• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH ACCOUNT RECEIVABLE TURNOVER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH ACCOUNT RECEIVABLE TURNOVER"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS PENGARUH ACCOUNT RECEIVABLE TURNOVER, RASIO SOLVABILITAS, STATUS PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, DAN

UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN WHOLESALE DAN RETAIL TRADE

YANG TEDAFTAR DI BEI EFRIANA MUSTIKA

efrianamustika@yahoo.com; No. Hp: 085265604891 RITA ANUGERAH

JULITA SAIDI ABSTRACT

Disclosure of financial statements is a significant factor in achieving an efficient capital market and public accountability. One of measurement used to measure the quality of company’s financial reporting disclosure is the completeness of financial reporting disclosure.

In this study, we attempt empirically to investigate the relationship between account receivable turnover, leverage ratio, firm status, age of company, and firm size and disclosure of the financial statements. The samples are selected by using purposive sampling method, for all wholesale and retail trade company listed in Indonesia stock Exchange. Four years observation period from 2009-2011 are used as the population.

The statistic method used to test hypothesis is multiple regression analysis. The results of the study indicate that firm size is significantly influence towards the level of disclosure of financial statement. The others such as account receivable turnover, leverage ratio, firm status, age of company do not indicate significant influence towards the level of disclosure of financial statements of a company.

Keywords: disclosure of financial statement, account receivable turnover, leverage ratio, firm status, age of company, and firm size.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan alat utama pihak manajer untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Menurut Subroto (2003) dalam Irawan (2006), informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sangat penting sebagai dasar untuk mengalokasikan dana-dana investasi secara efisien dan produktif. Untuk itu informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan yang bersangkutan agar informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan dapat dipahami dan dimengerti oleh pengguna laporan keuangan sehingga dapat membantu mereka dalam pengambilan keputusan (Hendriksen dan Nugroho, 1997:204).

Menurut Benardi dkk (2009) yang menjadi dasar perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen kepada pemegang saham dijelaskan melalui teori keagenan. Dengan adanya hubungan antara principal dan

(2)

2

agent tersebut dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan informasi atau asimetri informasi. Untuk itu agent diwajibkan memberikan laporan keuangan secara periodik kepada principal tentang usaha yang sedang dijalankan dan kemudian principal akan menilai kinerja agennya melalui laporan keuangan yang disampaikan kepadanya.

Peraturan tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia diatur oleh lembaga yang berwenang, khususnya untuk pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dikeluarkan oleh pemerintah melalui surat keputusan ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002. Menurut peraturan ini, perusahaan wajib mengungkapkan paling sedikit 68 item dalam laporan keuangannya yang terdapat pada item-item di neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure) sebagai tambahan pengungkapan minimum yang telah ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan mengenai apakah account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh bukti secara empiris pengaruh account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Tinjauan Teori

1.3.1 Pengungkapan Laporan Keuangan

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002, untuk tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, perusahaan wajib mengungkapkan paling sedikit 68 item pada laporan keuangan yang terdiri dari:

1. Neraca, yang meliputi aktiva lancar, aktiva tidak lancar, kewajiban lancar, kewajiban tidak lancar, dan ekuitas

2. Laporan Laba Rugi, meliputi: pendapatan usaha, beban pokok penjualan, laba (rugi) kotor, beban usaha, laba (rugi) usaha, penghasilan (beban) lain-lain, bagian laba (rugi) perusahaan asosiasi, laba (rugi) sebelum pajak penghasilan, beban (penghasilan) pajak, laba (rugi) dari aktivitas normal, pos luar biasa, laba (rugi) bersih, laba (rugi) per saham dasar, dan laba (rugi) per saham delusian.

3. Laporan Perubahan Modal

4. Laporan Arus Kas, meliputi: arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, dan arus kas pendanaan

5. Catatan atas Laporan Keuangan, meliputi: gambaran umum perusahaan, penewaran umum efek perusahaan, karyawan direksi dan dewan komisaris, ikhtisar kebijakan akuntansi, serta pengungkapan atas pos-pos laporan keuangan dan pengungkapan lainnya

(3)

3

Menurut Almilia & Retrinasari (2007), untuk mengukur kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks

Kelengkapan Pengungkapan, dimana perhitungan indeks kelengkapan

pengungkapan dilakukan sebagai berikut:

1. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi, dimana jika satu item diungkap diberi nilai satu dan jika tidak diungkap diberi nilai nol.

2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total.

3. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan dengan cara membagi total skor yang diperoleh dengan total skor yang diharapkan dapat diperoleh oleh setiap perusahaan.

Semakin banyak item yang diungkap oleh perusahaan, semakin banyak pula indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Dan perusahaan dengan indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan praktek pengungkapan secara lebih comprehensive dibanding perusahaan lain.

1.3.2 Penelitian Terdahulu

Irawan (2006) meneliti tentang pengaruh Debt to Equity, Current Ratio, Return on Asset, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Equity, dan status perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaa, porsi saham publik, dan status perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan, DER, CR, ROA, OPM, NPM, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Penelitian oleh Hardiningsih (2008) mengenai pengaruh porsi kepemilikan saham, basis perusahaan, Return on Investment, size perusahaan, dan rasio leverage terhadap voluntary disclosure laporan tahunan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa porsi kepemilikan saham, basis perusahaan, dan size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap voluntary disclosure. Sedangkan ROI dan rasio leverage tidak berpengaruh signifikan.

Kartika (2009) menguji pengaruh rasio leverage, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, kepemilikan saham publik, dan umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa profitabilitas, kepemilikan saham publik, rasio leverage dan umur perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, sedangkan rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Laraswati dan Indrayani (2010) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhdapa kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Dari hasil pengujiannya disimpulkan bahwa karakteristik perusahaan yang diwakili oleh tingkat profitabiitas berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan karakteristik perusahaan yang diwakili oleh tingkat solvabilitas dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Lousiana (2010) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor

(4)

4

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009. Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa variabel likuiditas, leverage, dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sementara porsi saham publik dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Natalia (2011) menganalisis pengaruh rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas, porsi saham publik, dan ukuran perusahaan terhdapa kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan rasio aktivitas, rasio likuiditas, dan porsi saham publik tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Nugroho (2011) meneliti pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan pada sektor industry makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dengan rasio likuiditas, rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan saham sebagai variabel independen dan tingka keluasan pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap tingkat keluasan pengungkapan laporan keuangan.

Tristanti (2012) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang tedaftar di BEI tahun 2006-2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel rasio profitabilitas, proporsi kepemilikan saham oleh publik, dan ukuran perusahaan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Sedangkan rasio likuiditas, rasio leverage, status perusahaan, dan umur perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.

1.4 Pengembangan Hipotesis

Simamora (2002:257) mengatakan bahwa account receivable turnover menunjukkan berapa kali piutang dapat ditagih atau dipungut oleh perusahaan selama satu periode. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki, sehingga akan semakin efisien modal kerja perusahaan yang ditanam dalam piutang. Karena, semakin sering perusahaan melakukan penagihan piutang, maka akan semakin cepat modal kerja yang ditanam kembali ke perusahaan (Sahara dan Marhakim, 2010). Untuk itu, agar menarik minat para investor untuk menanamkan modal, perusahaan dengan tingkat account receivable turnover yang tinggi kemungkinan akan melakukan pengungkapan laporan keuangannya secara lebih luas dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat account receivable turnover yang rendah.

H1: account receivable turnover berpengaruh terhadap pengungkapan laporan

keuangan

Rasio solvabilitas menunjukkan perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas pemegang saham (Rahardjo, 2007:119). perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang besar kemungkinan tidak memiliki kemampuan untuk menutupi kewajibannya kepada pihak kreditur sebaik perusahaan yang memiliki

(5)

5

rasio solvabilitas yang kecil. Oleh sebab itu, perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang besar mempunyai kewajiban yang lebih besar dengan mengungkapkan informasi keuangannya yang lebih lengkap kepada kreditur untuk meyakinkan kreditur bahwa perusahaan akan memenuhi kewajibannya atas pinjaman yang telah diberikan oleh pihak kreditur (Schipper, 1981) dalam Tristanti (2012).

H2: rasio solvabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan

Menurut Almilia dan Retrinasari (2007) kemungkinan perusahaan yang berstatus asing (PMA) memberikan pengungkapan laporan keuangan yang lebih lengkap dibanding dengan perusahaan berstatus domestik (PMDN). Hal ini dikarenakan perusahaan yang berstatus asing (PMA) kemungkinan memiliki lebih banyak informasi mengenai keuangan perusahaannyan dibandingkan dengan perusahaan berstatus domestik (PMDN). Selain itu, perusahaan berstatus asing (PMA) biasanya akan lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi antara pemilik perusahaan dengan pihak manajemen dikarenakan adanya hambatan letak geografis dan bahasa antara kantor pusat dengan anak-anak perusahaan yang ada di banyak Negara. Sehingga, pengungkapan informasi keuangan secara lebih lengkap akan sangat diperlukan untuk menghindari masalah asimetri informasi yang akan muncul (Almilia dan Retrinasari, 2007).

H3: Status perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan

Menurut Kartika (2009), umur perusahaan menunjukkan seberapa lama perusahaan mampu bertahan di bursa. Semakin lama perusahaan dapat bertahan, maka kemungkinan perusahaan akan memiliki lebih banyak pengalaman dalam hal mengungkapkan informasi keuangannya kepada pihak luar dibandingkan dengan perusahaan yang baru beroperasi. Karena perusahaan tersebut lebih mengetahui kebutuhan pihak luar akan informasi keuangan perusahaan (Marwata, 2001) dalam Kartika (2009). Sehingga, semakin lama umur perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan.

H4: umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan

Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keuangannya. Perusahaan yang berukuran besar cenderung lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena memiliki lebih banyak informasi yang dapat diungkapkan seperti jumlah asset yang banyak, kegiatan atau aktivitas perusahaan yang banyak, dan anak cabang perusahaan yang banyak (Wallace et al, 1994) dalam Benardi dkk (2009).

H5: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan

2. Metodologi Penelitian

2.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Sedangkan sampel akan dipilih dengan metode purposive sampling berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan selama periode pengamatan tahun 2009-2011

(6)

6

3. Perusahaan yang tidak mengalami delisting dari BEI sehingga bisa terus menerus melakukan perdagangan saham di BEI selama periode 2009-2011 4. Perusahaan yang memiliki laba positif dari tahun 2009-2011

Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapat sebanyak 18 perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang memenuhi kriteria. Sehingga total sampel sebanyak 54 selama periode pengamatan tiga tahun, yaitu 2009-2011.

2.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Pengungkapan laporan keuangan ini diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan laporan keuangan (Kartika, 2009). Perusahaan diberi skor 1 (satu) apabila mengungkapkan laporan keuangan dan diberi skor 0 (nol) apabila tidak mengungkapkan (Almilia & Retrinasari, 2007).

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu:

1. Account Receivable Turnover (ART) diukur dengan membagi penjualan dengan piutang usaha.

2. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER) yang diukur dengan membagi total utang dengan ekuitas.

3. Status perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana kategori 1 untuk perusahaan berstatus asing (PMA) dan 0 untuk perusahaan berstatus domestik (PMD).

4. Umur perusahaan dihitung sejak perusahaan tersebut berdiri berdasarkan akta pendirian.

5. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan log. Natural total asset atau aktiva.

2.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yakni diperoleh dan dicatat oleh pihak lain, berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

2.4 Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, metode analisis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: uji normalitas data, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis dengan menggunakan SPSS 17.0.

3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasi. Sedangkan sampel dipilih berdasarkan kriteria dengan menggunakan metode purposive sampling dan didapat sebanyak 18 perusahaan yang memenuhi kriteria dengan periode pengamatan selama tiga tahun, yakni tahun 2009-2011. Sehingga, total sampel pada penelitian ini sebanyak 54 sampel.

(7)

7 3.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi data yang digunakan untuk setiap variabel. Nilai yang diamati dalam analisis data adalah nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata, dan standar deviasi.

Pada penelitian ini, nilai minimum untuk variabel pengungkapan laporan keuangan sebesar 0,56, nilai maksimum sebesar 0,76, dengan rata-rata pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade adalah sebesar 0,6561 dan standar deviasi sebesar 0,05852. Nilai minimum untuk variabel account receivable turnover sebesar 1,06, nilai maksimum sebesar 9,71 dengan rata-rata account receivable turnover sebesar 4,5007 dan standar deviasinya sebesar 2,295. Nilai minimum untuk variabel rasio solvabilitas sebesar 0,12, nilai maksimum sebesar 7,78 dengan rata-rata rasio solvabilitas sebesar 1,7059 dan standar deviasinya sebesar 1,74334. Variabel status perusahaan didapat nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 1,00, dengan rata-rata sebesar 0,1111 dan standar deviasi sebesar 0,31722. Nilai minimum untuk variabel umur perusahaan adalah sebesar -1,00, nilai maksimum sebesar 22,00 dengan rata-rata umur perusahaan adalah sebesar 8,8889 dan standar deviasinya sebesar 7,73784. Terakhir, nilai minimum untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 3,56, nilai maksimum sebesar 9,34 dengan rata-rata ukuran perusahaan sebesar 7,1452 dan standar deviasinya sebesar 1,34417.

3.2 Pengujian Kualitas Data

Pada penelitian ini kualitas data diuji dengan beberapa tahapan, yaitu : uji normalitas data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

3.2.1 Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data penelitian adalah untuk menguji apakah dalam model statistik variabel-variabel penelitian terdistribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak adalah dengan melihat grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Bila titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, berarti model regresi telah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005:110).

Pada uji normalitas data pada penelitian ini, diketahui bahwa antara variabel dependen (account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan) dengan variabel independen (pengungkapan laporan keuangan) terdistribusi normal.

3.2.2 Uji Multikolinearitas

Salah satu cara untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya, jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas. Dari uji multikolinearitas dapat diketahui bahwa model regresi tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

(8)

8 3.2.3 Uji Heterokedastisitas

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas menurut Ghozali (2005:105) adalah dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas. Pada uji heterokedastisitas dalam penelitian ini diketahui bahwa model regresi tidak terjadi heterokedastisitas atau varians dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap.

3.2.4 Uji Autokeralasi

Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin-Watson (DW). Untuk menentukan tidak terjadinya autokorelasi dalam model regresi. Untuk uji autokorelasi dapat diketahui bahwa model regresi pada penelitian ini tidak terjadi autokrelasi, dimana dalam suatu model regresi linier penelitian ini tidak terjadinya kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya).

3.2.5 Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .506 .039 13.021 .000 ART .004 .003 .164 1.397 .169 Rasio solvabilitas -.008 .004 -.236 -1.995 .052 Status Prsh -.040 .023 -.219 -1.726 .091 Umur Prsh -.002 .001 -.229 -1.780 .081 Ukuran Prsh .023 .005 .528 4.374 .000 a. Dependent Variable: PLK

Sumber : Data diolah oleh Peneliti, 2012 (Lampiran 3)

Dari tabel diatas, diperoleh suatu model regresi berganda yang dibentuk dari nilai Unstandardized coefficient sebagai berikut:

Pengungkapan laporan keuangan = 0,506 + 0,004ART – 0,008rasio solvabilitas

– 0,040status perusahaan – 0,002umur perusahaan + 0,023ukuran perusahaan

1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama (H1)

Hasil pengujian variabel account receivable turnover terhadap variabel pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,169. Karena tingkat signifikansi pengujian sebesar 0,05 berarti nilai signifikansi 0,169 > 0,05. Ini berarti menunjukkan bahwa hipotesis

ditolak, hasil perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha1 yang diajukan,

sehingga dari hasil penelitian ini terbukti bahwa account receivable turnover tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan.

(9)

9

Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2011) yang menyatakan bahwa account receivable turnover tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Alasan yang dapat dijelaskan adalah hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa adanya perusahaan dengan account receivable turnover paling rendah tetapi memiliki nilai pengungkapan laporan keuangan yang lebih besar dari nilai rata-rata pengungkapan laporan keuangan perusahaan Wholesale dan Retail Trade.

2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Hasil pengujian variabel rasio solvabilitas yang diukur dengan debt to equity ratio yaitu total hutang dibagi ekuitas pemegang saham terhadap variabel pengungkapan laporan keuangan pada penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,052. Karena tingkat signifikansi adalah sebesar 0,05, maka nilai signifikansi 0,052 > 0,05. Ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, hasil

perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha2 yang diajukan, sehingga dari

hasil penelitian ini terbukti bahwa variabel rasio solvabilitas tidak berpengaruh terhadap variabel pengungkapan laporan keuangan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartika (2009) dan Nugroho (2011) yang membuktikan bahwa semakin besar rasio solvabilitas suatu perusahaan, maka akan semakin luas perusahaan dalam melakukan pengungkapan laporan keuangannya. Tetapi hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2006), Hardiningsih (2008), Laraswita dan Indrayani (2010), Lousiana (2010), dan Trstanti (2012). Dengan tidak signifikannya pengaruh rasio solvabilitas terhadap pengungkapan laporan keuangan diduga karena manajemen perusahaan cenderung untuk menutup-nutupi kepada pihak luar atau kreditur bahwa mereka memiliki total hutang yang lebih besar dibandingkan modal pemegang saham. Sehingga, perusahaan tersebut akan mengurangi tingkat pengungkapan laporan keuangannya agar tidak menjadi sorotan dari pihak kreditur dikarenakan total hutang yang mereka miliki lebih besar dari modal yang ada. Selain itu, perusahaan dengan total hutang yang lebih besar dibanding modal pemegang saham terkadang memiliki strategi tersendiri dalam hal untuk memenuhi kewajibannya terhadap hak-hak kreditur.

3. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Hasil pengujian variabel status perusahaan (PMA atau PMDN) terhadap pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,091. Karena tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka nilai signifikansi 0,091 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, hasil

perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha3 yang diajukan. Sehingga, dari

hasil penelitian ini terbukti bahwa status perusahaan (PMA atau PMDN) tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade.

Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2006) dan Hardiningsih (2008) yang membuktikan bahwa status perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Namun demikian, hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tristanti (2012). Hal ini mengindikasikan bahwa baik perusahaan berstatus asing (PMA) maupun perusahaan domestik (PMDN), tingkat pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan tidak jauh berbeda dan minimal sama. Perusahaan berstatus asing (PMA) yang diduga akan memberikan pengungkapan informasi

(10)

10

keuangan yang lebih lengkap dibanding perusahaan domestik justru dalam penelitian ini tidak terbukti.

Menurut Sutanto dan Supatmi (2011), ada kemungkinan bahwa cost of benefit menjadi dasar pertimbangan bagi perusahaan asing untuk melakukan pengungkapan informasi keuangannya, dimana kemungkinan biaya untuk mengurus dan mengungkapkan informasi keuangan lebih mahal dibanding manfaat yang akan didapat perusahaan tersebut, sehingga perusahaan kurang mengungkapkan laporan keuangannya secara lebih lengkap. Selain itu, jumlah sampel perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang berstatus asing (PMA) yang lebih sedikit dibanding perusahaan yang berstatus domestik (PMDN) diduga ikut mempengaruhi tidak terbuktinya hipotesis yang diajukan.

4. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

Hasil pengujian variabel umur perusahaan listing di Bursa Efek Indonesia terhadap pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,081. Karena tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka nilai signifikansi 0,081 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ditolak, hasil

perhitungan tersebut tidak berhasil mendukung Ha4 yang diajukan. Sehingga, dari

hasil penelitian ini terbukti bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade. Hasil koefisien regresi yang menunjukkan nilai negatif, mengindikasikan bahwa semakin muda umur perusahaan, maka tingkat pengungkapan laporan keuangannya justru akan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang berumur lebih lama. Karena menurut Barnes dan Walkel (2006) dalam Sutanto dan Supatmi (2011) perusahaan yang umur listingnya di Bursa Efek lebih muda, justru akan berupaya untuk mendapatkan tambahan modal yang lebih banyak, maka dengan melakukan pengungkapan laporan keuangan yang lebih lengkap kepada pihak luar akan membantu mereka untuk mendapatkan tambahan modal tersebut.

Selain itu, menurut Kartika (2009), perusahaan yang telah berumur lebih tua belum tentu akan mengungkapkan semua informasi mengenai laporan keuangannya kepada publik. Hal ini dikarenakan semakin lama perusahaan berdiri, maka akan semakin membutuhkan banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengungkapkan informasi tersebut, sehingga perusahaan akan berusaha menekan dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan pengungkapan. Jadi, perusahaan yang sudah lama berdiri akan mengungkapkan informasi yang menurut mereka akan banyak disorot oleh investor atau pihak luar. Hasil penelitian ini setupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tristanti (2012), tetapi tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2006) dan Kartika (2009).

5. Hasil Pengujian Hipotesis Kelima (H5)

Hasil pengujian variabel ukuran perusahaan yang diukur dari total asset terhadap pengungkapan laporan keuangan dalam penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Karena tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima, sehingga hasil penelitian ini terbukti bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi tingkat pengungkapan laporan keuangannya. Dimana, perusahaan yang berukuran besar

(11)

11

cenderung akan lebih banyak mengungkapkan butir-butir laporan keuangannya karena mereka memiliki lebih banyak informasi keuangan yang dapat diungkapkan. Perusahaan yang besar juga tentunya memiliki sumber daya yang cukup besar untuk dapat menyajikan informasi secara lebih lengkap. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2006), Hardiningsih (2008), Lousiana (2010), Natalia (2011), Nugroho (2011), dan Tristanti (2012).

3.3 Koefisien Determinasi

Tabel IV.4 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .637a .406 .344 .04741

a. Predictors: (Constant), X5, X3, X1, X2, X4

b. Dependent Variable: PLK

Sumber: Data diolah oleh Peneliti, 2012 (Lampiran 3)

Hasil uji regresi diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebesar 0,344. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel pengungkapan laporan keuangan yang dapat dijelaskan oleh variabel account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan adalah sebesar 34,4% atau variabel account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan sebesar 34,4%, sedangkan sisanya sebesar 65,6% disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4. Kesimpulan Dan Saran 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab 4, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil statistik dekriptif untuk variabel pengungkapan laporan keuangan nilai minimum adalah 56,0% dan maksimum adalah 76,0% dengan rata-rata 65,61%. Ini menunjukkan belum semua informasi yang dinyatakan oleh Bapepam No. SE-02/PM/2002 diungkapkan secara lengkap oleh perusahaan. 2. Nilai adjusted R square sebesar 0,344 menunjukkan bahwa secara keseluruhan

hanya sebesar 34,4% variabilitas pengungkapan laporan keuangan yang dapat dijelaskan oleh variabel account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 65,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 diperoleh bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan.

4. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,169 > 0,05 maka terbukti bahwa account receivable turnover secara parsial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Ini kemungkinan disebabkan karena adanya perusahaan dengan ART paling rendah tetapi memiliki tingkat pengungkapan laporan

(12)

12

keuangan di atas rata-rata pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade.

5. Rasio solvabilitas terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi sebesar 0,052 > 0,05. Dengan tidak berpengaruhnya hasil penelitian ini diduga karena manajemen perusahaan cenderung menutup-nutupi kepada pihak luar atau kreditur bahwa mereka memiliki total hutang yang lebih besar dibanding modal pemegang saham, sehingga mereka akan mengurangi tingkat pengungkapan laporan keuangannya agar tidak menjadi sorotan dari pihak kreditur.

6. Status perusahaan juga terbukti tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi sebesar 0,091 > 0,05. Hal ini mungkin disebabkan jumlah sampel pada perusahaan Wholesale dan Retail Trade yang berstatus asing (PMA) jauh lebih sedikit dari pada perusahaan yang berstatus domestik (PMDN) sehingga mempengaruhi tidak terbuktinya hipotesis yang diajukan.

7. Dengan nilai signifikansi sebesar 0,081 > 0,05 maka terbukti bahwa umur perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan. Perusahaan dengan umur listing yang lebih muda mungkin justru akan mengungkapkan laporan keuangan perusahaannya lebih lengkap kepada pihak luar untuk mendapatkan tambahan modal yang lebih banyak.

4.2 Keterbatasan Penelitian

1. Jumlah sampel perusahaan yang dijadikan objek penelitian masih sangat sedikit yaitu hanya berasal dari sub industri Wholesale dan Retail Trade, dimana hanya sebanyak 54 sampel dengan total perusahaan sebanyak 18 perusahaan dan periode pengamatan selama tiga tahun dari tahun 2009-2011 sehingga tidak menggeneralisir hasil temuan untuk seluruh perusahaan go public di BEI.

2. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, sehingga beberapa sampel terpaksa dikeluarkan karena data didapat dengan cara men-download dari situs www.idx.co.id maupun dari database Pusat Informasi Pasar Modal kurang lengkap.

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada lima variabel independen yaitu account receivable turnover, rasio solvabilitas, status perusahaan, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan.

4. Indeks pengungkapan laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai ukuran pengungkapan ditentukan atas dasar penilaian terhadap ungkapan yang dibuat oleh peneliti setelah membaca dan mengamati, sehingga masih bersifat subjektif.

5. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dengan variabel status perusahaan tidak dipisahkan antara perusahaan berstatus asing (PMA) dan perusahaan berstatus domestik (PMDN), sehingga hasil penelitian ini tidak membuktikan secara empiris terdapatnya pengaruh antara status perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan.

4.3 Saran

1. Bapepam perlu mengontrol laporan keuangan yang disampaikan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memberikan pengungkapan laporan

(13)

13

keuangannya yang lebih lengkap sehingga akan dapat memberikan manfaat bagi para pemakainya.

2. Bagi investor yang menggunakan variabel pengungkapan laporan

keuangannya sebagai dasar pengambilan keputusan investasi, maka disarankan untuk memperhatikan ukuran perusahaan yang secara signifikan berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangannya.

3. Bagi perusahaan disarankan untuk mengungkapkan laporan keuangannya sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam No. SE-02/PM/2002 sehingga akan memberikan manfaat bagi pengguna laporan keuangan.

4. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode pangamatan serta memperluas sampel perusahaan dengan mencakup industri-industri lainnya seperti indsutri manufaktur, real estate dan property, dan lainnya, serta menambah variabel lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan.

5. Dengan tidak berpengaruhnya variabel account receivable turnover terhadap pengungkapan laporan keuangan, maka peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya memperhatikan sampel dengan perusahaan yang memiliki ART paling rendah tetapi memiliki tingkat pengungkapan laporan keuangan yang tinggi untuk tidak digunakan menjadi sampel dan untuk dapat mempertimbangkan apakah akan tetap menggunakan sampel dengan ART terendah atau tidak.

6. Bagi peneliti selanjutnya, dengan tidak berpengaruhnya status perusahaan terhadap pengungkapan laporan keuangan yang diduga karena sampel dengan perusahaan yang berstatus asing (PMA) jauh lebih sedikit dibanding perusahaan berstatus domestik (PMDN), maka peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya memisahkan sampel antara PMA dengan PMDN dan dapat memperluas sampel yang akan diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Spica, Luciana., & Retrinasari, Ikka. 2007. Analisis Pengaruh Karakterisitk Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar BEJ. Proceeding Seminar Nasional

Benardi, Meliana., Sutrisno., & Assih, Prihat. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan dan Implikasinya terhadap Asimetri Informasi (Studi Pada Perusahaan-perusahaan Sektor Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Indonesia).

Cormier, D. and Gordon, I. 2001. “An examination of social and environmental reporting strategies”. Accounting, Auditing & Accountability Journal. Vol. 14, pp. 587-616.

Darsono, dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Yogyakarta: Andi

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Yogyakarta: UPP & MP YKPN

Harahap, Syafri, Sofyan. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

(14)

14

Hardiningsih, Pancawati. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan. Jurnal Bisnis & Ekonomi. Vol. 15 No.1

Haryono, Slamet. 2005. Struktur Kepemilikan dalam Bingkai Teori Keagenan. Jurnal Akuntansi & Bisnis. Vol. 5. No. 1

Hasyim, Muttaqin, Hadi. 2010. Akuntansi Aktiva Tetap “Pengakuan, Penilaian, dan Penyajian. Jakarta : Jamboo - Publishing

Hendriksen, Eldon. S., & Michael F. Van Breda. 2002. Teori Akuntansi. Buku 2. Jakarta: Penerbit Interaksa

Hendriksen, Eldon. S., & Nugroho, W. 1997. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba empat.

Irawan, Bambang. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi S1 Universitas Islam Indonesia: Jogjakarta

Jensen, M. and W. Meckling. 1976. Theory of the Firm : Managerial Behaviour, Agency Costs, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3. 305-360

Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Jurnal Kajian Akuntansi. Vol.1 No.1

Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers Kieso, E. Donald. 2008. Akuntansi Intermediate. Edisi 12. Jakarta: Erlangga Laraswita, Novalita., & Indrayani, Emmy. 2010. Pengaruh Karakteristik

Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam Laporan Tahunan Sektor Property & Real Estate yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi

Lousiana. 2010. Pengaruh Faktor-faktor Fundamental terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi S1 Universitas Riau: Pekanbaru

Magness, Vanessa. 2006. "Strategic posture, financial performance and environmental disclosure: An empirical test of legitimacy theory". Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 19 Iss: 4 pp. 540-563

Munawir. 2001. Analisa Laporan Keuangan. Edisi 4. Jakarta: Liberty

Natalia, Diana. 2011. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Porsi Saham Publik, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Real Estate & Property yang terdaftar di BEI. Skripsi S1 Unversitas Sumatera Utara: Medan

Niswonger., Warren., Reeve., & Fess. 1998. Prinsip-prinsip Akuntansi. Edisi 19. Jakarta: Erlangga

Nugroho, Agus Sumarnadi. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Keluasan Pengungkapan Laporan Keuangan pada Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Media Mahardika. Vol. 9. No.3

(15)

15

Pedoman Umum Penulisan Skripsi & Ujian Oral Comprehensive. Fakultas Ekonomi. Universitas Riau

Rahardjo, Budi. 2007. Keuangan & Akuntansi untuk Manajer Non Keuangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sahara, Eli, Siti., dan Marhakim. 2010. Analisa Pengaruh Receivable Turnover terhadap Profitabilitas pada PT. Asno Horie Indonesia. Jurnal Akuntansi Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Jakarta:

Salemba empat

Simamora, H. 2002. Akuntansi Berbasis Pengembalian Keputusan Bisnis. Jilid satu. Edisi kelima. Jakarta: Elangga

Sunarto. 2009. Teori Keagenan dan Manajemen Laba. Jurnal Kajian Akuntansi. Vol.1. No.1

Surat Edaran Ketua Bapepam. 2000. Pedoman Penyajian Laporan Keuangan Surat Edaran Ketua Bapepam. 2002. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan bagi Emiten dan Perusahaan Publik

Sutanto, Felicia Dwiputri, dan Supatmi. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Informasi Intellectual Capital di dalam Laporan Tahunan (Studi pada Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009). Jurnal Akuntansi

Tristanti, Lovancy, Leony. 2012. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan Sukarela. Skripsi S1 Universitas Diponegoro: Semarang

www.idx.co.id www.scribd.com

Referensi

Dokumen terkait

Nilai lokal terendah adalah variabel A.6 dan B.2 yaitu pemberian bonus berupa bonus langsung dan adanya target/standar dalam melakukan pekerjaan. Kedua hasil tersebut tersebut

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap

[r]

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan

[r]

Dengan membawa semua dokumen asli yang di Upload pada tahap pemasukan dokumen penawaran dan 1 Rangkap Salinan Dokumen, serta dokumen-dokumen lain yang

Dari tabel diatas di desa baseh terdapat sekitar 2.942 orang yang masuk dalam. klasifikasi usia produktif

Pelaksanaan tindakan mengacu pada Rencana Kegiatan harian (RKH) yang telah dirancang sebelumnya. Tindakan yang diberikan adalah menyampaikan pembelajaran melalui