Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 18
PROFIL UNIT PEMUKIMAN TRANSMIGRASI NELAYAN GASAN GADANG
Oleh :
Hasan Basri Nasution
Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Padang
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang ada pada UPT/Unit Pemukiman Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat.
Responden adalah keseluruhan 50 kepala keluarga yang menempati lokasi transmigrasi nelayan Gasan Gadang. Untuk melengkapi hasil survey dan observasi lapangan data sekunder dikumpulkan dari berbagai pihak yang terkait.
Letak UPT Nelayan Gasan Gadang, secara ekonomis cukup strategis. Berada ± 500 m arah ke laut di pinggir jalur transportasi darat Pariaman – Agam – Pasaman, pada posisi 000 25' 53,7" - 000 26' 14,6" LS dan 990 57' 43,6" - 990 58' 31,5" BT.
Setiap keluarga transmigran memperoleh lahan 1000 m2 dan rumah tinggal 24 m2. Memperoleh penghasilan antara Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 200.000,- per bulan. Tetapi pada musim udang bisa mendapatkan tangkapan seharga Rp. 2.000.000,- sekali melaut. Tanggungan keluarga (istri dan anak) sebagian besar (48%) 4 orang, 9,09% dengan tanggungan 3 orang, 22,7% dengan tanggungan 5 orang dan 31,8% dengan tanggungan 7 orang.
Kondisi sumber daya alam sekitar kawasan transmigrasi Gasan Gadang relatif baik. Hutan Mangrove didominasi oleh Sonneratia alba dengan ketebalan 50–100 meter dan panjangnya sekitar 1500 meter. Terumbu karang terdapat pada beberapa gosong karang seperti Karang ujung, Gosong-gosong Karang, Gosong Ingaris, Gorong Karang Dua, dan Kaningsagi.
PENDAHULUAN
Dari sekitar 3,2 juta nelayan di Indonesia 70% di antaranya berada di bawah garis kemiskinan. Untuk menanggulanginya diperlukan program yang sinergi antar berbagai institusi. Selain itu juga diperlukan konsistensi. Penanggulangan kemiskinan tidak bisa ditangani sebagai sebuah proyek (Dahuri, 2001).
Emil Salim dalam Supriatna (2000),
mengemukakan 5 karakteristik
kemiskinan, adalah :
a. Penduduk miskin pada umumnya tidak mempunyai faktor produksi sendiri.
b. Tidak mungkin memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. c. Tingkat pendidikan pada umumnya
rendah.
d. Banyak di antara mereka tidak mempunyai fasilitas.
e. Berusaha relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai.
Hasil penelitian Nasution (1999) di Pasir
Kandang Kota Madya Padang
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
keluarga nelayan adalah Rp. 761.774,-. Nelayan dan petani ikan mesti menjadi tuan rumah dilautnya sendiri agar potensi sumber daya laut dapat dinikmati oleh nelayan dan petani ikan kita sendiri. Dalam perikanan tangkap salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah
peningkatan kemampuan armada
perikanan, terutama yang dimiliki nelayan skala kecil (Dahuri, 2001).
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Barat telah membangun sebuah Unit Pemukiman Transmigrasi/UPT Nelayan di Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman. Di sini ditempatkan 50 kepala keluarga nelayan. Untuk pengembangan selanjutnya lokasi ini, kondisi sumber daya alam sekitarnya serta sumber daya manusia yang ada perlu dipahami.
MATERI DAN METODE TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Unit Pemukiman Transmigrasi/UPT Nelayan Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman. Dimulai pada awal Oktober sampai dengan akhir Desember 2002. MATERI DAN RESPONDEN PENELITIAN
Keseluruhan kepala keluarga yang ada di lokasi transmigrasi nelayan Gasan Gadang dijadikan sebagai materi penelitian. Pada waktu dikunjungi di lokasi ada 50 kepala keluarga, semuanya dijadikan sebagai responden.
METODA PENELITIAN
Untuk mendapatkan data primer, ke lokasi transmigrasi nelayan Gasan Gadang dilakukan survei, observasi dan wawancara dengan pemukim. Kuesioner yang dipersiapkan diisi oleh peneliti sesuai dengan keterangan responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang terkait.
Pengolahan dan analisis data adalah analisis deskriptif kuantitatif. Data primer yang diperoleh ditabulasikan, dihitung rata-rata dan persentasenya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF Lokasi Unit Pemukiman Transmigrasi nelayan Gasan Gadang terletak di Kenagarian Gasan Gadang, Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman. Kawasan ini berada disepanjang pantai ± 500 m panjangnya yang berhubungan langsung dengan perairan laut selat Mentawai/Lautan Hindia, memanjang dari Barat Laut ke Tenggara dengan posisi 000 25' 53,7" - 000 26' 14,6" LS dan 990 57' 43,6" - 990 58' 31,5" BT.
Secara administratif kawasan lokasi transmigrasi nelayan terletak di Jorong Mandailing Kenagarian Gasan Gadang, Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman dengan luas lahan ± 12 Ha.
Batas-batas lokasi transmigrasi nelayan Gasan Gadang meliputi :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gasan Kecil, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan pasar Gasan Gadang.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Mentawai/Lautan Hindia.
AKSESIBILITAS
Jarak dari dan ke lokasi transmigrasi nelayan dan tempat-tempat penting dapat dilihat pada Tabel 1.
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
Tabel 1. Jarak dari dan ke Lokasi Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang No. Dari dan ke Jarak (Km) Sarana Transportasi
1. 2. 3. 4. Jalan Utama Kota Kecamatan Kota Kabupaten Kota Propinsi 0,20 5,0 29,0 85,0
Kendaraan roda dua Kendaraan roda empat Kendaraan roda empat Kendaraan roda empat IKLIM
Suhu udara rata-rata lokasi transmigrasi nelayan Gasan Gadang berkisar antara 29,50C – 31,50C dengan kelembaban udara berkisar 79% - 96%.
Kawasan Gasan Gadang dan sekitarnya secara keseluruhan setiap tahun terjadi curah hujan dengan rata-rata volume mencapai 313,42 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 7-16 hari per bulan. Volume curah hujan dan jumlah hari hujan
di sekitar kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang tahun 2001 dapat disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2. maka menurut
Schmit dan Ferguson (1951)
menggolongkan iklim daerah ini ke dalam Tipe A. Iklim tipe ini menggambarkan bahwa bulan basah di daerah ini lebih dari 9 (sembilan) bulan, di mana bulan kering volume curah hujan kurang dari 60 mm sedangkan bulan basah volume curah hujan lebih dari 100 mm.
Tabel 2. Volume Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Sekitar Gasan Gadang No. Bulan Volume Hari Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan (mm)
1. Januari 340 11 2. Februari 208 8 3. Maret 340 10 4. April 293 10 5. Mei 231 11 6. Juni 171 7 7. Juli 214 9 8. Agustus 292 12 9. September 412 13 10. Oktober 437 16 11. November 497 14 12. Desember 326 11 Jumlah 3761 132 Rata-rata 313,42 11
Sumber : Laporan Studi Kelayakan Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang (2001) Musim hujan biasanya terjadi pada bulan
Oktober – Mei sementara musim kemarau terjadi pada bulan Juni – Agustus.
SUMBERDAYA ALAM
SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUTAN Mangrove
Kondisi mangrove di kawasan
transmigrasi Gasan Gadang tidak begitu luas, di samping itu keanekaragamannya
juga relatif rendah. Lokasi mangrove ini terletak di sebelah Timur pemukiman transmigrasi nelayan Gasan Gadang dan dari pengamatan sudah ada aktivitas masyarakat setempat seperti penebangan untuk kayu bakar dan juga untuk pembuatan saluran air. Hutan mangrove di lokasi ini didominasi oleh Sonneratia alba dengan ketebalan 50-100 meter dan panjangnya sekitar 1.500 meter berhubungan langsung dengan kawasan mangrove di daerah Tiku, sehingga
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
luasnya sekitar 12 Ha dengan tingkat kerusakan mencapai 15%. Kondisi tegakan mangrove di lokasi ini masih cukup baik dilihat dari diameter rata-rata dari pohon ini sekitar 20-35 cm dan tinggi rata-ratanya sekitar 5-10 meter. Fauna akuatik yang terdapat di sini adalah lokan, udang, kepiting bakau, dan ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan bandeng, dan ikan-ikan lainnya (PKMKP, 2002). Terumbu Karang
Terumbu karang di sekitar perairan laut Gasan Gadang terdapat pada beberapa gosong karang seperti Karang Ujung,
Gosong-Gosong Karang, Gosong
Inggaris, Gosong Karang Dua, Kaningsagi dan sebagainya. Kondisi terumbu karang di kawasan ini masih relatif baik. Hal ini disebabkan selain penangkapan ikan dengan bom dan potasium tidak terdapat di daerah ini, juga adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian sumberdaya ini (PKMKP, 2002).
Estuaria
Di kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang terdapat estuaria yaitu di bagian Timur pemukiman transmigran yang merupakan estuaria dataran pesisir dimana pembentukannya terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai di bagian pantai yang landai. Estuaria dataran pesisir ini memanjang dari Batang Gasan Gadang sampai kawasan pemukiman transmigran sekitar 1500 m dan lebar 15 m (2,25 Ha) terus ke daerah Gasan Kecil Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.
Di sisi Barat pemukiman bagian pantai terbentang laguna estuaria yang terbentuk oleh adanya bentangan pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung secara terbuka dengan perairan laut. Jenis estuaria ini diperkirakan luasnya mencapai 2,5 Ha sedangkan yang berada di kawasan pemukiman sekitar 0,75 Ha, dengan kedalaman 0,5 – 1,0 m dan salinitas mencapai 40/00.
Pantai
Kondisi pantai di daerah kawasan transmigrasi Gasan Gadang dapat dikatakan sangat baik dengan lebar dari pemukiman transmigran ke arah laut mencapai 100 meter.
Kawasan pantai ini merupakan "tanah maelo" di mana luas pantai makin bertambah dengan makin bertambahnya waktu. Semakin bertambahnya waktu, pantai di kawasan ini telah ditumbuhi cemara laut dan ditanami kelapa oleh masyarakat peserta transmigrasi.
Perairan Laut
Pemanfaatan sumberdaya perikanan di sekitar perairan laut Gasan Gadang masih terbatas pada ikan pelagis kecil, yang didominasi ikan selar, kembung, dan layur. Ikan demersal seperti pari, kerapu dan kakap serta hasil produksi perikanan lainnya seperti udang dogol, udang barong (lobster) dan kepiting. Produksi hasil tangkapan nelayan di kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang masih relatif rendah. Sebagai gambaran pada musim ikan terutama pada bulan Agustus sampai Desember produksi rata-rata hasil tangkapan jenis ikan dominan seperti ikan selar dan kembung mencapai 500 kg, layur 200 kg dan cakalang 20 kg per trip (satu hari). Sementara bila di luar musim ikan, produksi ikan setempat yang terdiri dari berbagai jenis ikan hanya sekitar 100 kg per trip. Sedangkan udang dogol dan lobster musim puncaknya pada bulan September sampai Oktober, (PKMKP, 2002). Produksi ikan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 1996 - 2000 dapat dilihat pada Tabel 3.
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
Tabel 3. Produksi (Ton) Perikanan Kabupaten Padang Pariaman Tahun 1996-2000
No. Nama Ikan 1996 1997 1998 1999 2000
A. Pelagis Besar 1. Madidihang 3.927,40 4.771,80 5.192,20 1.297,40 1.969,00 2. Cakalang 4.054,40 4.805,70 5.075,00 5.174,20 3.857,80 3. Tongkol 4.236,90 4.825,00 7.912,60 7.912,60 5.729,40 4. Tenggiri 689,00 70,50 406,40 406,40 167,30 5. Sunglir - - - - - Total 12.907,70 14.473,00 15.784,90 14,790,60 11.723,50 B. Pelagis Kecil 1. Layang 386,40 357,10 316,80 121,90 158,60 2. Kembung 775,20 948,50 836,70 610,30 823,30 3. Selar 322,10 278,10 250,90 593,00 562,20 4. Lemuru 58,70 182,90 161,30 855,80 514,60 5. Tembang 872,00 411,20 367,00 3.954,40 2.539,40 6. Teri 1.901,90 1.357,40 1.259,30 1.825,80 3.496,80 7. Layur 1.307,00 639,20 520,10 294,50 163,90 8. Peperek 197,00 192,20 172,30 183,30 145,30 9. Tetengkek 455,00 264,30 233,70 239,10 65,10 10. Japuh 472,70 175,40 148,60 125,50 122,30 11. Golok2/Parang-parang 162,30 133,50 121,20 195,80 194,80 12. Kuro/Senangin 146,10 138,30 126,30 69,10 41,00 Total 7.056,40 5.078,10 4.514,20 9.068,50 8.827,30 C. Demersal I. Komersial Utama 1. Kerapu 1.652,20 3.344,50 3.590,00 1.275,30 559,20 2. Bambangan 257,20 252,80 228,50 547,20 166,60 3. Kakap Putih - - - - - 4. Kuwe 232,90 268,30 233,10 363,70 1.296,10 5. Nomei - - - - - Sub Jumlah 2.233,30 3.865,60 4051,60 2.186,20 2.021.90
II. Komersial Kedua
1. Bawal Hitam - - - - - 2. Kurisi 657,00 312,00 281,30 51,50 43,80 3. Pari 226,40 153,60 133,60 66,80 53,20 4. Cucut 215,20 170,90 148,50 35,40 37,50 Sub Jumlah 1.098,60 636,50 563,40 153,70 134,50 III. Lain-lain 1. Beloso - - - - - 2. Sebelah - - - 73,50 29,40 Sub Jumlah - - - 73,50 29,40 Total 3.331,90 4.502,10 4.615,00 2.413,40 2.185,80 D. Ikan Karang Lencam - - - - - Swangi Batu - - - - - Biji nangka 183,30 163,00 160,90 - - Ikan-ikan lainnya 1.899,60 1.439,90 1.511,80 207,70 2.811,90 Total 2.082,90 1.602,90 1.672,70 207,70 2.811,90 E. Udang 1. Udang Putih - - - - - 2. Udang Windu - - - - - 3. Udang Dogol - - - 171,60 59,20 4. Udang-udang Lain 257,60 283,50 357,50 124,90 31,80 Total 257,60 283.50 357,50 296,50 91,00 F. Perikanan Lainnya 1. Rajuangan - - - 28,10 49,80 2. Kepiting - - - 232,20 316,60 3. Teripang 13,80 9,60 9,90 1,60 - Total 13,8- 9,60 9,90 261,90 366,40
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
SUMBER DAYA MANUSIA SOSIAL BUDAYA
Komposisi Penduduk
UPT Nelayan Gasan Gadang berlokasi di Jorong Mandailing. Komposisi dan jumlah
penduduk di Jorong ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Jorong Mandailing Kenagarian Gasan Gadang
No. Umur (th) Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan 1. 0 – 15 th 320 293 613 2. 16 – 25 th 218 253 471 3. 36 – 50 th 111 121 232 4. 51 – 75 th 88 87 175 5. > 75 27 32 59 Jumlah 764 786 1550
Sumber : Monografi Desa (2000)
Jumlah penduduk berumur 16 tahun s/d 50 tahun yang merupakan usia potensial untuk bekerja, cukup besar yakni 45,53%, sisanya orang tua dan anak-anak. 68,18% peserta transmigrasi telah bermukim selama 5 bulan dan 31,82% telah bermukim selama 6 bulan di lokasi
transmigrasi. Jumlah tanggungan kepala keluarga antara 1 sampai dengan 11 orang. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Tanggungan Kepala Keluarga Pemukim UPT Nelayan Gasan Gadang No. Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah Kepala Keluarga (Orang) %
1. 1 1 2 2. 2 3 6 3. 3 14 28 4. 4 9 18 5. 5 11 22 6. 6 6 12 7. 7 1 2 8. 8 2 4 9. 9 2 4 10. 10 1 2
Jumlah keseluruhan pemukim UPT nelayan Gasan Gadang adalah 277 orang. Rata-rata tanggungan tiap keluarga adalah 5 orang (1 istri dengan 4 anak). Keadaan ini menunjukkan keluarga nelayan peserta transmigrasi belum mengikuti keluarga berencana. Bila distribusi penduduk Kenagarian Gasan
Gadang rata-rata 77,98/km2 maka kerapatan penduduk UPT nelayan Gasan Gadang adalah 277 orang/10 Ha atau 2.770 orang/Km2. Suatu pemukiman yang cukup ramai.
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
Pendidikan
Dari hasil survei terlihat bahwa jumlah kepala keluarga peserta transmigrasi yang tidak tamat SD 2%, tamat SD 62%, tamat SLTP 28%, tamat SLTA 4% dan eks mahasiswa 2%. Istri peserta transmigrasi yang tamat SD 72%, tamat SLTP 18% dan tamat SLTA 10%. Seluruh kepala keluarga dan istrinya tidak pernah mengikuti pendidikan keterampilan, disamping sebagai nelayan usaha yang pernah mereka lakukan adalah bertani dan berkebun serta kedai minum kecil-kecilan. Kesehatan
Untuk keperluan berobat peserta transmigrasi memanfaatkan Puskesmas. Lokasi Puskesmas berada di Pasar Gasan Gadang yang jaraknya 0,7 km dari pemukiman transmigrasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Gasan Gadang diketahui tentang beberapa penyakit yang sering meng-hinggapi penduduk di daerah ini antara lain: ispa, bronchitis, asma, penyakit kulit dan gatal-gatal, hipertensi, reumatik, penyakit telinga, TBC, diare, dan kurang gizi. Khusus yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran peserta transmigrasi menghubungi bidan. Sejak Juli 2002, peserta transmigrasi telah dapat memanfaatkan Posyandu. Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat seperti Askes atau sejenisnya belum dikenal di sini.
BUDAYA
Adat Istiadat
Masyarakat Nagari Gasan Gadang terdiri dari 7 suku yaitu suku : Mandailing, Caniago, Piliang, Koto, Tanjung, Jambak dan Sikumbang. Pemimpin sebuah suku adalah ninik mamak (datuak). Untuk mengatur seluruh suku yang ada diangkat seorang penghulu (datuak penghulu). Di Gasan Gadang datuak penghulu diberi nama khusus yaitu Tuanku Rajo yang berasal dari suku Caniago dan Tanjung. Kemenakan Datuak Rangkayo Bandaro dan Datuak Rangkayo Sutan Sati.
Bila terjadi kemalangan, misalnya ada yang meninggal dunia, seluruh
masyarakat bergotong royong
menyelenggarakan jenazah. Bagi yang sakit masyarakat membantu bersama-sama pembiayaannya.
Tradisi Nelayan
Kebiasaan turun-temurun yang masih dilakukan nelayan bila akan turun ke laut menangkap ikan antara lain :
1. Melihat keadaan cuaca. Apabila kelihatan bintang-bintang tersusun seperti bentuk kala (kalajengking) merupakan tanda akan terjadinya badai besar. Lamanya badai tergantung banyaknya bintang yang ada. Apabila Gunung Pasaman tidak kelihatan dari pantai inipun merupakan tanda akan terjadinya badai ataupun hujan lebat.
2. Malimauan bagan atau turun kapal. Kegiatan yang bertujuan menghindari gangguan jin laut ataupun orang lain yang ingin berbuat jahat. Juga
supaya mendapatkan hasil
tangkapan lebih banyak.
3. Jika terjadi gelombang laut agak lain dari biasanya di tengah malam, ini menandakan akan datangnya hujan lebat atau badai.
4. Juga terdapat kegiatan ritual lainnya yang sering dilakukan masyarakat berkaitan dengan sumber alam misalnya :
Ratik tolak bala. Kegiatan ini tidak ada jadwal tetapnya. Dilaksanakan apabila telah terjadi banyak kegiatan yang melanda daerah di sekitar pantai. Tempat pelaksanaannya di pantai. Tujuan ritual kegiatan ini untuk membersihkan laut dari perbuatan kotor manusia. Pesertanya seluruh anggota masyarakat. Dipimpin imam/khatib dan pemuka-pemuka adat.
Kepemilikan dan Pemanfaatan Tanah Sistem kepemilikan tanah di Kenagarian Gasan Gadang bersifat komunal, sama halnya seperti di nagari lainnya di
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
Sumatera Barat. Diwariskan secara turun temurun menurut garis ibu (matrilineal). Kepemilikan tanah yang ditemukan di Nagari Gasan Gadang terdiri dari ulayat nagari, ulayat kaum dan milik pribadi. Tanah ulayat nagari terdiri dari pasia maelo dan tanah tumbuh. Pasia maelo, adalah hamparan tanah di pinggir pantai yang terbentuk akibat dibawa arus gelombang laut. Pinggir pantai semakin lebar dan maju arah ke laut. Tanah tumbuh terbentuk oleh karena perubahan aliran sungai. Berpindahnya aliran sungai ke tempat lain akan memunculkan daratan pada daerah yang ditinggalkannya. Ulayat kaum yang sudah dibagikan kepada keturunannya, lazim disebut ganggam bauntuak. Tanah dengan status ganggam bauntuak ini ada yang diturunkan kepada kemenakan, tetapi ada juga kepada anak. Tanah seperti ini statusnya berubah menjadi milik pribadi. Namun jika hendak dijual kepada pihak lain biasanya harus dengan persetujuan ninik mamak dan tungganai dari sapasukuan.
Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap perubahan, pembangunan dan pendatang cukup baik. Ini dibuktikan dengan kesediaan
masyarakat dan ninik mamak
menyerahkan lahan yang sebelumnya berstatus sebagai ulayat nagari untuk
digunakan pemerintah sebagai
pemukiman transmigrasi Gasan Gadang. Beberapa orang kepala keluarga nelayan yang sekarang menghuni lokasi transmigrasi sebelumnya berasal dari daerah lain, misalnya Agam, Pariaman, dan lain-lain. Sebagai urang sumando (menantu) di sini mereka diterima dengan baik.
EKONOMI
Kondisi dan Potensi
Lahan unit pemukiman transmigrasi (UPT) Nelayan Gasan Gadang, Jorong Mandailing terletak hanyak ± 500 meter arah ke laut di pinggir jalur transportasi darat Pariaman – Agam – Pasaman. Oleh karena itu keberadaan Unit Pemukiman
Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang Jorong Mandailing cukup strategis dari segi ekonomis.
UPT Nelayan Gasan Gadang ditempati 50 kepala keluarga. Setiap keluarga memperoleh lahan pekarangan dan perumahan seluas 1000m2 (25 m x 40m). Rumah yang disediakan berukuran 24 m2 (6 m x 4m) dengan konstruksi papan dan atap asbes, lantai yang semula hanya tanah saja, oleh pemukim telah dijadikan semen cor. Untuk sanitasi disediakan sumber air bersih yang berasal dari sumur, dilengkapi dengan jamban sederhana. Proyek transmigrasi juga menyediakan masing-masing 3 buah lentera sebagai penerangan di malam hari. Di samping itu kebutuhan pokok lainnya yang masih dibantu oleh proyek UPT untuk tiap-tiap keluarga adalah: beras, minyak tanah, minyak goreng, gula pasir, dan ikan yang kemudian ditukar dengan super mie, kecap, kacang padi, garam dan sabun cuci. Untuk kelengkapan peralatan rumah tangga juga diberikan antara lain peralatan masak seperti kuali, peralatan pertanian seperti cangkul, parang dan kapak. Sebagai tambahan juga diberikan tikar dan drum plastik dengan volume ± 400 liter air. Oleh pemukim lahan pekarangan telah ditanami antara lain dengan ubi, semangka, pohon melinjo dan pohon kelapa. Beberapa jenis bibit tanaman disediakan oleh proyek. Pemukim juga memelihara ayam, dengan memanfaatkan jaring yang sudah rusak sebagai kandangnya.
Usaha dan Penghasilan
Mata pencarian pokok sebagai gantungan hidup pemukim adalah sebagai nelayan. Alat tangkap yang digunakan terutama adalah jenis jaring monofilamen. Di sini dikenal dengan jaring kiki, jaring aso-aso dan lore. Hasil tangkapan yang mempunyai nilai ekonomis antara lain udang kelong. Bila sedang musim hasil tangkapan udang kelong 1 kali melaut bisa mencapai rata-rata Rp. 2.000.000,- dengan berat sekitar 20 kg. Bila tidak musimnya udang kelong menjadi langka,
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
maka penghasilan nelayan per bulan hanya berkisar Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 200.000,-. Penghasilan ini sangat tidak memadai bila dibandingkan dengan tanggungan keluarga (istri dengan anak) yang sebagian besar (48%) 4 orang. Hanya 9,09% kepala keluarga dengan tanggungan 3 orang. Sisanya 22,7% tanggungan 5 orang dan 31,8% tanggungan 7 orang. Rendahnya penghasilan ini menyebabkan pemukim tidak dapat menabung untuk persiapan hari tua. Dengan kondisi ekonomi rumah tangga seperti di atas istri yang turut berusaha mencari tambahan pendapatan hanya 13,6%. Usaha yang mereka lakukan antara lain berjualan makanan dan membuka kedai kopi. Penghasilan istri dari usahanya sendiri hanya Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 15.000- / bulan. Walaupun sedikit keuntungannya sebagian kecil makanan yang dijual juga dapat dimanfaatkan anak-anak mereka, dengan demikian mereka tak perlu lagi mengeluarkan uang jajan khusus buat anak-anaknya. Potensi istri nelayan sebenarnya masih dapat ditingkatkan karena mereka mempunyai keterampilan, antara lain: menjahit (27,2%) membuat kue (13,6%), pengolahan ikan (4,5%) dan yang bisa merangkap menjahit dan membuat kue (50%).
Untuk menanggulangi kesulitan usaha maupun keluarga, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan dana, pemukim hanya mengandalkan bantuan keluarga/famili di sekitarnya. Di tempat ini koperasi sudah berdiri tapi belum mempunyai kegiatan. Disamping itu kelompok nelayan juga belum terbentuk.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Kualitas sumber daya alam yang ada di sekitar UPT Nelayan Gasan Gadang relatif baik. Demikian pula sarana transportasi dan aksesibilitas ke berbagai kota lainnya relatif memadai. Kondisi ini mendukung
upaya nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
2. Sementara itu masyarakat nelayan di lokasi ini kualitasnya sebagai sumber daya manusia masih perlu ditingkatkan agar dapat menangkap peluang yang ada. Uluran tangan pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang terkait sangat diharapkan terutama dalam memberikan bimbingan teknis/keterampilan serta permodalan.
SARAN
Program Pemberdayaan Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang disarankan sebagai beriku :
1. Peningkatan kemandirian/peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kegiatannya antara lain : peningkatan keterampilan dan teknologi penangkapan serta pengolahan.
2. Peningkatan pendapatan.
Kegiatannya meliputi pemberian kesempatan yang lebih luas bagi nelayan mengakses lembaga keuangan.
3. Kemitraan, yang utama antara sesama nelayan di lokasi transmigrasi juga antara pengusaha kecil, menengah dan besar di pedesaan. Selanjutnya kemitraan antar perikanan dan pariwisata.
4. Pembentukan Tim Pendamping. Tim Pendamping/Tim Asistensi perlu dibentuk untuk membimbing, membina dan mengawasi kegiatan transmigrasi nelayan.
Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 2/2003 27
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, R. 2001. Konsistensi, Kunci Atasi Kemiskinan Nelayan. Jakarta: Kompas 13 Desember 2001. _____________. 2001. Dibutuhkan
Platform Pembangunan Ekonomi yang Berpihak ke Laut. Jakarta: Kompas, 30 Juli 2001.
Nasution, H.B. 1999. Pengembangan Usaha Istri Nelayan Sumatera Barat. Kerjasama Bappeda Tk. I Sumbar dengan LPPM UBH. Padang.
PKMKP. 2002. Studi Pola Transmigrasi Nelayan di Kawasan Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2002. Kerjasama Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Barat dengan Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta. Padang.
Supriatna, Tjahya, S.U. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.