• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KONSULTAN AUDIT AKSESIBILITAS PEDESTRIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KONSULTAN AUDIT AKSESIBILITAS PEDESTRIAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KONSULTAN AUDIT AKSESIBILITAS

PEDESTRIAN

 PEDESTRIAN CIDENG-TANAH ABANG  PEDESTRIAN JALAN MERDEKA SELATAN  PEDESTRIAN RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

16 AGUSTUS 2016

(2)

DAFTAR ISI

I. PANDUAN AUDIT 1

A. PENDAHULUAN 1

B. Pengertian Aksesibilitas 1

C. Lokasi Lingkup Kerjasama 1

D. Lingkup Kerja GAUN 2

E. Jadwal Kerja 2

F. Dasar Penilaian Audit Fasilitas Aksesibilitas 3

G. Dasar Hukum Aksesibilitas 3

II. AUDIT PEDESTRIAN CIDENG TANAH ABANG 5

A. Pulau 1 5 B. Pulau 2 8 C. Pulau 3 12 D. Pulau 4 14 E. Pulau 5 16 F. Pulau 6 19

III. AUDIT PEDESTRIAN JALAN MERDEKA SELATAN (IRTI) 23 IV. AUDIT PEDESTRIAN RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO 27

A. Potongan 1 27 B. Potongan 2 30 C. Potongan 3 32 D. Potongan 4 34 E. Potongan 5 35 F. Potongan 6 38 G. Potongan 7 39

V. KAIDAH-KAIDAH YANG HARUS DIPERHATIKAN 42

A. Ramp 42

B. Portal S Ramah Disabilitas 42

C. Ubin Pemandu 43

D. Fasilitas Penyeberangan 45

(3)

I.

PANDUAN AUDIT

A. Pendahuluan

- Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) 2015 Dewan Nasional Indonesia Untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) berhasil menggagas dan membuat Portal S Ramah Disabilitas Anti Motor di pedestrian RSUPN Cipto Mangunkusumo sebagai model percontohan. Peresmian Portal S Ramah Disabilitas oleh Gubernur DKI Jakarta Bapak Basuki Tjahaja Purnama dilaksanakan sekaligus Pencanangan GAUN DKI Jakarta.

- Konstruksi Portal S Stainless Steel diadopsi menjadi konstruksi Portal S Bollard oleh Dinas Bina Marga. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa telah banyak digunakan dan harganya lebih murah dan pengerjaannya lebih mudah.

- Selama ini bollard banyak digunakan di banyak pedestrian dan jalanan kecil untuk menghalangi sepeda motor. Akan tetapi hasilnya tidak hanya motor yang tidak bisa masuk pedestrian tetapi juga pengguna kursi roda dan kereta bayi.

- Dalam rangka pembangunan pedestrian yang lebar dan akses bagi semua, termasuk penyandang disabilitas dan lansia, Dinas Bina Marga DKI Jakarta bekerjasama dengan GAUN guna memberikan jasa konsultasi aksesibilitas pedestrian bagi penyandang disabilitas dan lansia.

B. Pengertian Aksesibilitas

Menurut UU no 8 tahun 2016, Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan untuk Penyandang Disabilitas guna mewujudkan Kesamaan Kesempatan.

C. Lokasi Lingkup Kerjasama

1. Pedestrian Cideng Tanah Abang Terdiri dari 7 pulau (dari 10 pulau) 2. Pedestrian Jalan Merdeka Selatan

Tempat lapangan parkir Balai Kota DKI Jakarta (IRTI) 3. Pedestrian RSUPN Cipto Mangunkusumo

(4)

D. Lingkup Kerja GAUN

1. Melakukan audit fasilitas aksesibilitas yang telah sedang dan akan dibangun di 3 (tiga) lokasi pedestrian.

2. Memberikan penilaian apakah fasilitas akses yang telah dibangun sesuai dengan ketentuan peraturan yang ada dan apakah menjamin keselamatan, kenyamanan, kemandirian, kemudahan, kegunaan bagi pengguna (penyandang disabilitas netra, pengguna kursi roda, penyandang disabilitas tuli) dan Lansia.

3. Memberi saran dan masukan bagi pemindahan fasilitas yang dinilai tidak akses bagi penyandang disabilitas, fasilitas yang menghalangi akses dan atau membahayakan bagi penyandang disabilitas.

4. Memberi masukan untuk penambahan fasilitas akses bagi keselamatan dan kemandirian penyandang disabilitas.

5. Memberi masukan untuk merubah fasilitas yang telah ada untuk dipindahkan yang apabila tetap dipertahankan maka akan menjadi mubazir, tidak bisa digunakan.

6. Mengawasi pelaksanaan perbaikan fasilitas akses dan melakukan audit ulang setelah perbaikan.

E. Jadwal Kerja

- Rapat teknis dengan Bina Marga dan vendor : 10 Agustus 2016 - Rapat teknis dengan tim audit : 15 Agustus 2016 - Audit fasilitas aksesibilitas : 16 Agustus 2016

- Penyusunan Laporan : 6-9 september 2016

- Penyampaian Laporan : 16 September 2016

- Perbaikan, Pemindahan, Perubahan : ... fasilitas yang tidak akses menjadi akses

- Pengecekan setelah Perbaikan, Pemindahan, : ... dan Perubahan fasilitas yang tidak akses

(5)

F. Dasar Penilaian Audit Fasilitas Aksesibilitas

1. Sesuai dengan peraturan persyaratan teknis aksesibilitas yang ada :

a. Surat Keputusan Menteri No. KM 71 Tahun 1999 Tentang Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit Pada Sarana dan Prasarana Perhubungan b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman

Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. c. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman

Perencanaan, Penyediaan, dan pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di kawasan Perkotaan.

d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Menjamin Keselamatan 3. Menjamin Kemudahan 4. Menjamin Kenyamanan 5. Menjamin Kemandirian 6. Menjamin Kegunaan

7. Standard Installation of Braille Block Guidelines.

G. Dasar Hukum Aksesibilitas

1. UUD 1945 Pasal 28 h Ayat 2,

Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

2. UUD 1945 Pasal 28 i Ayat 2

Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perilaku yang bersifat diskriminatif itu.

3. UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Darat.

(6)

5. Surat Keputusan Menteri No. KM 71 Tahun 1999 Tentang Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit Pada Sarana dan Prasarana Perhubungan.

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di kawasan Perkotaan.

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 tahun 2015 tentang Standar Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

9. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 10 tahun 2011 tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas.

10. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.66 Tahun 1981 tentang Penyediaan Sarana/Perlengkapan Bagi Penderita Cacat pada Bangunan-bangunan Fasilitas Umum, Pusat Pertokoan/Perkantoran dan Perumahan Flat.

(7)

II.

AUDIT PEDESTRIAN CIDENG TANAH ABANG

A. PULAU 1

Perlu ditambah tempat duduk untuk istirahat dan tempat sampah

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm untuk

(8)

Ramp dan ubin pemandu dari pulau 1 ke pulau 6 tidak bertemu mengakibatkan

misorientasi bagi penyandang disabilitas netra. Perlu ditambah garis zebra cross untuk penyeberangan dan garis batas sebelum zebra cross sebagai batas berhenti kendaraan pada saat lampu merah.

Pada jalur penyeberangan dari pulau 1 menuju pulau 2 perlu dibuat garis zebra

cross dan tiang penyeberangan (pelican cross) untuk menjamin keamanan

(9)

Jalur pemandu yang akan dibuat menyerong harus mengikuti kaidah ketentuan pemasangan

Diperlukan adanya tiang info audio di pulau 1 dan pulau 6 dengan bunyi audio yang seirama dengan traffic light untuk menjamin keselamatan penyeberangan bagi disabilitas netra

(10)

Perlu dipasang portal S di area ramp agar motor tidak bisa menerjang pedestrian

B. PULAU 2

(11)

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda. Terdapat tanggul di ujung ramp yang membahayakan pengguna kursi roda sehingga tanggul perlu dibongkar atau diberi lapisan aspal perantara antara tanggul dengan jalan raya.

Jalur pemandu di ujung lancip pedestrian pulau 2 tidak diperlukan karena tidak mengarah ke suatu tujuan dan membahayakan keselamatan disabilitas netra

(12)

Jalur pemandu yang akan dibuat menyerong harus mengikuti kaidah pemasangan terlampir.

Ramp dan ubin pemandu dari pulau 2 ke pulau 3 tidak bertemu mengakibatkan

(13)

Perlu ditambah garis zebra cross untuk penyeberangan dan garis batas sebelum

zebra cross sebagai batas berhenti kendaraan pada saat lampu merah. Perlu

dipasang traffic light dan info audio di pulau 3 dan pulau 4 untuk menjamin keselamatan penyeberangan penyandang disabilitas.

Diperlukan adanya tiang info audio di pulau 2 dan pulau 3 dengan bunyi audio yang seirama dengan traffic light untuk menjamin keselamatan penyeberangan bagi disabilitas netra

(14)

C. PULAU 3

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda. Terdapat tanggul di ujung ramp yang membahayakan pengguna kursi roda sehingga tanggul perlu dibongkar atau diberi lapisan aspal perantara antara tanggul dengan jalan raya.

(15)

Ramp dan ubin pemandu dari pulau 3 ke pulau 6 tidak bertemu mengakibatkan

disorientasi bagi penyandang disabilitas netra. Perlu ditambah garis zebra cross dan tiang penyeberangan (pelican cross) untuk menjamin keselamatan penyeberangan bagi penyandang disabilitas

Ubin pemandu dari pulau 3 ke pulau 4 tidak bertemu mengakibatkan misorientasi bagi penyandang disabilitas netra. Perlu ditambah garis zebra cross untuk jalur penyeberangan bagi penyandang disabilitas

(16)

D. PULAU 4

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda

Terdapat tanggul di ujung ramp yang membahayakan pengguna kursi roda sehingga tanggul perlu dibongkar atau diberi lapisan aspal perantara antara tanggul dengan jalan raya.

(17)

Kendaraan yang parkir menutupi jalur penyeberangan penyandang disabilitas dari pulau 4 menuju pulau selanjutnya. Perlu ditambah garis zebra cross untuk jalur penyeberangan bagi penyandang disabilitas

(18)

E. PULAU 5

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda. Terdapat tanggul di ujung ramp yang membahayakan pengguna kursi roda sehingga tanggul perlu dibongkar atau diberi lapisan aspal perantara antara tanggul dengan jalan raya.

Pemasangan ubin pemandu kurang rapi sehingga masih terdapat perbedaan elevasi yang mengakibatkan ujung tongkat putih terbentur-bentur

(19)

Jalur pemandu yang akan dibuat menyerong harus mengikuti kaidah ketentuan pemasangan

Ubin pemandu dari pulau 5 ke pulau selanjutnya tidak bertemu mengakibatkan disorientasi bagi penyandang disabilitas netra. Perlu ditambah garis zebra cross untuk jalur penyeberangan bagi penyandang disabilitas.

(20)

Diperlukan adanya tiang info audio di pulau 5 dan pulau 6 dengan bunyi audio yang seirama dengan traffic light untuk menjamin keselamatan penyeberangan bagi disabilitas netra.

Posisi dot ubin peringatan sejajar dengan posisi ubin pengarah sehingga situasi peringatan tidak bisa dideteksi oleh tongkat putih. Ubin peringatan perlu digeser 3cm dari posisi semula

(21)

F. PULAU 6

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda. Terdapat tanggul di ujung ramp yang membahayakan pengguna kursi roda sehingga tanggul perlu dibongkar atau diberi lapisan aspal perantara antara tanggul dengan jalan raya.

Ubin pemandu letaknya terlalu dekat dengan kanstin dan tidak menjamin keselamatan disabilitas netra.

(22)

Perlu dipasang portal S di area ramp agar motor tidak bisa menerjang pedestrian

Diperlukan adanya tiang info audio di pulau 5 dan pulau 6 dengan bunyi audio yang seirama dengan traffic light untuk menjamin keselamatan penyeberangan bagi disabilitas netra

(23)

Garis marka lintas dan zebra cross tidak terlihat sehingga masih banyak kendaraan yang menghalangi jalur ramp, garis zebra cross dari pulau 6 menuju pulau 1 perlu diperjelas.

Jalur pemandu yang akan dibuat menyerong harus mengikuti kaidah pemasangan terlampir

(24)

Jalur pemandu di ujung pedestrian pulau 6 tidak diperlukan karena tidak mengarah ke suatu tujuan dan membahayakan keselamatan disabilitas netra

(25)

III. AUDIT PEDESTRIAN JALAN MERDEKA SELATAN (IRTI)

Ubin pemandu terlalu banyak, dan seharusnya bukan berfungsi sebagai perhiasan (aksesoris)

(26)

Perlu adanya ubin peringatan / informasi yang menandakan tiang penyeberangan bagi tuna netra dan perletakan tiang penyeberangan seharusnya berada di sebelah kiri ramp

Konstruksi portal S tidak bisa digunakan karena bahan yang digunakan tidak tepat guna dan peruntukannya malah digunakan oleh pedagang kaki lima

(27)

Taman pemisah jalan tidak akses bagi penyandang disabilitas karena tidak ada

ramp, portal S, dan ubin pemandu

Waktu penyeberangan pada rambu tertera 18 detik, namun kenyataannya hanya 15 detik. Info audio pada tiang penyeberangan tidak berfungsi sehingga tidak menjamin keselamatan disabilitas netra . Tinggi tombol tiang penyeberangan pada median jalan IRTI tidak memenuhi standar dan tidak akses bagi pengguna kursi roda.

(28)

Perletakan tiang penyeberangan dianggap cukup berbahaya karena berbatasan langsung dengan jalur mobil keluar dari Monas dan posisi perletakan tombol pelikan masih sulit diakses terutama oleh tuna netra

Papan informasi perjalanan tertutup atap halte dan perlu diberi tempat sampah di dekat halte

(29)

IV. AUDIT PEDESTRIAN RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO

A. POTONGAN 1

Ramp dengan kemiringan 1 : 5 membahayakan bagi pengguna kursi roda sehingga perlu dibongkar

Ramp pada salah satu ujung pedestrian tidak dapat digunakan karena tertutup mobil yang parkir sehingga perlu ditambahkan 2 tiang bollard pada jarak 1 m dari ujung

(30)

Ubin peringatan pada ramp perlu ditambah menyesuaikan dengan lebar ramp

Posisi ubin pemandu terlalu dekat dengan pagar RS sehingga mengganggu kenyamanan jalan untuk disabilitas netra dalam menggunakan ubin pemandu. Ubin pemandu harus dibongkar dan letaknya perlu dipindahkan agak ke tengah agar bisa bertemu dengan ubin pemandu di potongan 2

(31)

Perlu ditambah portal S bollard agar motor tidak menerjang pedestrian

Letak ubin pemandu di potongan 2 perlu dipertemukan sejajar dengan letak ubin pemandu di potongan 1 (konstruksi ubin pemandu dapat dibuat menyatu dengan

(32)

B. POTONGAN 2

Tidak ada ubin peringatan / penanda untuk mengetahui posisi tempat duduk, perlu ditambahkan ubin peringatan dan ubin pemandu menuju tempat duduk

(33)

Fungsi Portal S perlu diperjelas dengan gambar simbol akses dan cat panah penunjuk arah di kedua sisi pintu masuk Portal S Bollard

Perlu adanya papan informasi perjalanan untuk rute perjalanan angkutan umum di dekat halte

(34)

C. POTONGAN 3

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda. Ubin pemandu pada ramp perlu ditambah menyesuaikan dengan lebar ramp.

Posisi portal S yang diletakkan sebelum ramp memungkinkan sepeda motor untuk masuk ke pedestrian melalui ramp

(35)

Terdapat tiang rambu yang diletakkan persis di sebelah ubin pemandu sehingga perlu dibongkar

Perletakan tiang pelikan berada di sebelah kanan dan tidak ada ubin peringatan menuju tiang pelikan sehingga tidak akses bagi disabilitas netra. Informasi audio dan visual dari tiang penyeberangan tidak berfungsi.

(36)

Jalur dari potongan 3 menuju potongan 4 terhalang oleh palang parkir motor RSCM dan mengganggu akses penyandang disabilitas

D. POTONGAN 4

Ramp dengan kemiringan 1:8 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm untuk

(37)

Pengguna motor dapat melewati pedestrian lewat celah antara bollard dan portal S sehingga perlu ditambah bollard pendek persis di sebelah portal S agar motor tidak menerjang pedestrian.

*Fungsi portal S perlu diperjelas dengan gambar simbol akses dan cat panahpenunjuk arah di kedua sisi pintu masuk bollard portal S

*Tidak ada ubin peringatan / penanda bagi tuna netra untuk mengetahui posisi kursi

E. POTONGAN 5

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda. Ubin peringatan pada ramp perlu ditambah mengikuti lebar ramp.

(38)

Terdapat tiang rambu yang diletakkan persis di sebelah ubin pemandu dan tiang rambu tersebut harus dipindahkan

(39)

Jumlah ubin peringatan pada ramp perlu ditambah menyesuaikan dengan lebar

ramp.

Fungsi portal S perlu diperjelas dengan gambar simbol akses dan cat panah penunjuk arah di kedua sisi pintu masuk bollard portal S

(40)

Posisi jarak antar bollard di ujung terlalu sempit sehingga tidak memungkinkan pengguna kursi roda untuk lewat, bollard sejajar perlu dibongkar dan dibuat portal S

F. POTONGAN 6

Ramp dengan kemiringan 1:7 perlu ditambahkan handrail selebar 90 cm bagi

kemandirian pengguna kursi roda

*Posisi jarak antar bollard di tengah pedestrian terlalu sempit sehingga tidak memungkinkan pengguna kursi roda untuk lewat

*Terdapat beberapa ubin pemandu yang retak *Perlu dipasang portal S di potongan 6

(41)

G. POTONGAN 7

Jalan masuk menuju pedestrian potongan 7 tidak akses bagi pengguna kursi roda

Posisi jarak antar bollard di ujung terlalu sempit sehingga tidak memungkinkan pengguna kursi roda untuk lewat, bollard sejajar perlu dibongkar dan dibuat portal S

(42)

Ramp pada salah satu ujung pedestrian dengan kemiringan 1 : 5 membahayakan

pengguna kursi roda dan perlu dibongkar. Ubin peringatan pada ujung ramp perlu ditambah jumlahnya menyesuaikan dengan lebar ramp.

(43)

Di salah satu titik pedestrian, jalur ubin pemandu terputus oleh acian semen dan menyebabkan disorientasi bagi disabilitas netra

Di perbatasan antara pedestrian potongan 7 dengan pedestrian selanjutnya perlu ditambah ubin peringatan dan ubin pemandu supaya jalur pemandu saling tersambung antar pedestrian.

(44)

V.

KAIDAH-KAIDAH YANG HARUS DIPERHATIKAN

A. Ramp

1. Ukuran ramp 1 : 10 (6) atau setiap kenaikan satu meter diperlukan bidang miring sejauh 10 meter, sesuai dengan Permen PU no. 30 tahun 2006.

2. Ramp yang berukuran 1 : 8 (7) tidak menjamin kemandirian pengguna kursi roda. Harus ditambahkan handrail.

3. Ukuran tinggi handrail 85 cm bagian atas (dewasa), 65 cm bagian bawah (anak-anak)

4. Ramp berukuran 1 : 5 (9) tidak menjamin keselamatan kursi roda bahkan cenderung mencelakakan. Ramp harus dirubah dan diperbaiki sesuai ketentuan yang ada.

5. Ramp antar pedestrian yang terpotong oleh jalan, harus dibuat pada posisi satu garis lurus.

B. Portal S

1. Portal S dibangun di setiap potongan pedestrian untuk menghalangi motor 2. Di kedua sisi pintu masuk portal S bollard, diberi gambar simbol akses

disabilitas dan panah penunjuk arah.

3. Pada potongan pedestrian yang telah dipasangi bollard berbaris, harus dirubah dengan memasang Portal S bollard agar pengguna kursi roda dapat melalui pedestrian.

(45)

C. Ubin Pemandu

1. Ubin pemandu bukanlah ubin perhiasan (aksesoris).

2. Ubin pemandu terdiri dari ubin pengarah dan ubin peringatan.

3. Ubin pengarah adalah ubin yang memandu jalan adalah pemandu arah pejalan kaki disabilitas netra

4. Ubin peringatan adalah ubin yang memperingatkan pejalan kaki disabilitas netra akan adanya perubahan situasi, seperti : adanya belokan, adanya tangga, adanya pintu, dan situasi yang membahayakan.

5. Ubin pemandu harus bebas hambatan. Tidak dibenarkan diarahkan pada tiang listrik, pot bunga,

6. Ubin pengarah menjamin keselamatan pejalan kaki disabilitas netra.

7. Ubin pengarah tidak boleh terputus, karena akan menyebabkan disorientasi pejalan kaki disabilitas netra.

8. Pada setiap ubin pemandu yang dipasang pada posisi serong, ubin pemandu disusun seperti posisi kipas (contoh terlampir).

9. Ubin pemandu yang melewati manhole, harus dipasang menyatu dengan manhole.

10. Ubin pemandu dipasang 3 meter (atau ditengah pedestrian) dari pagar gedung, agar pejalan kaki disabilitas netra tidak terganggu kenyamanannya oleh kaki lima ataupun orang yang sedang beristirahat di pinggir pedestrian. 11. Ubin pemandu pada kedua sisi penyeberangan (baik yang memotong jalan

(46)

diseberangnya, agar tidak mengakibatkan disorientasi bagi penyandang disabilitas netra.

12. Apabila pada pedestrian terdapat bangku dan halte, maka perlu dipasang ubin peringatan yang mengarah ke bangku dan halte.

13. Ubin pemandu yang dipasang 15 cm dari kanstin tidak menjamin keselamatan pejalan kaki disabilitas netra(minimum 60 cm).

14. Pada pedestrian yang terdapat manhole, ubin pengarah dapat dipasang melalui manhole tanpa harus dibelokkan. (contoh terlampir)

(47)

D. Fasilitas Penyeberangan

1. Tiang pelican harus dipasang disebelah kiri ramp (Permen PU no. 30 tahun 2006)

2. Waktu penyeberangan yang terlalu singkat tidak menjamin keselamatan bagi penyandang disabilitas dan lansia untuk menyeberang. Seharusnya 5 detik per meter, sesuai dengan SK Gubernur no. 66 tahun 1981.

3. Waktu penyeberangan di pelican cros dilengkapi audio untuk disabilitas netra dan visual untuk disabilitas tuli.

4. Tinggi tombol tiang pelican 110 cm (Permen PU no. 30 tahun 2006) 5. Pada tiang pelican harus dipasang ubin pemandu dan peringatan. 6. Pada ujung ramp menuju zebra cross, tidak boleh ada tanggul.

E. Halte

1. Harus disediakan papan informasi perjalanan arah dan tujuan serta nomor trayek kendaraan umum.

2. Harus disediakan bak sampah

3. Papan informasi tidak boleh terhalang atap halte, pohon, rambu.

Jakarta, 16 September 2016

Dra. Ariani Soekanwo Ketua GAUN 2015 DNIKS

Referensi

Dokumen terkait