ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE
EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING
AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS
PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING
BOARD) PADA PT. INHUTANI 1 GRESIK
Farida Agustini Widjajati 1), Diaz Fitra Aksioma 2), Chusnul Chotimah 3)1)2)3)
Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya
1) [email protected] 2) [email protected] 3) [email protected]
Abstract— Pengendalian kualitas sangat dibutuhkan
dalam memproduksi suatu barang untuk menjaga kestabilan mutu hasil produksi dan sebagai salah satu usaha untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan kurang lancarnya fungsi dalam proses suatu produksi sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas produk. Salah satu alat pengendalian kualitas adalah peta kendali. Peta kendali yang digunakan untuk mendeteksi pergeseran kecil mean proses adalah peta kendali EWMA (Exponentially Weighted Moving Average). Hasil pengembangan dari peta kendali EWMA adalah DEWMA (Double Exponentially Weighted Moving Average), dimana peta kendali tersebut lebih sensitif dalam mendeteksi pergeseran kecil mean proses. Pada penelitian ini dilakukan pengkajian rumusan batas pengendali DEWMA, kemudian membandingkan peta kendali DEWMA dengan peta kendali EWMA dalam pengendalian kualitas produksi FJLB (Finger Joint Laminating Board) pada PT. Inhutani 1 Gresik. Dari hasil analisa dan pembahasan menunjukkan bahwa data proses produksi FJLB (Finger Joint Laminating Board) belum terkendali secara statistik. Peta kendali DEWMA lebih sensitif dalam mendeteksi pergeseran proses daripada peta kendali EWMA berdasarkan nilai ARL terkecil.
Keywords Peta Kendali, EWMA, DEWMA, ARL, FJLB
I. PENDAHULUAN
Semakin berkembangnya perusahaan di Indonesia, akan berdampak terhadap persaingan antar perusahaan satu dengan lainnya. Setiap perusahaan akan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik untuk konsumen. Oleh karena itu, masing-masing perusahaan harus memiliki perencanaan yang baik terhadap produk yang dihasilkannya. Apabila produk yang dihasilkan berkualitas baik, maka produk tersebut dapat menarik minat konsumen, sehingga konsumen akan percaya
terhadap perusahaan tersebut. Proses produksi adalah suatu kegiatan perbaikan terus-menerus yang dimulai dari sederet siklus, sejak adanya ide-ide menghasilkan produk, pengembangan produk, kegiatan produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Selama proses produksi berlangsung, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua produk yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik. Produk yang memiliki kualitas buruk tergolong sebagai produk yang cacat. Kecacatan produk adalah suatu produk yang tidak memenuhi syarat spesifikasi produk yang dihasilkan. Untuk meminimalisir kecacatan hasil produk, perlu dilakukan suatu kontrol kualitas. Pengendalian kualitas adalah aktivitas menejemen dan keteknikan yang dengan aktivitas itu perusahaan dapat mengukur ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang sebenarnya dan yang standar. Tujuan pokok pengendalian kualitas statistika adalah menyidik dengan cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau pergeseran proses dan tindakan pembetulan dapat dilakukan sebelum terlalu banyak unit yang tak sesuai diproduksi
Peta kendali adalah alat statistik yang digunakan untuk memonitor atau memantau suatu proses serta mempelajari perubahan proses dari waktu ke waktu. Peta kendali dapat mendeteksi proses yang out-of-control. Peta kendali yang sering digunakan untuk mendeteksi pergeseran nilai mean pada proses produksi adalah peta kendali Shewhart kurang sensitif dalam mendeteksi pergeseran proses yang kecil. Roberts menunjukkan bahwa peta kendali EWMA dapat mendeteksi pergeseran nilai mean yang kecil dalam suatu proses produksi. Tahun 1992, Shamma S.E. dan Shamma A.K. melakukan penelitian mengenai peta kendali DEWMA. Peta kendali DEWMA merupakan hasil pengembangan
dari peta kendali EWMA yang dapat mendeteksi pergeseran mean yang kecil dalam proses produksi.
PT. Inhutani 1 Gresik merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan kayu. Salah satu ptroduk yang dihasilkan adalah Finger
Joint Laminating Board. Selama proses produksi
FJLB, masih ditemukan penyimpangan atau cacat pada produk yang dihasilkan. Penyimpangan yang sering terjadi adalah ukuran yang melebihi atau tidak memenuhi standar spesifikasi yang diminta. Oleh karena itu, diperlukan penerapan sistem pengendalian kualitas yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini dilakukan analisis peta kendali DEWMA dalam pengendalian kualitas produksi FJLB pada PT. Inhutani 1 Gresik
II. TINJAUAN PUSTAKA
Peta Kendali EWMA
Peta kendali EWMA adalah peta kendali yang digunakan untuk mendeteksi pergeseran kecil
mean proses. Bentuk umum peta kendali EWMA
adalah :
1 1 j j j Y
x
Y (Eq.1) dengan,: parameter pembobot EWMA dengan nilai 0 < ≤ 1.
̅ : rata-rata sampel hasil produksi pada waktu ke- dengan adalah jumlah sampel dalam satu waktu
: nilai EWMA
: subgrup dengan = 1,2, … , .
Diasumsikan pengamatan dari suatu proses dengan variabel acak , berdistribusi normal ~ ( , ). Jika sampel ke- berukuran diambil dari suatu populasi dengan rata-rata dan variansi , maka ~ ̅ , ̅ dengan
̅ = dan ̅ = . Dengan = dan
= , batas pengendali dari peta kendali EWMA adalah = + ̅ ( ( ) ) (Eq.2) = = − ̅ ( ( ) ) (Eq.3) Untuk pengamatan ke- semakin besar. batas kontrol akan mendekati nilai stabil, sehingga diperoleh = + ̅ (2 − ) = = − ̅ (2 − )
Peta Kendali DEWMA
Peta kendali DEWMA merupakan hasil pengembangan dari peta kendali EWMA. Bentuk umum peta kendali DEWMA adalah sebagai berikut : Zj
Yj
1
Zj1 (Eq.4) atau dapat ditulis menjadi : 1 2 1 0 0 1 1 k j 1 1 j j k j k j Z k x j Y Z
(Eq.5) dengan,: parameter pembobot EWMA dengan nilai 0 < ≤ 1.
̅ : rata-rata sampel hasil produksi pada waktu ke- dengan adalah jumlah sampel dalam satu waktu
: nilai EWMA
: subgrup dengan = 1,2, … ,
Average Run Length
ARL merupakan rata-rata banyaknya sampel subgrup yang harus diamati sampai ditemukan out
of control yang pertama. Semakin kecil nilai ARL,
semakin cepat peta kendali tersebut dalam mendeteksi adanya pergeseran proses. Nilai ARL dapat dirumuskan sebagai berikut :
= (Eq.6) dengan merupakan probabilitas penerimaan hasil sampling yang seharusnya di tolak atau cacat. Untuk mencari dapat dinyatakan sebagai berikut:
= ( ≤ ̅ ≤ | = = + (Eq.7)
dengan adalah rata-rata proses setelah terjadi pergeseran. Sedangkan adalah rata-rata proses sebelum terjadi pergeseran, adalah konstanta pergeseran dan adalah standar deviasi proses
III. METODE PENELITIAN
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pendekatan statistik, agar kesimpulan dapat diperoleh secara tepat. Teknik statistik yang digunakan adalah analisis pengendalian kualitas dengan menggunakan peta kendali EWMA dan DEWMA.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji rumusan batas pengendali DEWMA 2. Analisis menggunakan peta kendali EWMA. 3. Analisis menggunakan peta kendali DEWMA 4. .Membandingkan peta kendali EWMA dan
DEWMA.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Batas Pengendali DEWMA
Untuk memperoleh batas pengendali DEWMA, perlu dicari nilai mean dan nilai varian dari . Nilai mean dari ,berdasarkan (Eq.5) adalah sebagai berikut : 2 1 0 0 1 1 1 1 1 j k j j j k k j Z k x j Y Z (Eq.8) (Eq.8) juga dapat ditulis sebagai berikut : 2 1 0 0 1 1 1 1 1 j k j j j k k j Z k x j Y Z (Eq.9)
Untuk memperoleh batas pengendali DEWMA, diperlukan nilai mean dan nilai varian dari . Nilai mean dari dapat diperoleh sebagai berikut: [ ] j Z E Zj 2 1 0 0 1 1 1 1 1 k j k j k j j E k x j Y Z
2 1 0 0 1 1 1 1 1 j k j k k j j E k x E j Y E Z 2 1 0 0 1 1 1 1 1 j k j k k j j E k x j Y Z
2 1 0 0 1 1 1 1 1 j k j j j k k k E x j Y Z (Eq.10)Untuk setiap subgrup, nilai rata-rata yang diharapkan merupakan nilai . Jika = 1,2,3, . . . , , maka [ ̅ ] = . Sehingga [ ̅ ] = [ ̅ ] = [ ̅ ] = ⋯ = [ ̅ ] = . (Eq.10) menjadi 2 0 0 0 1 1 1 1 1 j j k j j k Z k Z j Y Z
1 1 k j k k
membentuk deretAritmatika-Geometri dengan = (1 − )dan = . , sehingga nilai mean dari menjadi 1 2 0 0 0 2 1 (1 1 ) 1 1 1 1 (1 1 ) 1 1 j j j j j Z j Z j Y Z 2 0 0 0 2 (1 1 ) 1 1 1 j j j j j Y Z Z j
0 0 0 1 1 j j1 j Z j 1 jY 1 jZ karena = = , nilai mean adalah: Zi 0
(Eq.11) Nilai variansi dari adalah sebagai berikut : 2 ( ) Zj var Zj 2 1 0 0 1 1 1 1 1 j j k j j k k var k x j Y Z
2 1 0 0 1 ( 1 ) 1 1 1 j k j j k k j var k x var j Y var Z 2 1 0 1 , 2 1 1 1 k j k j j j cov k x j Y
2 1 0 1 ,1 2 1 1 k j k j k j x cov k Z
2cov j (
1
jY0,
1
jZ0) 2 1 1 1 0 0 2(0) 2(0) 2(0) 1 j k j k k x var k
2 2 1 1 1 1 j j k k k k x var
4 2
2 1 2 1 1 ( ) (1 ) k k k j k k var x
4 2 2 2 2 1 1 (1 ) j j k X k k
2 2 1 1 k j k k
membentuk deretAritmatika-Geometri dengan = (1 − ) dan = , sehingga nilai variansi dari menjadi: 2 4 2 2 2 2 4 2 2 6 4 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 (1 ) (1 1 ) j j j j x j Z j j j j
2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 3 1 1 1 1 2 ( .1 2 1 1 1 (1 1 ) 2) j j j j Z j x E j j q j j Setelah diperoleh nilai mean dan nilai varian dari , batas pengendali DEWMA adalah sebagai berikut : 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 0 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 ( .13) (1 1 ) j i i i x i i i BPA L i Eq 0 GT 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 0 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 ( .14) (1 1 ) j i i i x i i i BPB L i Eq
Untuk pengamatan ke i yang semakin besar, (Eq.13) dan (Eq.14) menjadi:
2
0 3 2 2 (2 ) j x BPA L
2
0 3 2 2 (2 ) j x BPB L Analisis Diskriptif Data
Berdasarkan data inspeksi hasil produksi FJLB ukuran 20x500x4200 mm diketahui bahwa nilai maksimum dan nilai minimum dari keseluruhan data adalah 20 mm dan 20,22 mm. Nilai rata-rata proses dan standar deviasi dengan
= 4 sisi board dan = 50, dimana n merupakan ukuran sampel dan m adalah banyaknya observasi, nilai mean prosesnya adalah 20,136 dan standar deviasi 0,021. Nilai awal dari EWMA ( ) merupakan nilai rata-rata proses yang diperoleh yaitu 20,136
Analisis Menggunakan Peta Kendali EWMA
Nilai masing-masing didapatkan dari (Eq.1). Masing-masing nilai saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Nilai 1 membutuhkun nilai
statistik sebelumnya yaitu 0 begitupun nilai 2 yang membutuhkan nilai 1. Hal itu berlaku hingga 50. Parameter yang digunakan adalah
= 0,1 hingga = 0,9
Setelah diperoleh nilai masing-masing , selanjutnya dapat dihitung batas pengendali atas dan batas pengendali bawah peta kendali EWMA dengan (Eq.2) dan (Eq.3). Kemudian dapat disusun peta kendali EWMA untuk menampilkan data inspeksi produk FJLB yang berada di dalam atau di luar batas pengendali. Peta kendali EWMA untuk = 0,1 hingga = 0,9 ditunjukkan pada Gambar 2. (a) Peta Kendali EWMA untuk = 0,1 (b) Peta Kendali EWMA untuk = 0,2 (c) Peta Kendali EWMA untuk = 0,3 (d) Peta Kendali EWMA untuk = 0,4 (e) Peta Kendali EWMA untuk = 0,5 (f) Peta Kendali EWMA untuk = 0,6 (g) Peta Kendali EWMA untuk = 0,7 (h) Peta Kendali EWMA untuk = 0,8 (i) Peta Kendali EWMA untuk = 0,9 Gambar 2 Peta Kendali EWMA untuk = 0,1 hingga = 0,9
Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat titik-titk plot data yang berada di luar batas pengendali. Hal ini menunjukkan bahwa proses produksi FJLB belum terkendali secara statistik.
Selama proses produksi FJLB terdapat sebab-sebab terduga yang mengakibatkan kecacatan produk
Analisis Menggunakan Peta Kendali DEWMA
Pengendalian kualitas produksi pada produk FJLB dengan menggunakan peta kendali DEWMA dilakukan untuk menunjukkan data hasil inspeksi produk FJLB sudah terkendali atau tidak. Nilai masing-masing didapatkan dari (Eq.5). masing-masing nilai saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Nilai membutuhkun nilai statistik sebelumnya yaitu begitupun nilai yang membutuhkan nilai . Hal itu berlaku hingga . Parameter yang digunakan adalah
= 0,1 hingga = 0,9, dengan nilai = 2,814 untuk ≤ 0,1 dan = 3 untuk > 0,1.
Setelah diperoleh nilai masing-masing , selanjutnya dapat dihitung batas pengendali atas dan batas pengendali bawah peta kendali EWMA dengan (Eq.9) dan (Eq.10). Kemudian dapat disusun peta kendali EWMA untuk menampilkan data inspeksi produk FJLB yang berada di dalam atau di luar batas pengendali. Peta kendali EWMA untuk = 0,1 hingga = 0,9 ditunjukkan pada Gambar 3. (a) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,1 (b) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,2 (c) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,3 (d) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,4 (e) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,5 (f) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,6 (g) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,7 (h) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,8 (i) Peta Kendali DEWMA untuk = 0,9
Gambar 3 Peta Kendali DEWMA untuk = 0,1
Pada Gambar 3, terdapat titik-titik plot yang berada di luar batas pengendali atas dan batas pengendali bawah peta kendali EWMA menunjukkan bahwa proses produksi FJLB belum terkendali secara statistik. Selama proses produksi FJLB terdapat sebab-sebab terduga yang mengakibatkan kecacatan produk.
Perbandingan Peta Kendali EWMA dan DEWMA
Setelah dilakukan penerapan masing-masing peta kendali terhadap data inspeksi hasil produksi FJLB, dilakukan perbandingan kedua metode untuk menunjukkan peta kendali yang paling sensitif dalam mendeteksi pergeseran proses berdasarkan nilai ARL. Semakin kecil nilai ARL, semakin cepat pula peta kendali mendeteksi pergeseran proses. Berdasarkan (Eq.6) nilai ARL peta kendali EWMA dan peta kendali DEWMA dengan pergeseran 0,39 ditunjukkan pada Tabel 1. TABEL 1 NILAI ARL PETA KENDALI DEWMA DAN EWMA DEWMA EWMA 0,1 1,378 1,606 0,2 1,704 2,307 0,3 2,081 2,851 0,4 2,544 4,065 0,5 3,178 5,336 0,6 4,065 8,496 0,7 6,223 12,180 0,8 10,132 21,277 0,9 21,277 39,683
Tabel 1 menujukkan bahwa nilai ARL peta kendali DEWMA lebih kecil dibandingkan nilai ARL pada peta kendali EWMA. Hasil perbandingan nilai ARL peta kendali DEWMA dan EWMA juga dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Grafik perbandingan peta kendali DEWMA dan EWMA berdasarkan nilai ARL
Gambar 4 menunjukkan bahwa peta kendali DEWMA lebih sensitif mendeteksi pergeseran kecil mean proses dari pada peta kendali EWMA karena mempunyai nilai ARL yang lebih kecil.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Batas pengendali peta kendali DEWMA dapat dirumuskan sebagai berikut : 2 2 2 2 2 2 2 3 4 0 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 (1 1 ) i i i i i i i BPA L 2 2 2 2 2 2 2 3 4 0 2 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 (1 1 ) i i i i i i i BPB L
2. Penerapan peta kendali DEWMA dan EWMA pada proses produksi PT Inhutani 1 Gresik menunjukkan bahwa produk FJLB (Finger Joint Laminating Board) belum terkendali secara statistik.
3. Setelah dilakukan penerapan peta kendali DEWMA dan peta kendali EWMA pada proses produksi produk FJLB, memberikan hasil bahwa peta kendali DEWMA lebih sensitif dalam mendeteksi pergeseran proses daripada peta kendali EWMA
DAFTAR PUSTAKA
Alkahtani, S. S. 2013, “Robustness of DEWMA versus
EWMA Control Charts to Non-Normal Process”, Journal of Modern Applied
Statistical Methods. 12(1).
Gasperz, V. 2004,. Total Quality Management, PT Gramedia, Jakarta,:
Gradshteyn, I.S., & Ryzhik, I.M. 1979, Table of
Integrals, Series, and Products, Waltham,
MA: Academic Press.
Haning, M. 2007, Manajemen Produksi Modern, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Mitra. A, 1993, Fundamental of quality control and
Improvement, Macmillan Publising Company, New York
Montgomery, DC. 2012, Introduction to Statistical
Quality Control 7th Edition, Wiley, New
York.
Shamma, S.E., & Shamma, A.K. 1992, “Development
and Evaluation of Control Charts Using Double Exponentially Weighted Moving Averages”, Internatinal Journal of Quality
& Reliability Management, 9(6), 18-25.
.