demonstrasi asisten lab untuk membantunya memahami prosedur percobaan. Oleh sebab itu, sekitar 20% mahasiswa di kelas kontrol berada pada kategori tidak baik.
Sebagai aset bangsa, perlu dibina dalam tiga aspek yakni, kognitif, keterampilan, dan sikap [30]. Dari beberapa indikator yang ditinjau dalam observasi yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jambi memiliki penguasaan keterampilan proses sains yang tergolong dalam kategori baik. Namun, masing-masing
Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 9 kelas memiliki aspek keterampilan
proses sains yang dominan yakni identifikasi variabel untuk kelas eksperimen, dan aspek analisis investigasi untuk kelas kontrol.
Kemajuan teknologi telah
mempengaruhi siswa dalam proses belajarnya [31].
Tiap kelas memiliki caranya tersendiri (sikap) untuk melakukan praktikum. Sikap dalam pembelajaran sangatlah penting, begitu pun dengan sikap yang ada pada pembelajaran terhadap mata kuliah di perguruan tinggi [32]. Mahasiswa di kelas
eksperimen juga mampu
menggunakan langsung e-modul di
laboratorium tanpa di
demonstrasikan. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudah siap dalam pemanfaatan teknologi dalam menunjang proses belajarnya.
Penggunaan e-modul dapat
memberikan motivasi bagi mahasiswa untuk menambah jam belajarnya [33]. Online based mobile learning provides opportunities for students to study anytime and anywhere [25]. Penguasaan keterampilan proses sains terintegrasi mahasiswa yang tergolong baik menunjukkan bahwa mahasiswa Pendidikan Fisika memiliki bekal yang baik sebagai calon pendidik, khususnya di bidang pelajaran Fisika.
IV. CONCLUSION
Berdasarkan hasil analisis skor penguasaan keterampilan proses sains terintegrasi mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Jambi tergolong dalam kategori baik. Namun, kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki aspek dominannya masing-masing. Pada kelas eksperimen, identifikasi variabel
memiliki persentase tertinggi sebesar 51.4% dengan kategori sangat baik, sedangkan di kelas kontrol, aspek analisis investigasi memiliki persentase tertinggi sebesar 43.3% dengan kategori sangat baik.
ACKNOWLEDGMENT
Kami berterima kasih kepada ketua program studi Pendidikan Fisika yang telah memberi kami kesempatan untuk bekerja sama. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada kepala laboratorium Pendidikan Fisika di Universitas Jambi, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melakukan penelitian di laboratorium Pendidikan Fisika Universitas Jambi. Selain itu, terima kasih kepada semua mahasiswa Pendidikan Fisika yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
REFERENCES
[1] Astalini, Darmaji, D. A. Kurniawan, and A. Destianti, “Description of the Dimensions Attitudes towards Science in Junior High School at Muaro Jambi,” Int. J. Sci. Basic Appl. Res. (IJSBAR)., vol. 47, no. 1, pp. 1–11, 2019.
[2] Astalini, D. A. Kurniawan, R. Melsayanti, and A. Destianti, “Sikap Terhadap Mata Pelajaran IPA Di SMP Se-Kabupaten Muaro Jambi,” Lentera Pendidik., vol. 21, no. 2, pp. 214–227, 2018.
[3] Astalini, D. A. Kurniawan, R. Perdana, and W. Kurniawan, “Journal of Educational Science and Technology,” J. Educ. Sci. Technol., vol. 5, no. 1, pp. 39–48,
10 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON 2019. [4] D. A. Kurniawan, Astalini, and L. Anggraini, “Evaluasi Sikap Siswa Smp Terhadap Ipa Di Kabupaten Muaro Jambi,” J. Ilm. Didakt. VOL., vol. 19, no. 1, pp. 124–139, 2018. [5] Astalini, D. A. Kurniawan, and Sumaryanti, “Sikap S Iswa T Erhadap P Elajaran F Isika Di Sman K Abupaten Batanghari,” J. Ilmu Pendidik. Fis., vol. 3, no. 2, pp. 59–64, 2018.
[6] D. A. Kurniawan, Astalini, A. Susanti, and Maison, “Attitudes of College Students on the Subject of Mathematical Physics III in Physics Education Program of Jambi University,” Educ. Rev. USA, vol. 2, no. 11, pp. 505–513, 2018.
[7] Darmaji, D. A. Kurniawan, and Irdianti, “Physics education students’ science process skills,” Int. J. Eval. Res. Educ., vol. 8, no. 2, pp. 293–298, 2019.
[8] Darmaji, D. A. Kurniawan, and A. Lestari, “Deskripsi keterampilan proses sains mahasiswa pendidikan fisika pada praktikum suhu dan kalor,” J. Ris. dan Kaji. Pendidik. Fis., vol. 5, no. 2, pp. 68–72, 2018.
[9] Darmaji, Astalini, A. Rahayu, and Maison, “Development Physics Practical Guided Based on Science Process Skill Using Problem Solving,” EDUSAINS, vol. 10, no. 1, pp. 83–96, 2018. [10] Darmaji, D. A. Kurniawan, and A.
Suryani, “Effectiveness of Basic Physics II Practicum Guidelines
Based On Science Process Skills,” J. ILMU Pendidik. Fis., vol. 4, no. 1, pp. 1–7, 2019.
[11] Darmaji, D. A. Kurniawan, H. Parasdila, and Irdianti, “Deskripsi Keterampilan Proses Sains Mahasiswa pada Materi Termodinamika,” Berk. Ilm. Pendidik. Fis., vol. 6, no. 3, pp. 345–353, 2018.
[12] Darmaji, D. A. Kurniawan, H. Parasdila, Irdianti, S. Hadijah, and R. Perdana, “Practicum Guide : Basic Physics Based Of Science Process Skill,” Humanit. Soc. Sci. Rev., vol. 7, no. 4, pp. 151–160, 2019.
[13] Darmaji, D. A. Kurniawan, H. Parasdila, and Irdianti, “Description of Science Process Skills’ Physics Education Students at Jambi University in
Temperature and Heat
Materials,” Educ. Rev., vol. 2, no. 9, pp. 485–498, 2018.
[14] Maison, Darmaji, Astalini, D. A. Kurniawan, and P. S. Indrawati, “Science process skills and motivation,” Humanit. Soc. Sci. Rev., vol. 7, no. 5, pp. 48–56, 2019.
[15] Darmaji, D. A. Kurniawan, A. Suryani, and A. Lestari, “An Identification Of Physics Pre-Service Teachers ’ Science Process Skills Through Science Process Skills -Based Practicum Guidebook,” J. Ilm. Pendidik. Fis. Al-BiRuNi, vol. 07, no. October, pp. 239–245, 2018.
Volume 6, Nomor 2 Desember 2019 11 Physics," London: Greenwood
Press, 2013.
[17] Darmaji, D. A. Kurniawan, Astalini, and A. Lumbantoruan, "Students’ Perceptions of Electronic’s Module in Physics Practicum," Journal of Education and Learning (EduLearn), vol. 13 no. 2, pp. 288-294, 2019.
[18] T. Wurdiyanti. "Pengembangan Program Pembelajaran Fisika SMA Berbantuan Komputer," Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, vol. 8 no. 2, 178–198, 2006.
[19] A. Irina, B. Irina, G. Anastasia, and D. Elena. "Active Learning Technologies in Distance," International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and Education, vol. 7 no. 1, 85– 94, 2019.
[20] Suharyanto. "Pengembangan Animasi Komputer Pada Pembelajaran Fisika SMA," Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, vol. 9 no. 1, 43–58, 2007.
[21] Darmaji, D. A. Kurniawan, Astalini, A. Lumbantoruan, and S. C. Samosir, “Mobile Learning in Higher Education for The Industrial Revolution 4 . 0 : Perception and Response of Physics Practicum,” Int. J. Interact. Mob. Technol., vol. 13, no. 9, pp. 4–20, 2019.
[22] J. W. Creswell, "Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Quantitativ and Qualitativ Research," Lincoln: University of Nebraska, 2012.
[23] Harianto, and Sunarto. "Pengembangan Panduan Praktikum Fisika Berbasis TRI NGA pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Kelas XI," Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON, vol. 5 no. 2, pp. 27-32, 2018. [24] Y. Yuliati, “Peningkatan
Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah,” Jurnal Cakrawala Pendas, vol. 2 no. 2, pp. 71-83, 2016.
[25] Astalini, Kurniawan, D. A., Perdana, R., and Pathoni, H. “Identifikasi Sikap Peserta Didik terhadap Mata Pelajaran Fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Kota Jambi,” Unnes Physics Education Journal (UPEJ), vol. 8 no. 1, pp. 34-43, 2019. [26] Astalini, Darmaji, Wawan
Kurniawan, Khairul Anwar, Dwi Agus Kurniawan, “Effectiveness of Using Module and E-Assessment,” Int. J. Interact. Mob. Technol., vol. 13, no. 9, pp. 21-39, 2019
[27] S. Ozgelen, “Students’ Science Process Skills within a Cognitive Domain Framework,” Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, vol. 8 no. 4, pp. 283-292, 2012.
[28] D. A. Kurniawan, Darmaji, Astalini, and P. Sefiah. “Description of Science Process Skills for Physics Teacher’s Candidate,” Azerbaijan Journal of Educational Studies, vol. 684 no. 3, pp.71-85, 2018.
[29] Astalini, D. A. Kurniawan, R. Perdana, and D. Kurniasari. “Identification of Student
12 Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON Attitudes toward Physics
Learning at Batanghari District High School,” The Educational Review, USA, vol. 2 no. 9, pp. 475-484, 2018.
[30] Lasmita, and L. Kartina. “Pengaruh Karakter Kerja Keras Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Fisika di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muaro Jambi,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON, vol. 6 no. 1, pp. 15-23, 2019.
[31] R. W. Dari, and Maulidinah.
“Penerapan Karakter
Menghargai Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Fisika,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika-COMPTON, vol. 6 no. 1, pp. 24-34, 2019.
[32] Astalini, Maison, M. Ikhlas, and
D. A. Kurniawan,
“Pengembangan Instrumen Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Fisika Matematika,” EDUSAINS, vol. 10 no. 1, pp. 46-52, 2018.
[33] Darmaji, D. A. Kurniawan, Astalini, and N. R. Nasih. “Persepsi Mahasiswa ada Penuntun Praktikum Fisika Dasar II Berbasis Mobile Learning,” Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, vol. 4 no. 4, pp. 516-523, 2019.