• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Tiga Dunia Matematika David Tall

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teori Tiga Dunia Matematika David Tall"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

“Teori Tiga Dunia Matematika David Tall”

Untuk Memenuhi T ugas Mata kuliah

Seminar Pendidikan Matematika

Dosen Pe mbi mbing : Drs. H. K ari m , M .Si Drs. Hidayah Anso ri , M .Si

OLEH :

Rahmatya Nurmeidina NIM :

A1C108059

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan masalah 3 C. Tujuan Penulisan 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Sekilas Tentang Ddavid Tall 4

B. Teori Tiga Dunia Matematika yang Dikembangkan oleh David Tall 5 III. PEMBAHASAN

Implikasi dalam Belajar Matematika

13 14

DAFTAR PUSTAKA 18

(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian belajar secara kualitatif adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman–pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.(Syah, 2009)

Dari pengertian di atas, dapat kita pahami bahwa dengan belajar diharapkan siswa dapat mencapai daya pikir yang berkualitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar dan berpikir memiliki keterkaitan yang erat.

Pengertian berpikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Proses berpikir, terbagi beberapa macam, diantaranya, berpikir deduktif (umum ke khusus) dan berpikir induktif (khusus ke umum) (Lestariani, 2010).

Transisi berpikir secara sederhana adalah masa perpindahan/perubahan cara berpikir, misalnya dari berpikir konkret ke berpikir fomal (Abdussakir, 2011)

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Dalam matematika, suatu generalisasi, sifat, teori, dalil itu belum dapat diterima kebenarannya sebelum

dapat dibuktikan secara deduktif. (Tim MKPBM, 2001). Dalam belajar matematika, siswa diharapkan dapat melaui proses transisi

(4)

penalaran dan mulai mengenal bukti-bukti atau teorema yang mendasari konsep yang sedang diajarkan.

Sesuai aturan dari Principles and Standarts for School Mathematics NCTM 2000, bukti (proof) dan penalaran (reasoning) harus dikenalkan mulai dari sekolah dasar sampai menengah. Misalnya mencoba membuktikan kebenaran suatu pernyataan secara deduktif. (Abdussakir, 2011)

Tetapi, pada umumnya siswa sekolah dasar dan menengah masih berpikir secara induktif cenderung melihat contoh dalam menjawab, karena mereka masih belum terbiasa dalam proses penalaran, berpikir secara deduktif atau berpikir dari konkret ke fomal. Untuk itu, diperlukan serangkaian proses berpikir dari pemahaman konsep, mengenalkan simbol, sampai memahami definisi dan bukti matematika yang menunjukkan bahwa siswa telah mencapai pemahaman dunia formal. Seiring dengan hal di atas, David Tall seorang professor di bidang pemikiran matematika mengemukakan Teori Tiga Dunia Matematika, yaitu Dunia Konseptual-Diwujudkan, Proceptual-Simbolik, dan Aksiomatik-Formal. Maka, hal ini pulalah yang melatarbelakangi penulis dalam membuat makalah yang penulis beri judul “Teori Tiga Dunia Matematika David Tall”

B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui seperti apa Teori Tiga Dunia Matematika David Tall. 2. Untuk mengetahui implikasi Teori Tiga Dunia Matematika David Tall

terhadap proses belajar matematika. BAB II

(5)

PEMBAHASAN

A. Sekilas Tentang David Tall

David Orme Tall, lahir 15 Mei 1941. Ia adalah seorang “Professor in Mathematical Thinking” Profesor di Bidang Pemikiran Matematika (1992) di Universitas Warwick, United Kingdom, dan pada tahun 2006 beliau

menjadi profesor Emeritus (Gelar profesor yang didapatkan ketika seseorang telah pensiun). Seluruh hidupnya dalam pendidikan matematika, didedikasikan untuk memahami perkembangan matematika di segala usia dengan individu yang berbeda.

Dalam beberapa tahun terakhir Tall telah bekerja pada apa yang disebutnya 'Tiga Cara Operasi Mendasar yang Berbeda', salah satunya melalui perwujudan fisik, termasuk tindakan fisik dan penggunaan indera visual dan lainnya, yang kedua melalui penggunaan simbol-simbol matematika yang beroperasi sebagai proses dan konsep (prosep) dalam aritmatika, aljabar dan kalkulus simbolis, dan ketiga melalui matematika formal dalam ‘Advanced Mathemathic Thinker (Berpikir Matematika Maju/Tingkat Tinggi)'. Ketiga cara tersebut dikenal sebagai Teori Tiga Dunia Matematika, yaitu Perwujudan (Konseptual), Simbolik (Proceptual) dan Formal (Aksiomatik).

(6)

David Tall (2008a) menggunakan istilah ‘set-before’ untuk merujuk kepada struktur mental manusia yang dibawa sejak lahir, yang mungkin memerlukan sedikit waktu untuk matang saat otak manusia membuat koneksi pada awal kehidupan. Sebagai contoh, struktur visual otak memiliki sistem

built-in untuk mengidentifikasi warna dan corak, untuk melihat perubahan

dalam corak, mengidentifikasi sisi, mengkoordinasikan sisi untuk melihat benda-benda dan melacak gerakan mereka.

David Tall (2008a) juga menyatakan ada tiga set-before mendasar yang menyebabkan manusia berpikir secara matematis dengan cara tertentu. Yaitu :

1. Pengenalan pola, persamaan dan perbedaan

2. Pengulangan rangkaian tindakan sampai menjadi otomatis

3. Bahasa untuk menggambarkan dan memperbaiki cara kita berpikir tentang sesuatu,

Meskipun pengenalan dan pengulangan untuk berlatih kebiasaan-kebiasaan juga ditemukan pada spesies lain, kekuatan bahasa, dan penggunaan simbol-simbol yang terkait, yang memungkinkan manusia untuk fokus pada ide-ide penting, untuk menamai mereka dan berbicara tentang mereka untuk memperbaiki makna. Pengenalan pola adalah fasilitas penting untuk matematika, termasuk pola dalam bentuk dan bilangan.

David Tall (2008a) selanjutnya menggambarkan cara berpikir ini ke dalam ‘Tiga Dunia Matematika’ yang berkembang dalam pengalaman

(7)

duniawi dengan cara yang cukup berbeda. Tiga Dunia Matematika ini sebagai berikut.

1. Dunia ‘perwujudan-konseptual’, berdasarkan persepsi dan refleksi pada sifat-sifat objek, pada awalnya terlihat dan dirasakan dalam dunia nyata tapi kemudian dibayangkan dalam pikiran,

2. Dunia ‘simbolis-proseptual’, yang tumbuh keluar dari dunia perwujudan melalui tindakan (seperti menghitung) dan disimbolkan sebagai konsep masuk akal (seperti angka) yang berfungsi sebagai proses untuk berbuat dan konsep untuk berpikir (prosep), dan

3. Dunia ‘formal-aksiomatik’, dari kerangka teoritik definisi konsep dan bukti matematika, yang membalik urutan konstruksi makna dari definisi yang didasarkan pada objek dikenal menuju konsep formal berdasarkan pada set-teoritik definisi (Tall, 2004:285, 2008a:5).

Setiap ‘dunia’ mempunyai urutan pengembangan sendiri dan bentuk-bentuk bukti sendiri yang dapat dipadukan untuk menghasilkan berbagai macam cara berpikir secara matematis (Tall, 2008a:5, Tall dan Mejia-Ramos, 2006:5)

‘Perwujudan konseptual’ tidak hanya mengacu pada klaim yang lebih luas dari Lakoff (1987) bahwa semua pemikiran adalah perwujudan, tapi lebih khusus untuk representasi perseptual sesuatu. Secara konseptual, kita dapat mewujudkan figur geometris, seperti segitiga yang terdiri dari tiga segmen garis lurus; kita membayangkan segitiga seperti itu dan menjadikan suatu segitiga khusus yang bertindak sebagai prototipe untuk mewakili

(8)

seluruh kelas segitiga. Kita ‘melihat’ gambaran suatu grafik tertentu yang mewakili suatu fungsi spesifik atau generik.

‘Proceptual simbolisme’ mengacu pada penggunaan simbol-simbol yang muncul dari skema aksi, seperti menghitung, yang menjadi konsep-konsep, seperti bilangan (Gray & Tall, 1994). Suatu simbol seperti 3 + 2 atau √ − 4 mewakili proses yang harus dilakukan sekaligus konsep yang dihasilkan oleh proses tersebut.

‘Aksiomatik formalisme’ mengacu pada formalisme Hilbert yang membawa kita melampaui operasi formal Piaget. Perbedaan utama dari perwujudan dan simbolisme matematika dasar matematika adalah bahwa dalam matematika dasar, definisi muncul dari pengalaman dengan benda-benda yang sifatnya dijabarkan dan kemudian digunakan sebagai definisi.

Perhatikan Gambar

Matematika sekolah berkembang dari perwujudan konsepsi tindakan fisik, bermain dengan bentuk, menempatkan mereka dalam koleksi, menunjuk dan menghitung, membagi, dan mengukur. Setelah operasi ini dilakukan dan menjadi rutinitas, mereka dapat disimbolkan sebagai bilangan dan digunakan

(9)

secara dual sebagai operasi atau sebagai entitas mental. Saat fokus perhatian beralih dari perwujudan ke manipulasi simbol, berpikir matematika berubah dari perwujudan ke dunia simbolik (proseptual). Melalui matematika sekolah, perwujudan memberikan arti khusus dalam berbagai konteks, sementara simbolisme dalam aritmetika dan aljabar menawarkan dunia mental daya komputasi.

Kemudian transisi ke dunia aksiomatik formal didasarkan pada pengalaman perwujudan dan simbolisme ini untuk merumuskan definisi formal dan untuk membuktikan teorema dengan menggunakan bukti matematis. Bukti formal yang tertulis adalah tahap akhir berpikir matematika. (Tall, 2008)

Selanjutnya, masing-masing ‘dunia’ mempunyai caranya sendiri untuk membangun dalam pengalaman sehari-hari. Dunia Perwujudan didasarkan pada sensor (organ) persepsi, tapi penerimaannya itu kemudian di analisa, didiskripsikan, didefinisikan dan dikembangkan argumen formal untuk memformulasikan kesimpulan jenis-jenis Geometri Euclide. Dunia simbol berganti dari fokus ke tindakan untuk meningkatkan prosedur sophistikasi (canggih) dan untuk mengonsep struktur aritmatika dan simbol umum pada aljabar. Pemikiran formal berkebalikan dari pengalaman.Selanjutnya, menganalisa konsep yang ada untuk menentukan sifatnya.itu dimulai dengan memilih sifat-sifat sebagai aksioma dan menyusun sifat-sifat lain dari struktur pemikiran dunia formal.

(10)

Tingkat pemahaman dalam tiga dunia matematika tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Tall juga mebuat kerangka untuk kalkulus dan Matematika Analisis, yaitu

Dalam kerangka ini, grafik dan gagasan mendiami lereng konseptual diwujudkan dunia benda dan sifat mereka dalam hal kontinuitas alami dan lokal kelurusan. Simbolik konsep fungsi dan turunan dalam dunia simbolisme proseptual. Kalkulus dasar berkembang sebagai campuran dari keduanya. Sementara itu, analisis matematis berada pada dunia aksiomatik formal yang melibatkan perubahan substansial dalam pengertian dari definisi formal termasuk definisi limit epsilon-delta. Sementara itu dunia

(11)

matematika formal aksiomatik adalah sebuah lingkungan kerja untuk penyajian definisi formal dan bukti formal, itu lingkungan yang tidak cocok untuk kalkulus dasar yang membangun lebih alami pada perwujudan dan simbolisme. (Tall, 2010)

Teori David Tall merupakan teori tentang berpikir, sehingga temasuk dalam aliran kognitif. hanya implikasi dalam pembelajaran dapat ditunjukkan bahwa jika pembelajaran langsung dimulai dengan dunia formal, maka pemahaman siswa kurang terintegrasi. Pembelajaran hendaknya dimulai dari dunia perwujudan, lalu simbolik, lalu formal. Di setiap proses belajar, entah materi apapun, pasti ada kegiatan berpikir. Dengan demikian, teori ini mencakup semua proses berpikir untuk materi apa saja dalam matematika. ini adalah teori berpikir matematika. Berpikir itu terjadi di kognitif siswa, tidak nampak secara eksplisit. Hanya saja, proses berpikir bisa dilihat dari cara siswa mengerjakan sesuatu melalui representasi yang digunakan. (Abdussakir,2011)

C. Implikasi dalam Belajar Matematika

Seperti di jelaskan di bagian awal makalah ini, belajar dan berpikir merupakan bagian yang tak terpisahkan. Belajar dapat diwujudkan dalam sebuah proses berpikir, dan belajar dapat membentuk daya pikir menjadi lebh maju dan berkualitas. Oleh karena itu, Teori Tiga Dunia Matematika ini dapat diimplementasikan dalam dunia pengajaran dengan cara pembentukan pengajaran dari guru yang bertahap dari pengenalan konsep,

(12)

merepresentasikannya dalam bentuk simbol, sampai siswa sudah mulai dikenalkan dengan definisi dan aksioma. Dapat dilihat pada contoh berikut : 1. Penjumlahan Bilangan Bulat bersifat Komutatif

Dunia Perwujudan/Konsep

Kita dapat melihat penambahan adalah komutatif dengan menyusun kembali 5 sebagai 3 + 2 atau 2 + 3

Dunia Simbol

Seorang anak dapat menghitung 2 buah penjumlahan dengan memberikan jawaban yang sama

Dunia Formal

Axioma x + y = x + y

2. Penjumlahan Vektor bersifat Komutatif Dunia Perwujudan/Konsep

Karena pada gambar kedua u dan v saling sejajar maka u+v = v+u

Dunia Simbol

Vektor dapat dituangkan dalam bentuk

matrik. Sehingga, vektor bersifat komutatif sesuai dengan sifat Matriks, penjumlahan matrik bersifat komutatif karena penjumlahan komponennya besifat komutatif.

Dunia Fomal

10 aksioma dalam Ruang Vektor 3. Fungsi

(13)

Dunia Perwujudan

Pengenalan pola awal mengenai fungsi di gambarkan melalui diagram panah

.

Dunia Simbol

Setelah siswa mengerti konsep yang dimaksud pada diagram panah, siswa mengenal f(x) sebagai simbol yang menunjukan pegulangan rangkaian. Berdasarkan gambar konsep, maka f( x) = x2

Dunia Formal

Setelah itu, siswa mulai dikenalkan dengan definisi fungsi f: A —> B jika dan hanya jika

1. untuk setiap a di A ada b di B sehinga f(a) = b 2. a, b di A dengan a = b, maka f(a) = f(b). 4. Teori Rantai Kalkulus

Dunia Perwujudan

.

1

.

4

.

9

.

16

.

1

.

4

.

9

.

16 1 .

2 .

3 .

4 .

(14)

Dunia Simbolis

Dunia Formal

Diberikan I , Interval di ℛ g : I → ℛ, f : j → ℛ, dengan f (j) ⊆ i, c ∈ j, jika, f terdiferensial di c dan g terdiferensial di f(c) maka g ∘ , terdiferensial di c dan (g ∘ )’

(c) = g ‘ (f (c)) f ’ (c) 5. Pola dan Barisan Bilangan.

Dunia Perwujudan

Dunia Simbolik

Berdasarkan pola bilangan persegi di atas didapatkan hasil di setiap pola : 1,4,9.16.25. Sehingga didapatkan rumus Barisan Bilangan : n2.

Dunia Formal

 Pengertian barisan bilangan real

Bila N adalah himpunan bilangan asli dan R adalah himpunan bilangan real maka fungsi (pemetaan) a: N →R disebut barisan bilangan real.  Kekonvergenan barisan

Definisi: (an) konvergen ke a ↔ lim →∞ = a ↔ ∀ > 0 ∃ = ∋ ∀ > → | − | <

(15)

BAB III SIMPULAN

1. David Orme Tall, lahir 15 Mei 1941. Ia adalah seorang Profesor di Bidang Pemikiran Matematika (1992) di Universitas Warwick, United Kingdom, dan pada tahun 2006 beliau menjadi profesor Emeritus. Seluruh hidupnya dalam pendidikan matematika, didedikasikan untuk memahami perkembangan matematika di segala usia dengan individu yang berbeda.

2. Pengenalan pola, pengulangan rangkaian, dan bahasa merupakan tiga before yang mendasari manusia untuk berpikir matematis. Atas dasar tiga set-before itulah David Tall mengembangkan Teori Tiga Dunia Matematika ini, pengenalan pola termuat di dalam Dunia Perwujudan (Konsep), pengulangan rangkaian merupakan bagian dari Dunia Simbolis Proceptual, dan bahasa untuk menggambarkan dan memperbaiki cara kita berpikir sesuatu, juga merupakan representasi dari Dunia Formal Aksiomatik.

3. Teori Tiga Dunia Matematika David Tall tediri dari:

a. Dunia Perwujudan-konsep : persepsi, atau gambaran dari objek, termasuk pengenalan pola, melihat persamaan dan perbedaan. Awalnya masih diamati langsung, kemudian kita harus membiasakan diri untuk menuangkan apa yang ada di gambar itu ke dalam pikiran melalui konsep. b. Dunia Simbolis Proceptual : tindak lanjut dari dunia perwujudan melalui tindakan (menghitung) dan disimbolkan kembali. Bisa diarahkan ke dalam bentuk aljabar dan aritmatika.

(16)

c. Dunia Formal Aksiomatik : penggunaan definisi-definisi dan aksioma. Representasi Konsep dan simbol berkembang lebih lanjut dengan penggunaan bahasa untuk mendefinisikan dan merumuskan aksioma, bagian ini juga bisa disebut sebagai tingkatan matematika yang maju atau mahir, ‘Advanced Mathematic Thinker’. Dunia Formal inilah yang dituju ketika kita belajar matematika. Tapi dalam perjalanannya, di mulai berurutan dari bagaimana kita memahami konsepnya.

4. Teori Tiga Dunia Matematika David Tall ini merupakan teori tentang berpikir dalam matematika. Sehingga teori ini dapat diimplikasikan pada proses bepikir siswa ketika belajar matematika dalam setiap pokok bahasan (tidak seperti Teori Van Hiele yang hanya khusus umtuk geometri). Misalnya ketika belajar tentang konsep sifat komutatif pada penjumlahan bilangan real,sifat komutatif pada penjumlahan vektor, Fungsi, Barisan dan Teori rantai pada kalkulus.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2011. Transisi berpikir dari Dunia Sekolah Menengah Ke Perguruan

tinggi.

http://abdussakir.wordpress.com/2010/10/04/transisi-berpikir-dari-sekolah-menengah-ke-perguruan-tinggi/Diakses tanggal 27 februari 2011.

Danaryanti, Agni. 2005. Analaisis Real 1. Banjarmasin Lestariani, Asih, 2010. Berpikir dan Belajar .

http://edukasi.kompasiana.com/2010/12/07/berpikir-dan-belajar/ (Diakses tanggal 26 Maret 20011)

http://en.wikipedia.org/wiki/David_O._Tall, (Diakses tanggal 31 Maret 2011) http://www.warwick.ac.uk/staff/David.Tall/downloads.html.

(Diakses tanggal 12 Maret 2011)

Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Tall, D. O. 2004. Thinking Through Three Worlds of Mathematics, Proceedings

of the 28th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, Bergen, Norway.all.

(Makalah diunduh tanggal 31 Maret 2011).

Tall. D. O. 2005. The Transition from Embodied Thought Experiment and

Simbolic Manipulation to Formal Proof . (Makalah Diunduh Tanggal 20 Maret 2011)

Tall, D.O. 2008a. The Transition to Formal Thinking in Mathematics. Mathematics Education Research Journal, Vol.20No.2Hal:5-24. (Makalah diunduh tanggal 26 Maret 2011).

Tall, D.O. 2010. A Sensible approach to the Calculus. (Makalah diunduh tanggal 31 Maret 2011).

Tall. D.O. Prof David Tall-CV. (Diunduh tanggal 5 Maret 2011)

Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Zholieh. 2011.Pola Bilangan Persegi dan Persegipanjang

http://zholieh.wordpress.com/2011/01/09/pola-bilangan-persegi-dan-persegipanjang/ Diakses tanggal 27 April 2011.

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan perusahaan dalam akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, terutama kinerja keuangan, yang mana perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan

HCC rata-rata sering didiagnosis pada umur 65 tahun, dan 74% kasus dialami oleh laki-laki.Lebih dari 80% pasien hepatoma menderita sirosis hati, hepatoma biasa dan sering terjadi

Untuk menggandakan pendapatan per kapita pada 2014, kita harus bersiap menghadapi inflasi yang luar biasa yakni 12 persen per tahun.. Artinya,

Kegiatan literasi sebagaimana yang Ananda lakukan dalam setiap aktivitas pembelajaran mulai dari pengamatan rancangan, menyiapkan bahan sesuai rancangan, menyiapkan

Pengaruh Komitmen Organisasi dan Sisetm Pengendalian Intern Pemerintah terhadap Kinerja Manajerial SKPD (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang)..

Sehingga kegiatan yang akan dipamerkan adalah sejarah pembuatan batik, alat dan bahan, serta beberapa motif terkenal dari beberapa daerah di Indonesia..

Nilai koefisien Produk untuk variabel X, sebesar 0,82 Hal ini mengandung arti bahwa setiapkenaikan Produk satu satuan maka keputusan pembelian konsumen akan naik

• Budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan