• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian suatu bangsa. Usaha yang dimaksudkan dalam bidang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memajukan perekonomian suatu bangsa. Usaha yang dimaksudkan dalam bidang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ketenagakerjaan adalah salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian suatu bangsa. Usaha yang dimaksudkan dalam bidang ini ialah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. Kesempatan kerja, kuantitas, serta kualitas tenaga kerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan, yaitu: (1) tenaga kerja sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi serta distribusi barang dan jasa, dan (2) tenaga kerja sebagai sasaran untuk menghidupkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan akan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).

Di Indonesia, sebagaimana halnya di banyak negara berkembang lain, sektor industri disiapkan untuk mampu menjadi motor yang menggerakkan kemajuan sektor-sektor lain, diharapkan bisa menjadi sektor yang memimpin (the leading sector). Itulah sebabnya industrialisasi senantiasa mewarnai perjalanan pembangunan ekonomi. Ditinjau berdasarkan pola pengembangannya, industrialisasi di Indonesia bermulai dari strategi substitusi impor. Kini pola itu beralih ke strategi promosi ekspor. Sedangkan dilihat dari implementasinya, kebijaksanan pengembangan industri di tanah air didominasi oleh

(2)

pemikiran-pemikiran keterkaitan industrial. Namun, tercatat sejak Repelita V, kebijaksanaan pengembangan industri yang berlandaskan argumentasi loncatan teknologi tampak kian menggejala (Dumairy,1996:230).

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produksi-produksi industrial selalu memiliki dasar tukar (terms of trade) yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variabel produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marjinal yang tinggi kepada pemakainya. Pelaku bisnis (produsen, penyalur, pedagang, dan investor) lebih suka berkecimpung dalam bidang industri karena sektor ini memberikan marjin keuntungan yang lebih menarik. Berusaha dalam bidang industri dan berniaga hasil-hasil industri juga lebih diminati karena proses produksi sektor penanganan produknya lebih bisa dikendalikan oleh manusia, tidak terlalu bergantung pada alam semisal musim atau keadaan cuaca.

Karena kelebihan-kelebihan sektor industri yang dipaparkan tadi, maka industrialisasi dianggap sebagai obat mujarab (panacea) untuk mengatasi masalah pembangunan di negara-negara berkembang. Kebijaksanan yang ditempuh seringkali dipaksakan, dalam arti hanya sekedar meniru pola kebijaksanaan pembangunan negara-negara maaju tanpa memperhatikan keadaan dan kondisi lingkungan yang ada seperti masalah ketersediaan bahan mentah, ketersediaan teknologi, kecakapan tenaga kerja, kecukupan modal dan sebagainya. (Dumairy, 1996:227-228).

(3)

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja serta pemerataan pendapatan di setiap daerah.Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan dari suatu pembangunan ekonomi suatu negara ialah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari pembangunan ekonomi tersebut. Pembangunan ekonomi sangat melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilansuatu pembangunan bahkan dapat menjadi beban bagi keberlangsungan pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja dapat menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh pekerjaan.

Pada tahun 2016 Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang padat penduduknya kedua di Indonesia. Jumlah penduduk Jawa Timur (tahun 2016) sebesar 39,1 juta jiwa dengan laju pertumbahan penduduk sebesar 0,59 persen pertahun. Dengan kepadatan penduduk 817 jiwa/km2 dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. (http//jatim.bps.go.id).

Jumlah angkatan kerja di Jawa Timur (Jatim) pada Agustus 2015 mencapai 20,27 juta orang. Akan tetapi pada Agustus 2016 menurun menjadi 19,95 juta orang. Dari sisi penyerapan angkatan kerja pada Agustus 2016 juga mengalami penurunan menjadi 19,11 juta orang. Padahal pada 2015, jumlah penyerapan kerja mencapai 20 juta lebih.Menurunnya jumlah angkatan kerja berdampak pada

(4)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada Agustus 2014, TPAK tercatat mencapai angka 68,12%. Sedangkan Agustus 2015 sebesar 67,84% dan pada Agustus 2016 turun lagi menjadi 66,14%. Secara umum, angka ini menunjukkan bahwa 66,14% penduduk Jatim yang berusia 15 tahun ke atas memutuskan untuk ikut aktif di pasar kerja.

Perluasan penyerapan tenaga kerja diperlukan untuk mengimbangi laju pertumbuhan penduduk di usia muda yang masuk ke pasar tenaga kerja. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan penciptaan lapangan kerja akan menyebabkan tingginya angka pengangguran. Kemudian, meningkatnya angka pengangguran akan mengakibatkan pemborosan sumberdaya dan potensi angkatan kerja yang ada, meningkatnya beban masyarakat, merupakan sumber utama kemiskinan dan mendorong terjadinya peningkatan keresahan sosial, serta menghambat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang (Depnakertrans, 2004)

Jawa timur memiliki posisi yang strategis dibidang industri karena diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Tengah dan Bali sehingga menjadi pusat pertumbuhan industri maupun perdagangan. Jawa timur juga merupakan salah satu provinsi dengan daerah industri terbesar di Indonesia. Infrastruktur di Jawa Timur sangat menunjang bagi pertumbuhan industri baik pertumbuhan industri kecil, menengah, maupun besar.Jawa Timur memiliki keunggulan disektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; sektor perdagangan dan sumberdaya energi lainnya serta potensi industri yang cukup bagus. Sehingga peluang untuk investasi di Provinsi Jawa Timur sangat potensial.

(5)

Pembangunan industri di Jawa Timur merupakan bagian dari usaha jangka panjang untuk mengganti struktur ekonomi yang tidak seimbang karena terlalu bercorak pertanian ke arah struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri. Pembangunan industri juga ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, pemerataan usaha, menunjang pembangunan daerah, dan meningkatkan mutu sumber daya manusia serta memanfaatkan sumberdaya alam dan sumber daya lainnya.

Struktur perekonomian di provinsi Jawa Timur pada tahun 2016 masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, perdagangan dan industri. Ketiga sektor ini memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk penciptaan lapangan kerja baru di Provinsi Jawa Timur. Di Jawa Timur sektor industri dibagi dalam 4 (empat) kelompok yaitu industri besar, industri menengah, industri kecil dan industri kerajinan dan rumah tangga. Kebijakan industri di Jawa Timur ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, peningkatan investasi, pemerataan ekonomi dan membangun pertumbuhan ekonomi.

(6)

Tabel 1.1

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2016 di Jawa Timur

No. Lapangan Pekerjaan Jumlah

Tenaga Kerja % 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6975568 36,49

2 Pertambangan dan Penggalian 135184 0,71

3 Industri Pengolahan 2765288 14,47

4 Listrik, Gas, Air 32530 0,17

5 Banguan 1469473 7,69

6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4016808 21,01

7 Pengangkutan dan Komunikasi 697714 3,65

8 Keuangan, Pesewaan, dan Jasa Perusahaan 422899 2,21

9 Jasa-Jasa 2599099 13,60

Jumlah 19114563 100

Sumber : Jawa Timur Dalam Angka 2017, BPS

Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa dari jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2016, sebagian besar tertampung di sektor pertanian sebesar (36,49%), di sektor perdagangan sebesar (21,01%), di sektor industri sebesar (14,47%), dan sektor jasa sebesar (13,60%).Penyerapantenaga kerja terbanyak adalah pada sektor pertanian karena pertanian merupakan pilar utama Jawa Timur. Hal tersebut terlihat dari konstribusi terbesar dalam struktur perekonomian Jawa Timur dengan jumlah tenaga kerja terbesar yaitu 6.975.568 orang. Sedangkan sektor industri berada pada urutan ketiga setelah sektor pertanian dan sektor perdagangan. Hal ini disbabka karena untuk dapat bekerja di sektor industri masih

(7)

ada persyaratan tertentu seperti pendidikan. Sektor industri dapat menyerap tenaga kerja sebesar 2.765.288 orang.

Permasalahan yang perlu diperhatikan mengenai penyerapan tenaga kerja salah satunya adalah investasi. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang maupun jasa (Sukirno, 2004:121). Investasi adalah faktor yang krusial bagi kelangsungan proses pembangunan atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang(Tambunan, 2001:4). Dimana adanya investasi, diharapkan dengan semakin meningkatnya investasi dalam negeri maupun asing dalam sektor industri dapat membuka kesempatan kerja yang lebih banyak sehingga akan menyerap tenaga kerja sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran.

Selainitu upahjuga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan. Tinggi rendahnya upah yang diterima oleh pekerja atau buruh akan berpengaruh langsung terhadap kesejahteraan hidup yang dialami oleh pekerja. Bagi pengusaha upah mempengaruhi biaya produksi dan tingkat harga yang akhirnya akan berakibat pada pertambahan nilai produksi serta perluasan penyerapan tenaga kerja. Pemasalahan mengenai perluasan tenaga kerja melalui kebijakan upah dan investasi perlu dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ‘’Pengaruh Investasi, Nilai Produksi, dan Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Timur Tahun 1997-2016’’.

(8)

B. Rumusan Masalah

Secara umum sektor industri mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar, dimana penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh Investasi, Nilai Produksi Upah Minimum. Dari uraian di atas maka permasalahan yang muncul dalam penelitian ini sebagaiberikut:

1. Bagaimana perkembangan investasi, nilai produksi, upah minimum dan penyerapan tenaga kerja sector industri di Provinsi JawaTimur?

2. Bagaimana pengaruh investasi, nilai produksi dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Timur?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh maka adapun batasan masalah dalam penelitian ini lebih menitikberatkan pada pengaruh investasi, nilai produksi, dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Jawa Timur dalam kurun waktu 20 tahun dari tahun 1997-2016.

D. Tujuan

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis jabarkan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan investasi, nilai produksi, upah minimum dan penyerapan tenaga kerja sector industri di Provinsi Jawa Timur.

2. Untuk menganalisis pengaruh variabel investasi, nilai produksi dan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di Provinsi Jawa Timur.

(9)

E. Manfaat

Adapun maanfaat dai penelitian ini adalah: 1. Bagi Pemerintah Daerah

Memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan untuk mendorong kemajuan sektor industri di Jawa Timur.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Memberikan informasi dan bahan referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu: “apakah ada pengaruh penerapan model kooperatif tipe TGT (Teams

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah menjadi sebagai berikut: “Apakah keputusan investasi,

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan penelitian maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah pajak restoran, pajak hotel, pajak hiburan, pajak bumi dan bangunan

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diperoleh oleh peneliti maka adapun batasan dalam penelitian ini adalah peneliti lebih menitikberatkan pada karakteristik

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi industri pakaian

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah diatas yang telah di paparkan maka rumusan yang dikaji sebagai berikut “Bagaimana Inovasi

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah hasil belajar siswa yang diajarkan

Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah pembuatan modul elektronik berbasis