• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN, JAWA BARAT DEWI OCTARIA ANGGRAINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN, JAWA BARAT DEWI OCTARIA ANGGRAINI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT

PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN,

JAWA BARAT

DEWI OCTARIA ANGGRAINI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe, Pangandaran, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2015 Dewi Octaria Anggraini NIM C44100069

(4)

ABSTRAK

DEWI OCTARIA ANGGRAINI. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe, Pangandaran, Jawa Barat. Dibimbing oleh RETNO MUNINGGAR dan IIN SOLIHIN.

TPI Bojongsalawe merupakan prasarana kegiatan perikanan tangkap dari segi pemasaran yang terletak di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. TPI merupakan fasilitas publik yang berfungsi untuk memberikan kepuasan kepada penggunanya. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kinerja yang telah dilakukan pihak TPI dan hal apa saja yang perlu ditingkatkan. Metode yang digunakan adalah studi kasus terhadap kinerja TPI Bojongsalawe, mengetahui kepuasan pelanggan dengan Importance Performance Analysis, dan mengukur kinerja pengelolaan dengan value for money. Aktifitas di TPI Bojongsalawe telah berjalan dan dikelola oleh KUD Minapari. Pengukuran terhadap tingkat kepuasan pengguna pelelangan masih dibawah kriteria. Berdasarkan pengukuran terhadap kinerja TPI dinilai tidak ekonomis dari segi input karena memiliki nilai rataan 21% dan kinerja dinilai tidak efisien dengan nilai rataan sebesar 219%. Hasil pengukuran tersebut dapat digunakan oleh pihak TPI untuk memperbaiki kinerjanya di waktu yang akan datang.

Kata kunci: kepuasan, kinerja, pelelangan, pengukuran, tempat pelelangan ikan

ABSTRACT

DEWI OCTARIA ANGGRAINI. Measurement of Performance Management in Bojongsalawe Auction, Pangandaran, West Java. Supervised by RETNO MUNINGGAR and IIN SOLIHIN.

Bojongsalawe fish auction place (TPI) is the auction facilities for fisheries product in Pangandaran, West Java. TPI is a public facilities to provide users satisfaction. The objective of this study is to determine the TPI performances and what it should be improved. This method used was the case study of TPI Bojongsalawe performances, and to determine users satisfaction with Importance Performance Analysis, and measure the management performance with formula of value for money. The activity in TPI has been running and managed by KUD Minapari. Measurement of satisfaction level to auction users is still under the criteria. According to measurement of auction performance considered to be uneconomical with 219% rate value. The result of the measuring can be used by fish auction place (TPI) side to improve the performance in future.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN TEMPAT

PELELANGAN IKAN BOJONGSALAWE, PANGANDARAN,

JAWA BARAT

DEWI OCTARIA ANGGRAINI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe, Pangandaran, Jawa Barat

Nama : Dewi Octaria Anggraini NIM : C44100069

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Retno Muninggar SPi, ME Pembimbing I

Dr Iin Solihin SPi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan MSc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe, Pangandaran, Jawa Barat.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada

1. Retno Muninggar SPi, ME dan Dr Iin Solihin SPi, MSi selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan nasihat yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini; 2. Bapak Endang sebagai Kepala TPI Bojongsalawe beserta staff, yang telah

bersedia membantu selama pengumpulan data;

3. Ayah, Ibu, dan Keluarga atas kasih sayang, pengertian, kesabaran, teladan, doa, saran, bantuan, dan dukungannya;

4. Seluruh teman-teman khususnya PSP 47 atas bantuan, dukungan, dan doanya;

5. Wanda, Mutiara, Sheila, Aninda atas dukungan, kasih sayang, dan doanya; 6. Reinhard Litaniwan atas dukungan, bantuan, serta doanya;

7. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermaanfat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Februari 2015 Dewi Octaria Anggraini

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan penelitian 1 Manfaat Penelitian 1 METODOLOGI PENELITIAN 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Metode Penelitian 2

Metode Pengumpulan Data 2

Jenis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kegiatan pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe 10

Pengelolaan TPI Bojongsalawe 11

Kepuasaan pengguna pelelangan TPI Bojongsalawe 12

Indikator kinerja pelelangan ikan 20

Pengukuran kinerja pengelolaan TPI Bojongsalawe 21

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 25

(12)

DAFTAR TABEL

1 Objek pengamatan 3

2 Wawancara 3

3 Data utama 4

4 Data tambahan 5

5 Tingkat kepentingan pelayanan aktivitas pelelangan 5

6 Tingkat kinerja aktivitas TPI 6

7 Penilaian kinerja dan kepentingan pengguna pelayanan aktivitas 6

8 Daftar atribut 6

9 Penilaian responden terhadap atribut tingkat kinerja dan kepentingan 7

10 Kertas kerja penilaian pembobotan 9

11 Penilaian kinerja dan kepentingan nelayan 12

12 Kuadran A Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan 14 13 Kuadran B Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan 14 14 Kuadran C Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan 14 15 Kuadran D Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan 14 16 Selang frekuensi nilai kesenjangan (Gap) (Nelayan) 15

17 Penilaian kinerja dan kepentingan pedagang 15

18 Kuadran A Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap pedagang 17 19 Kuadran B Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap pedagang 17 20 Kuadran C Hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap pedagang 17 21 Selang frekuensi nilai kesenjangan (Gap) (Pedagang) 18

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Diagram kartesius 8

3 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan neayan terhadap fasilitas, aktivitas, dan pelayanan TPI Bojongsalawe 13 4 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap

fasilitas, aktivitas, dan pelayanan TPI Bojongsalawe 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kertas kerja penilaian TPI Bojongsalawe 25

2 Perhitungan kebutuhan luas lantai lelang tahun 2014 26 3 Perhitungan nilai retribusi, pendapatan nelayan, pendapatan PEMDA,

pendapatan koperasi 26

4 Perhitungan nilai input dan output 26

5 Perhitungan nilai ekonomi dan efisiensi 27

6 Rata-rata nilai retribusi, pendapatan nelayan, PEMDA, dan koperasi 29

7 Validitas kepentingan nelayan 30

8 Validitas kinerja nelayan 30

(13)

10 Validitas kinerja pedagang 32

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan prasarana untuk menunjang aktivitas nelayan dari segi pemasaran. TPI merupakan tempat yang sangat penting dalam kegiatan perikanan tangkap karena didalamnya terdapat kegiatan pemasaran hasil tangkapan. Transaksi jual beli dilakukan oleh petugas lelang dan pembeli. Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, hasil tangkapan yang didaratkan harus dijual melalui proses lelang di TPI. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari sistem pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak baik bagi nelayan maupun pedagang (Lubis 2010).

Bojongsalawe merupakan tempat pelelangan ikan yang ada di PPI Bojongsalawe, Kabupaten Pangandaran. Bojongsalawe memiliki potensi perikanan yang cukup besar, hal ini terlihat dari produksi yang diperoleh dari TPI tersebut yang tiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 produksinya adalah sebesar 135,14 ton dan pada tahun 2013 sebesar 511,34 ton.

Proses pelelangan yang dilakukan di TPI Bojongsalawe masih cenderung tradisional. Hal tersebut terlihat dari peralatan yang digunakan pada saat proses pelelangan. Penelitian tentang pengukuran kinerja pengelolaan TPI Bojongsalawe dilakukan untuk mengkaji kinerja pihak TPI dalam melayani kegiatan pelelangan ikan. TPI merupakan fasilitas publik yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan kepuasan terhadap penggunanya. Oleh karena itu, pengukuran terhadap kinerja sangat penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kinerja yang telah dicapai oleh TPI tersebut dan hal apa saja yang perlu ditingkatkan guna memberikan kepusan terhadap penggunanya. Kepuasan yang diperoleh dari pengguna jasa pelelangan sangat penting diketahui dan berdampak terhadap berlangsungnya pelelangan ikan, sehingga penelitian ini akan bermanfaat sebagai informasi dan saran kepada pihak pengelola TPI.

Perumusan Masalah

Pangandaran merupakan wilayah yang strategis untuk mengeksplorasi perikanan tangkap karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia dan profesi masyarakatnya sebagai nelayan. Bojongsalawe merupakan salah satu wilayah di Pangandaran yang memiliki potensi cukup besar pada sektor perikanan tangkap. Proses pelelangan yang berlangsung di TPI tersebut masih sederhana sehingga peneliti ingin mengetahui tentang pengelolaannya.

1. Bagaimana sistem pengelolaan TPI Bojongsalawe?

2. Bagaimana tingkat kepuasan pengguna jasa TPI terhadap pelayanan yang dilakukan oleh pihak TPI Bojongsalawe?

3. Bagaimana kinerja pihak TPI dalam melakukan pelayanannya terhadap pengguna jasa TPI?

Tujuan

1. Mendeskripsikan sistem pengelolaan kegiatan lelang di TPI Bojongsalawe 2. Mengukur tingkat kepuasan pelanggan TPI Bojongsalawe

(16)

2

Manfaat

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada pihak TPI mengenai kepuasan yang telah dirasakan oleh pengguna jasa TPI dan kinerja yang telah dilakukannya guna memperbaiki kinerja di waktu yang akan datang, serta sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah untuk pengembangan kecamatan Bojongsalawe.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 31 Januari 2014 – 8 Februari 2014 di TPI Bojongsalawe Pangandaran, Jawa Barat.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, dengan satuan kasus adalah kinerja TPI Bojongsalawe. Pengamatan dilakukan terhadap:

1. Fasilitas yang tersedia di TPI Bojongsalawe

2. Aktivitas pelelangan ikan yang berjalan di TPI Bojongsalawe (mulai ikan ditimbang, sampai dengan pemasaran)

3. Kebersihan tempat dan alat-alat yang digunakan dalam aktivitas pelelangan 4. Retribusi yang didapatkan TPI dari aktivitas pelelangan ikan

Metode pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara sengaja karena mempertimbangkan banyaknya

(17)

3 sampel, tenaga, dan waktu. Responden dalam penelitian ini adalah 5 orang nelayan, 5 orang pedagang, Kepala TPI Bojongsalawe, dan 1 orang anggota koperasi yang menjalankan pelelangan di TPI Bojongsalawe. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan disekitar TPI dan melakukan wawancara yang disertai kuisioner kepada pihak terkait.

Pengamatan dilakukan dengan melihat kondisi dan aktivitas yang terdapat di TPI Bojongsalawe. Berikut tabel 1 merupakan daftar objek pengamatan hal yang diamati:

Tabel 1 Objek pengamatan fasilitas dan aktivitas di TPI Bojongsalawe No. Objek

Pengamatan

Hal yang diamati 1. Tempat

pelelangan ikan

Fasilitas yang digunakan dalam proses pelelangan ikan meliputi kebersihan lantai dan peralatan TPI, ketersediaan air bersih, ketersediaan sarana penunjang kegiatan pelelangan (speaker, trolly, kursi petugas lelang, tempat cuci tangan, lampu, timbangan, keranjang, dan tempat sampah).

2. Aktivitas Pelelangan Ikan

Kegiatan selama pelelangan (frekuensi dan waktu pelelangan), penimbangan, pendataan, dan distribusi.

Berikut tabel 2 wawancara berdasarkan narasumber dan materi wawancara: Tabel 2 Wawancara terhadap pelaku di TPI Bojongsalawe

No. Narasumber Materi wawancara

1. Nelayan Jenis dan jumlah ikan yang diperjualbelikan; Harga ikan per kg untuk tiap jenisnya; Pemahamanterhadap pelelangan;

Keuntungan-kerugian adanya pelelangan;

Persepsi nelayan/agen terhadap aktivitas pelelangan ikan;

Retribusi yang harus dibayarkan setiap kali proses lelang; dan

Kepuasan nelayan terhadap kegiatan pelelangan, fasilitas TPI, dan pelayanan TPI.

2. Pedagang/ bakul

Persepsi pedagang terhadap kegiatan pelelangan; Persepsi pedagang terhadap ketersediaan fasilitas TPI; Persepsi pedagang terhadap kebersihan TPI dan

kualitas ikan yang dipasarkan; Keuntungan-kerugian pelelangan;

Kepuasan pedagang terhadap kegiatan pelelangan dan fasilitas TPI; dan

Retribusi yang harus dibayarkan setiap kali proses lelang.

(18)

4

Lanjutan tabel 2

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan terhadap kondisi fisik TPI dan wawancara kepada agen/nelayan yang melakukan pelelangan, pedagang/bakul yang membeli ikan (kuisioner oleh responden yang digunakan sebagai sampel), pengelola TPI, dan pihak koperasi. Data sekunder diperoleh dari data hasil pelelangan oleh pihak TPI dan koperasi serta studi pustaka dan internet. Berikut adalah data utama dan data tambahan yang masing-masing berisi data utama pada tabel 3 dan data tambahan pada tabel 4:

Tabel 3 Data utama

Data primer Data sekunder

Kondisi fasilitas TPI; Kondisi aktivitas TPI; Kondisi kebersihan

TPI;

Kinerja pengelolaan TPI dilihat dari segi

ekonomi dan

efisiensi; dan

Kepuasan pengguna TPI.

Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan yang dilelang;

Jenis dan jumlah fasilitas yang berada di TPI

Data peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan lelang

Data pendapatan yang diterima pihak koperasi dan TPI dari retribusi;

Data peraturan yang terkait dengan retribusi pelelangan; dan

Jumlah nelayan, alat tangkap, dan kapal bongkar.

No. Narasumber Materi wawancara 3. Pengelola

TPI

Peran TPI dalam mengelola keuangan sebagai modal kegiatan lelang;

Ketersediaan fasilitas untuk menunjang aktivitas pelelangan;

Anggaran untuk fasilitas pelelangan dan aktivitas pelelangan dari pemerintah daerah;

Pemahaman pengelola TPI terhadap hasil tangkapan; Pemahaman tentang sanitasi di TPI; dan

Pemahaman tentang fasilitas yang dibutuhkan untuk pelelangan ikan.

4. Koperasi Peran koperasi dalam proses pelelangan ikan; Sistem pengelolaan penjualan ikan;

Peran koperasi dalam menyediakan modal; Membayar uang hasil penjualan ke pemilik kapal; Sistem bagi hasil kepada pihak TPI atau pemerintah

daerah; dan

(19)

5

Tabel 4 Data tambahan

Data primer Data sekunder

Gambar/foto-foto proses pelelangan hasil tangkapan; dan Gambar/foto-foto fasilitas TPI

Kondisi umum TPI

Bojongsalawe; dan

Letak geografis dan wilayah.

Analisis Data Kegiatan pelelangan di TPI Bojongsalawe

Kegiatan pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe dinilai menggunakan analisis deskriptif terhadap aktivitas yang terjadi di TPI tersebut. Data yang digunakan untuk melakukan analisis aktivitas TPI Bojongsalawe adalah data primer dan data sekunder yang berhubungan dengan kegiatan TPI Bojongsalawe tahun 2013. Aktivitas yang diamati antara lain:

1. Kegiatan pelelangan (mulai ikan ditimbang, sampai pada pemasaran); 2. Sarana dan prasarana pelelangan; dan

3. Pelayanan yang diberikan oleh pihak TPI kepada pengguna TPI.

Analisis Tingkat Kepuasan Pengguna TPI (nelayan dan pembeli)

Tingkat kepuasan pengguna TPI terhadap jasa pelelangan diukur menggunakan metode importance performance analysis. Importance performance analysis adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kinerja penting apa yang harus ditunjukkan oleh suatu organisasi dalam memenuhi kepuasan para pengguna jasa mereka (konsumen). Uji ini dilakukan guna menguji apakah terdapat kesenjangan (gap) antara Harapan dengan Persepsi dalam variabel yang dianalisis (Martila, James 1977 dalam Kitcharoen 2004). Penilaian dari pengguna jasa pelelangan terhadap tingkat kepentingan dan pelaksanaan atribut kepuasan pelanggan diperoleh dari wawancara dan kuisioner yang dijabarkan kedalam 5 skala likert. Responden diminta untuk menilai seberapa penting atribut pelayanan dengan cara memberikan nilai dengan rentang 1-5. Kelima penilaian tersebut sebagaimana disajikan pada tabel 5.

Tabel 5 Tingkat Kepentingan Pelayanan Aktivitas Pelelangan

Kategori Jawaban Nilai

A Tidak penting 1

B Kurang penting 2

C Cukup penting 3

D Penting 4

(20)

6

Tingkat kinerja diukur berdasarkan kondisi aktual dan pelayanan yang diberikan pihak TPI yang dirasakan oleh pengguna jasa TPI. Untuk menentukan bobot tingkat pelaksanaan digunakan skala likert (rentang 1-5) dalam memberi penilaian terhadap jawaban pengguna jasa TPI. Kelima penilaian tersebut diberi bobot sebagaimana terdapat pada tabel 6 (Resti 2010).

Tabel 6 Tingkat Kinerja Aktivitas Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Kategori Jawaban Nilai

A Tidak puas 1

B Kurang puas 2

C Cukup puas 3

D Puas 4

E Sangat puas 5

Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai Importance and Performance Analysys, digunakan diagram kartesius. Diagram kartesius merupakan suatu bangunan yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X, Y), dan tahapan yang dilakukan adalah:

Menghitung jumlah skor kinerja (X) dan jumlah skor kepentingan (Y) pada masing-masing atribut pelayanan yang dijelaskan pada tabel 7 dan daftar atribut yang dijelaskan pada tabel 8.

Tabel 7 Penilaian Kinerja dan Kepentingan Pengguna Pelayanan Aktivitas TPI

No. Atribut Jumlah n Skor Kinerja (X) Jumlah Skor Kepentingan (Y) 1

2

Tabel 8 Daftar atribut

No. Atribut No. Atribut

1. Kebersihan Fasilitas TPI 15. Kursi petugas lelang 2. Perbaikan fasilitas TPI 16. Ketepatan penimbangan

3. Kemudahan dalam

penggunaan fasilitas

17. Ketepatan dalam waktu pelaksanaan lelang

4. Basket 18. Kemudahan dalam pembayaran

5. Pengeras suara 19. Administrasi di TPI

6. Alat timbangan 20. Pendataan jumlah dan jenis ikan

7. Trolly 21. Kesesuaian harga ikan

8. Speaker 22. Pelayaanan TPI

9. Lampu 23. Ketepatan dan ketanggapan juru

lelang

10. Gedung TPI 24. Ketepatan juru timbang 11. Penyediaan air bersih 25. Pelayanan kasir

12. Tempat cuci tangan dan toilet

26. Sikap pegawai TPI 13. Cold storage 27. Pelayanan koperasi 14. Ruang pengepakan 28. Sikap pegawai koperasi Sumber: Resti (2012) dimodifikasi sesuai keadaan tempat penelitian

(21)

7 Mengisi sumbu X pada diagram dengan tingkat kinerja dan sumbu Y dengan skor tingkat kepentingan. Setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa aktivitas TPI dihitung dengan:

Keterangan:

X: Skor rata-rata tingkat kinerja Y: Skor rata-rata tingkat kepentingan n: Jumlah responden

Tabel 9 Penilaian Responden terhadap Atribut Tingkat Kinerja dan Kepentingan

Responden Atribut Tingkat Kinerja (X) Total

1 1 2 3 4 5 … i (∑)

2 … n

∑Xi n N n N N …

Responden Atribut Tingkat Kepentingan (Y) Total

1 1 2 3 4 5 … i (∑)

2 … n ∑Xi

Menghitung letak batas dua garis berpotongan dengan rumus:

Keterangan:

X: Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kinerja Y: Rata-rata dari rata-rata skor tingkat kepentingan

i : Banyak atribut yang mempengaruhi kepuasan pengguna

Sehingga dapat dibuat diagram kartesius seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.

Diagram kartesius merupakan bangunan yang terdiri dari empat kuadran yaitu kuadran A, B, C, dan D dan dibatasi oleh dua garis berpotongan tegak lurus pada titik x dan y. Titik x menggambarkan persepsi kinerja/aktual dengan skala rendah sampai dengan tinggi. Titik y menggambarkan harapan atau kepentingan.

(22)

8

Rendah Tinggi

Gambar 2 Diagram kartesius

Posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Concentrate Here (konsentrasi di sini)

Faktor-faktor yang terletak dalam kuadran ini dianggap sebagai faktor yang penting dan diharapkan oleh nelayan dan pedagang tetapi kondisi persepsi dan kinerja aktual yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk meningkatkan kinerja berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan.

B. Keep up with the good work (pertahankan prestasi)

Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap penting dan diharapkan sebagai faktor penunjang bagi kepuasan nelayan dan pedagang sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai.

C. Low Priority (prioritas rendah)

Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini mempunyai tingkat persepsi atau kinerja aktual yang rendah sekaligus dianggap tidak terlalu penting atau terlalu diharapkan oleh nelayan dan pedagang sehingga manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberikan perhatian pada faktor-faktor tersebut. D. Possibly Overkill (terlalu berlebih)

Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap tidak terlalu penting atau tidak terlalu diharapkan sehingga pihak manajemen perlu mengalokasikan sumber daya yang terkait dengan faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan, misalnya di kuadran B.

Analisis GAP

Analisis gap atau kesenjangan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu program yang sedang berjalan dengan sistem standar (Bappenas 2009). Nilai gap semakin kecil jika tingkat kepuasan semakin

Persepsi/kinerja aktual

A. Concentrate here B. Keep Up The Good Work

C. Low Priority D. Possible Overkill

Harapan / kepentingan

(23)

9 tinggi. Jika nilai kinerja lebih tinggi dari nilai harapan maka artinya konsumen puas terhadap atribut tersebut. Rumus perhitungan analisis gap adalah sebagai berikut (Panggabean 2008):

Setelah itu dibuat selang frekuensi/kelas dengan cara pengolahan statistik untuk menentukan kriteria kepuasan (Walpole 1995)

Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI)

Kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) diukur dengan menggunakan metode value for money yaitu melakukan pengukuran terhadap ekonomi dan efisiensi TPI. Sebelum melakukan pengukuran terhadap kinerja, terlebih dahulu menentukan parameter input dan output, serta tingkat kepuasan pengguna TPI

a. Menentukan parameter input dan output

Parameter ditentukan berdasarkan hasil diskusi bersama kelompok Hibah Pasca (2007) dalam widayati (2008)

1. Input:

a. SDM: personil TPI b. Fasilitas TPI: timbangan

c. Luas lantai lelang: dasar penentuan

d. Volume produksi ikan hasil tangkapan yang dilelang 2. Output:

a. Pendapatan nelayan (rupiah)

b. Kepuasan pengguna pelelangan: fasilitas dan aktivitas TPI, serta pelayanan TPI dan pelayanan koperasi.

Penilaian kinerja input dan output

Pengukuran kinerja dengan value for money merupakan bentuk pengukuran kinerja dari tiga sudut yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektifitas. Kertas kerja penilaian pembobotan terdapat pada lampiran. Berikut perhitungan penilaian kinerja:

Tabel 10 Kertas Kerja Penilaian Pembobotan (Resti 2010) Indikator Kinerja Satuan Target Kinerja (rencana) Capaian Kinerja (realisasi) Bobot Nilai kinerja Nilai akhir Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Input Output Jumlah ∑ Total

Nilai kinerja input dan output dihitung dengan rumus berikut: Nilai kinerja input =

Nilai kinerja output = x 100%

(24)

10

Pengukuran Kinerja dari segi ekonomi (Mahmudi 2010) Ekonomi = Keterangan: >100% = ekonomis 85-100% = cukup ekonomis 65-84% = kurang ekonomis <65% = tidak ekonomis

Pengukuran kinerja dari segi efisiensi (Mahmudi 2010) Efisiensi = Keterangan: <90% = sangat efisien 90-99% = efisien 100% = cukup efisien >100% = tidak efisien

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe

Pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe dilaksanakan sesuai dengan definisi dan fungsinya yaitu tempat terjadinya pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan). Berdasarkan pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 12 tahun 2011 penyelenggaraan pelelangan ikan harus memiliki izin dari Bupati.

Aktivitas sebelum pelelangan ikan diawali dengan nelayan atau buruh angkut yang membawa hasil tangkapan dalam keranjang menggunakan sepeda motor ataupun gerobak tanpa penutup ke lokasi TPI. Setelah hasil tangkapan sampai di TPI, kemudian ikan ditimbang dan dicatat jumlah (kg) dan jenisnya oleh petugas lelang pada sebuah buku dan pada secarik kertas untuk diberikan kepada nelayan. Hasil tangkapan diletakkan dilantai TPI tanpa menggunakan alas menurut jenisnya.

Pelelangan di TPI Bojongsalawe dipisahkan antara pelelangan ikan dan lobster. Ikan diletakkan dilantai tanpa alas. Jenis-jenis ikan yang didaratkan di TPI tersebut yaitu ikan pari (Dasyatis kuhli), bawal hitam (Parastromateus niger), bawal putih (Pampus argentus), tenggiri (Scomberromorus commersoni), tongkol (Auxis thazard), dan lain-lain. Sedangkan lobster biasanya diletakkan dilantai yang berpasir dan dimasukkan kedalam kotak-kotak yang terbuat dari kayu. Timbangan yang digunakan dipisahkan untuk ikan dan lobster serta kondisi keduanya pun baik. Peserta lelang merupakan bakul yang sudah menjadi anggota lelang di TPI tersebut. Sebelumnya peserta lelang telah mendapat kartu anggota terlebih dahulu. Kegiatan pelelangan ikan dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Lamanya waktu pelelangan tergantung banyaknya

(25)

11 jumlah hasil tangkapan yang didaratkan. Pelelangan dimulai ketika hasil tangkapan sudah ada dan semua bakul sudah berkumpul. Semua orang bebas masuk ke dalam gedung TPI. Lelang dipimpin oleh seorang juru lelang yang bertugas memasarkan hasil tangkapan dengan menyebutkan jenis, jumlah, dan harga menggunakan bahasa sunda. Kemudian seorang lainnya bertugas mencatatat hasil tangkapan yang terjual. Harga ditawarkan mulai dari yang rendah, kemudian bakul mulai menawar dengan harga yang lebih tinggi dari yang ditawarkan. Setelah harga tertinggi didapatkan maka bakul diberikan secarik kertas yang didalamnya terdapat harga yang harus dibayarkan ke kasir dan jenis ikannya. Proses tersebut berlangsung terus hingga hasil tangkapan di TPI habis terjual.

Berdasarkan Peraturan Daerah No 27 Tahun 2011 yang dimaksud dengan retribusi adalah pungutan daerah yang dipungut atas pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan atau pembudidayaan ikan. Retribusi yang dikenakan pada nelayan adalah 10% x nilai produksi. Menurut hasil wawancara dengan beberapa orang nelayan, retribusi yang dikenakan sangat bermanfaat untuk mereka yaitu sesuai dengan Peraturan Daerah No 12 Tahun 2011 pasal 11 ayat 2 diperuntukkan untuk dana penyelenggaraan pelelangan ikan, dana paceklik nelayan, dana sosial kecelakaan di laut, dan tabungan nelayan. Sedangkan retribusi yang dikenakan kepada pedagang (bakul) adalah sebesar 5%.

Setelah pelelangan selesai, bakul antri dikasir untuk membayarkan hasil tangkapan yang mereka beli. Setelah membayar, kemudian hasil tangkapan dikemas dan siap untuk didistribusikan. Hasil tangkapan biasanya dimasukkan ke dalam keranjang atau styrofoam yang diberi es. Pendistribusian dilakukan menggunakan kendaraan mobil ataupun sepeda motor tanpa adanya atap pelindung. Ikan merupakan komoditas yang mudah rusak jika terkena paparan sinar matahari secara langsung, sehingga dapat dipastikan kualitas ikan akan menurun. Bakul mendistribusikan ikan ke restaurant, rumah makan, ataupun pedagang-pedagang pasar maupun pedagang disekitar TPI Bojongsalawe. Setelah pelelangan selesai, petugas lelang meninggalkan TPI. Lantai lelang dibersihkan oleh petugas menggunakan selang dengan air bersih kemudian dikeringkan. Pengambilan uang hasil pelelangan ikan biasanya sore hari yang dilakukan oleh nelayan sendiri mengambil ke TPI ataupun uangnya diantar ke rumah masing-masing nelayan tersebut.

Pengelolaan TPI Bojongsalawe

Kegiatan pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe dikelola oleh KUD Minapari. Hal ini berdasarkan pada surat permohonan izin tentang penyelenggaraan pelelangan ikan yang dibuat oleh ketua KUD Minapari yang dikeluarkan oleh kepala badan pelayanan perizinan terpadu kabupaten Ciamis nomor 503/004/SIPI/VII/2012 yang mengizinkan KUD Minapari menyelenggarakan pelelangan ikan di TPI Bojongsalawe. KUD Minapari berperan sebagai pelaksana dan menangani beberapa unit diantaranya, simpan pinjam, pelelangan, dan penyewaan kursi. Sistem pengelolaan penjualan ikan seperti yang umum dilakukan yaitu dengan sistem lelang, pedagang (bakul) membayar pembelian hasil tangkapan ke kasir TPI yang selanjutnya disetorkan ke KUD setelahnya diserahkan kepada nelayan. Ada beberapa permasalahan terkait

(26)

12

pengelolaan pelelangan ikan. Pertama, permasalahan yang dihadapi petugas KUD dalam aktivitas lelang terkait ketersediaan biaya untuk menyelenggarakan proses lelang adalah permodalan, dan upaya yang telah dilakukan KUD adalah bekerjasama dengan pihak Bank. Kedua yaitu permasalahan harga yang umum terjadi. Apabila hasil tangkapan sedikit, maka harga ikan akan mahal ataupun sebaliknya.

TPI Bojongsalawe memiliki kepala dan wakil TPI yang bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pelelangan ikan setiap harinya. Pegawai yang bertugas saat pelelangan terdiri dari pegawai TPI sebanyak sepuluh orang, dan pegawai KUD sebanyak empat orang. Masalah yang muncul dalam menunjang operasional TPI biasanya dapat diatasi dari biaya yang diterima dari retribusi nelayan. Pegawai biasanya diberikan pelatihan oleh Dinas Perikanan setiap 6 bulan sekali yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai. Fasilitas yang tersedia di TPI Bojongsalawe dapat dikatakan cukup lengkap sesuai dengan keadaan di tempat tersebut. Namun luas gedung TPI dirasakan kurang ketika produksi ikan sedang banyak.

Kepuasan pengguna pelelangan TPI Bojongsalawe Perhitungan tingkat kepuasan pengguna pelelangan

Kepuasan pengguna pelelangan dapat diukur dengan metode importance performance analysis yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kinerja penting yang harus ditunjukkan dalam memenuhi kepuasan pengguna jasa. Penilaian ini menggunakan diagram kartesius dengan menggunakan atribut-atribut yang menempati salah satu kuadran berdasarkan rata-rata skor kinerja (RSK) dan rata-rata skor kepentingan (RSP) (Martila, James 1977 dalam Kitcharoen 2004). Penelitian terhadap tingkat kepuasan penggunaan TPI dilakukan pada nelayan dan pedagang.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa nilai rata-rata skor kinerja dan kepentingan (RSK dan RSP) terhadap nelayan sebagai berikut:

Tabel 11 Penilaian kinerja dan kepentingan nelayan

No. Atribut RSK RSP Kesenjangan

1. Kebersihan Fasilitas TPI 4 5 -1

2. Perbaikan fasilitas TPI 5 5 0

3. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 4,4 5 -0,6

4. Basket 3,6 5 -1,4 5. Pengeras suara 2,6 4,2 -1,6 6. Alat timbangan 4,4 5 -0,6 7. Trolly 2,6 3,6 -1 8. Speaker 1 2,8 -1,8 9. Lampu 4,6 2,8 1,8 10. Gedung TPI 4,8 4,8 0

11. Penyediaan air bersih 5 5 0

12. Tempat cuci tangan dan toilet 3,6 5 -1,4

13. Cold storage 1,8 3,2 -1,4

14. Ruang pengepakan 3 3,4 -0,4

(27)

13 Lanjutan tabel 11

No. Atribut RSK RSP Kesenjangan

16. Ketepatan penimbangan 4,6 5 -0,4

17. Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 4,6 4,6 0

18. Kemudahan dalam pembayaran 4,8 5 -0,2

19. Administrasi di TPI 4,4 5 -0,6

20. Pendataan jumlah dan jenis ikan 4,8 5 -0,2

21. Kesesuaian harga ikan 3,8 5 -1,2

22. Pelayanan TPI 4,6 5 -0,4

23. Ketepatan dan ketanggapan juru lelang 4,8 5 -0,2

24. Ketepatan juru timbang 5 5 0

25. Pelayanan kasir 4,8 5 -0,2

26. Sikap pegawai TPI 5 5 0

27. Pelayanan koperasi 5 5 0

28. Sikap pegawai koperasi 5 5 0

Sumber: Hasil wawancara dengan 5 orang nelayan di TPI Bojongsalawe tahun 2014

Hasil penilaian terhadap kinerja dan kepentingan terhadap nelayan menempati masing-masing kuadran dalam diagram cartesius. Berdasarkan gambar tersebut diketahui garis yang membatasi kuadran adalah garis X=4,16 yang merupakan rata skor tingkat kinerja dan garis Y=4,62 yang merupakan rata-rata skor tingkat kepentingan.

Gambar 3 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan nelayan terhadap fasilitas, aktivitas, dan pelayanan TPI Bojongsalawe.

21 19 24 22 5 23 7 8 9 18 28 13 14 12 1 16 4 11 15 25 20 5 6 10 3 2 0 2 4 6 0 1 2 3 4 5 6 0 2 4 6 R ata -r ata sko r t in gkat k e p e n tingan

Rata-rata skor tingkat kinerja

FASILITAS TPI AKTIFITAS PELELANGAN PELAYANAN TPI PELAYANAN KOPERASI

A

B

C

D

(28)

14

Berdasarkan diagram kartesius tersebut atribut terbagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran A, kuadran B, kuadran C, kuadran D. Pembagian atribut untuk tiap kuadran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12 Kuadran A hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan No. Atribut

1. Kebersihan fasilitas TPI 4. Basket

12. Tempat cuci tangan dan toilet 21. Kesesuaian harga ikan

Atribut yang masuk kedalam kuadran B ada 17 yaitu sebagai berikut: Tabel 13 Kuadran B hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan No. Atribut

2. Perbaikan fasilitas TPI

3. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 6. Alat timbangan

10. Gedung TPI

11. Penyediaan air bersih 15. Kursi petugas lelang 16. Ketepatan penimbangan

18. Kemudahan dalam pembayaran 19. Administrasi di TPI

20. Pendataan jumlah dan jenis ikan 22. Pelayanan TPI

23. Ketepatan dan ketanggapan juru lelang 24. Ketepatan juru timbang

25. Pelayanan kasir 26. Sikap pegawai TPI 27. Pelayanan koperasi 28. Sikap pegawai koperasi

Atribut yang masuk kedalam kuadran C ada sebanyak 5 yaitu sebagai berikut:

Tabel 14 Kuadran C hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan No. Atribut 5. Pengeras suara 7. Trolly 8. Speaker 13. Cold storage 14. Ruang pengepakan

Atribut yang masuk kedalam kuadran D hanya ada 2 yaitu:

Tabel 15 Kuadran D hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap nelayan No. Atribut

9. Lampu

(29)

15 Selang frekuensi kesenjangan (Gap) adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan dari responden. Berikut merupakan tingkat kepuasan untuk responden nelayan.

Tabel 16 Selang frekuensi nilai kesenjangan (Gap) untuk responden nelayan Selang frekuensi Nilai kesenjangan (Gap) Tingkat kepuasan Atribut

(-1,8) – (-1,1) Tidak puas Basket, pengeras suara, speaker, tempat cuci tangan dan toilet, cold storage, dan kesesuaian harga ikan.

(-1,0) – (-0,3) Kurang puas Kebersihan fasilitas TPI, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, alat timbangan, trolly, ruang pengepakan, ketepatan penimbangan, administrasi di TPI, dan pelayanan TPI

(-0,2) – 0,5 Cukup puas Perbaikan fasilitas TPI, gedung TPI, penyediaan air bersih, kursi petugas lelang, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, pendataan jumlah dan jenis ikan, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan juru timbang, pelayanan kasir, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi, dan sikap pegawai koperasi.

0,6 – 1,3 Puas -

1,4 – 2,1 Sangat puas Lampu Sumber: Diolah dari wawancara tahun 2014

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa nilai Rata-rata Skor RSK dan RSP terhadap nelayan sebagai berikut.

Tabel 17 Penilaian kinerja dan kepentingan pedagang

No. Atribut RSK RSP Kesenjangan

1. Kebersihan fasilitas TPI 4,8 5 -0,2

2. Perbaikan fasilitas TPI 4,6 5 -0,4

3. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas 4,2 5 -0,8

4. Basket 2,6 3,8 -1,2 5. Pengeras suara 1 2,2 -1,2 6. Alat timbangan 5 5 0 7. Trolly 2,6 4,8 -2,2 8. Speaker 1,4 2,2 -0,8 9. Lampu 3,2 4,4 -1,2 10. Gedung TPI 4,6 5 -0,4

11. Penyediaan aair bersih 5 5 0

12. Tempat cuci tangan dan toilet 2,6 5 -2,4

(30)

16

Lanjutan Tabel 17

No. Atribut RSK RSP Kesenjangan

14. Ruang pengepakan 3,6 3,4 0,2

15. Kursi petugas lelang 5 5 0

16. Ketepatan penimbangan 4,4 5 -0,6

17. Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 4,6 5 -0,4 18. Kemudahan dalam pembayaran 4,4 5 -0,6

19. Administrasi di TPI 4,6 4,8 -0,2

20. Pendataan jumlah dan jenis ikan 4,6 4,8 -0,2

21. Kesesuaian harga ikan 4,8 5 -0,2

22. Pelayanan TPI 4,4 5 -0,6

23. Ketepatan dan ketanggapan juru lelang

5 4,8 0,2

24. Ketepatan juru timbang 5 5 0

25. Pelayanan kasir 5 5 0

26. Sikap pegawai TPI 4,8 5 -0,2

27. Pelayanan koperasi 5 5 0

28. Sikap pegawai koperasi 5 5 0

Sumber: Hasil wawancara dengan 5 orang pedagang di TPI Bojongsalawe

Hasil penilaian terhadap kinerja dan kepentingan terhadap pedagang menempati masing-masing kuadran dalam diagram cartesius. Berdasarkan gambar tersebut diketahui garis yang membatasi kuadran adalah garis X=4,07 yang merupakan rata-rata skor tingkat kinerja dan garis Y=4,6 yang merupakan rata-rata skor tingkat kepentingan.

Gambar 4 Diagram kartesius tingkat kinerja dan kepentingan pedagang terhadap fasilitas, aktivitas, dan pelayanan TPI Bojongsalawe.

28 27 19 4 5 24 7 8 9 6 12 13 14 25 21 15 2 1 22 26 25 11 18 23 4.6 0 2 4 6 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6 FASILITAS TPI AKTIFITAS PELELANGAN PELAYANAN TPI PELAYANAN KOPERASI

A

B

C

D

(31)

17 Berdasarkan diagram kartesius tersebut atribut terbagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran A, kuadran B, kuadran C, kuadran D. Pembagian atribut untuk tiap kuadran dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18 Kuadran A hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap pedagang No. Kuadran

7. Trolly

12. Tempat cuci tangan dan toilet

Atribut yang termasuk kedalam kuadran B ada 19 atribut, yaitu sebagai berikut:

Tabel 19 Kuadran B hasil penilaian kinerja dan kepentingan terhadap pedagang No. Atribut

1. Kebersihan fasilitas TPI 2. Perbaikan fasilitas TPI 6. Alat timbangan

10. Gedung TPI

11. Penyediaan air bersih 15. Kursi petugas lelang 16. Ketepatan penimbangan

17. Ketepatan waktu pelaksanaan lelang 18. Kemudahan dalam pembayaran 19. Administrasi TPI

20. Pendataan jumlah dan jenis ikan 21. Kesesuaian harga ikan

22. Pelayanan TPI

23. Ketepatan dan ketanggapan juru lelang 24. Ketepatan juru timbang

25. Pelayanan kasir 26. Sikap pegawai TPI 27. Pelayanan koperasi 28. Sikap pegawai koperasi

Atribut yang masuk kedalam kuadran C sebanyak 6 atribut, yaitu sebagai berikut:

Tabel 20 Kuadran C Hasil Penilaian Kinerja dan Kepentingan Terhadap Pedagang No. Atribut 4. Basket 5. Pengeras suara 8. Speaker 9. Lampu 13. Cold storage 14. Ruang pengepakan

(32)

18

Selang frekuensi kesenjangan (Gap) adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan dari responden. Berikut merupakan tingkat kepuasan untuk responden pedagang.

Tabel 21 Selang nilai frekuensi tingkat kesenjangan (Gap) untuk responden pedagang

Nilai Frekuensi Tingkat Kesenjangan (Gap)

Tingkat kepuasan Atribut

(-2,4) – (-1,9) Tidak puas Trolly, tempat cuci tangan dan toilet

(-1,8) – (-1,4) Kurang puas -

(-1,2) – (-0,7) Cukup puas Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, basket, pengeras suara, speaker, lampu, dan cold storage

(-0,6) – (-0,1) Puas Kebersihan fasilitas TPI,

perbaikan fasilitas TPI, gedung TPI, ketepatan penimbangan, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, administrasi di TPI, pendataan jumlah dan jenis ikan, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, dan sikap pegawai TPI

0 – 0,5 Sangat puas Alat timbangan, penyediaan air bersih, ruang pengepakan, kursi petugas lelang, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan juru timbang, pelayanan kasir, pelayanan koperasi, dan sikap pegawai koperasi

Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran A dianggap sebagai faktor yang penting dan diharapkan oleh konsumen tetapi kondisi aktual yang ada pada saat ini belum memuaskan sehingga pihak manajemen berkewajiban meningkatkan kinerja berbagai faktor tersebut. Faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini merupakan prioritas untuk ditingkatkan agar nelayan merasa puas. Atribut yang termasuk kedalam kuadran ini menurut penilaian kinerja terhadap nelayan adalah atribut nomor 1, 4, 12, dan 21 yaitu kebersihan fasilitas TPI, basket, tempat cuci tangan dan toilet, serta kesesuaian harga ikan. Atribut yang termasuk dalam penilaian kinerja terhadap pedagang adalah atribut nomor 7 dan 12 yaitu trolly, dan tempat cuci dan dan toilet.

Atribut-atribut yang terdapat pada kuadran B dianggap penting dan diharapkan sebagai faktor penunjang bagi kepuasan konsumen sehingga pihak manajemen berkewajiban memastikan bahwa kinerja institusi yang dikelolanya dapat terus mempertahankan prestasi yang telah dicapai. Atribut yang terdapat

(33)

19 dalam kuadran ini adalah atribut nomor 2, 3, 6, 10, 11, 15, 16, 18,19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28 yaitu perbaikan fasilitas TPI, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, alat timbangan, gedung TPI, penyediaan air bersih, kursi petugas lelang, ketepatan penimbangan, kemudahan dalam pembayaran, administrasi TPI, pendataan jumlah dan jenis ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan juru timbang, pelayanan kasir, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi, dan sikap pegawai koperasi. Atribut yang termasuk dalam penilaian kinerja terhadap pedagang adalah atribut nomor 1, 2, 3, 6, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28 yaitu kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, alat timbangan, gedung TPI, penyediaan air bersih, kursi petugas lelang, ketepatan penimbangan, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, administrasi di TPI, pendataan jumlah dan jenis ikan, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan juru timbang, pelayanan kasir, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi, dan sikap pegawai koperasi.

Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran C mempunyai tingkat persepsi dan kinerja aktual yang rendah sekaligus dianggap tidak terlalu penting dan tidak terlalu diharapkan oleh konsumen sehingga manajemen tidak perlu memprioritaskan atau terlalu memberi perhatian pada faktor-faktor tersebut. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah atribut nomor 5, 7, 8, 13, dan 14 yaitu pengeras suara, trolly, speaker, cold storage, dan ruang pengepakan. Atribut yang termasuk dalam penilaian kinerja terhadap pedagang adalah atribut nomor 4, 5, 8, 9, 13, dan 14 yaitu basket, pengeras suara, lampu, cold storage, dan ruang pengepakan.

Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran D dianggap tidak terlalu penting atau tidak terlalu diharapkan sehingga pihak manajemen perlu menglokasikan sumberdaya yang terkait dengan faktor-faktor tersebut kepada faktor-faktor lain yang mempunyai prioritas penanganan lebih tinggi yang masih membutuhkan peningkatan seperti kuadran B. Atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah atribut nomor 9, dan 17 yaitu lampu dan ketepatan waktu pelaksanaan lelang. Menurut kuisioner yang diberikan kepada pedagang tidak ada atribut yang terdapat dalam kuadran ini.

Setelah masing-masing atribut dikelompokkan dalam kuadran, selanjutnya menentukan analisis gap yang berfungsi untuk melihat kesenjangan antara kinerja dan kepentingan kepuasan nelayan dan pedagang. Hal ini dilakukan dengan cara mengurangi nilai rata-rata skor kinerja dengan nilai rata-rata skor kepentingan. Semakin kecil kesenjangan yang didapat, maka kinerja TPI semakin mendekati kepentingan yang diharapkan oleh konsumen yaitu nelayan dan pedagang (Panggabean 2008).

Nilai gap (kesenjangan) dibagi menjadi lima tingkatan yaitu tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas, dan sangat puas. Penentuan tingkat kepuasan berdasarkan kesenjangan yang terdapat pada tabel 16 dengan membuat selang kelas bagi masing-masing atribut. Hasil nilai kesenjangan diketahui bahwa kepuasan agen yang memiliki nilai kesenjangan antara (-1,8) – (-1,1) termasuk dalam penilaian tidak puas dengan atribut basket, pengeras suara, speaker, tempat cuci tangan dan toilet, cold storage, dan kesesuaian harga ikan.

(34)

20

Nilai kesenjangan untuk responden nelayan antara (-1,0) – (-0,3) termasuk dalam penilaian kurang puas dengan atribut Kebersihan fasilitas TPI, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, alat timbangan, trolly, ruang pengepakan, ketepatan penimbangan, administrasi di TPI, dan pelayanan TPI. Hal ini

Penilaian cukup puas dengan nilai kesenjangan (-0,2) – 0,5 terhadap atribut perbaikan fasilitas TPI, gedung TPI, penyediaan air bersih, kursi petugas lelang, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, pendataan jumlah dan jenis ikan, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan juru timbang, pelayanan kasir, sikap pegawai TPI, pelayanan koperasi, dan sikap pegawai koperasi. Atribut-atribut tersebut termasuk penting dan pihak TPI diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya. Dan penilaian sangat puas dengan nilai kesenjangan 1,4 – 2,1 hanya pada atribut lampu.

Nilai kesenjangan untuk responden pedagang antara (-2,4) – (-1,9) dengan penilaian tidak puas dengan atribut trolly, tempat cuci tangan dan toilet. Pada atribut tersebut TPI diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya.

Penilaian cukup puas dengan nilai kesenjangan (-1,2) – (-0,7) yaitu atribut kemudahan dalam penggunaan fasilitas, basket, pengeras suara, speaker, lampu, dan cold storage. Nilai kesenjangan (-0,6) – (-0,1) dengan penilaian puas pada atribut kebersihan fasilitas TPI, perbaikan fasilitas TPI, gedung TPI, ketepatan penimbangan, ketepatan waktu pelaksanaan lelang, kemudahan dalam pembayaran, administrasi di TPI, pendataan jumlah dan jenis ikan, kesesuaian harga ikan, pelayanan TPI, dan sikap pegawai TPI.

Penilaian sangat puas dengan nilai kesenjangan 0 – 0,5 pada atribut Alat timbangan, penyediaan air bersih, ruang pengepakan, kursi petugas lelang, ketepatan dan ketanggapan juru lelang, ketepatan juru timbang, pelayanan kasir, pelayanan koperasi, dan sikap pegawai koperasi.

Indikator kinerja Tempat Pelelangan Ikan

Pengukuran kinerja TPI menggunakan indikator input dan output untuk menentukan kinerja input dan output berdasarkan ekonomi dan efisiensi. Menurut hasil diskusi bersama kelompok hibah pasca (2007) dalam widayati (2008) indikator input adalah Sumber Daya Manusia (SDM), Fasilitas TPI, Luas lantai lelang, dan Volume produksi. Sedangkan indikator kinerja output adalah pendapatan nelayan, pemasukan daerah, dan kepuasan pengguna pelelangan. Namun indikator tersebut disesuaikan dengan kondisi yang ada dilapangan. 1. Input

a. Sumber daya manusia (SDM)

Sumber daya manusia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi, sebagai salah satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya manusia. Sumberdaya manusia menjadi salah satu faktor input yang penting. Sumberdaya manusia yang mengelola Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe ada sebanyak 14 orang, yang terbagi menjadi petugas TPI sebanyak 10 orang dan petugas koperasi sebanyak 4 orang. Menurut hasil wawancara dengan manager TPI jumlah tersebut sudah cukup. Penelitian ini menggunakan standar indikator berdasarkan hasil diskusi bersama kelompok hibah pasca (2007) dalam widayati (2008) yang dijadikan sebagai standar

(35)

21 indikator kinerja jumlah personil TPI yaitu sebanyak 12 orang dan jumlah personil untuk koperasi sebanyak 5 orang.

b. Fasilitas TPI

Fasilitas yang dijadikan indikator kinerja input yaitu alat timbangan. Alat timbangan berfungsi untuk mengetahui berat atau jumlah dari ikan yang dilelang. Timbangan yang terdapat di TPI Bojongsalawe berjumlah dua. Jenis timbangan keduanya adalah timbangan gantung. Satu timbangan khusus untuk menimbang lobster, dan satu timbangan untuk menimbang hasil tangkapan non lobster. Timbangan yang digunakan masih berfungsi dengan baik.

c. Luas lantai lelang

Luas lantai lelang TPI Bojongsalawe menurut wawancara terhadap manager TPI adalah sebesar 270,2 m, sedangkan menurut perhitungan matematis yang terdapat pada lampiran didapatkan luas lantai lelang sebesar 375,9 m.

d. Volume produksi

Volume produksi merupakan bahan baku yang akan diperjualbelikan di suatu tempat pelelangan ikan. Volume produksi pada tahun 2013 adalah sebesar 511,3 ton. Sedangkan menurut nilai rata-rata volume produksi sembilan tahun sebelumnya adalah sebesar 430,7 ton. Perhitungannya terdapat pada lampiran. 2. Output

a. Pendapatan nelayan

Nelayan merupakan salah satu unit penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang menyediakan bahan baku (hasil tangkapan). Tempat pelelangan ikan berfungsi untuk menampung seluruh hasil tangkapan dari nelayan untuk dijual kepada konsumen (pedagang) dengan tujuan untuk melindungi harga hasil tangkapan agar selalu berada pada kondisi harga yang aman. Hal ini akan berdampak pada pendapatan nelayan, sehingga nelayan tidak merasa dirugikan. Pendapatan nelayan dihitung dengan cara hasil dari biaya lelang dikalikan dengan jumlah retribusi yaitu sebesar 10%. Menurut hasil perhitungan didapatkan nilai produksi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 7.867.253.363 sedangkan rata-rata pendapatan nelayan dari tahun 2004-2012 adalah sebesar Rp. 4.235.032.014

b. Pendapatan Pemerintah Daerah (PEMDA)

Pemerintah daerah juga mendapatkan hasil retribusi dari kegiatan pelelangan ikan. Pemasukan yang diperoleh dari TPI digunakan untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Pemasukan daerah diasumsikan dari 100% yaitu 40% untuk koperasi dan 60% untuk PEMDA dari retribusi. Pemasukan daerah yang diterima pada tahun 2013 adalah sebesar Rp. 5.244.835.575 sedangkan rata-rata pendapatan pemerintah daerah dari tahun 2004 sampai 2012 adalah sebesarRp. 2.823.354.676. Perhitungan terdapat pada lampiran 4.

c. Kepuasan pengguna pelelangan

Kepuasan pengguna pelelangan termasuk dalam indikator output. Pengguna pelelangan terbagi menjadi dua yaitu nelayan dan pedagang. Atribut pengukuran kepuasan terbagi menjadi empat yaitu fasilitas TPI, aktivitas TPI, pelayanan TPI, dan pelayanan koperasi.

Pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan (TPI) Bojongsalawe

Pengukuran terhadap kinerja dari TPI Bojongsalawe menggunakan analisis data value for money yaitu pengukuran kinerja dari tiga sudut yaitu ekonomi,

(36)

22

efisiensi, dan efektifitas (Mahmudi dalam Resti 2012). Pada penelitian ini hanya akan membahas tentang pengukuran kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Pengukuran terhadap efektifitas sulit dilakukan karena harus diketahui outcome. Menurut Mahmudi dalam Resti 2012, pengukuran outcome tidak dapat dilakukan sebelum hasil yang diharapkan dari suatu program ditetapkan. Pengukuran outcome merupakan pembanding hasil yang ditetapkan dengan hasil yang telah dicapai, oleh karena itu pada penelitian ini tidak mengukur dari segi efektifitas karena membutuhkan waktu yang lama. Berikut merupakan hasil perhitungan dari masing-masing indikator kinerja TPI Bojongsalawe. Kertas kerja kinerja Tempat Pelelangan Ikan Bojongsalawe terdapat pada lampiran 1 (Resti 2012).

Indikator kinerja dihitung dengan rumus matematis yaitu nilai capaian kinerja (realisasi) dibagi nilai target kinerja (rencana) kemudian dikalikan 100%. Nilai capaian kinerja diperoleh dari keadaan dilapangan, sedangkan nilai target kinerja diperoleh dari standar yang harus dimiliki dari suatu perusahaan, instansi, ataupun organisasi.

Nilai rataan input sebesar 21% menunjukkan bahwa kinerja dari TPI Bojongsalawe belum optimal. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa indikator kinerja yang nilainya lebih atau kurang dari standar yang ditetapkan. Indikator kinerja input yang nilainya kurang dari standar kinerja yaitu sumber daya manusia yang jumlahnya kurang. Hal ini dapat berpengaruh pada kinerja dari TPI. Selanjutnya yaitu input fasilitas berupa timbangan yang kurang dari standar yang ditetapkan, hal ini dapat berpengaruh apabila hasil tangkapan sedang banyak maka proses penimbangan akan berlangsung lama dan produk perikanan merupakan produk yang mudah rusak sehingga dapat berdampak pada hasil tangkapan menjadi tidak segar. Input berupa lantai lelang juga memiliki nilai yang kurang dari standar yang ditetapkan. Hal ini akan berdampak apabila volume produksi meningkat, maka lantai lelang tidak dapat menampung jumlah hasil tangkapan. Namun menurut hasil wawancara saat ini tahun 2014, lantai lelang masih mampu menampung produksi hasil tangkapan yang didaratkan di TPI Bojongsalawe. Dan input volume produksi yang telah dicapai hasilnya melebihi 100% artinya volume produksi sudah melebihi target. Peningkatan volume produksi akan menguntungkan bagi nelayan dan pedagang.

Nilai rataan output sebesar 46% hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa indikator kinerja output yang melebihi target kinerja (rencana) yang telah ditetapkan. Output berupa pendapatan nelayan dan pemasukan daerah nilai kinerjanya sebesar 186%. Nilai tersebut lebih dari 100% yang artinya telah melebihi target. Hal ini menunjukkan peningkatan dan pelelangan berfungsi cukup optimal. Indikator kinerja output selanjutnya berupa kepuasan pengguna pelelangan. Kepuasan pengguna pelelangan memiliki nilai kinerja yang kurang dari 100%. Kepuasan pengguna pelelangan terbagi menjadi dua, kepuasan nelayan nilai kinerjanya sebesar 90% dan kepuasan pedagang nilainya sebesar 89%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nelayan dan pedagang kurang puas terhadap fasilitas, aktivitas, dan pelayanan yang terdapat di TPI Bojongsalawe. Namun, menurut wawancara dan pengamatan dilapangan hal tersebut masih dapat diatasi sehingga nelayan masih dapat menjual hasil tangkapannya di TPI.

Setelah melakukan pengukuran indikator kinerja input dan output, selanjutnya dilakukan pengukuran kinerja dari segi ekonomi dan efisiensi. Pengukuran dari segi ekonomi dilakukan dengan perbandingan nilai capaian

(37)

23 (realisasi) dengan target kinerja (rencana). Dan pengukuran dari segi efisiensi dilakukan dengan cara membandingkan nilai kinerja output dengan nilai kinerja input. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kinerja TPI tidak ekonomis karena nilai yang diperoleh sebesar 26%, dan nilai tersebut berada dibawah 65%. Nilai tersebut menyatakan bahwa capaian dari suatu input TPI tidak ekonomis. Sumber daya manusia yang sedikit mengakibatkan tugas tidak dapat diselesaikan dengan cepat, serta fasilitas yang kurang akan menghambat proses pelelangan dan lantai lelang kurang dari standar apabila volume produksi sedang meningkat maka hasil tangkapan tidak dapat ditampung di TPI. Pengukuran selanjutnya yaitu dari segi efisiensi Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa nilai perbandingan capaian kinerja dengan target kinerja adalah sebesar 219% yang artinya tidak efisien karena nilai tersebut berada diatas 100%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil dan pembahasan yaitu:

Kepuasan pengguna pelelangan di TPI Bojongsalawe menurut nelayan dan pedagang masih dibawah kriteria karena nilainya dibawah 100%. Pengukuran kinerja TPI Bojongsalawe secara keseluruhan dinilai tidak ekonomis karena dari segi input memiliki nilai rata-rata sebesar 21%, sedangkan kinerja TPI dari segi output dinilai tidak efisien karena nilainya sebesar 219%.

Saran:

1. Pihak penyelenggara TPI Bojongsalawe hendaknya lebih meningkatkan aktivitas pelelangan agar memberikan hasil optimal kepada pengguna TPI 2. Penelitian lanjutan menentukan pembobotan penilaian untuk melakukan

penilaian terhadap kinerja TPI DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2009. Pedoman Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral [internet]. [diacu 2014 Maret 05]. Tersedia dari: http: www. Bappenas.go.id

Kitcharoen, Krisana. 2005. The Importance Performance Analysis of Service Quality in Administrative Departments of Private Universities in Thailand.

ABAC Journal. 24: 20-46

Lubis, E. 2010. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID): IPB Press

Mahmudi. 2010. Manajamen Kinerja Sektor Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta (ID): Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Panggabean. 2008. Tingkat Kepuasan Nelayan Terhadap Pelayanan Penyediaan

Kebutuhan Melaut di PPN Sibolga Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelelangan Ikan. Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Usaha Perikanan. Resti, FD. 2012. Pengukuran Kinerja Pengelolaan TPI PPI Muara Angke.[Skripsi].

(38)

24

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika, Edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Widayati T. 2008. Analisis Efisiensi Teknis Tempat Pelelangan Ikan dan Tingkat Keberdayaan Pengelola TPI serta Strategi Pemberdayaannya di Wilayah Pantai Utara Jawa Tengah. [Tesis]. Semarang (ID): Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

(39)

25

LAMPIRAN Lampiran 1 Kertas kerja penilaian TPI Bojongsalawe

Indikator kinerja satuan Target kinerja (rencana)

Capaian kinerja (realisasi)

bobot Nilai kinerja (%) Nilai akhir Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 8

Input Tidak ekonomis

SDM Orang 17 14 0,31 82 25

Fasilitas Timbangan

(unit)

3 2 0,38 67 25

Lantai lelang M 375,9 270,2 0,07 72 5

Volume produksi Ton 430,73 511,3 0,24 119 28

Rerata: 21 Output

Pendapatan nelayan Rp 4.235.032.014 7.867.253.363 0,64 186 119 Tidak efisien

Pemasukan daerah Rp 2.823.354.676 5.244.835.575 0,11 186 20 Kepuasan pengguna pelelangan Jumlah kepuasan 0,25 *kepuasan nelayan 647 582 90 22 *kepuasan pedagang 645 571 88 22 Rerata: 46

(40)

26

Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan luas lantai lelang tahun 2014

Keterangan:

S = Luas ruang lelang TPI (m²) p = Daya tampung (kg/m²)

α = Perbandingan ruang lelang dengan gedung lelang (0,217-0,394) N = Jumlah produksi per hari yang dilelang (kg/hari)

R = Intensitas lelang/hari (kali/hari) Dimana nilai:

R = 1 kali/hari

Contoh perhitungan kebutuhan luas ruang lelang TPI Bojongsalawe tahun 2014:

Lampiran 3 Perhitungan nilai retribusi, pendapatan nelayan, pendapatan Pemerintah Daerah, dan pendapatan koperasi

Untuk perhitungan Pemda dan koperasi diasumsikan retribusi sebesar 100% Contoh Perhitungan tahun 2014 dengan nilai produksi Rp. 8.741.392.625 dan volume produksi 511.384,53 kg sebagai berikut:

1. Retribusi = Nilai lelang x 10%

= Rp. 8.741.392.625 x 10% = Rp. 874.139.262,5 2. Pemda = Retribusi x 60%

= Rp. 874.139.262,5 x 60% = Rp. 524.483.558 3. Koperasi = Retribusi x 40%

= Rp. 874.139.262,5 x 40% = Rp. 349655705 4. Pendapatan nelayan = Nilai lelang – (Nilai lelang x 10%)

= Rp. 8.741.392.625 – (Rp. 8.741.392.625 x 10%) = Rp. 7.867.253.363

Lampiran 4 Perhitungan input dan output Rumus perhitungan:

a. Perhitungan input

1. Sumber daya manusia (SDM)

Jadi, nilai indikator kinerja input (Sumber daya manusia) sebesar 82% dengan nilai akhir 25%.

(41)

27

Jadi, nilai indikator kinerja input (Timbangan) sebesar 67% dengan nilai akhir 25%.

3. Luas lantai lelang (m²)

Jadi, nilai indikator kinerja input (luas lantai lelang) sebesar 72% dengan nilai akhir 5%.

4. Volume produksi

Jadi, nilai indikator kinerja input (volume produksi) sebesar 119% dengan nilai akhir 28%.

b. Perhitungan output 1. Pendapatan nelayan

Jadi, nilai kinerja output (pendapatan nelayan) sebesar 186% dengan nilai akhir 119%.

2. Pemasukan Daerah (PEMDA)

Jadi, nilai kinerja output (pemasukan daerah) sebesar 186% dengan nilai akhir 20%.

3. Kepuasan pengguna pelelangan 1) Kepuasan nelayan

Jadi, nilai indikator kinerja output (kepuasan nelayan) sebesar 90% dengan nilai akhir 22%.

2) Kepuasan pedagang

Jadi, nilai indikator kinerja output (kepuasan pedagang) sebesar 88% dengan nilai akhir 22%.

Lampiran 5 Perhitungan nilai ekonomis dan efisiensi 1. Ekonomis

Ekonomis = jumlah Rataan input = 21%

Nilai 21% termasuk kedalam rentang dibawah 65% yang artinya kinerja TPI Bojongsalawe tidak ekonomis dari segi input

Nilai 21% 2. Efisiensi

(42)

28

Nilai 219% artinya kinerja TPI Bojongsalawe tidak efisien dari segi output karena rentang nilainya diatas 100%.

(43)

29

Lampiran 6 Rata-rata nilai retribusi, pendapatan nelayan, Pemda, dan koperasi.

Tahun

Volume produksi

(ton) Nilai produksi (Rp)

Retribusi (Rp) Pendapatan nelayan (Rp) Pemda (Rp) Koperasi (Rp) 2004 515.28 4,468,740,302 446874030 4,021,866,272 2681244181 1787496121 2005 778.27 6,097,214,920 609721492 5,487,493,428 3658328952 2438885968 2006 411.63 3,937,347,498 393734750 3,543,612,748 2362408499 1574938999 2007 251.38 2,597,822,155 259782215 2,338,039,939 1558693293 1039128862 2008 458.89 4,402,888,477 440288848 3,962,599,629 2641733086 1761155391 2009 409.45 5,144,453,070 514445307 4,630,007,763 3086671842 2057781228 2010 528.04 7,404,997,950 740499795 6,664,498,155 4442998770 2961999180 2011 388.45 5,779,556,724 577955672 5,201,601,052 3467734034 2311822690 2012 135.14 2,517,299,040 251729904 2,265,569,136 1510379424 1006919616 Rata-rata 430.73 4,705,591,126 470559113 4,235,032,014 2823354676 1882236450

(44)

30

Lampiran 7 Validitas kepentingan nelayan

Jumlah Responden No atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 5 5 5 5 4 5 4 3 3 5 5 5 4 3 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 5 3 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 3 2 5 5 5 3 3 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 4 3 3 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 2 3 4 5 5 3 5 5 5 5 5 Jumlah 25 25 25 25 21 25 18 14 14 24 25 25 16 17 25 25 23 25 Rata-rata 5 5 5 5 4,2 5 3,6 2,8 2,8 4,8 5 5 3,2 3,4 5 5 4,6 5 Lanjutan tabel 7 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah Y 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 131 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 130 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 127 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 130 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 129 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 647 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Lampiran 8 Validitas kinerja nelayan

Jumlah Responden No atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 5 5 5 2 1 5 2 1 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 2 1 5 5 5 5 2 3 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 1 5 5 5 5 1 2 5 5 4 5 4 2 5 5 3 1 5 3 1 4 5 5 2 2 2 5 5 5 4 5 3 5 2 3 1 2 3 1 5 5 5 2 2 3 5 3 4 5 Jumlah 20 25 22 18 13 22 13 5 23 24 25 18 9 15 25 23 23 24 Rata-rata 4 5 4 3,6 2,6 4,4 2,6 1 4,6 4,8 5 3,6 1,8 3 5 4,6 4,6 4,8

(45)

31 Lanjutan 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah Y 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 118 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 127 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 125 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 111 2 4 2 2 5 5 5 4 5 5 101 22 24 19 19 24 25 24 24 25 25 582 4,4 4,8 3,8 3,8 4,8 5 4,8 4,8 5 5

Lampiran 9 Validitas kepentingan pedagang Jumlah Responden No atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 5 5 5 5 1 5 4 2 4 5 5 5 3 3 5 5 5 5 2 5 5 5 3 2 5 5 1 3 5 5 5 4 4 5 5 5 5 3 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 2 5 5 3 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 2 5 5 2 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 Jumlah 25 25 25 19 11 25 24 11 22 25 25 25 18 17 25 25 25 25 Rata-rata 5 5 5 3,8 2,2 5 4,8 2,2 4,4 5 5 5 3,6 3,4 5 5 5 5 Lanjutan 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Jumlah Y 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 127 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 127 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 130 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 131 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 130 24 24 25 25 25 25 25 25 25 25 645 4,8 4,8 5 5 5 5 5 5 5 5

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Tabel 1 Objek pengamatan fasilitas dan aktivitas di TPI Bojongsalawe  No.   Objek
Tabel 3 Data utama
Tabel 4 Data tambahan
+5

Referensi

Dokumen terkait

PADA LAGU COWBOY’S DREAM KARYA TOMMY EMMANUEL DALAM INSTRUMEN GITAR AKUSTIK.. Oleh: Adam Malik

Dari studi pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Dharmasraya melalui telusur dokumen pada 14 Puskesmas diketahui bahwa perawat yang melakukan kinerja dalam

Pengaruh Penambahan Sari Kulit Buah Jamblang (Syzygium Cumini, L) Terhadap Karakteristik Mutu Selai Kolang-Kaling (Arenga Pinnata, Merr) Yang Dihasilkan.. Sundari,

Teknik analisis data untuk menghitung Relevansi dan Efektivitas kegiatan diklat ini dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: (1) menghitung persentase banyak peserta

Sehubungan dengan penelitian yang diselenggarakan di Subak Sengempel, produktivitas kerja memiliki peranan penting dalam membangun kesejahteraan petani yang ditandai

Menurut Tohirin (2014 :138) “Layanan orientasi secara umum bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi baru.”

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrument penelitian, instrument yang reliable adalah instrument yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang